Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 169 – Kost-an Asyikk

Episode Hadiah Bagi Pahlawan

Kenalkan.. namaku Leo..
berasal dari Tasikmalaya dan sudah 2 tahun menempuh kuliah di Jakarta.
Di sini aku tinggal di sebuah rumah kost yang dihuni banyak mahasiswa perantauan sepertiku.

Kisah ini bermula ketika aku sedang berbelanja ke sebuah mall di Jakarta.
Aku tidak sendirian.. tapi bersama 2 gadis teman kostku.. mereka adalah Diana dan Sinta.
Keduanya cantik dan sama-sama warga keturunan sepertiku.

Diana adalah seniorku semester akhir.. sama-sama jurusan manajemen denganku.
Sifatnya pendiam. Banyak yang mengatakan dia judes.. karena jarang tersenyum.

Nah.. karena sifat tertutupnya inilah temannya cuma sedikit.
Tapi kalau sudah akrab.. ternyata orangnya baik dan menyenangkan.

Dia sering membantuku dalam tugas-tugas kuliah. Hubungan kami seperti kakak adik..
Orangnya putih cantik.. tinggi. Rambutnya panjang.. wajah oval dan bodinya ideal..
Hmmm.. kalau dilihat-lihat.. mirip dengan –aktris..– Vivian Hsu.

Sedangkan Sinta seangkatan denganku.. tapi dari fakultas psikologi.
Pacarnya adalah salah seorang temanku yang sedang belajar di luar negeri.
Sifatnya periang dan humoris.. kadang-kadang suka bercanda kelewatan.

Tingginya sekitar 160 cm.. bodinya langsing, berambut lurus sebahu..
Wajahnya putih licin.. dengan hidung mancung.
Dia dan aku termasuk beberapa dari segelintir orang yang dekat dengan Diana.

Malam itu langit sudah gelap kira-kira jam 19:00..
Kami sudah selesai berbelanja dan sedang menuju tempat parkir bertingkat.

Tempat itu sudah sepi dan gelap..
karena aku kebetulan parkir di tingkat agak atas jadi jarang ada kendaraan.

Suasana di sana cukup menyeramkan hanya diterangi lampu remang-remang.
Tiba-tiba kami dikejutkan oleh 2 orang preman berpenampilan sangar yang menghadang jalan kami.

"Hei, tunggu dulu kalo mau lewat serahin dulu duit yang kalian punya, ayo..!”
Kata yang kurus gondrong itu.

"Wah.. gile.. bawa cewek juga nih dia. Cakep-cakep lagi..!! Eh.. cewek.. mau main sama kita nggak..!?”
Timpal temannya yang berambut cepak.

Aku segera bergerak menepis tangan si cepak ketika hendak mengelus pipi Diana yang tampak ketakutan.
"Hei, hei..!! Kalau mau duit gua ada.. tapi jangan macam-macan sama temanku..!!” Bentakku padanya.

Rupanya mereka tidak terima.. si gondrong mengeluarkan pisau lipatnya dan menyerang ke arahku..
Aku menghindar dan menangkap pergelangan tangannya..
Lalu kupuntir dengan jurus aikido yang kupelajari sejak SMA.

"Ci Diana.. Sinta.. cepat masuk ke mobil dan lari.. jangan tunggu gua..!!”
Seruku pada mereka.. seraya memberi kunci mobil pada Diana.

Mereka segera masuk ke mobil..
Tak lama kudengar mesin sudah dinyalakan.. tapi bukannya lari malah menungguku.

"Heh.. mau jadi jagoan loe..!? Ayo kita hajar dia dulu Wan.. baru kita kerjain cewek-ceweknya..!!”
Kata yang gondrong pada temannya.

Si cepak menerjang ke arahku tapi kutendang perutnya sampai terhuyung-huyung ke belakang.
"Ayo masih berani maju..!?” Tantangku dengan memasang kuda-kuda.

Yang cepak itu masih belum kapok.. dia mengeluarkan pisaunya dan mencoba menusukku..
Kami sempat terlibat pertarungan seperti dalam film-film action.

Tanganku sempat tersabet pisau dan membuat luka gores sepanjang kira-kira 10 cm..
namun aku berhasil merebut pisau si gondrong dan kupatahkan pergelangan tangannya..
sementara yang cepak terkena tinjuku pada mulutnya.. sehingga terlihat darah pada bibirnya.

Sebenarnya aku mulai kewalahan.. tapi aku mencoba tetap tenang dengan menggertak mereka..
menggunakan pisau yang kurebut.. sambil berdoa dalam hati.

Kami terdiam sesaat lalu mereka perlahan-lahan mundur.. membalikkan badan dan kabur entah ke mana.
Akhirnya berguna juga ilmu bela diri yang kupelajari selama ini.. gumamku dalam hati.. lega.

Aku segera masuk mobil, kusuruh Diana segera tancap gas..
Dengan wajah masih tampak tegang.. dia segera menjalankan mobil dan keluar dari situ.

Sinta berkata padaku.. "Ihh.. tangan kamu berdarah tuh.. kamu nggak apa-apa..?"
Sinta lantas membantu mengobati lukaku dengan peralatan P3K di mobilku.
"Leo, kamu nggak apa-apa..? Kita ke rumah sakit ya..?” Sambung Diana.

"Ah nggak usah kok.. cuma luka gores aja, nggak sampai kena tulang lagi.. tinggal diobatin..
dan diperban sendiri aja.. kalian tenang sajalah. Harusnya gua yang terima kasih pada kalian..
Kalian sudah gua suruh kabur dulu.. tapi malahan nungguin.. kalau gua kalah tadi gimana coba..!?” Kataku.

"Leo, kamu masih anggap Cici ini temanmu nggak sih..?
Kamu pikir kita tega ninggalin kamu sendirian kayak gitu..!”
Ujar Diana dengan ketus dan menatap tajam ke arahku.

"Udah Ci.. lagi nyetir jangan marah-marah.. Leo kan tadi kuatir keselamatan kita juga..
Uuhh.. kamu sih asal omong..!” Sinta mencoba menenangkan sambil menyikut dadaku.

Aku diam saja.. daripada ribut sama cewek..
Bukannya takut.. tapi bikin pusing. Apalagi mendengar omelan Sinta kalau lagi bawel.
Sesampainya di kost.. aku menyuruh mereka istirahat saja supaya tenang, aku sendiri segera masuk kamar.

Kira-kira jam 9 malam.. aku sedang membaca tabloid Bola.. pintuku diketuk.
Ternyata yang datang Diana dan Sinta yang sudah memakai pakaian tidur.

"Loh, ngapain kalian berdua ke sini malam-malam begini..?” Tanyaku.
"Kita cuma mau berterimakasih barusan itu.. kamu tadi hebat banget deh Le..
Mirip Jet Lee aja aksinya..” puji Sinta dengan tersenyum.

"Boleh kami masuk.. ngobrol-ngobrol sebentar..?” Tanya Diana.
Akhirnya kupersilakan mereka masuk juga mumpung belum ada yang lihat.

"Gimana lukamu Le..? Sori banget ya demi kita kamu jadi gini.. kalo nggak ada kamu..
nggak tau deh gimana nasib kami..” kata Sinta sambil memegangi lenganku yang sudah diperban.
"Ah luka kecil.. nggak lama juga sembuh kok, kalian tenang deh..”

