Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 167 – Jalan Jalan Malam


Perkenalkan.. nama lengkapku Tita Indah Sari.. namun aku biasa dipanggil Tita oleh teman-temanku.

Saat ini aku bekerja di sebuah Bank asing yang cukup ternama di daerah Sudirman.

Sejak lahir hingga sekarang aku sudah tinggal bersama keluargaku di daerah Cibubur.
Aku adalah anak sulung dari empat bersaudara. Aku memiliki dua orang adik perempuan.

Winnie dan Dewi, serta satu adik laki-laki yang bernama Amar.
Ayahku adalah orang Betawi asli, sedangkan Ibuku merupakan keturunan Sunda.

Secara fisik aku memiliki tinggi badan 157 cm.. kulit yang cukup putih..
serta wajah yang menurut kebanyakan teman-temanku manis dan imut.
Bahkan sampai sekarang aku masih sering dianggap lebih muda dari umurku saat ini.

Kisah ini aku alami pada saat demam Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Seperti biasa, hari itu aku pulang dari kantor tepat jam 5 sore.

Setibanya di rumah, aku langsung menuju kamar tidurku..
lalu bersiap-siap untuk mandi kemudian makan malam.

Setelah selesai makan, Winnie, adik perempuanku mengingatkan bahwa Brazil..
salahsatu tim sepakbola favoritku, akan bertanding melawan Portugal pada pukul 9 malam nanti.

Masih lama nih bolanya. Luluran dulu ah.. kataku dalam hati sambil menuju kamar tidur.
Sebenarnya dulu aku bukanlah gadis yang terlalu memperhatikan perawatan tubuh.
Namun karena tuntutan dari pacarku, saat ini aku mulai lebih sering merawat tubuh.

Mulai dari mandi dengan sabun khusus, luluran hingga perawatan di tempat kecantikan.
Sekarang aku sudah bisa menuai hasil kerja kerasku merawat tubuh.
Kini aku mempunyai kulit yang lebih putih dan halus.

Setelah sekitar 1 jam aku luluran, terdengar teriakan Winnie dari ruang TV
“Teh..! Bolanya udah mau maen tuh!!”

Aku pun segera membereskan perlengkapan luluran milikku..
sebelum akhirnya keluar dari kamar tidur dan menuju ke ruang TV.

Ketika berada di ruang TV aku sempat bingung karena hanya melihat Winnie saja di sana.
“Nie, Ayah lagi nggak ada di rumah ya..?” Tanyaku.
“Ada di kamar kok Teh..” jawabnya singkat.

“Kok tumben nggak ikutan nonton Nie..?
Biasanya Ayah nggak mau ketinggalan kalo lagi ada siaran Piala Dunia..” tanyaku lagi.
“Nggak tau tuh. Ngantuk kali..!” Jawab Winnie seadanya sambil tetap memperhatikan layar TV.

Tak lama setelah aku duduk di sofa ruang TV, pertandingan pun dimulai.
Sebenarnya aku bukanlah penggemar fanatik sepakbola seperti Ayah dan Winnie.
Aku hanya mengikuti pertandingan beberapa tim saja, seperti Brazil, Argentina dan juga Spanyol.

“Sayang banget sih Kaka nggak bisa main..” aku mengeluh.. karena pemain idolaku tidak dapat bermain..
karena terkena hukuman kartu merah pada pertandingan sebelumnya.

Tanpa terasa babak pertama yang menegangkan berakhir sudah.
Mungkin karena tadi aku terlalu bersemangat dalam memberi dukungan kepada Brazil..
aku merasa bahwa udara di dalam rumah menjadi sangat gerah.

Akhirnya sambil menunggu babak kedua dimulai aku memutuskan untuk keluar rumah.
“Nie, Teteh keluar bentar yah.. Gerah banget nih di dalem..” kataku kepada Winnie.

“Iya Teh.. Tapi jangan lama-lama.. Entar keburu mulai babak keduanya..” kata Winnie mengingatkan.
“Iya.. Sebentar aja kok..” jawabku sembari mengikat rambut.

Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumahku saja.
Malam itu aku memakai baju tipis dan ketat berwarna abu-abu..
serta celana merah muda yang berukuran cukup pendek.

Karena tadinya aku tidak berniat untuk keluar rumah, maka aku sengaja tidak memakai bra.
Aku sempat memperhatikan putingku tercetak cukup jelas di bajuku ini..
tapi aku cuek saja karena aku pikir hanya keluar sebentar dan tidak akan jauh-jauh dari rumah.

Setelah menutup pintu depan dan gerbang, aku pun mulai berkeliling di daerah sekitar rumahku.
Kok tumben ya sepi banget..? Pasti karena lagi ada bola deh.. pikirku..

Karena tidak biasanya di sekitar rumahku yang masih terhitung daerah perkampungan..
sudah terlihat sepi pada pukul 10 malam.

Tanpa terasa cukup jauh juga aku berjalan dari rumahku hingga akhirnya aku sampai di sebuah pos jaga.
Dari kejauhan aku dapat melihat ada empat orang Bapak-Bapak di dalam pos jaga tersebut.

Karena penasaran, aku kemudian berjalan mendekati pos jaga yang hanya diterangi oleh pencahayaan seadanya.
Ukurannya memang tidak terlalu besar, namun dapat untuk menampung hingga enam orang dewasa.

Tok.. Tok.. Tok..!! Aku mengetuk tiang pos jaga tersebut dengan cukup kencang..
supaya Bapak-Bapak itu dapat mendengarnya.

“Permisi Bapak-Bapak..” kataku sopan sambil berdiri di depan pintu.
“Eeh, ada Neng Tita..” jawab seorang Bapak yang posisi duduknya paling dekat pintu.

Akhirnya aku dapat mengenali siapa saja yang sedang berada di pos jaga tersebut.
Bapak yang duduk paling ujung bernama Pak Wawan..
orangnya botak dan gendut tapi terkenal dengan keramahannya.

Di sebelahnya bernama Pak Diman, berbadan besar, berkulit hitam..
serta wajahnya yang menurutku sangat jelek.

Lalu ada Pak Jono.. berkulit hitam.. rambutnya penuh dengan uban..
serta memiliki badan paling kurus bila dibandingkan dengan yang lainnya.

Dan yang terakhir adalah Bapak yang duduk paling dekat dengan pintu tadi bernama Pak Bara.
Kumisnya yang tebal menambah kegarangan wajahnya yang sangar dan penuh luka.

Aku maklum saja, karena dulu Pak Bara adalah preman di daerah sini.
Mereka semua adalah tetanggaku yang kutaksir usianya kira-kira sama dengan ayahku.

“Neng Tita ngapain malem-malem gini keluar rumah..?” Sapa Pak Wawan.
“Cari angin aja Pak. Abis gerah banget di rumah..”
aku mengatakan hal tersebut sambil mengibas-ngibaskan leher bajuku.

“Oh gitu.. Tapi emangnya Neng Tita nggak takut keluar rumah sendirian..?” Tanya Pak Bara.
“Kan ada Bapak-Bapak yang lagi ngeronda.. Jadi saya bisa tenang deh..” jawabku sambil tersenyum.

Sekilas aku dapat melihat keempat Bapak itu memandangi puting payudaraku..
yang semakin tercetak jelas di baju ketatku.. akibat keringat yang membasahi tubuh bagian depanku.

Mungkin karena sadar aku melihat mereka dengan tatapan curiga..
mereka semua langsung terlihat salah tingkah dan mulai mengalihkan pandangan mereka ke arah TV..
yang sudah menayangkan pertandingan babak kedua.

“Oh iya.. Saya boleh ikutan nonton bola bareng Bapak-Bapak nggak..?”
Tanyaku supaya mencairkan suasana.

“Emangnya Neng Tita suka nonton bola juga yah..?” Tanya Pak Diman.
“Lumayan suka juga sih. Apalagi kalau lagi pas Piala Dunia kayak sekarang..” jelasku kepada Pak Diman.

“Ya udah.. nonton bareng-bareng aja di sini..!
Saya sih seneng banget kalo Neng Tita mau nemenin kita-kita nonton bola. Betul kan Bapak-Bapak..?”

Balas Pak Wawan dengan tersenyum lebar.. sehingga menunjukkan giginya yang tidak terawat.
“Betul..!!” Jawab Bapak-Bapak yang lain dengan serempak.

Aku hanya bisa menahan tawa mendengar jawaban dari Bapak-Bapak tersebut..
yang seperti murid sekolah saat sedang menjawab pertanyaan dari gurunya.

Karena merasa akan lebih seru menonton pertandingan bola bersama mereka..
tanpa pikir panjang lagi aku pun masuk ke dalam pos jaga tersebut..
Lalu mengambil posisi duduk tepat di tengah-tengah mereka berempat.

Tiba-tiba aku teringat dengan adik perempuanku yang masih menunggu di rumah.
Agar dia tidak kuatir aku pun mengirim SMS bahwa aku sedang menonton bola di rumah tetanggaku.

Aku juga mengingatkannya agar tidak perlu mengunci gerbang dan pintu depan..
apabila aku pulang agak malam.

Setelah yakin SMS-ku sudah terkirim.. aku pun menonton bola..
bersama bapak-bapak tersebut sambil menikmati hidangan seadanya.

Terkadang aku dapat mendengar ungkapan-ungkapan kasar keluar dari mulut mereka..
ketika mengomentari jalannya pertandingan.

“Aduuuh.. Maap yah Neng kalo kata-kata kami kasar..” kata Pak Bara.
“Aahh.. Nggak apa-apa kok Pak.. Namanya juga lagi nonton bola..” sahutku memaklumi.

“Iya nih Neng Tita.. Abisnya kami nggak biasa ngeronda ditemenin sama perempuan.. Hehehe..”
Timpal Pak Diman yang membuatku tertawa.

Walau pun sedang serius menonton bola.. aku dapat merasakan mata mereka tidak henti-hentinya..
mencuri pandang ke arah paha putih mulusku.. dan juga ke bagian payudara..
yang seolah-olah mengalahkan daya tarik pertandingan Brazil melawan Portugal.

Mereka terus menatapnya dengan tidak berkedip atau lebih tepatnya tidak mau berkedip.
Aku yakin saat ini mereka semua pasti mulai terangsang dan ingin sekali dapat menikmati tubuhku.

Sebenarnya aku sempat merasa takut juga dengan tatapan penuh birahi dari mereka..
yang seolah-olah membuat tubuhku seperti tidak memakai sehelai benang pun.

Namun karena libidoku saat itu sedang cukup tinggi..
maka terlintas di pikiranku untuk mulai menggoda bapak-bapak tersebut.

Apalagi selama ini aku belum pernah memiliki pengalaman..
melakukan persetubuhan dengan orang yang jauh lebih dewasa.