"Le, kamu hebat deh tadi.. makanya kita ke sini rencananya mau membalas budi nih.
Kami ada hadiah kecil buat kamu..” sahut Diana.

"Oh, nggak usah Ci.. kita kan temen kok pake hadiah-hadiahan segala..!?” Balasku sungkan.
"Eee.. harus diterima lho. Kalo nggak.. gua nggak mau omong sama kamu lagi nih..!”
Sambung Sinta setengah memaksa.

"Ya, iya deh, aku terima aja biar kalian puas.. makasih loh.." aku ngalah saja.
"Tapi loe tutup mata yah.. soalnya ini surprise loh..” katanya lagi.
"Wah.. apa sih.. pake rahasia segala..? Ya udah deh.. gua merem nih..!” Kataku.

Aku lalu bersandar di ranjang.. sambil memejamkan mata.
Tak lama kemudian kudengar bunyi tirai ditutup dan Diana berkata..
"Awas jangan ngintip ya.. ntar batal loh hadiahnya..!?” Disambung dengan suara Sinta ketawa cekikikan.

Akhirnya aku merasakan salah seorang duduk di sampingku dan meraih tanganku.
"Sudah siap..?” Ternyata suara Diana.

"Sudah.. boleh buka mata belum Ci..?”
"Tunggu bentar lagi..” jawabnya.

Tanganku disentuh dan diusapkan pada suatu benda kenyal olehnya.
Betapa kagetnya aku.. ketika meraba benda itu ternyata adalah payudara wanita.

Segera kubuka mata.. dan benar saja.. Diana duduk di samping kiriku tanpa sehelai benang pun..!!
Dan ia menumpangkan tanganku di payudaranya..

Sementara Sinta.. yang juga sudah polos.. mematikan lampu kamar..
kemudian menyalakan lampu meja, sehingga suasana menjadi remang-remang.

"Nah.. kalo gini kan jadi romantis suasananya..” katanya pelan.
Wuihhhh..!! Benar-benar kaget bercampur terangsang aku saat itu..

Soalnya aku baru pertamakalinya ini melihat mereka polos.
Tubuh Diana ternyata benar-benar aduhai.. perut rata.. paha jenjang yang mulus.. bulu

Sementara kemaluannya rapi dan lebat.. payudaranya lumayan besar dan kencang.
Uhhhh.. benar-benar mirip dengan Vivian Hsu.. yang sering kulihat gambar-gambar bugilnya.

Tubuh Sinta tidak kalah menarik.. walau pun payudaranya tidak sebesar Diana.. mungkin hanya 34.
Dengan puting merah muda.. dengan bulu kemaluan yang lebat pula.

"Loh, kok.. kok begini sih..? Terimakasihnya kelewatan deh kayaknya..” kataku sedikit gagap..
Jantungku berdebar kencang.. karena aku belum pernah main dengan perempuan lain selain pacarku sendiri.

"Tidak Le, kamu memang pantas menerimanya.. jadi utang budi ini impas..” jawab Diana..
Lalu dia membuka ikat rambutnya.. sehingga rambut panjangnya tergerai bebas sedada.

"Wah, Ci liat, mukanya merah tuh.. dia malu sama kita kali..” kata Sinta sambil tertawa.
"Nggak usah malu Le.. kita kan temen dekat.. bukan orang lain..” kata Diana lagi..
seraya membelai pipiku dan mencium lembut bibirku.

Gubrakk..!! Imanku langsung runtuh karena perlakuan mereka.
Begitu bibirnya menempel di bibirku.. segera kusambut dengan tarian lidahku di mulutnya.
Segera lidah kami saling beradu dengan penuh nafsu.

Tanganku sudah mulai memijat-mijat buah dadanya dan mulai turun meraba-raba paha mulusnya..
Lantas naik lagi ke kemaluannya.. dan kuberikan sentuhan halus pada klitorisnya.

Diana yang biasanya pendiam dan lemah lembut itu.. malam itu begitu liar dan penuh nafsu..
jauh dari yang terlihat dalam kesehariannya.

Sinta tidak tinggal diam.. dia memelorotkan celana trainingku dan CD-ku..
sehingga barangku yang sudah tegang menyembul keluar.

"Wah besar juga nih.. pantes si Vivi betah sama lu Le..” godanya.
Tak lama.. slrupp.. crlupp.. slrupp.. dijilatinya senjataku dengan penuh nafsu..
Lalu dimasukkan ke mulutnya dan diemut-emut seperti seperti permen lolipop.

Sementara ciumanku pada Diana sudah mulai turun ke dagunya, lalu ke leher.
Kusibakkan rambut panjangnya ke samping kiri lalu kujilat-jilat leher kanannya..
kugigit pelan sambil menyapunya dengan lidahku.

Nafas Diana sudah mulai kacau.. matanya terpejam sambil mendesah dan meremas-remas rambutku.
Aku sendiri merasakan sensasi hebat pada batanganku yang sedang dikulum Sinta.

Auhhh..!! Sensasinya luar biasa.. tak mampu kuungkap dengan kata-kata..
Karena ini baru pertamakalinya kurasakan kenikmatan bercinta dengan dua wanita.

Tanganku mulai naik dari kemaluannya menuju dadanya.. dan lidahku turun menuju sasaran yang sama.
Ctapp..!! Akhirnya kutangkap dada kanannya dengan tanganku dan dada kirinya dengan mulutku..

Di saat yang sama juga.. tangan kiriku mengelus-elus pantatnya yang indah itu.
Puting yang ranum itu kusedot dan kutarik-tarik dengan mulutku..
Sedangkan dada kanannya kuremas-remas sambil memencet putingnya.

Setelah beberapa saat kurasakan barangku mau meledak karena kuluman Sinta.
"Sin, Sin.. udah.. stop dulu..!! Gua udah nggak tahan nih..!!” Kataku terbata-bata.

Akhirnya dia menghentikan kegiatannya dan berkata..
"Lu gitu ah.. masa' mainnya sama Ci Diana terus..? Kamu nggak suka Sinta ya..?
Ntar gua bilangin loh ke Ko Hendy.. –pacar Diana..– biar digebuk hehehe..”

"Sori dong Sin.. abis kan tadi Ci Diana yang mulai dulu.. jadi dia yang duluan dapet..”
"Ya udah.. biar adil kita undi saja.. siapa yang lebih dulu melayani Leo, gimana Sin..?”
Diana memberi usul.

Mereka lantas berdua suit.. dan yang menang ternyata adalah Diana.
"Yah.. Sinta kalah. Ya udah.. Cici duluan deh, jahat ah..!” Kata Sinta mencibir pada Diana.

"Tenang Sin kamu juga ntar kebagian kok, Leo kan kuat, ya nggak..?”
Kata Diana sambil melirik padaku yang cuma mampu senyum-senyum Mupeng.

Tak lama kemudian.. kami mulai mengatur-atur posisi..
Kini Diana berbaring terlentang di ranjang.. dan Sinta duduk di tepi ranjang menunggu.

Kembali kuciumi sekujur tubuhnya.. mulai dari bibir.. dan sesampainya di kemaluan..
kuangkat kedua kakinya ke bahuku sampai tubuhnya setengah terangkat..
lalu kudekatkan wajahku ke pangkal pahanya.