“Hoaaaaaahm..!!” Aku berpura-pura mengantuk lalu menyenderkan badanku di dinding pos jaga.
Kemudian aku menutup kedua mata.. supaya Bapak-Bapak itu dapat merasa lebih leluasa..
untuk menggerayangiku.. apabila aku sedang dalam keadaan tertidur pulas.

Dan tepat seperti dugaanku tadi.. setelah aku pura-pura tertidur..
aku merasakan kedua tanganku diangkat ke atas oleh salah seorang dari mereka.

Lalu orang tersebut mulai memegangi pergelangan tanganku dengan cukup kencang.
Kayaknya godaanku udah mulai berhasil nih..! Kataku dalam hati.

“Eh, tutup dulu pintunya biar aman..”
Walau pun mataku tertutup.. aku dapat mengetahui bahwa suara tadi adalah milik Pak Wawan.

Tidak lama setelah aku mendengar suara pintu pos jaga ditutup..
aku merasakan ada sebuah tangan mulai meraba-raba pahaku..

Yang kemudian disusul oleh sebuah tangan yang besar dan kasar menyusup masuk ke dalam bajuku..
lalu meremas-remas kedua buah payudara milikku sekaligus memainkan putingnya.

Mungkin karena melihat aku tetap tertidur.. perlahan-lahan tangan yang tadinya meraba-raba pahaku..
mulai merambat ke atas hingga sampai ke payudaraku.

Aku bahkan dapat mendengar suara nafas mereka yang semakin memburu.
Tampaknya mereka sudah terbakar nafsu.

Aku sendiri berusaha keras meredam gairahku yang mulai naik. “Eeeeeennggh..!!” Tak tahan..
aku akhirnya mengeluarkan desahan lembut menggoda..
ketika merasakan ada dua buah tangan secara bersamaan memilin kedua puting payudaraku.

Sementara itu aku merasakan ada sepasang tangan lain yang menarik celana pendek..
dan juga celana dalamku hingga melewati kedua kakiku.

“Memeknya cakep amat..! Nggak ada jembutnya..” terdengar suara berbisik di bawah sana.

Perasaanku seperti tersengat ketika dengan perlahan jari-jari tangan tersebut mulai menyentuh..
kemudian menekan-nekan vaginaku yang sudah tidak tertutup apapun.

Jari-jari tadi merayap masuk dan menyentuh dinding kewanitaanku..
sehingga birahiku naik dengan sangat cepat.

Tiba-tiba aku merasakan benda tumpul dan basah..
yang kuduga itu adalah sebuah lidah.. mulai menyentuh bagian dalam vaginaku.

Saat itulah aku pura-pura mulai tersadar lalu membuka kedua mataku dengan pelan.
“Eennngghh.. Kuraaaang ajaaaarr..!!” Teriakku pura-pura marah..
agar tidak terkesan seperti aku yang menginginkannya.

“Toloong Paak..!! Ja-jangaaan..!! Jaaangaaa.. Mmmmmhhh..!!!”
Kataku terputus karena tiba-tiba mulutku dibekap oleh seseorang yang tadi ada di belakangku.

Aku melanjutkan sandiwaraku dengan terus meronta-ronta..
karena tidak ingin menjatuhkan harga diriku di depan mereka.

Rupanya Pak Diman dan Pak Jono yang memainkan kedua buah payudaraku..
sedangkan Pak Bara asyik menikmati vaginaku dengan lidahnya.

Pantes aja ada rasa gelinya.. pikirku dalam hati.. karena kumis Pak Bara..
terus menggesek-gesek bibir luar vaginaku.. sehingga menimbulkan sensasi yang berbeda.

Akhirnya aku benar-benar larut dalam kenikmatan yang sedang melanda diriku.
Tubuhku serasa lemas tak berdaya.. membiarkan mereka menjarah seluruh bagian tubuhku.
Aku benar-benar terbuai dikeroyok seperti ini.

Melihatku semakin pasrah.. Pak Diman dan Pak Jono mulai mengangkat kaosku ke atas..
hingga kedua payudaraku terlihat.

“Waaaah.. teteknya Neng Tita mulus bangeeet..!!”
Komentar Pak Diman yang tepat berada di depan payudara kananku.

“Bener Pak Diman..!! Udah pahanya mulus, teteknya putih lagi..” tambah Pak Jono..
ikut mengomentari payudaraku yang putih mulus terpampang dengan jelas di depan matanya.

“Mendingan Neng Tita nurut sama kita-kita aja deh..! Daerah sekitar sini kan udah pada sepi..
Jadi percuma aja kalo mau teriak..!” Kata Pak Wawan dengan nada sedikit mengancam.

Aku hanya bisa menganggukkan kepala tanda setuju..
walau pun masih sedikit terkejut dengan ancaman Pak Wawan tadi.

Karena yakin sudah menguasaiku.. pelan-pelan Pak Wawan melepaskan bekapannya pada mulutku..
sehingga aku merasa sangat lega.

Baju yang tadinya masih menempel pada bahuku mulai dilepas oleh Pak Wawan..
hingga kini aku pun sudah dalam keadaan telanjang bulat.

Melihat diriku yang sudah pasrah tak berdaya.. mereka mulai mengerubuti dan menggerayangi tubuhku.
Pak Diman dan Pak Jono meremas-remas kedua payudaraku dengan brutal..
sehingga membuat tubuhku merasa panas dingin.

Tidak cukup puas hanya meremas-remas buah dadaku saja..
Pak Diman kemudian mengisap payudaraku yang sebelah kanan..
sedangkan Pak Jono mengenyot payudara bagian kiriku.

“Aaaaaaaaaaaah..!!” Aku berteriak akibat perlakuan mereka pada tubuhku.
“Teteknya Neng Tita emang manteb banget dah..!!” Puji Pak Diman.

Kelihatannya Pak Bara sama sekali tidak tertarik..
dengan apa yang dilakukan oleh teman-temannya terhadap tubuh bagian atasku.

Dia masih terlihat menikmati bibir luar hingga rongga dalam vaginaku..
lalu melakukan jilatan-jilatan dan menyedotnya.

Oghhh..!! Tubuhku menggelinjang merasakan birahi yang memuncak..
karena merasa geli sekaligus nikmat di bawah sana.

“Memek cewek jaman sekarang emang enaaak..!! Emmmhh.. Udah gitu wangi banget lagiii..!!”
Sluuuurp.. kata Pak Bara di sela-sela menikmati vaginaku.

“Jilatiiiin terrrrusss vaginaaa sayaaa Paaak..!!! Ooooooohhh.. Aaaaaaahhh..!!”
Akhirnya aku tak sadar kini mengerang-erang keenakan.

Sekarang Pak Diman.. Pak Jono dan Pak Bara sudah mendapatkan jatah mereka masing-masing.
Pak Wawan yang sepertinya juga tidak ingin ketinggalan..
mulai menciumi leher mulusku yang semakin menggiurkan karena basah oleh keringat.

Rambutku yang dalam keadaan terikat memudahkan Pak Wawan..
untuk melanjutkan aksinya dengan menjilati leher, telinga serta tengkukku.

“Eeeeemmhhh.. Eeeemmhhh.. Aaaaaaahh..!!” Erangku ketika mulai dikeroyok oleh mereka berempat.

Setelah Pak Wawan puas bermain di bagian leherku..
dia menarik kepalaku dengan perlahan ke arah belakang.. sehingga kepalaku agak mendongak ke atas.

Dengan penuh nafsu Pak Wawan langsung mencumbu serta melumat bibirku..
lalu dia menyelipkan lidahnya masuk ke dalam mulutku hingga aku gelagapan.

Walau pun bau nafas Pak Wawan sungguh tidak enak..
tetapi yang bisa kulakukan hanyalah membuka mulutku..
dan membiarkan Pak Wawan memainkan lidahnya di dalam mulutku.

Kini.. tubuhku sudah seperti boneka bagi mereka..
karena mereka bisa berbuat sesuka hati terhadap tubuhku.
Mereka menikmati jatah mereka dengan penuh nafsu.

Pak Diman dan Pak Jono terus menjilati kedua buah payudaraku..
serta menggigit kecil kedua putingku putingku yang sudah menegang itu.

Pak Wawan terus menerus memainkan lidahnya di dalam mulutku..
dan aku juga membalasnya dengan memainkan lidahku.. sehingga lidah kami saling membelit.

Aku dapat merasakan kalau ludah kami berdua menetes-netes..
di sekitar bibir karena kami berciuman sangat lama.

Dikerubuti dan dirangsang sedemikan rupa membuat aku merasakan gejolak yang luar biasa..
melanda tubuhku tanpa bisa kukendalikan.

“Ooooh.. Aaaaaaaaah.. Nngggg.. Aaaaaaaaagh..!!” Aku mengerang dan menjerit keenakan.

Pak Bara kini semakin membenamkan kepalanya di antara kedua pahaku..
dan karena agak geli aku pun merapatkan kedua pahaku..
sehingga kepala Pak Bara terhimpit oleh kedua paha mulusku.

“Enak ya Neng Tita.. Sluuuurrpp.. Dijilatin Bapak..? Eehmmm.. Sluuurrp..!!”
Tanya Pak Bara tanpa menghentikan jilatan dan isapannya pada vaginaku terlebih dahulu.
“Eeeeenak bangeeeet Paaak..!!” Aku terus mendesah nikmat.

Terus-terusan menerima serangan birahi secara bersamaan dari empat orang pria..
yang berbeda pada daerah sensitifku.. aku jadi tidak kuat menahan lama-lama.

Sehingga dalam waktu beberapa menit saja tubuhku sudah seperti tersengat arus listrik..
yang menandakan kalau sebentar lagi aku akan mencapai orgasme.

“Paaak Baraaaa.. Saayaaaa mauuu keluaaaarr..!! Aaaaaaaaaaaah..!!!”
Aku berteriak kencang melampiaskan rasa nikmat di dalam tubuhku.

Tidak lama kemudian cairan orgasmeku mengalir keluar dari vaginaku.
Tubuhku mengejang hebat lalu kedua pahaku menjepit kepala Pak Bara dengan sangat kencang.

Pak Bara yang berada tepat di depan lubang vaginaku..
semakin liar menjilati vaginaku yang sudah sangat basah oleh cairanku tadi.

Slurrpp.. Sluurrrpp..!! Cairanku yang mengalir deras dilahap oleh Pak Bara dengan rakus.
“Wiiiiiih..!! Cairan memeknya Neng Tita manis banget kayak orangnya..!!” Komentar Pak Bara.

Setelah cairanku sudah hampir habis diisap oleh Pak Bara, ketiga Bapak..
yang tadi masih sibuk dengan bagiannya masing-masing langsung menghentikan aktivitas mereka.