Bulu-bulu lebat itu kusibakkan dengan jariku dan kujilati belahan di tengahnya.
Lidahku bermain-main dengan ganas di daerah itu..
membuat tubuh Diana mengelinjang-gelinjang disertai suara-suara rintihannya.

Tidak kuhiraukan lagi bahwa gadis ini sebenarnya adalah seniorku..
dan kuanggap kakak angkatku yang harusnya kuhormati.
Yang terpikir saat itu hanyalah nafsu dan nafsu yang makin membara.

Mendadak kurasakan sebuah tangan dengan jari-jarinya yang lembut..
menggenggam batang kemaluanku yang 'masih nganggur'.

Pemilik tangan lembut itu adalah Sinta.. yang tidak tahan hanya menjadi penonton.
Dikocoknya batang kejantananku lalu dimasukkan ke mulutnya dan diemut-emut..
sementara lidahku terus bekerja di liang kewanitaan Diana.

Tanganku membuka bibir kemaluan yang rapat itu.. sampai kulihat tonjolan kecil di tengahnya..
kemudian kumasukkan lidahku lebih dalam lagi agar bisa menjilat benda itu.

Rintihan Diana makin menjadi-jadi sambil meremas-remas sprei dan Sinta berpindah menciumi payudara Diana.
Sesaat kemudian kedua paha Diana mulai menjepit kepalaku, badannya tertekuk ke atas.

"Oh, Leo.. akhhh.. ah..!!” Erangan itu diiringi menyemburnya cairan hangat bening membasahi mulutku..
Setelah itu kuturunkan badannya.. dan Sinta membantuku menjilati cairan..
yang masih tersisa di kemaluan Diana sampai bersih, tubuh Diana mulai melemas kembali.

"Leo, kamu waktu main sama Vivi juga seperti ini ya..? Permainanmu bagus sekali..” puji Diana padaku.
"Ah biasa aja kok Ci..” sahutku sambil memiringkan tubuhnya..
Kemudian kuarahkan batangku ke lubang yang sudah basah itu.

Slebbb..!! Sedikit demi sedikit batang itu mulai tertancap di lubang itu.. diikuti desisan Diana..
Sampai akhirnya dengan susah payah akhirnya mentok juga batangku di kemaluannya yang sempit itu.

Setelah itu aku mulai memacu badanku maju mundur sambil meremas-remas payudaraya..
Sedangkan Sinta menjulurkan lidahnya untuk beradu dengan lidahku.

Ughh..!! Sungguh nikmat sekali rasanya menikmati pijatan-pijatan dinding liang kewanitaan Diana..
Sambil memijat payudaranya dan bermain lidah dengan Sinta.

Sekali-sekali Sinta juga menjilati leher dan telingaku. Ahhh..!!
Benar-benar aku merasakan diriku bagaikan seorang kaisar yang sedang dilayani selir-selirku saat itu.

Beberapa saat kemudian aku merasa mau keluar. "Ci, mau keluar sebentar lagi nih..”
"Siram di mulut.. ohh.. ahhh.. di mulut Cici..!” Katanya lirih.

Akhirnya kami klimaks bersama dan kusuruh dia membuka mulut untuk menyemprot spermaku.
Cairan putih kental membanjiri mulutnya sampai menetes di sekitar bibirnya..

Sinta pun tak ketinggalan.. ikut menjilati spermaku yang masih berlepotan di batangku.
Diana sekarang tergolek lemas dengan sisa-sisa sperma masih membekas di bibir, dagu dan lehernya.

Sesudah mengatur nafas dia tersenyum padaku dan berkata,
"Bisa-bisa besok pagi Cici nggak bisa kuliah gara-gara kecapean nih..”
Jarang-jarang dia tersenyum begitu.. padahal wajahnya semakin manis kalau lagi senyum.

"Sama Ci.. saya juga gitu mungkin, sekarang Cici istirahat aja dulu deh.. Sinta udah nggak sabar nih..”
Jawabku sambil merengkuh tubuh Sinta dalam pelukanku.

"Sin, biarin Cici istirahat di ranjang dulu ya.. kita mainnya di tempat lain dulu, oke..?"
"Ya terserah kamu deh, asal jangan di luar kamar, kan malu..”
katanya sambil memencet hidungku dengan nakal.

"Ya, iyalah.. masa' di luar sih..? Dasar cewek sableng..!” Kataku sambil membantunya berdiri.
Kami berdiri berhadapan saling peluk tanpa mengenakan selembar benang pun.

Kutatap wajah dan matanya dalam-dalam, semakin dilihat semakin cantik.
Kurapatkan dia ke tembok, kukecup keningnya merambat ke telinganya dimana aku berbisik,

"Sin, kamu pernah melakukan ini pada siapa saja..?”
"Baru loe.. Andry dan bekas pacar gua di SMA. Loe sendiri gimana Le..?
Gua ini cewek keberapa yang lu perlakukan begini..?”

Aku terdiam sesaat lalu kujawab..
"Selain Vivi dan Ci Diana mungkin kamu yang ketiga dan terakhir bagiku Sin..”

"Kenapa loe bilang aku yang terakhir Le..?”
"Ya, karena aku sudah berdosa pada Vivi.. aku tidak mau menambahnya lagi.."

"Hihihi.. ternyata masih ada juga pria lugu seperti kamu Le..”
Lalu dia berkata di dekat telingaku.. "Jadi loe belum bisa membedakan antara seks dan cinta..?”

Habis menyelesaikan kata-kata dia langsung mengulum telingaku..
Dan segera kubalas dengan meraba punggung mulus dan pantatnya.

Kami saling raba bagian-bagian sensitif selama beberapa saat..
Kemudian kuangkat kaki kanannya masih dalam posisi berdiri dengan bersandar di tembok.

Slebbb..!! Pelan-pelan kumasukkan batang kemaluanku ke liang yang sudah becek itu.
Erghhh..!! Benar-benar sempit milik Sinta ini.. lebih sempit dari Diana.

Sehingga dia meringis kesakitan..
sambil mempererat cengkramannya di pundakku saat kumasukkan batangku.

"Aduhh.. ahhh.. pelan-pelan Le, sakit.. ahh.. Ohhhh..!!” Slebb.. slebb..!!
Sedikit demi sedikit batangku sudah masuk setengahnya.

Kuhentikan gerakanku sejenak sambil berkata.. "Sin, kamu siap..?”
"Siap apaan sih..?" Jlebb..!! "Aaawww.. sakittt..!!” Jeritnya kaget.

Sebab saat dia bilang 'sih' ..
Saat itulah kuhujamkan sekuat tenaga sisa batangku.. yang belum masuk sampai mentok..

Hingga kurasakan kepala batang kejantananku menghantam dasar kemaluannya dengan kuat..
sehingga tubuhnya tersentak dan matanya membelakak kaget.

Telapak tanganku sudah kusiapkan di belakang kepalanya..
agar ketika terkejut kepalanya tidak membentur tembok.
"Jahat loe.. bikin kaget gua aja..!!” Katanya dongkol.

Tanpa banyak bicara lagi.. mulai kugerakkan pantatku maju-mundur..
membuatnya mengerang-erang setiap kusentakkan tubuhku ke depan.
Dadaku saling bergesekan dengan dadanya.

Sambil terus menggenjot.. kuciumi terus bibirnya sehingga erangannya tertahan..
Hingga yang terdengar hanya suara.. "Emmhhh.. emmhh.. emhmm..” serupa desahan.