Mungkin karena penasaran..
mereka bertiga mendekat ke arah vaginaku untuk bergantian menikmati manisnya cairanku.

“Mmmmmmhhhh..” desahku menerima jilatan demi jilatan pada sisa-sisa cairan orgasmeku..
yang masih ada di sekitar bibir vaginaku hingga mereka semua kebagian.

Karena masih merasa lemas akibat perlakuan mereka..
aku menyenderkan tubuhku pada dinding pos jaga.

Keempat Bapak ini sepertinya mengerti dengan keadaanku..
lalu mengisi waktu luang mereka dengan minum kopi.

Setelah beristirahat sebentar, aku merasa tubuhku sudah lebih kuat.
Aku yang masih belum merasa terpuaskan malah berpikiran untuk bersetubuh dengan mereka.

“Sekarang Bapak-Bapak mau ngapain saya lagi..?” Tanyaku menantang.
“Kalo Bapak sih pengen banget ngentot sama Neng Tita..!!” Jawab Pak Jono dengan penuh semangat.

“Ba-bapak juga..!!!” Kata pak Wawan terbata.
“Iya..!! Bapak juga mau dong..!!” Pak Bara tak kalah semangat.

“Bapak apalagi Neng..!!” Sahut pak Diman juga.
Ujar Bapak-Bapak yang lain seolah tidak mau ketinggalan menikmati tubuhku.

Reaksiku hanya tersenyum.. lalu kupasang posisi pasrah..
dengan membuka kedua pahaku lebar-lebar siap disetubuhi siapa pun yang ada di situ.

Namun ternyata reaksi mereka sungguh di luar dugaanku.
Bapak-Bapak ini hanya diam saja..
dan tidak terlihat bersiap untuk melakukan seperti yang mereka inginkan tadi.

Mungkin juga karena keempat Bapak ini tidak pernah menyangka..
kalau aku akan mau mengabulkan permintaan mereka begitu saja.

“Ayo dong Bapak-Bapak.. jangan pada bengong aja..! Katanya mau gituan..?”
Tanyaku yang sudah menjadi semakin liar.

“Beneran nih nggak apa-apa kalo kita entotin Neng Tita rame-rame?”
Tanya Pak Jono dengan wajah tidak percaya.

“Beneran kok Pak..! Masa’ saya bercanda sih..!?” Jawabku dengan nada serius.
“Wah.. Bapak-Bapak..!! Yang punya udah ngebolehin tuh..!!”

Kata Pak Jono dengan wajah senang.. sekaligus
masih terlihat keheranan mendengar jawabanku barusan.

“Memeknya Neng Tita baru diemut aja udah enak.. Apalagi kalo dientot.. Hehehe..”
tambah Pak Bara.

Karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan di depan mata..
mereka semua langsung membuka pakaian dengan terburu-buru.

Bapak-Bapak ini pasti sudah sangat tidak sabar ingin merasakan kehangatan vaginaku..
yang sudah kupasrahkan untuk mereka semua.

Untuk lebih merangsang mereka lagi.. kubuka ikat rambutku..
sehingga rambutku kini terurai sampai menyentuh bahu.

Beberapa menit kemudian keempatnya sudah dalam keadaan telanjang bulat..
dengan penis mengacung tegak.. menghadap seorang gadis yang sepantasnya menjadi anak mereka.

Ya ampun.. gede-gede banget..!! Ujarku dalam hati. Tanpa sadar mulutku menganga..
Karena tentu saja aku kaget sekaligus kagum dengan ukuran penis milik Bapak-Bapak ini.

Nampaknya kutaksir berukuran sekitar 17-18 cm.. dengan diameter yang sangat besar.

Mungkin juga karena selama ini aku baru melihat penis yang ukurannya hanya mencapai 15 cm saja..
dan jauh lebih kurus dibandingkan penis di hadapanku sekarang.

Aku juga masih sempat memperhatikan.. betapa kulit keempat Bapak ini hitam dan kasar..
bila dibandingkan dengan kulitku yang putih mulus.

“Neng Tita pasti bakalan keenakan dientot sama kita-kita deh..” kata Pak Diman kepadaku.
Tadinya aku sempat merasa takut..
memikirkan Bapak-Bapak yang memiliki penis berukuran raksasa ini akan menjarah habis vaginaku.

Namun ternyata membayangkan semua itu malah membuat aku terangsang hebat..
dan gairahku naik tak terkendali.

Aku tanpa sadar menanti dan berharap..
mereka akan memberikanku kenikmatan melebihi yang baru saja melandaku.

“Siapa yang mau duluan ngentotin Neng Tita..?”
Tanya Pak Bara yang terlihat mengalah dan memberi kesempatan kepada teman-temannya.

“Saya dulu deh.. Napsu saya udah di ubun-ubun nih..!!” Jawab Pak Wawan.
“Enak ajah..!! Saya juga udah lama pengen ngentotin Neng Tita..!!”
Teriak Pak Diman tidak mau kalah.

“Nggak bisa..!! Saya yang duluan dong..!!
Kan tadi saya yang pertamakali bilang pengen ngentot sama Neng Tita..!!”
Cetus Pak Jono yang nampaknya sudah sangat tidak sabaran lagi untuk dapat menyetubuhiku.

Layaknya sekumpulan anak kecil yang sedang berebut mainan..
mereka semua tidak mau kalah.. ingin menjadi yang pertamakali mencobloskan penis mereka..
ke dalam vaginaku yang masih sangat sempit.. walau pun sudah tidak perawan lagi.

Sepertinya mereka tidak pernah habis pikir..
betapa beruntungnya berkesempatan mencicipi tubuh seorang gadis muda.

“Udah dong Bapak-Bapak jangan pada rebutan gitu..!!”
kataku dengan nada kesal melihat tingkah mereka.

“Ja-jangan marah dong Neng Tita. Iya deh kami semua nggak bakal berebutan lagi..”
jawab Pak Wawan sedikit gugup.

“Ya udah.. Biar adil gimana kalau saya aja yang milih..?” Tanyaku.
“Boleh juga idenya Neng Tita tuh..!” Seru Pak Jono.

Aku melihat ke arah penis mereka berempat dan aku menemukan..
kalau penis Pak Bara adalah yang paling besar di antara yang lain..
hitam serta dipenuhi urat-urat menonjol.

Maka aku memilih penis Pak Bara untuk mengisi liang vaginaku.
Lalu aku memilih penis milik Pak Wawan yang tidak kalah besar untuk aku isap.

“Maap ya Bapak-Bapak saya duluan..!! Kalo udah rejeki nggak bakalan kemana deh.. Hahaha..”
Kata Pak Bara sambil tertawa penuh kemenangan.

“Ayo ke sini Neng..” ajak Pak Bara yang sudah berada di atas tikar.
-----------------------------------------------------oOo-----------------------------------------------
CONTIECROTT..!!
 
:beer: .. eroS dooG
Eperibadi..

Noh.. di atas Nubi posting Cerita 167..

Sialkan dikenyot..:nenen: n KEEP SEMPROT..!!
 
---------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 167 – Jalan Jalan Malam [Part 2]

Tanpa perlu disuruh lagi.. aku mendekati Pak Bara yang sudah kelihatan bernafsu sekali..
melihat kemulusan tubuhku yang terlihat seksi
karena penuh dengan keringat.

Tidak hanya karena udara di dalam yang memang gerah..
namun juga karena perlakuan mereka terhadapku tadi.

Kemudian aku naik ke atas tubuh Pak Bara..
lalu membimbing penisnya untuk masuk ke dalam vaginaku.

“Saya masukin penis Bapak pelan-pelan dulu ya..?” Aku berkata kepada Pak Bara..
yang hanya mengangguk sambil tersenyum memandangi wajahku.

Karena kondisi di dalam vaginaku mulai mengering.. akibat cairan orgasme yang keluar tadi..
sudah habis diisap oleh Pak Bara dan ketiga Bapak-Bapak yang lain..

Ditambah ini adalah pertamakalinya vaginaku dimasuki oleh penis berukuran besar..
maka penis Pak Bara sangat sulit untuk masuk sepenuhnya.

Slebb.!! “Heeeemhhh..!!” Aku merasa bagian dalam vaginaku sudah benar-benar penuh..
dengan batang besar milik Pak Bara yang baru menancap setengahnya.

Batang penis Pak Bara itu membuat liang vaginaku terasa begitu sesaknya.
Urat-urat pada batang penis itu berdenyut-denyut menambah sensasi yang kurasakan.

Vaginaku memang belum pernah merasakan..
dimasuki oleh batang penis yang begitu besar dan kokoh seperti ini.

“Aaaaaah.. Memeknyaaa sempiiiit bangeeet..!! Untung banget deh gue bisa ngentotin Neng Tita..!!
Eemmhh.. Oooohh..!!” Komentar Pak Bara keenakan ketika penisnya terbenam di liang nikmatku.

“Oooooohhh.. Aaaaaahhhh.. Enaaaakkk bangeeeeet Paaak..!!” Erangku.. karena tidak kuat..
merasakan sensasi luar biasa yang ditimbulkan dari tusukan penis Pak Bara pada vaginaku.

Pak Bara membiarkanku agar terbiasa dengan ukuran penisnya.
Namun tetap saja penisnya belum dapat masuk semuanya ke dalam vaginaku.
Untungnya vaginaku tidak terasa perih.. sehingga aku dapat menikmatinya.

Di saat yang bersamaan.. Pak Bara juga menjilati payudaraku dan menggesek-gesekkan kumisnya..
ke putingku yang membuat birahiku semakin memuncak.

“Aaaaaahhhh..!!” Aku semakin mendesah menerima sodokan penis sekaligus jilatan pada payudaraku.
Kemudian aku menggoyangkan pinggulku dengan liar di atas penis Pak Bara.

Dia hanya bisa meringis dan mengerang.. terutama saat aku membuat gerakan meliuk..
yang membuat penisnya seolah-olah dipelintir olehku.

Aku bahkan semakin terangsang ketika melihat ekspresi kenikmatan di wajah Pak Bara.
“Aaaaahhhh..!! Ooohhhh.. Aaahhkkhhhh..!!” Erangku dengan mata tertutup.

Di tengah-tengah persetubuhanku dengan Pak Bara..
aku masih sempat melihat Pak Jono dan Pak Diman sedang mengocok penis mereka sendiri.

Sepertinya mereka berdua sudah sangat terangsang melihat pemandangan menggiurkan..
di depan mereka sekaligus tidak sabar ingin mencicipi tubuhku.

“Sepongin kontol Bapak dong Neng. Daripada mulutnya nganggur..”
Tiba-tiba Pak Wawan berdiri di hadapanku dengan senyum yang memuakkan..
sambil mengarahkan penisnya ke arah wajahku.