Beberapa saat kemudian.. tubuhnya kurasakan seperti menggigil dan dia mempererat pelukannya.
Demikian juga aku makin erat memeluknya.. sampai kurasakan hangat pada batang kejantananku..

Disusul kemudian keluarnya cairan bening hangat dari liang senggama Sinta..
Cairan itu mengalir deras dari sumbernya terus turun ke pahanya dan sampai ke ujung kakinya.

Perlahan-lahan gerakanku melemah dan akhirnya berhenti,,
Kuturunkan kakinya dan kulepaskan batangku yang masih menancap di kemaluannya.

Tubuh Sinta yang sudah basah kuyup oleh keringat melemas kembali..
dan merosot sampai terduduk di lantai.. keringat di punggungnya membasahi tembok di belakangnya.

Kuambil tisu lalu kubersihkan cairan kenikmatan yang mengalir membasahi tungkainya.
Kami berdua terdiam sesaat memulihkan tenaga kami yang terkuras.

Setelah kurasa segar kembali kuperhatikan dia yang masih terduduk lemas di lantai..
dengan kaki kiri ditekuk.
Mataku terpaku mengagumi keindahan tubuhnya.. membuat gairahku bangkit kembali.

"Ngapain sih loe..? Serem amat melototin gua kaya gitu..!?”
Katanya sambil menyilangkan kedua tangan menutupi dadanya.

Tanpa menjawabnya kutarik lengannya.. lalu kubuat posisinya berdiri membelakangiku..
dengan kedua tangannya bertumpu di pinggir meja belajarku.

"Aduh.. tunggu dulu Le, gua masih capek, loe jahat ih..!!”

Dengan segera kubasahi batang kejantananku dengan ludah.. lalu Sllebb..!!
Kumasukkan ke lubang pantatnya dengan paksa..

Kemudian kuhentakkan biasa saja tapi dia malah menjerit histeris,
"Ahhhh.. sakitttt, toloongggg..!!”

Jeritannya ini sempat membuatku kaget juga karena kencang sekali.
Aku takut sampai mengundang perhatian tetangga sebelahku.

Untungnya lokasi kamarku ini agak di ujung.. namun jeritannya tadi cukup luar biasa.
Aku melepaskan sebentar tusukanku dan mengintip dari jendela apakah ada yang datang ke sini,

Uff..! Lega aku melihat koridor masih sepi tanpa suara..
dan kamar sebelahku juga sudah gelap, kurasa dia sudah terlelap.

Kudekati Sinta masih tetap dalam posisinya.
"Aduh Sin, itu suara tolong dikecilin dong volumenya.. gawat nih kalo ada yang tau.
Pake 'tolong' segala lagi.. bisa-bisa dikira ada pembunuhan..” protesku.

Dasar cewek bandel.. dia malah sambil tertawa berkata.. "Lucu tampang kamu lagi panik Le..
Masa' kamu lupa.. si Ferry tetangga sebelah loe kan lagi pulang. Makanya gua kagetin loe.
Ini balasan waktu tadi ngagetin gua.. –ketika posisi berdiri tadi..– jadi kita seri hihihi..!”

"Ooo.. jadi loe sengaja ya..? Awas loe.. ayo sini.. tunggu ya balasan gua ntar.." kataku menghampirinya.
Dia malah berkelit sambil berlari kecil.

"Wek.. sini tangkep kalo bisa..!” Ejeknya dengan menjulurkan lidah.
"Cewek bandel.. awas kalo kena ya..!?"

"Lho kalian lagi ngapain..? Kok kayak anak kecil aja sih..? Dari tadi ribut terus..”
Tegus Diana yang ternyata sudah bangun.

"Ini Ci, gua lagi kasih pelajaran buat si bandel nih..!” Akhirnya kutangkap..
setelah dia terdesak di lemari pakaianku di sudut ruangan, kupeluk dia dari belakang,

"Nah ketangkep loe sekarang, mau ke mana lagi..!?"
"Hihihi Leo ampun ah.. jangan kasar-kasar.." dia masih tertawa-tawa ketika itu.

Lalu aku membuat posisinya seperti tadi lagi.. kini kedua tangannya yang bertumpu pada lemari.
"Sekarang tau rasa nih balesan gua..!!” Kataku dengan senyum penuh kemenangan.

Kutuntun batang kejantananku memasuki lubang pantatnya yang sempit..
Slebbb.. slebbb.. sedikit demi sedikit akhirnya amblas seluruhnya.

Waktu kumasukkan suara tawanya perlahan-lahan berubah menjadi suara rintihan..
Senyumnya sirna berganti menjadi ekspresi kesakitan,

"Hi.. hi.. hi.. Leo udah ah.. lepasin ah.. ahhhh.. jangan.. ahhh.. sakit..!!”

Mendengar rintihan tak karuan itu nafsuku semakin bangkit..
Clebb-cleb-crebb-crebb-clebb-clebb.. pinggulku segera bergerak maju mundur dengan ganas.

Dasar sifatnya bawel, waktu bertempurpun dia masih sempat berceloteh sambil merintih,
"Akhh.. kamu.. sadis.. ah.. ntar gua mau.. ohhh.. lapor.. aakhh.. sama.. sama Vivi.. ahhh..!!”

Pinggulnya ikut berpacu menyelaraskan dengan gerakanku.
Yang paling enak adalah saat sentakan kita saling berlawanan arah..

Sehingga menambah tenaga tusukanku agar menancap lebih dalam.
Bila sudah begitu selalu histeris.. tapi tidak sehisteris waktu mengagetkanku tadi.

Payudaranya juga ikut berayun-ayun ke sana ke mari.. kedua putingnya kutangkap dengan jariku.
Kupuntir.. kutarik dan kupencet tanpa menyentuh dadanya.

Aku sengaja berbuat begitu agar dia penasaran dan memohon padaku.
Benar saja perkiraanku..

Setelah beberapa lama kumainkan putingnya tanpa menyentuh dadanya dia mulai memohon.
"Le.. ahh.. kamu kok.. ooohh.. cuma mainin.. aahhh putingnya.. remas dadaku Le.. please..!!"

"Hehehe.. gua kan udah janji mau ngebales loe tadi, tunggu aja sampai saatnya nanti Sin, hehehe..”
Jawabku sambil tetap menggenjot..

Lalu tangan kiriku menjambak rambutnya hingga kepalanya menengadah ke atas.
"Aaahhh.. kamu.. kamu.. ahhh.. jahat.. kasar.. awas ya nanti..!!”

Puas hatiku menyiksa si bandel ini hingga tak berkutik memohon-mohon padaku.
Menurutku.. bercinta dengannya lebih enak daripada Diana yang agak pasif..

Sinta cukup pintar mengimbangi gerakan-gerakanku.. staminanya pun lebih baik..
Sedangkan Diana belum apa-apa sudah takluk.. maklum Sinta ini orangnya rajin fitness.

"Uaah.. mau keluar Sin..!!” Jeritku ketika mau mencapai puncak.
"Gua juga.. aaahh.. ayo dalamin lagi.. ouchhh..!!”

Crott.. crott.. crott..!! "Uahhhhh..!!”
Begitu spermaku muncrat aku langsung berteriak..

Kuremas kedua buah dada Sinta dengan keras disusul pula oleh jeritannya.
"Aaakkhhh sakiitt.. eeenakk..!!”

Tanpa melepas batang kejantananku.. kepalaku menyelinap ke balik ketiak kirinya..
sasaranku adalah puting susu yang ranum itu.

Clrupp..!! Mulutku menangkap benda itu.. lalu kusedot dengan gemas..
sementara tanganku masih meremas buah dadanya.

Kubalikkan tubuhnya hingga kami saling berdiri berhadapan.
"Sin, kamu nggak menyesal melakukannya padaku..?” Tanyaku..

Dia hanya menggeleng dengan nafas yang masih memburu..
tubuhnya licin mengkilap karena berkeringat.

"Le gua capek berdiri terus, bantu gua ke ranjang dong..” pintanya.
Maka kugendong dia ke ranjang dengan kedua tanganku sambil bercumbu mesra.

Kubaringkan dia di sebelah Diana yang sudah bangun..
lalu aku duduk di tepi ranjang karena ranjangku tidak cukup berbaring 3 orang.

"Wuiiih.. main sama Sinta ribut banget.. sori ya ngebangunin Cici nih..” kataku pada Diana.

"Eee.. loe yang sadis kok masih nyalahin gua, awas ya..!?”
Kata Sinta sambil menangkap kemaluanku dan menggenggamnya erat.

"Idiih.. idihh.. gitu ya, lepasin Sin malu tuh diliatin Ci Diana..!"
"Minta ampun dulu, kalo nggak kagak bakalan gua lepas nih..!"

"Iya, sori.. sori deh yang mulia putri, sekarang lepas dong..!”
Gila.. bukannya dilepas..!!
Malahan dijilatinya batang kejantananku yang masih ada sisa-sisa sperma dan cairannya itu.

"Kalian kok berantem melulu sih..? Lucu ah..!”
Kata Diana lalu dia mendekati kami dan ikut menjilati batang kejantananku.

Aku jadi merem melek keenakan..
menikmati permainan mulut mereka sambil mengelus-elus rambut indah Diana.

Aku lalu menyandarkan badanku di ujung ranjang agar lebih nyaman..
kedua gadis cantik ini kini berada di depanku sedang mempermainkan kemaluanku.

Jilatan demi jilatan, emutan demi emutan membuatku menyemburkan kembali maniku..
Namun kali ini sudah tidak banyak lagi yang keluar akibat terkuras pada ronde-ronde sebelumnya.

Dengan rakusnya mereka berebutan melahap cairan putih itu sampai habis bersih..
Pada bibir-bibir mungil itu masih terlihat percikan spermaku.

Mereka lalu menyuruhku telentang di ranjang.. aku tidak tau mereka mau apa lagi tapi kuturuti saja.
Tak lama kemudian.. Diana lalu naik ke atas kemaluanku dan memasukkan batang itu..

Slebb.. blesspp..!! Hingga terbenam dalam kemaluannya..
kemudian dia mulai bergoyang-goyang naik turun seperti naik kuda.

Sinta naik ke atas wajahku berhadapan dengan Diana dan menyuruhku agar menjilati kemaluannya.
Sambil kuelus-elus pantat yang mulus itu, lidahku menjelajahi liang kemaluannya.

Gerakan lidahku bervariasi dari berputar-putar membuat lingkaran, mempermainkan klitorisnya..
menggigit lembut klitorisnya, menusukkan jari tengahku sampai mendorong-dorongkan lidahku ke liang itu.

Tanganku bargantian memijati kedua payudara Sinta dan mengelus paha serta pantatnya.
Suatu ketika kuraba payudaranya.. tanganku juga bertemu tangan Diana di situ..
jadi masing-masing payudara Sinta dipijati 2 tangan.

Suara desahan mereka berdua memenuhi kamarku.. terkadang suara itu berubah menjadi..
"Emhhh.. emhhh.. emhh..!” Sepertinya itu suara mereka berdua sedang berciuman..
Sehingga desahannya terhambat.
Aku tidak tau persis.. karena waktu itu pandanganku tertutup tubuh Sinta.

Goyangan pinggul Sinta bertambah dahsyat..
ditambah lagi jepitan pahanya terkadang mengencang membuatku agak kewalahan mengatasinya.

Sementara di bawah.. Ci Diana yang tidak kalah gilanya makin mempercepat gerakannya..
sehingga terasa sedikit sakit pada buah pelirku akibat tindihannya.

Aku pun tak mau kalah.. kubalas dengan menggerakkan pinggulku,..
kurasakan batang kejantananku sudah terasa licin dan hangat oleh cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.

Bersamaan dengan itu terdengarlah jeritan histeris Diana..
yang tidak lama sesudahnya disusul erangan Sinta dan tetesan cairan kenikmatannya ke wajahku.

Tubuh keduanya mengejang di atas tubuhku selama beberapa saat..
Kurasakan goyangan Diana mulai melemah sampai akhirnya berhenti.
Tak lama Sinta turun dari wajahku.. dan langsung menjatuhkan diri di sampingku.

Kulihat tampang Diana sudah kusut.. rambut panjangnya berantakan..
sampai menutupi sebagian wajahnya dan tubuhnya sudah bermandikan keringat..

Blugg..!! Lantas dia jatuh telungkup di atasku. Payudaranya menindih dadaku.
Ehmm.. empuk dan nikmat sekali rasanya, lebih enak dari ditindih bantal bulu angsa sekalipun.
-----oOo-----

Begitulah.. bahkan Diana.. gadis bagaikan gunung es itu sudah tidak perawan lagi..!!
Tapi aku tidak peduli soal itu.. yang penting kenikmatan yang kudapat waktu itu sangat hebat. Hehehe..

Lagipula liang kemaluan mereka masih sempit.. sebab menurut pengakuan mereka:
Mereka jarang melakukannya.. karena pacar mereka tinggal terpisah jadi jarang bertemu.

Gara-gara permainan liar malam itu.. besok paginya aku tidak ikut kuliah jam 7..
Karena tubuhku pegal-pegal.. terutama bagian pinggang seperti mau copot rasanya.

Kumatikan wekerku dan meneruskan tidur sampai jam 10.00.. ketika si bandel Sinta menggedor pintuku.
“Wei.. wei..!! Bangun pemalas..!! Semalam ngapain aja loe..!?” Anjrittt..!! (. ) ( .)
------------------------------------------------------oOo-----------------------------------------------
 
----------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 169 – Kost-an Asyikk

Episode Farewell to Diana

Setengah tahun
berlalu setelah malam nikmat bersama Diana dan Sinta..
seiring dengan waktu dan kesibukan kuliah.. perasaanku berangsur-angsur mulai normal kembali.

Tak terasa.. akhirnya tiba saatnya berpisah dengan Diana.. gadis yang kuanggap kakakku sendiri..
Dia telah diwisuda dan bersiap-siap akan kembali ke kota asalnya di Pontianak.

Dua tahun lebih aku telah dekat dengannya.. sehingga perpisahan ini terasa cukup berat bagiku.
Sebenarnya nasib Diana ini agak menyedihkan.. ketika SMA kelas 2 ayahnya meninggal dunia..
Dia hidup bersama ibunya yang membuka restoran di kotanya.

Untunglah kakaknya sudah mendapat pekerjaan bagus di Singapore..
sehingga kehidupan mereka sekarang cukup baik..
dan cukup baginya untuk biaya kuliah di salah satu PTS favorit di Jakarta.