Dengan tidak sabaran, Pak Wawan menjejali mulutku dengan penisnya..
penis itu ditekan-tekankan ke dalam mulutku..
hingga wajahku hampir terbenam pada bulu-bulu kemaluannya.

Aku sempat mengernyitkan dahiku menahan mual karena bau penisnya yang sangat menyengat.
Namun setelah beberapa lama mengisap penis Pak Wawan.. aku pun sudah mulai bisa menikmatinya.

“Gilaaaa..!! Maanteebb bangeeet sepongan kamu Neng..!!!” Ceracau Pak Wawan.
Aku pun menelan penis Pak Wawan hingga menyentuh daging lunak di tenggorokanku.

Kedua buah zakarnya juga aku pijati lembut dengan jari-jari tanganku..
yang membuat pemiliknya semakin mendesah tidak karuan..
karena menikmati pelayanan dari mulut serta tanganku sekaligus.

“Oooohhh.. Eeenak bangeeet!! Masih muda tapi udah jago bangeeet nyepongnyaaa..!!”
Teriak Pak Wawan keenakan.

Seperti tidak mau kalah dengan Pak Bara, Pak Wawan pun juga ikut menyetubuhi mulutku.
Dia memaju-mundurkan pantatnya dan merasakan sentuhan dari rongga mulutku.

Setelah beberapa menit kumainkan di dalam mulutku, penis Pak Wawan mulai berkedut-kedut.
Dan tidak lama kemudian Pak Wawan berteriak..

“Neng Titaaaaaa..!! Oooooh.. Enaaaaaak..!! Bapaaaak keluaaaaaar..!!”
Croot.. Croot.. Crooot..!! Semburan hangat sperma milik Pak Wawan..
akhirnya keluar di dalam mulutku hingga membasahi kerongkongan.

“Aaaaaaaaaaagh.. Oooooooooh..!!”
Pak Wawan melenguh panjang dan meremas-remas rambutku.

“Eeeeemmmmhhh..!!” Sluuuuurp.. Sluuurrpp..!! Kunikmati sperma milik Pak Wawan..
yang keluar sangat banyak.. sehingga aku harus buru-buru menelannya agar tidak ada yang tumpah.

“Neng Tita cakep-cakep doyan nelen peju..!! Huahahahaha..!!” Komentar Pak Jono..
sambil tertawa keras melihatku dengan rakusnya membersihkan sisa sperma..
yang masih menempel di penis Pak Wawan.

“Mana nyangka kalo cewek yang mukanya alim kayak Neng Tita..
ternyata nggak beda sama jablai yah..!?” Pak Diman ikut berkomentar.

Aku memang sudah benar-benar larut di dalam pesta seks ini..
sehingga tidak peduli lagi bahwa di mata mereka aku berubah dari seorang gadis yang alim..
menjadi seperti pelacur murahan.

“Sepongannya Neng Tita emang hebaaat bangeeeeet..!!
Pasti udah sering ngisep kontol pacarnya ya Neng..!?”
Komentar Pak Wawan yang tergiur dengan apa yang aku lakukan terhadap penis Pak Wawan.

Tidak lama kemudian Pak Jono dan Pak Diman langsung mendekat dan berjalan ke depanku..
lalu mereka menyodorkan penisnya masing-masing ke arah mulutku.

Seperti halnya penis Pak Wawan.. bau kedua penis ini sungguh tidak enak.
Namun karena sudah dalam keadaan terangsang.. tanpa ragu lagi..
aku pun mulai mengocok penis Pak Jono serta mengulum penis Pak Diman secara bersamaan.

“Aaaaaaaahhh.. Terrruuuusss Neeeng Titaaaaaa..!!” Erang Pak Diman..
ketika aku sedang mengemut kepala penis serta menyentil-nyentilkan lidahku ke lubang air seninya.

“Neng Tita.. Jangan punya Pak Diman doang yang diisepin..!
Gantian ngemut kontol saya juga dong..!” Protes Pak Jono.

“Halaah.. Pak Jono jangan ngiri gitu dong..!
Pasti Neng Tita doyan nyepong kontol saya soalnya lebih gede..! Bener kan Neng..? Huahahaha..!!”
Ujar Pak Diman yang sepertinya tidak rela apabila harus berbagi dengan temannya.

Sebenarnya pertanyaan yang diberikan oleh Pak Diman tadi memang benar.
Namun untuk mencegah agar jangan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan..
aku bersikeras untuk tidak menjawabnya.

Aku lalu bergantian memaju-mundurkan batang kejantanan Pak Diman dengan tanganku secara perlahan..
sementara mulutku mengisap penis Pak Jono.

“Aduuuh.. E-enaaaak bangeeeet Neng!! Aaaaaaaaaah..!!” Kata Pak Jono dengan bergetar.
“Mmmmmhh..!!” Ceeepp.. Cckkk.. Sluuuurp.. mulutku terus berdecak-decak..
ketika mengulum secara bergantian kedua batang penis berwarna hitam dan berbau tidak sedap ini.

Mungkin karena aku sudah lama tidak menerima serangan sekaligus seperti ini..
aku pun cepat mencapai orgasme hanya dalam waktu kurang dari 10 menit.

“Ooooooooohh.. Aaaaaaggggh..!!” Sambil melepas sebentar isapanku pada penis Pak Jono..
aku pun mengerang panjang karena tidak tahan dengan nikmat yang mendera.

Karena vaginaku sudah licin oleh cairan orgasme.. maka penis Pak Bara dapat amblas sepenuhnya.
Aliran cairan vaginaku tertahan oleh penis Pak Bara yang sedang keluar masuk vaginaku..
sehingga berbunyi setiapkali Pak Bara memasukkan penisnya ke dalam vaginaku.

Penis itu terasa seperti sedang menyodok bagian terdalam dari vaginaku.. mungkin itu pintu rahimku.
Aku hanya bisa mengerang tanpa berani menggeliat, walau pun aku merasakan sakit yang bercampur nikmat.

“Ooooh sempiiit bangeeet Neeeng..!! Enaknyaaa.. Beda banget sama punya bini sayaaa.. Aaaaaaah..!!”
Pak Bara mulai meracau keenakan.

Namun untung saja aku masih dapat mengimbangi kekuatan Pak Bara..
walau pun sudah mengalami duakali orgasme.

Sementara itu Pak Diman dan Pak Jono menarik penis mereka dari mulutku..
karena mereka pasti tidak ingin cepat mencapai orgasme.

“Mmmmhhhh.. Aaaaaaaaahhhh..!!!”
Aku mengeluarkan desahan yang sempat tertahan karena tadi mulutku penuh dengan penis.

“Aaaaaah.. Enaaak bangeeeet memek kamu Neng..!! Kalo tau gini udah Bapak entotin dari dulu..!!”
Ujar Pak Bara sambil terus menusuk penisnya dari arah bawah.

Akhirnya kurang dari 5 menit setelah aku mencapai orgasmeku yang kedua tadi..
aku merasakan penis Pak Bara yang sedang mengisi vaginaku mulai berdenyut-denyut..
menandakan kalau Pak Bara akan mencapai orgasme.

Pak Bara mempercepat sodokan penisnya terhadap vaginaku..
yang membuatku merasa sedikit perih.. karena penis besarnya itu keluar masuk dengan cepat dan kuat..
padahal lubang vaginaku masih sangat sempit.

Namun setelah terbiasa akhirnya aku menemukan rasa nikmat di balik rasa perih itu.
“Aaaaahhhh.. Neng Titaaaaa..!! Bapaaakkk.. Keluuaaaaaaarrrr..!!!” Teriak Pak Bara.

“Keluariiiin di daleeem ajaaa Pak..!! Aaaaaaaaah..!!” Pintaku dengan menjerit lirih.
“I-iyaaaa Neng..! Enaaaaakk..!!! Aaaaaaaaaaahh..!!” Teriakan Pak Bara semakin lepas.

Dan tidak lama kemudian.. crtttt.. crttt.. crttt..!!
Pak Bara sudah menyemburkan spermanya yang hangat ke dalam rahimku.

Ketika nafas Pak Bara mulai tersengal-sengal, dia memutuskan untuk mengisap-isap payudaraku..
dengan mulutnya sambil menunggu penisnya memuntahkan semua isinya ke dalam vaginaku.

Lama-kelamaan semburan sperma Pak Bara semakin melemah hingga akhirnya berhenti sama sekali.

Baru sekitar 2 menit aku mengatur nafas dan tenagaku untuk menghadapi Pak Diman dan Pak Jono..
ternyata Pak Bara mau aku bersimpuh di hadapannya lalu bertumpu dengan kedua lututku.

Aku yang sudah mengerti maksud Pak Bara, langsung mengambil penisnya..
yang masih berlumuran sperma dan juga cairan vaginaku..
kemudian membersihkan penis Pak Bara hingga spermanya tak tersisa lagi.

“Neng Tita bener-bener luar biasa..!
Baru kali ini Bapak ngeluarin peju segini banyaknya..” ujar Pak Bara.

“Pak.. Saya kan udah bersihin sperma Bapak sampai nggak ada sisanya nih.
Sekarang saya mau main sama yang lain dulu yah..” pintaku dengan lembut kepada Pak Bara.

“Ya udah.. sekarang Bapak mau istirahat dulu deh Neng..” jawab Pak Bara.
“Pak Bara kalo mau ngobrol entar aja..!! Saya udah kebelet pengen ngentotin Neng Tita nih..!!”
Teriak Pak Diman.

“Iya.. Iya..! Sekarang gantian Pak Diman yang sikat memeknya Neng Tita sana..!”
Kata Pak Bara sambil menggenggam penisnya yang masih tegang lalu berpakaian kembali.

“Sekarang Neng Tita rebahan yah..” perintah Pak Diman.
Tampaknya kali ini giliran aku yang ada di posisi bawah.

Setelah menuruti perintah Pak Diman.. aku pun menekuk kedua kakiku..
lalu melebarkannya untuk bersiap disetubuhi oleh Pak Diman dan Pak Jono.

Melihat pemandangan tersebut, kedua Bapak itu malah diam sejenak..
untuk mengagumi keindahan vaginaku yang masih rapat dan tanpa bulu itu dengan wajah penuh birahi.

Mungkin karena sebelumnya sudah ada kesepakatan di antara Pak Diman dengan Pak Jono..
maka Pak Diman yang akan mengambil giliran selanjutnya untuk menyetubuhiku.

Aku pun menyibakkan bibir vaginaku untuk mengundang penis Pak Diman agar segera masuk ke dalam.
“Ngimpi apaan saya semalem bisa ngentot sama Neng Tita..” kata Pak Diman dengan noraknya.