Setelah pacarnya lulus dan ke luar negeri.. tinggal dia sendirian..
Sifatnya yang dingin.. membuatnya kurang banyak teman selain aku.. Sinta.. Vivi dan beberapa orang lainnya.

Siang itu itu.. aku ke kamarnya ingin memberikan bingkisan kecil sebagai kenang-kenangan.
Pintu kamarnya sedikit terbuka dan dia sedang bicara melalui HP-nya.

Setelah aku masuk dia mengisyaratkan agar aku menutup kembali pintu kamar.
Kutunggu hingga dia selesai berbicara..
Nada pembicaraannya agak tidak enak.. kupikir pasti dia sedang ribut dengan pacarnya.

"Eh Le, nggak kuliah kamu..?” Tanyanya begitu mematikan HP.
"Udah kok Ci, baru aja pulang hari ini kuliah cuma sampai jam 10 kok..
Yah sekalian pulang kuliah beliin ini buat Cici.. terima yah Ci, ini dari gua dan Vivi..”

Jawabku sambil menyerahkan bungkusan kecil padanya.
"Aduh.. thanks banget Le, jadi ngerepotin nih.. boleh dibuka sekarang nggak..?"
"Jangan Ci.. mending entar aja di pesawat atau di rumah Cici, biar penasaran gitu.."

"Le.. Cici juga ada permintaan terakhir, kamu mau bantu Cici kan..?” Katanya.
"Kita kan sudah seperti saudara gini Ci, kalau ada apa-apa ngomong aja..
gua pasti sebisa mungkin ngebantu..!" Jawabku tenang.

"Eh.. tapi itu pintunya tolong ditutup rapat dulu dong.. anginnya masuk nih, kalau perlu kunci saja dulu..!"
Entah mengapa.. meskipun agak heran kuturuti juga perkataannya.

Begitu pintu kukunci, kurasakan dia memelukku dari belakang dan mengelus dadaku.
"Leo, kamu ingat kan malam ketika menyelamatkan Cici dari bajingan..?” Tanyanya mesra.

"Inget... inget dong... eh.. apa, jadi maksud Cici, Cici mau melakukan itu lagi..?"
Belum habis rasa kagetku elusannya di dada merambat turun ke bagian vitalku yang masih tertutup celana.

"Ci jangan gitu.. gua kan nggak enak nih..!” Kataku malu-malu mau.
Dia diam saja.. lantas menggandengku ke meja belajarnya..
Sebenarnya dalam hati aku sudah tidak enak.. namun apa daya.. nafsu berkata lain.

Dia lantas duduk di kursi dan menyuruhku tetap berdiri.
Srettt..!! Tanpa omong apa-apa lagi langsung dipelorotkannya celana pendekku..
sehingga benda di baliknya yang sudah mengeras menyembul di hadapan wajahnya.

"Le, tolong ya.. ini kan hari terakhir Cici di sini..
Cici cuma minta ini saja sebagai kenangan.. kamu mau kan..?”

Sebelum aku mengiyakan.. slrupp.. dia langsung menjilati buah kemaluanku..
Kemudian clorpp.. dimasukkannya batang kemaluanku ke mulut mungilnya dan diemut-emut.

Aku hanya bisa merem melek saja menikmati permainan mulutnya.
Senjataku tidak dapat seluruhnya masuk ke mulut mungilnya.. karena cukup besar (17 cm ketika menegang).

Hmmm.. Dia kini sepertinya 'lebih lihai' daripada saat pertama 'ML' denganku dulu.

Sentuhan bibir dan lidahnya, serta ludahnya yang hangat sungguh mendatangkan kenikmatan tersendiri..
Apalagi ketika kurasakan ujung kemaluanku yang sensitif menyentuh tenggorokannya.

Selama lebih dari 15 menit lebih benda itu tidak dilepaskan dari mulutnya..
Kini aku mulai mencapai klimaks.. aku mengerang sambil menggigit bibir,

"Uuhh... Ci.. udah Ci, lepasin, mau keluar ahhhh...!” Crott.. crott.. crottt..!! Maniku tercurah di mulutnya.
Namun dia tetap tidak melepasnya.

Dari ekspresi wajahnya.. tampak dia berusaha keras menelan semua cairan itu..
Tetapi sebelum semprotan terakhir.. dia sudah tidak tahan lagi karena terlalu banyak dan...

Creet..!! Semburan terakhir itu mengenai hidungnya dan sisanya menetes di pinggir bibirnya.
"Oh sial.. gagal deh..!” Katanya sambil menepuk kening.

Dia lalu berdiri dan mengelap spermaku yang menyemprot di wajahnya.
Dengan penuh hasrat dia langsung melumat bibirku.. lidahnya beradu dengan ganas dengan lidahku,
hingga dapat kurasakan bau spermaku di mulutnya.

Kududukkan dia di tepi meja dan kunaikkan baju kaosnya.. tanganku mulai menyusup ke balik BH-nya.
Sedang asyik-asyiknya terbuai nafsu, tiba-tiba kami dikejutkan oleh bunyi ketukan pintu,

"Din.. Din.. kamu di dalam..? Ini gua, Sofi..” Hampir saja lidahku tergigit..
Dengan panik kami cepat-cepat merapikan pakaian kami.. untung saja kami belum bugil total.

"Le.. Cici baru ingat sekarang ada janji.. jam 5 nanti kamu jangan ke mana-mana yah..?
Masih banyak yang mau Cici omongin..” dia bergegas membukakan pintu..
Ternyata tamu itu Sofi.. teman kuliah Diana, orangnya cukup cantik juga walau agak kurus.

"Waduh, Din.. kok belum dandan juga nih..? Ayo dong.. janjinya kan kita mau kumpul-kumpul terakhir sama lu.
Yang lain udah nunggu nih..” kata Sofi.
"Kan lu bilang jam satu.. sekarang masih jam 12-an kok, santai ajalah.. Gua juga lagi beres-beres barang sisa nih."

"Wah... wah.. bandel yah lu, mentang-mentang si Hendy jauh.. lu dua-duaan sama si Leo..
Ngapain aja yah..” goda Sofi padanya.

"Diam ah.. dia cuma bantu beres-beres aja kok.. dasar..!
Ya udah.. kalo mau sekarang gua ganti baju dulu..” jawab Diana mencubit Sofi.

Sofi sempat mengajakku agar ikut bergabung dengan mereka.. hanya saja aku menolak..
Kan tidak enak.. nanti aku jadi yang paling kecil di antara mereka..

Lagipula Diana juga sudah berjanji malam terakhir ini akan mengadakan perpisahan..
bersama beberapa teman kost termasuk aku.

Setelah basa-basi sebentar, aku pamitan dan kembali ke kamarku.
Kucoba melupakan apa yang baru saja kualami dengan menyalakan PS..
meneruskan game FF8-ku yang lagi seru-serunya.
-----oOo-----

Aku sempat tidur siang sampai jam 4 lebih.
Kulihat ke teras.. sepertinya Diana belum pulang..

Begitu juga Sinta.. belakangan ini dia sering keluar karena Andry (pacarnya yang juga temanku..
yang belajar di UK) sedang pulang liburan.
Teman-teman kost lain juga tampaknya sibuk dengan urusan masing-masing.

Setelah menelepon Vivi.. kulanjutkan game PS-ku. Kulihat wekerku menunjukkan 17:14..
Sudah lewat dari waktu yang dijanjikan Diana.. sepertinya dia belum pulang atau lupa.

Tiba-tiba pintuku diketuk,. "Masuk aja, nggak dikunci kok..!” Seruku.

Baru saja aku memikirkannya.. Diana sudah muncul di depan pintu.
Tampaknya dia baru pulang karena masih memakai kaos ketat dan celana panjang yang tadi siang.

"Sori yah Le, Cici telat, dijalan macet banget sih... hmmm.. . apa Cici mengganggu, kayaknya lagi seru mainnya.."
"Ahh.. ha.. ha.. nggak kok Ci, nggak apa-apa masuk aja..!"

Aku lalu mematikan PS-ku. Dia lalu mengunci pintu dan mendekatiku.
Baru saja aku mau berdiri mengambilkan minum..
dia sudah memeluk sambil mendorongku ke belakang.. sehingga terjatuh di ranjang.

Aku tidak bisa apa-apa selain menikmati 'French Kiss' ini karena dia menindihku..
sambil mengelus-elus daerah kemaluanku.

Aku pun tidak mau kalah.. dengan gemas kuremas-remas payudara 36B-nya.
Setelah beberapa menit.. kami melepas pelukan.. dia berdiri di pinggir ranjang..
Kemudian mulai melucuti pakaiannya satu per satu.

Ughhh..!! Sungguh aku terangsang dengan pemandangan di depanku ini..
sehingga aku pun ikut membuka bajuku.

Kami kini sudah bugil total.
Dia meraih HP-ku dan mematikannya, aku heran kenapa dia berbuat begitu.

"Leo, tolong ya, Cici minta waktu sebentar.. Cici nggak mau ada gangguan.. Kita lupakan sebentar pacar kita..”
Katanya sambil melepaskan kalung pemberian cowoknya yang masih tertinggal di tubuh polosnya.

"Tapi Ci ..” belum habis kata-kataku dia menempelkan dua jarinya ke bibirku.
"Jangan panggil Ci, panggil saja Din atau Diana, sekarang saya adalah kekasihmu, bukan seniormu."

"Ci.. eh Din, kenapa kamu mau melakukan ini.. kita kan udah punya pacar.." tanyaku lugu.
Dia tidak menjawab..
Hanya tersenyum manis sambil menarik tanganku ke meja belajar dan menyuruhku duduk di kursi.

Dia sendiri naik ke meja belajarku dan membuka kedua pahanya.. lalu meraih kepalaku mendekati kemaluannya.
Aku sudah tau apa maunya.. kusibakkan bulu-bulu lebat hingga terlihat lubang merah merekah di tengahnya.

Kuciumi kemaluannya yang berbulu lebat dan halus itu.., kusapu belahan di tengahnya dengan lidahku.
"Shhhh.. ahhhh.." Dia mendesah-desah sambil meremas-remas rambutku saat kujilati klitorisnya.

Sesaat kemudian dia makin keras menjambak rambutku sambil menjerit kecil,
"Aaahhh... gua keluar Le... eeemmhhh..!!”

Tubuhnya menggelinjang dan mengucurlah cairan bening yang beraroma khas itu.
Cukup banyak cairan cintanya yang keluar sampai tepi mejaku basah jadinya.

Dia menahan kepalaku sambil meremasnya..
sementara kedua paha jenjang yang mulus itu mengapit kepalaku sehingga aku agak gelagapan.

Setelah menikmati orgasme pertamanya itu.. dia turun ke pangkuanku saling berhadapan..
digenggamnya batang kemaluanku untuk dimasukkan ke dalam liang senggamanya.

Kalau saja tidak ada cairan tadi sebagai pelumas..
susah sekali memasukkan batangku ke dalam liang itu karena cukup sempit.

Dengan penuh kesabaran aku membantunya memasukkan senjataku ke liang itu.
Slebb.. ketika kepalanya sudah masuk.. kujilat dan kupijati payudaranya..
yang tepat di depan wajahku untuk menambah kenikmatan.

Sambil mendesah, dia perlahan-lahan menurunkan tubuhnya dan.. slebb..
Blessspp..!! "Nghhhh.. ohhh..!!" Kemaluannya menelan batangku seluruhnya.

Dia mulai menaik-turunkan tubuhnya di pangkuanku..
sementara aku menjilati lehernya dan tanganku menggerayangi payudara montoknya.

Mulutnya mengeluarkan rintihan tak karuan.. seperti orang mengigau.
Sepertinya dia berusaha menahan suaranya agar tidak sampai terdengar ke luar..
karena jam segini masih banyak penghuni kost lalu lalang di koridor.

Bagian dalam kemaluannya semakin terasa basah dan hangat..
dan kurasakan senjataku berdenyut-denyut pertanda ingin keluar.

"Uuhhh gua udah nggak kuat Din.. uhhh..!!" Aku memberitau Diana.
"Sama Le... tahan bentar.. tembak aja di dalam.. hhhhh.." katanya dalam desah.

Dia semakin histeris.. goyangannya pun semakin gila ditambah gerakan memutar..
sehingga.. ergghhh.. senjataku serasa disedot dan dipilin-pilin.

Dan akhirnya.. inilah saat yang kutunggu.. secara refleks pelukanku mengencang..
Sambil memejamkan mata.. crutt.. crtrtt.. crrrttt.. crrrtt..!!

Kurasakan air maniku menyembur banyak sekali dalam kemaluannya..
Semikian juga Diana.
Saat itu matanya membeliak-beliak merasakan nikmatnya orgasme.

Tubuhnya tersentak-sentak seperti cacing disiram garam.. kukunya mengores lenganku..
sampai aku berteriak kecil.. dan untuk meredam jeritannya.. kukulum bibirnya.

Tak kuhiraukan lagi sakitnya gigi kami berbenturan..
saat tubuhnya terguncang hebat dikala menikmati orgasme.

Kemudian aku membaringkannya di ranjang.
Kuberikan kecupan lembut di bibirnya lalu merambat turun sampai ke pangkal paha.

Aku berlutut di antara kedua paha mulus itu dan mengarahkan senjataku ke liang senggamanya.
Kali ini sudah tidak terlalu sulit lagi menerobos liang itu..
karena sudah becek dan licin oleh cairan kewanitaannya bercampur air maniku.

Senjataku perlahan-lahan menghilang ditelan kemaluannya diiringi oleh desisannya.
Slebb.. slebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb..!!

Kumulai lagi gerakan menarik dan mendorong..
Rintihannya makin menjadi-jadi sambil menggigiti jarinya.

"Le... akhh.. ahhh.. enak.. terus... uuuhhh..!!” Nafasnya sudah kacau..
Tubuhnya sudah basah oleh keringat..

Dan rambut panjangnya meskipun masih dalam keadaan terikat namun sudah kusut.
Penampilannya yang seperti ini sungguh menambah gairahku menyetubuhinya.

Sesaat kemudian tubuhnya mulai mengejang dan menekuk ke atas..
Diakhiri jeritan panjang sambil menutup mulutnya dengan bantal agar tidak terdengar keluar.

Karena saat itu aku belum keluar.. kukocok batang kemaluanku di payudaranya yang montok itu.
"Eeemmhh.. Din.. enak banget.. dingin-dingin empuk nih..!" Kataku mencandainya.