Lalu tanpa berbasa-basi lagi, Pak Diman segera menyergap dan menindih tubuh mungilku.
Slebb.. jlebb.. jlebb..!! Dengan penuh nafsu.. Pak Diman menjejalkan penisnya..
yang tidak kalah besar dari milik Pak Bara ke dalam vaginaku.

Jlebb..!! “Nghhhh..!!” Kedua mataku terbelalak merasakan kembali sesaknya vaginaku.
Kemudian Pak Diman diam sejenak untuk menikmati liang vaginaku yang terasa begitu hangat dan sempit.

“Enaaaak bangeeet memeek kamu Neng..!! Udaah lamaaa Bapaaak pengeen ngerasain memeeek Neng Titaaaaa..!!”
Sambil menyetubuhiku Pak Diman terus memuji vaginaku.

Karena sekarang vaginaku sudah banjir dengan cairanku serta sperma Pak Bara..
maka penis milik Pak Diman dapat lebih mudah untuk masuk ke dalam vaginaku.

Kini vaginaku sudah dimasuki oleh penis yang berukuran besar untuk keduakalinya.
Namun aku sungguh menikmatinya dengan penuh penghayatan.
Sampai-sampai dengan tidak sadar aku menutup mataku.

“Oooohh.. Aaaahhh.. Teeruuss Paaaak..!! Uuuummhhh..!!”
Aku semakin menggila saat Pak Diman mulai menggerakkan penisnya di dalam vaginaku.

“Ooohh.. Memeknya Neng Titaaa sempiiit bangeeet!! Kontol saya kayaak diurut-uruuuut..!!”
Wajah Pak Diman yang buruk rupa itu terlihat keenakan.

Penis itu terasa seperti sedang menyodok bagian terdalam dari vaginaku.
Aku hanya bisa mengerang tanpa berani menggeliat..
walau pun aku merasakan sakit yang bercampur nikmat.

Tanpa sadar.. kakiku melingkari pinggang Pak Diman.. seakan tidak ingin penisnya terlepas.
Sekarang kedua tangan Pak Diman mulai menggenggam kedua payudaraku..
lalu meremasinya dengan agak kasar.

“E-eeenak bangeeet ngentotiiin Neng Titaaa..!! Ooooooh..!!”
Pak Diman terus meracau di sela-sela persetubuhan kami.

“Aaaaaahhh.. Oooooohh.. Mmmmhhhhhhhh..!!”
Desahku karena tidak bisa menahan rasa nikmat yang menyerang.

Karena sudah tidak sabar menunggu.. Pak Jono mulai menaruh penisnya di depan mulutku..
yang masih belepotan sperma dari Pak Wawan dan Pak Bara.

Tanpa malu-malu lagi aku memegang penis yang sudah sangat tegang itu.
Lidahku ikut bermain-main dan menjilati batang penisnya yang tegak mengacung.

Dengan terpaksa aku mulai membenamkan penis Pak Jono yang hanya masuk sebagian..
ke dalam mulutku lalu mengulumnya hingga pipiku terlihat cekung ke dalam.

Aku sempat melirik ke arah Pak Wawan dan Pak Bara sudah duduk memakai celana panjang mereka..
sambil mengisap rokok dan meminum kopi dengan tontonan mereka yang lebih seru dibandingkan Piala Dunia..
Yaitu.. aku yang sedang dikerubuti oleh dua orang lelaki berkulit hitam.. alias Pak Diman dan Pak Jono.

Baru beberapa menit aku melakukan oral seks, Pak Jono ternyata sudah mencapai klimaks.
“Uhuuuk..!! Uuuhuuuuuk..!!”

Aku yang tidak menyangka kalau penis Pak Jono akan ejakulasi secepat itu sempat tersedak..
hingga sebagian sperma tersebut menetes keluar dari mulutku.

Namun seperti sudah ketagihan, aku terus berusaha untuk melahap..
menjilati dan mengulum penis itu hingga bersih dari sisa-sisa sperma yang masih menempel.

“Aaaaaaaaagghh..!!” Pak Jono hanya dapat melenguh pasrah..
menikmati layanan lidah dan mulutku tanpa dapat berkata apa-apa.

“Lho kok Pak Jono udah keluar aja..? Nggak tahan sama sepongannya Neng Tita yah..?
Apalagi kalo sama memeknya yang masih seret Pak..”
Kata Pak Bara dengan nada sedikit mengejek disambung tawa Pak Wawan yang duduk di sebelahnya.

Walau pun Pak Jono berusaha untuk tidak mendengarkan komentar dari teman-temannya..
namun tetap saja aku dapat melihat wajahnya yang tersipu malu.

Sementara itu Pak Diman masih terus menggerakkan penisnya ke dalam vaginaku dengan sangat cepat.
Saat itu yang dapat terdengar hanyalah kecipak bunyi gesekan penis dengan vagina..
serta suara desahan nafasku dan Pak Diman yang saling memburu.

Sambil menggenjot dia juga bergantian menjilati daerah leher dan payudaraku.
Apa yang dilakukan olehnya semakin membakar sensasi seksual tubuhku yang terus menggeliat penuh nikmat.

Sodokan demi sodokan Pak Diman benar-benar luar biasa.. seolah memompa gairahku menuju orgasme.
Keringat Pak Diman sampai jatuh membasahi tubuhku yang juga tidak kalah basah oleh keringat.

“Aaaaaaaaaaaaahh.. Sayaaaaaa keluaaaaarr Paaaak..!!”
Karena sudah tidak tahan lagi aku melepaskan orgasmeku yang ketiga.

“Oooooohh.. Sa-sayaaaa jugaaaaa keluaaaaar Neeeeng..!! Ooooooh…!!!” Crott.. crott.. crott..!!
Erang Pak Diman panjang ketika memuntahkan cairan putihnya ke dalam vaginaku..
bersamaan dengan orgasmeku yang sudah kutahan-tahan dari tadi.

“Eeenngghhh.. Eeeemmhhh..”
Tubuhku mengejang sambil tetap melingkarkan kedua kakiku pada pinggang Pak Diman.

Vaginaku kini terasa hangat oleh semburan sperma milik Pak Diman..
yang bercampur dengan cairan orgasmeku.

Kini daerah sekitar vaginaku yang sudah basah semakin banjir saja oleh sperma.
Sampai-sampai cairan itu meleleh di kedua pahaku.

“Heeeeeehh.. Heeeeeeehh..!!”
Nafasku sampai tersengal-sengal karena sudah berulangkali mencapai orgasme.

“Oohh.. Enak bener deh memeknya Neng Tita..!!”
Ungkap Pak Diman ketika sedang mencabut penisnya yang sudah tidak meneteskan sperma lagi.

Pak Diman dan Pak Jono yang sudah selesai menuntaskan nafsu setan mereka kepadaku..
juga masih terlihat terengah-engah.

Sambil mengatur nafas, Pak Jono mencium dan menjilati leherku..
yang penuh butiran keringat dengan lembut..
sedangkan Pak Diman yang tadinya ingin melumat bibirku.

Namun aku menolaknya karena mau mengatur nafasku dulu..
kembali meremas-remas kedua buah payudaraku.

Setelah nafas kami bertiga sudah normal kembali..
mereka berdua berjalan untuk mengambil pakaiannya masing-masing.

Sedangkan aku berdiri dan bersiap memakai baju serta celana pendekku..
terlihat yang berserakan di depan TV yang sudah tidak menayangkan acara bola lagi.

“Udah dulu yah Bapak-Bapak. Saya mau pulang nih..”
Aku pamit kepada mereka semua yang masih terlihat kelelahan.

“Jangan pulang dulu dong Neng Tita..” Pak Bara melarangku pergi sambil memegang tanganku.
“Emangnya Bapak-Bapak masih belum puas..?” Tanyaku.
“Iya..!!” Jawab mereka hampir bersamaan.

“Tapi kan Bapak-Bapak udah pada lemes kayak gitu. Lagian saya juga udah capek banget nih..”
Kataku berharap mereka mau mengerti.

“Bentaran juga udah kuat lagi kok Neng..” kata Pak Wawan..
yang sepertinya masih penasaran karena dia memang belum merasakan bersetubuh denganku.

“Aduh gimana ya..? Udah malem banget nih Pak..”
Aku berusaha mencari alasan untuk menolak permintaan mereka.

“Ayo dong.. Neng Tita mau kan..?” Pinta Pak Wawan dengan memelas.
“Iya Neng..!! Kan dingin kalo cuma kami berempat.
Kalo ada Neng Tita kan bisa bikin kita-kita jadi anget..” tambah Pak Diman.

“Bapak kan juga belom ngerasain ngentot sama Neng Tita..” sambung pak Jono lagi.
“Ya udah boleh deh.
Asal Bapak-Bapak semua mau janji nggak bakal ceritain hal ini sama orang lain. Gimana..?” Tanyaku.

“Yah kalo itu mah nggak usah disuruh Neng..! Masa’ iya kami mau bilang-bilang sih..!?”
Jawab Pak Wawan menyanggupi.

Karena terlanjur menyanggupi permintaan bapak-bapak ini..
aku yang baru mengenakan celana dalamku mulai melepaskannya lagi.
Hingga kini tubuhku sudah dalam keadaan bugil.

Penis milik Pak Wawan.. Pak Diman.. Pak Bara dan Pak Jono yang tadinya sudah dalam keadaan lemas..
mulai mengeras lagi.. karena melihat tubuh putih mulusku yang tidak tertutup sama sekali.

Kemudian aku mulai memanggil mereka satu per satu..
dan membiarkan vaginaku menjadi bulan-bulanan lidah mereka.
Bahkan ketika masing-masing sudah mendapatkan jatah untuk mencicipi vaginaku.

Mereka berempat kembali menjilati seluruh tubuhku sehingga berlumuran air liur mereka.
“Maen lagi yuk Neng Tita..?” Pinta Pak Wawan tidak sabaran.
“Silakan Bapak-Bapak nikmatin tubuh saya sepuasnya..” kataku mengijinkan.

Lalu dimulailah pelampiasan nafsu bejat empat orang pria tua terhadapku.
Kali ini aku disetubuhi oleh empat Bapak-Bapak itu secara bergiliran.

Mulai dari Pak Wawan, Pak Jono lalu Pak Diman dan yang terakhir oleh Pak Bara.
Mereka juga menikmati tubuhku dengan berbagai posisi.

Karena mereka sangat menikmati himpitan vagina serta teknik oral seks-ku..
Maka.. mulai dari vagina.. mulut..

Bahkan seluruh tubuhku terus-menerus disemprot sperma oleh mereka berempat.
Aku juga sudah tidak bisa menghitung lagi berapakali aku mengalami orgasme.

Setelah sudah benar-benar kelelahan..
kami yang masih dalam keadaan bugil beristirahat sembari minum air dan mengobrol.

“Gimana Bapak-Bapak..? Udah puas kan sekarang..?” Tanyaku di tengah-tengah obrolan kami.
“Puas bangeeeet..!! Abisnya udah Neng Tita cakep.. Memeknya rapet lagi..!!”
Jawab Pak Diman dengan cepat.

“Neng.. kan dari tadi peju kami berempat dikeluarinnya di dalem.. Apa Neng Tita nggak takut hamil..?”
Tanya Pak Bara yang paling banyak menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku.

“Emang Bapak-Bapak nggak mau tanggungjawab kalau nanti saya hamil..?”
Tanyaku memasang wajah serius.

Dengan seketika wajah mereka langsung terlihat pucat mendengar pertanyaanku barusan.
“Hihihi.. Bapak-Bapak tenang aja. Saya lagi nggak subur kok sekarang..”

Tentu saja aku tidak dapat menahan tawa melihat raut muka mereka berempat yang sedang ketakutan.
Akhirnya mereka semua ikut tertawa lega setelah sadar kalau yang kutanyakan tadi hanya sekedar gurauan saja.

“Bapak-Bapak.. saya pamit pulang dulu yah. Udah malem banget nih..”
Ujarku seraya melihat jam di HP-ku yang sudah menunjukkan pukul 12 malam.

“Tapi kapan-kapan Neng Tita mau nemenin kami jaga lagi kan..?” Tanya Pak Diman.
“Boleh aja Pak. Asalkan yang lagi jaga Bapak-Bapak berempat..” jawabku sembari memakai pakaianku.

“Gampang..! Itu mah bisa Bapak atur..!” Jawab Pak Bara yang memang bertugas mengatur jadwal jaga.
“Tapi jangan keseringan yah Pak..! Lama-lama saya bisa hamil dong..” candaku.
“Hehehe.. Pokoknya beres deh Neng..!” Jawab Pak Wawan sambil tertawa.

“Ya udah saya pulang dulu ya Bapak-Bapak..”
Kataku sambil bergegas keluar pos jaga karena takut mereka ingin menikmati tubuhku lagi.
“Hati-hati ya Neng..!!” Teriak mereka serempak.

Aku pun langsung berlari menuju rumah.. karena suasana di sekitar rumahku sudah sangat sepi dan gelap.
Dalam perjalanan pulang aku sempat mengingat kejadian yang baru aku alami tadi..
merupakan pengalaman baru dan sungguh memuaskan.

Pada dasarnya aku memang sangat menikmati seks keroyokan seperti tadi.
Apalagi ditambah yang menyetubuhiku adalah Bapak-Bapak yang sudah tentu sangat berpengalaman.

Setibanya di rumah aku melihat lampu sudah gelap dan tidak terdengar lagi suara TV menyala.
Kayaknya Winnie udah tidur.. pikirku. Maklum.. karena sekarang sudah lewat tengah malam.

Setelah mengunci pintu gerbang dan pintu depan.. aku langsung menuju ke kamar mandi..
untuk membasuh tubuhku yang bermandikan sperma.

Aku memperhatikan vaginaku yang terlihat memerah dan masih terlihat dengan jelas noda bekas sperma.
Karena masih terasa sakit.. aku membersihkan vaginaku perlahan-lahan dengan sabun khusus..
hingga noda tersebut benar-benar hilang.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian.. aku merebahkan tubuhku..
yang sangat lelah setelah hampir 2 jam dinikmati oleh Bapak-Bapak tadi.
Ah.. untunglah besok hari Sabtu.. sehingga aku bisa istirahat seharian penuh.

Tak butuh waktu lama aku pun akhirnya tertidur dengan pulas. (. ) ( .)
---------------------------------------------oOo---------------------------------------------
 
:mindik: .. malaM dooG
Eperibadi..

Noh.. di atas Nubi posting Part 2 (Final) Cerita 167..

Sialkan dikenyot.. n KEEP SEMPROT..!!
 
Bimabet
--------------------------------------------------oOo--------------------------------------------

Cerita 168 – The Wild Girl..

I t a

Ita.. waktu itu
berusia 23 tahun. Aku mengenalnya sejak SMP. Tubuhnya 163 cm/49 kg.
Ita ini hobinya makan dan tidur. Karena itu berat badannya sangat fluktuatif.

Pertamakali kenal, Ita adalah seseorang yang cukup padat tubuhnya dengan berat 55 kg.
Pernah pula aku bertemu dengan Ita yang gemuk sampai 65 kg.

Jika kalian para wanita merasa tidak percaya diri dengan berat badanmu, tirulah Ita.
Dia tidak pernah minder atau rendah diri. Senyumnya selalu mengembang.
Orangnya ceria sekali.. bertolak belakang dengan Ria.

Di samping itu, Ita sangat tangguh dalam mengejar berat badan ideal.
Karena itu, aku sempat sangat terkejut menemukan Ita yang langsing.. hanya 49 kg..!
Sebuah usaha yang patut mendapatkan penghormatan dariku.

Karena sifatnya yang mudah bergaul plus wajahnya yang cantik, sejak SMP Ita sudah mengenal pacaran.
Sampai kemudian di SMA.. kami satu sekolah juga.
Jumlah cowok yang mengisi hari-hari Ita semakin banyak. Naik kelas 2 SMA, kami satu kelas.

Karena aku dianugerahi IQ yang tinggi –151..–
pelajaran yang oleh sebagian besar teman-temanku sulit dicerna terasa mudah bagiku.
Karena itu tak heran jika PR-ku sering dicontek teman-temanku.

Aku memang dengan bebas mempersilakan siapa pun belajar dariku, kecuali waktu test.
Teman-temanku sering mengganti istilah 'menyontek' dengan 'belajar waktu test'. Ada-ada saja.
Tetapi aku agak 'pelit' untuk yang satu ini.

Ita adalah salahsatu teman wanita yang minat dan kemampuannya kurang di pelajaran eksak.
Karena rumahnya tidak jauh dari rumahku.. maka Ita adalah salahsatu teman yang paling rajin ke rumahku.

Keluarga kami saling mengenal dengan baik. Jadi kehadiran Ita di rumahku sudah seperti keluarga sendiri.
Ita bebas keluar masuk rumahku, kecuali keluar masuk kamar tidur tentunya.

Bahkan sampai kuliah.. walaupun berbeda jurusan, kami tetap satu universitas.
Ita semakin modis dan cantik.

Rambutnya disemir kecoklatan plus ion dengan busana yang mengikuti trend.
Benar-benar tipikal gadis yang mengikuti perkembangan jaman.

Waktu itu aku ingat Ita baru putus dari pacarnya sebulan yang lalu.
Aku tau karena aku beberapakali menjadi teman curhatnya.

Suatu sore, Ita meneleponku. "Boy.. gue ditembak Yudha kemaren..
Wuih.. Gak nyangka anak kuper begitu seleranya tinggi amat.." cerocos Ita cerewet.

"Hah..!? Maksud lo.. anak yang suka ama lo berarti seleranya tinggi. Gitu..?"
Tanyaku keheranan dengan kepercayaan dirinya. Over confident nggak ya, kira-kira..?

"Lha iya, lah..! Gue kan cantik, baek, sexy, lembut dan bersahaja.."
"Hehe.." aku tertawa.

"Lho.. Kok diketawain..? Bener kan, Boy..?" Ita nggak terima ditertawakan.
"Hm.. Iya deh, Ita memang cantik dan sexy. Baik juga ama Boy.
Tapi kalo lembut.. Hmm.. Gimana ya.. Agak kurang pas deh.."

"Waah, ngeledek lo..! Aku kan lembut..!!"
"Apanya yang lembut, Ita..?" Tanyaku pelan sambil agak berbisik.

"Ada deh.. Boy mau tau aja..!" jawab Ita membuatku bertanya-tanya.
Aku yang tadinya tidak berpikir macam-macam.. alias murni bercanda.. sekarang jadi curiga.

"Ya boleh dong Boy dikasih tau kelembutannya Ita.." jawabku makin berbisik.
"Hii.. Merinding aku dengar suaramu..!" Kata Ita agak keras. Kami tertawa bersama.

"Tapi aku nggak naksir Yudha, Boy.." kata ita kemudian.
"Oh.. Pasti naksir Boy, kan..?" Godaku. Kalau betul, wah, lumayan.

"Yee, GR..! Pengen laku yah..?" Ledek Ita.
Waduh.. Kok sepertinya aku jelek sekali sampai Ita bicara seperti itu. Tapi emang sih aku masih jomblo..

"Trus naksir siapa, Ita..? Kamu boleh cerita ama aku kalau kamu mau.."
"Hm.. Itu, si Hendra. Anak angkatan atas.. Dia cakep, bodynya keren.. Sexy..! Dan bibirnya..
Ugh.. Pengen kucium sepuasnya..!" Ita mulai ceriwis.

Dia tidak sadar aku mendengarkannya dengan terkejut.
Wah.. Anak ini.. Tapi memang sasaran Ita si Hendra anaknya cakep.

"Lho, Ita.. Aku kan tingginya nggak beda jauh ama Hendra..? Body-ku juga pas kan..?
Bibirku juga sexy. Kenapa lebih memilih Hendra..?" Godaku lebih jauh.
Aku tiba-tiba ingin tau posisiku di matanya. Padahal.. aku sama sekali tidak menyukai si Ita.

"Tau ah..! Pokoknya Hendra..! Gimana Boy.. Aku mau kirim surat ke Hendra nih..!"
"Ya.. Terserah lo aja, Ita. Mau kirim surat ya kirim aja. Lo kan pede orangnya.
Masa' ginian aja nanya ke aku..?" Jawabku sekenanya.
-----oOo-----

Besok siangnya, sepulang kuliah aku santai di ruang keluarga. Papa mamaku belum pulang kerja.
Adik-adikku sedang tidur siang. Pembantuku juga tidur mungkin.

Aku sedang mengotak-atik komputer saat itu.
Seingatku waktu itu aku sedang membuat mini games dengan Turbo Pascal.

Kudengar pintu pagar terbuka disusul salak anjingku yang menggonggong..
menyambut tamu yang rupanya sudah dikenalnya. Ita.

"Hai Boy.. Lagi ngapain?" Ita segera duduk di sofa sambil melihat ke komputerku.
"Lagi nyoba bikin semacam game petualangan. Tokohnya seekor anjing..
yang berusaha mengumpulkan benda-benda untuk menyelamatkan anak-anaknya yang diculik penjahat."