Senjataku yang sudah basah dengan berbagai cairan itu..
kumaju-mundurkan di antara kedua bukit kembar itu..

Sampai akhirnya penisku memuntahkan cairan hangat di belahan dadanya..
Dia mengoleskan cairan itu merata di dadanya dan menjilati sisanya yang menempel di jari.

Kami tergolek lemas bersebelahan. Aku mengatur nafas dan merenungkan apa yang barusan terjadi..
sambil memejamkan mata.

Ketika aku membuka mataku kulihat Diana sedang memandangiku sambil berbaring menyamping.
"Thanks ya Le, sekarang hati gua sudah agak tenang..”

Ternyata dia melakukan ini padaku selain sebagai hadiah perpisahan..
juga sebagai pelampiasan kekesalan hatinya terhadap pacarnya.

Dia bercerita bahwa mereka sedang ribut.. karena pacarnya itu berjanji akan datang pada acara wisudanya..
tetapi ternyata orangnya tidak muncul.. dengan alasan urusan di kantornya sedang menumpuk..
dan memberi selamatnya pun besoknya.. setelah diwisuda.

Hmm.. pantas saja tadi siang saat berbicara di HP nadanya terdengar tidak enak. Pikirku.
Sebagai teman aku memberinya sedikit nasehat dan menghiburnya.

Jam sudah hampir menunjukkan pukul 19:00.. dia mengajakku mandi bersama.
Dan di kamar mandi pun kami sempat bermesraan sebentar di bawah siraman shower.

Malam itu adalah makan bersama terakhirkalinya.. sederhana namun mempunyai kenangan tersendiri.
Malam itu antara Diana.. Sinta, Vivi (pacarku) dan Lidya (teman kostku yang lain).
Sementara yang cowok hanya aku dan Andry.

Besok paginya.. setelah menjemput ibunya Diana dari rumah saudaranya..
Aku dan Sinta mengantarnya ke bandara dengan mobilku.

Suasana haru memenuhi perpisahan hari itu, Sinta yang biasanya kocak saja meneteskan air mata.
"Le, sering-sering e-mail gua ya.. sori gua nggak bisa minjemin catatan lagi ke lu. Titip salam juga buat Vivi..”
Katanya dengan mata berkaca-kaca.

"Yah, Cici juga jaga diri." Aku menyalaminya sambil susah payah menahan air mata agar tidak mengalir.
Malu menangis di depan cewek.

"Sin, selamat jalan.. jaga badan jangan kebanyakan ngerokok.
Jangan godain si Leo melulu yah.. entar Vivi-nya cemburu..” katanya pada Sinta sambil sedikit bercanda.

Sinta memeluk Diana sambil menangis.. ketika itu bel tanda keberangkatan telah berbunyi..
Dia segera menyusul ibunya yang telah sampai di gerbang keberangkatan.

Sambil memperhatikan sosoknya makin menjauh..
Dalam hatiku menyanyikan lagu 'Zhu Fu'-nya Jacky Cheung.

Yang salah satu liriknya bila diterjemahkan demikian artinya:
"Jangan melambai.. jangan menoleh ketika kunyanyikan lagu ini..
Yang ditakutkan adalah air mata menetes membasahi muka..
Semoga dalam hatimu selalu tersimpan senyumku..
"

Kini telah 5 bulan tanpa kehadirannya.
Dia mengabariku bahwa dia telah ikut pacar dan kakaknya bekerja di Singapore..
Dan berencana menikah dalam waktu dekat. (. ) ( .)
------------------------------------------------oOo----------------------------------------------
 
Bimabet
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 169 – Kost-an Asyikk

Episode Oops.. I did it Again with Sinta..!!

Hi.. rekan-rekan pembaca..!!
Kali ini aku akan menceritakan pengalamanku yang lain..
yang tidak kalah menariknya dari kisah-kisahku
sebelumnya..
seperti ‘Hadiah Bagi Pahlawan’ dan ‘Farewell to Diana..’

Kembali kuperkenalkan dulu diriku.. namaku Leo.
Sekarang kuliah semester 7 di sebuah universitas swasta di Jakarta.. umur 22 tahun dan tinggi badan 178 cm.

Kejadiannya masih dengan orang yang sama dengan kisahku yang sebelumnya.. yaitu Sinta.
Dia adalah teman sekampusku yang berbeda fakultas, selain itu dia juga tetangga kostku.

Tingginya kira-kira 160 cm.. umur 21 tahun, keturunan Chinese sepertiku.
Rambutnya kini sudah panjang sebahu.. lebih di-highlight kemerahan.

Sifatnya yang periang dan lucu membuatnya mudah dekat dengan orang lain.
Namun Sinta ini ‘agak nakal’.. sehingga tidak heran ketika umur 16 tahun..
ia sudah kehilangan keperawanannya dan sampai sekarang sudah 3 kali pacaran.

Duakali pacaran di SMA yang berumur pendek dan yang sekarang yang ketiga..
Yaitu dengan temanku yang sedang belajar di luar negri.

Saat itu Sinta baru pulang dari rumah sakit setelah beberapa hari lamanya menginap di sana..
akibat jatuh dari tangga kampus.

Walau pun sudah keluar rumah sakit.. tapi kaki kirinya masih diberi obat..
dan belum dapat berjalan dengan benar.. sehingga harus dibantu dengan tongkat.

Ya.. selama masa-masa itulah dia menjadi 'ratu' di kost kami.
Beberapa keperluan seperti makan dan urusan beli membeli..
kerap dibantu oleh teman-teman kostnya.. termasuk aku.

Suatu malam.. aku baru belanja di mini market dekat kostku..
sekalian kubelikan juga barang-barang titipan Sinta.

Waktu itu sudah hampir jam 9 malam.. tapi kamar Sinta masih menyala.
Maka aku menyempatkan diri berkunjung ke sana sekalian menyerahkan barang-barang titipannya.

"Masuk aja, belum dikunci kok..!” Sahut suara dari dalam ketika pintu kuketuk.
Sinta sedang duduk di ranjang sambil nonton TV.

"Eh.. Le tolong sekalian ambilin rokok gua dong.. tuh.. di laci meja..!” Pintanya.
Kuberikan sebungkus rokok itu padanya dan dia menyulutnya sebatang.

"Masih melek juga lu Sin, ngga ngantuk nih..?” Tanyaku.
"Ya.. gimana bisa ngatuk.. hampir seharian di ranjang melulu kok.. Lu kok baru dateng sekarang sih..?
Gua BT banget nih.. acara TV-nya pada garing lagi, uuhh.. sebel..!” Gerutunya.

"Kan gua sibuk Sin.. temen-temen lain kan tadi juga banyak yang main ke sini kan..?" Jawabku.
"Iya, tapi kan sepi kalo ngga ada lu buat temen ribut..” jawabnya sambil tersenyum nakal.

Kami akhirnya ngerumpi macam-macam.. sampai tidak terasa sudah lebih dari jam 10 malam..
dan kulihat Sinta sudah menghabiskan 2 batang rokok.

Sebelum dia hendak mengambil kotak rokok untuk mencabut batang yang ketiga..
aku mendahuluinya dan berkata..
"Udah Sin, ini udah ketiga loh. Lagi sakit gini kok makan asap