"Hm.. Ngeganggu ya? Aku mau curhat boleh..?" Tanya Ita.
"Tentu saja boleh.." Game computer bisa kubuat kapan pun.
Segera aku simpan pekerjaanku dan kumatikan komputerku.

"Tentang si Yudha atau si Hendra..?" Tanyaku menebak.
"Hendra. Aku nggak nyangka dia seperti itu.."

"Emangnya ada yang salah dengan Hendra..? Kamu jadi mengiriminya surat..?"
"Aku memutuskan untuk bicara langsung dengannya. Kalau ditolak, tidak masalah.
Yang penting tidak ada bukti tertulis aku pernah menyukainya.
Kalau dia sok banget lalu cerita ke teman-temannya, aku bisa menyangkalnya."

"Wah.. Kamu cerdas juga.." komentarku. Emang bener sih.
"Hendra menerimaku, Boy. Tapi langsung aku putus lagi dia. Brengsek tuh anak..!"

"Lho, ada apa..? Kamu menyukainya. Hendra menerimamu, kenapa batal..?"
"Ya emang bener kita saling menyukai. Tapi si Hendra ternyata nafsu sekali.
Masa' begitu kami jadian, dia langsung kiss aku, Boy..!"

"Hm.. Gak masalah kan jadian lalu kissing..? Bagimu terlalu cepat ya..?" Tanyaku mencoba memahami Ita.
Aku banyak mendengar cerita dari teman-temanku yang langsung kissing pada hari jadian mereka.
Jadi, aku menganggap hal itu biasa terjadi.

"Ya bener nggak masalah. Tapi masa' kissing belum apa-apa, tangannya sudah mau menjelajahi tubuhku.
Meremas payudaraku. Wah.. Cowok apaan tuh..? Emang pacaran buat apaan..? Nge-sex..!?" Protes Ita.

Kali ini kuakui Hendra memang terburu nafsu. Tapi aku ingin memancing Ita lebih jauh lagi.

"Lho.. Kan nggak harus diputus..? Beri kesempatan dong. Lagian, seingatku.. kemarin kamu memuji keseksiannya.
Bibirnya yang menarik.. Kok sekarang begini..? Wajar kan cowok begitu..?
Salah sendiri kamu cantik dan sexy, Ta.." tanyaku lagi.

"Bener aku cantik dan sexy menurutmu, Boy..?" Tanya Ita. Suaranya terdengar agak berat.
Menurutku dia mulai ingin menangis.

"Ya, kamu cantik dan sexy.. Wajar kalau Hendra ingin menyentuhmu.." aku agak nekat berkata seperti ini.
Perkataanku kali ini keluar dari jalur empatiku terhadap Ita. Risikonya Ita akan berpikiran aku seperti hendra.

Tapi ternyata Ita agak memerah mukanya. Aku belum berani mengartikan perubahan warna mukanya.
"Kalau Boy.. Apa ingin menyentuhku..?" Bisik Ita.

Kali ini aku seperti disambar petir. Sungguh di luar dugaanku.
Sekian detik aku berusaha mencerna maksud kalimatnya.

Merekonstruksi kejadian telepon kemarin, kisah Yudha, dan Hendra. Aku punya dugaan.. tetapi aku belum yakin.
Tiba-tiba darahku berdesir. Aku tegang memikirkan kata-kataku selanjutnya untuk memancing apa maksud Ita.

"Hm.. Ita terlalu berharga untuk sekedar disentuh.." bisikku.
Kali ini aku menyelidiki matanya. Eyes never lies. Pupil matanya mengecil. Ita menyimpan sesuatu.

"Lalu apa yang ingin cukup berharga untuk Boy lakukan terhadap Ita..?" Tanyanya kemudian.
Dugaanku semakin kuat. Aku hampir melonjak kegirangan ketika menemukan kesimpulanku.

Tapi aku bukan pria yang gegabah. Aku masih membutuhkan tambahan informasi untuk dugaanku.
Kurasakan penisku ereksi. Entahlah.. kalau otakku lagi menaikkan kinerjanya, seringkali penisku ereksi.

"Kalau aku.. Aku akan membuat Ita melayang. Menembus awan.. terbang ke langit merasakan kebebasan.
Ya.. Boy mungkin akan jauh lebih berani dari Hendra.."

Aku berdebar menantikan reaksi Ita. Aku berharap pembaca mengerti.
Dalam dugaan di pikiranku saat itu, cerita tentang si Hendra adalah rekayasa Ita.

Aku sudah pada satu kesimpulan bahwa Ita menyukai dan menginginkanku.
Dan Ita memancingku untuk mengetahui seberapa berani aku terhadapnya.

Tetapi memang dugaanku ini menyisakan kemungkinan untuk salah.
Jika ternyata Ita jujur, maka aku sudah telanjur mengungkapkan hasratku.
Aku setali tiga uang dengan Hendra. Menginginkan tubuh Ita.

"Bagaimana cara Boy membawaku terbang melayang..?" Bisik Ita sambil mendekatkan wajahnya.
Aku mulai bisa merasakan hangat nafasnya. Aku jadi takut melangkah.

Seharusnya aku sudah menciumnya saat itu.
Merengkuh tubuhnya dan menunjukkan caraku membawanya terbang melayang.

Daripada dengan kata-kata, jauh lebih baik dengan perbuatan.
Tapi justru sikap Ita membuatku hati-hati. Penisku semakin tegang. Gila.. Apa maksudmu, Ita..?

Sedetik.. Dua detik.. Tiga detik.. Dan aku memutuskan untuk tidak menciumnya.
Aku berdiri dan duduk di sofa di sampingnya. Ini rumahku.

Tentu aku tidak mau dipermalukan di rumahku sendiri.
Tampaknya aku kehilangan momen menentukan tadi.

"Boy..?" Bisik Ita. Dia memalingkan tubuhnya menghadapku.

"Aku bisa mencumbumu.. membuat tubuhmu merasakan kenikmatan dan akhirnya bercinta denganmu..
membawamu terbang melayang. Tetapi aku menghargaimu, Ita. Aku bukan Hendra.
Aku tidak akan menyentuh tubuhmu tanpa ijinmu.
Tanpa kau sendiri yang menginginkannya untuk aku lakukan terhadapmu.."

Aku akhirnya memilih berhati-hati. Sesaat aku ingin kesempatan yang tadi terulang.
Mungkin aku betul-betul akan menciumnya kalau kesempatan itu ada lagi.

Plak..! Sebuah tamparan dari Ita ke wajahku. Aku terkejut.
Tidak ada alasan bagi Ita untuk berhak menamparku. Aku tidak bersalah.

Sedetik kemudian aku sadar. Ini mungkin momen kedua.
Tamparan tadi pasti ijin dari Ita agar aku menciumnya.

Dan aku merengkuh tubuhnya. Menciumnya tepat di bibirnya.
Ita menyambut ciumanku dengan dahsyat.

Bibirnya bergerak lincah berpadu dengan lidahnya yang menari-nari mencumbuku.
Aku merasakan sensasi baru dalam bercumbu karena kehebatan Ita memainkan lidahnya.
Lidahnya seperti punya nyawa sendiri. Bisa hidup dan bergerak sendiri.

Aku tentu saja tidak mau kalah. Kugunakan bibir dan lidahku pula untuk melayani permainannya.
Benar-benar percumbuan yang panas. Tangannya mengacak-acak rambutku.
Sedangkan aku terkonsentrasi pada bibirnya. Tanganku menahan lehernya agar tetap dekat denganku.

"Uhm.." ciumanku beralih ke pipi, leher dan telinganya.
Ita menggelinjang hebat ketika aku mencium telinganya. "Ughh..!!" desah Ita.

Bahasa tubuh Ita ini khas sekali. Sangat penuh dengan sentakan.
Seakan-akan seluruh tubuhnya berisi titik-titik peka yang mudah dirangsang.

Bagian apa pun yang kusentuh dengan tanganku, membuatnya menggelinjang.
Gadis ini liar dan menggairahkanku..!

"Si Hendra itu rekayasamu, ya..?" Bisikku di telinganya untuk memastikan dugaanku.
"I.. Iyah.." jawab Ita sambil menahan nikmat.

Aku tertawa penuh kemenangan dalam hati. Dugaanku ternyata benar.
Untung aku tidak kehilangan momen keduaku ini.

Tanganku menyelusup ke balik kaosnya. Meraba kait bra-nya yang 34C dan melepas bra-nya turun.
Dengan lembut aku menempatkan telapak tanganku ke payudaranya.

Aku meletakkan putingnya tepat di tengah telapak tanganku dan mulai kuputar tanganku.
Sesekali aku menekan payudaranya yang lembut.

"Kau.. Memang lembut Ita.." bisikku. Lidahku kini memasuki telinganya. Ita kegelian.
Sontak kepalanya menunduk ke arah bahunya, menjepit wajahku. Refleks menahan geli.

Tangan kiriku dengan leluasa menjelajahi punggungnya yang ditumbuhi bulu-bulu sangat halus.
Ita beberapa kali tersentak menahan rangsangan di punggungnya. Wah.. Gadis ini mudah sekali dirangsang, pikirku.

Bibir kami kembali beradu. Bercumbu dengan sebebas-bebasnya. Sepuas-puasnya.
Aku terkejut ketika tiba-tiba Ita melenguh cukup keras.

Kuatir kalau adik atau pembantuku terbangun dari tidurnya. Dengan bersemangat aku menggendong tubuh Ita.
Sambil tetap bercumbu aku membawanya masuk ke kamarku.

Membaringkan tubuh Ita ke spring bed, mengunci pintu, menyalakan AC dan memutar radio.
Setidaknya suara Ita tidak akan terdengar sampai keluar.

Begitu aku selesai memutar radio, kulihat Ita sudah melepas kaosnya dan celana dalamnya.
Dia telanjang bulat di depanku. Sungguh tubuhnya sangat indah.

Payudaranya yang 34C terlihat begitu memukau. Bentuknya sangat seksi.
Pas di tubuhnya yang langsing. Beberapa saat kami berhadap-hadapan.
Aku menikmati memperhatikan tubuhnya yang utuh.

Ita kemudian melompat ke arahku.
Memelukku sambil tangannya bergerak cepat melepas kaos dan celanaku. Sangat terampil dan cekatan.

Dalam waktu singkat kami sama-sama telanjang bulat. Ita sungguh liar.
Sambil sama-sama berdiri kami bercumbu lagi.
Beberapakali aku harus menahan keseimbangan agar tidak terjatuh.

Ternyata sulit bercumbu dengan penuh semangat sambil berdiri tanpa sandaran.
Perlahan aku menyandarkan tubuh Ita ke dinding kamarku. Eh, Ita tidak mau.

Aku yang disandarkannya ke dinding kamarku. Dia menyerangku.
Mencumbuku dengan semangat. Lidahnya mulai menyapu leherku, dan menggigitku kecil.

Kemudian turun ke dada, perut dan akhirnya menemukan penisku yang sudah berdiri tegak.
"Aagh..!!" Aku melenguh menahan nikmat saat Ita mulai mengoralku.

Tidak hanya mengoral.
Tangannya juga aktif memijat penisku dari batang penis, menuju pangkal penis.

Memainkan testisku.. kadang tangannya dengan nakal membuat guratan maya dari penis ke anusku.
Ughhhh..!! Sangat menggairahkan.

Oralnya dahsyat juga. Ita tanpa segan mengulum penisku..
dan sepertinya dia berusaha menelan semua penisku..!
"Ah.. Ah..!!" Aku hanya bisa mendesah.

Kepala penisku semakin membesar dengan warna kemerahan. Aku tau, ini ereksi maksimalku.
Penisku mencapai diameter terbesarnya. Sekitar 4.2 - 4.7 cm. Ita makin bersemangat mengoralku.

Sekarang dia berusaha mengisap kepala penisku. Ooh.. Dia menemukan sisi lemah penisku.
Aku paling tidak tahan kalau serangan oral ditujukan hanya ke kepala penisku.

"Lepas dulu Ita, aku tidak tahan.." bisikku. Daripada aku orgasme saat itu, rugi berat.
Aku harus pandai mengatur tempo. Ita mematuhiku. Dia hanya memijat penisku dengan tangannya.

Perlahan aku ikut menunduk. Mataku menatap selangkangannya.
Ita tampaknya mengerti maksudku. Dia duduk di atas spring bed dan membuka kakinya lebar-lebar.

Kepalaku masuk dan aku mulai mengoralnya. Baunya mirip dengan Ria, sama-sama khas.
Tetapi bau milik Ita lebih harum. Belakangan aku tau Ita menggunakan pengharum khusus.

Aku merasa lebih enjoy mengoral Ita kali ini. Vagina Ita bulunya dicukur sampai hanya tersisa sedikit.
Aku menyibak labia mayoranya dan mulai menyedot vaginanya. "Arg..!!" Ita melenguh.

Lidahku menari-nari dengan bebas. Menghisap dan menjilat dengan leluasa.
Aku seperti menemukan sirup kental asin di vaginanya yang basah. Aku mulai terbiasa dengan rasa asin itu.

Kunikmati saja. Srrt.. Hhhh.. Slurrpp.. aku benar-benar mengoral Ita sepuasku.
Tubuh Ita tersentak-sentak. Rambutku dijambaknya dengan keras.
Bahkan kadang tangannya mengepal memukuli tubuhku.

"Boy, ah.. Kau.. Arghh.." suara Ita tak kudengar jelas.
Dia meraung dan menggelinjang. Setelah beberapa menit, mulutku terasa capek.

Aku kemudian menggunakan dua buah jariku untuk mencari G-spotnya.
Di dinding dalam vaginanya, aku menemukan daerah yang ada bintik-bintik kecilnya.

Aku berhenti disitu dan mulai merangsangnya di situ. Tubuh Ita bergetar makin hebat.
Aku belum yakin apakah itu G-Spotnya, tetapi yang jelas reaksi tubuh Ita sungguh dahsyat.

Dia sampai menjerit dan berteriak.. "Argh.. Enaakk..!! Terus Boy..!!"
Aku tak peduli apakah teriakan Ita terdengar sampai keluar.
Yang jelas aku makin bersemangat menyiksanya dengan kenikmatan.

Tak lama kemudian aku mengambil kondom dan memakainya.
Aku sampai saat itu masih tetap ingin bercinta dengan kondom.
Ita tampaknya tidak keberatan aku memakai kondom.

"Sudah pengalaman pakai kondom ya..?" Goda Ita. Aku tersenyum. Jadi ingat Ria, nih.
Aku meminta Ita membalikkan tubuhnya. Ingin kucoba posisi doggy.

Slebb..!! Perlahan kumasukkan penisku. Ughh..!!
Ternyata lebih mudah memasukkan penis dengan posisi seperti ini.

Mulai kudorong lebih dalam dan.. blesskk..!! Penisku sukses memasuki sarang kenikmatan.
Kami bercinta dengan dahsyat. Pertama aku memompa penisku dengan tempo pelan.

Menikmati setiap gesekannya. Kemudian temp bertambah cepat.
Bertambah cepat lagi..
Hingga akhirnya sampai terdengar bunyi yang khas setiap aku memompakan penisku ke vaginanya.

Ita kali ini lebih diam. Dia hanya melenguh sesekali. Kulihat bibirnya merapat.
Mungkin ini caranya menikmati persetubuhan. Aku terus memompa penisku. Keluar masuk vaginanya.

Sesekali aku berhenti untuk mengambil nafas, memutar-mutar penisku..
Dan kalau aku sudah di ambang orgasme.. aku berhenti lagi. Aku tidak mau tergesa-gesa orgasme.

"Ganti posisi, Boy.." kata Ita.
Aku kemudian telentang di springbedku. Ita menaikiku dari atas.

Slebbb..!! Kubantu penisku memasuki vaginanya.
Wah.. ini pertamakalinya aku bercinta dengan tubuh di bawah.

Slepp.. clebb.. blesskkk..!! "Nghhh.. ahhh.. ohhhh..!!" Ita melenguh nikmat.
Namun aku sedikit kesakitan waktu Ita hendak menurunkan tubuhnya. Agak kurang pas mungkin.

Setelah beberapakali mencoba, akhirnya kami sukses melakukannya.
Ternyata enak juga. Aku tidak banyak bergerak.

Hanya tanganku sesekali meremas lembut payudaranya. Selebihnya Ita yang aktif.
Tampaknya ini posisi favorit Ita.

Dia memutar-mutar pantatnya, naik turun mempermainkan penisku.
Kurasakan denyut vaginanya yang menjepit penisku. Luar biasa.

Aku akhirnya bisa bercinta lebih lama dibanding dengan Ria.
"Arg.. Argh.. Oghh.. oghh..!!" Suara Ita menikmati percintaan kami.

Tak lama kemudian kurasakan tubuh Ita bergetar makin hebat..
Makin hebat dan gerakannya makin cepat. Ita sedang berlari mengejar orgasmenya.

Beberapa saat kemudian Ita menghentikan gerakannya.
Tubuhnya menegang dan ia melenguh panjang.. Rupanya Ita mencapai orgasmenya.

Yang aku ingat, ada ciri menarik dari orgasme Ita. Orgasmenya berbunyi!
Ada bunyi yang keluar dari vaginanya. Aku sampai terheran-heran kemudian tertawa.

"Kamu orgasme ya? Kok bunyi?" kataku heran.
"Iyaa.. Jangan diledek ya!" kata Ita manja.

Posisi berganti lagi. Aku memilih posisi konvensional dengan tubuhku diatas.
Aku ingin menikmati melihat wajah dan tubuh Ita dengan bebas.

Dengan posisi ini, energi yang kukeluarkan makin banyak. Tak lama kemudian akupun orgasme.
Aku dengan lega menyemburkan spermaku. Kemudian kutarik penisku dan kulepas kondomnya.

"Kamu luar biasa.." bisikku sambil mencium hidungnya.
"Makasih ya Boy.. Aku sudah lama menyayangimu. Tapi kupikir kamu anaknya kuper.
Cuma mengurus komputer dan buku kuliah. Ternyata kamu menikmati sex juga.."

"Kamu kapan mulai kenal Sex, Ita?" tanyaku sambil memeluk pinggangnya dan mengelusnya lembut.
"Dari SMA kelas 1, Boy. Tuh si Erdy yang dapat.." Kata Ita terus terang.

Wah.. aku tidak suka mengetahui siapa cowok yang pernah bercinta dengan wanita..
yang berbagi kenikmatan denganku. Tetapi aku menghargai Ita yang berterus terang.

"Kamu hipersex ya, Ita?" tanyaku lagi.
"Engga tuh, Boy. Aku angin-anginan.
Kalau aku lagi penasaran dengan seseorang.. aku bisa tiba-tiba bergairah dengannya.
Tapi pernah juga aku pacaran 5 kali tanpa making love. Malas aja gitu. Tak tentu deh."

Aku mendapatkan jawaban yang berbeda lagi. Jangan-jangan tiap wanita berbeda jawabannya..?

"Kalau lagi kepingin.. Kamu memilih masturbasi atau making love..?"
"Ya making lovelah..! Jauh lebih enak. Ngapain masturbasi..?
Tapi aku tidak bisa making love dengan sembarang pria, Boy. Kamu orang ketiga yang ML denganku."

Aduh.. Aku orang ketiga..! Aku benar-benar tidak suka kejujuran seperti ini.
Tidak ada perlunya aku tahu bahwa aku orang ke tiga yang bercinta dengannya.

"Lalu.. apakah sex itu sangat penting bagimu..? Apakah sex itu salah satu yang terutama..?"
Aku kemudian menceritakan rasa penasaranku terhadap wanita.
Aku juga bercerita tentang pendapat Lucy dan Ria.

"Dulu aku berpikiran tidak. Tetapi setelah merasakan ML pertamaku yang luar biasa..
aku jadi merasa sangat membutuhkan sex. Rasanya, memang sex menjadi salahsatu yang utama.."

"Oh ya..? Kalau ada cowok dengan daya seks yang hebat.. tetapi dia tidak setia..
Tidak menghargaimu dan banyak sisi negatifnya.. Dibanding dengan cowok yang setia, menghargaimu..
Dan banyak sisi positifnya, tetapi daya seksnya sangat lemah atau impoten, kamu pilih yang mana..?"
Tanyaku kemudian.

"Wah.. Susah nih jawabnya. Lagian tidak mungkin kan seseorang dengan potensi sex hebat tapi semua pribadinya jelek..?
Dan juga aku rasa hanya sedikit orang yang impoten permanen. Selebihnya pasti ada solusi untuk impotensinya.."

"Jawab aja. Aku cuma ingin tau.." desakku pelan.
"Hm.. Kamu jangan cerita ke orang lain ya. Papaku sekarang impotent.
Tapi dia jauh lebih baik dibanding dulu.
Dari curhatnya Mama ke aku, rasanya Mama lebih suka Papa yang sekarang deh."

"Itu kan Mamamu. Kalau kamu..?"
"Susah, Boy.. aku jawab lain kali ya..?"

Nah.. aku tidak bisa memaksanya bukan..? Jawaban kira-kira juga tidak akan enak disimpulkan.
Yah.. aku berharap dengan berjalannya waktu.. Ita akan terus berpikir dan lalu menyimpulkannya. E N D
--------------------------------------------------oOo--------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd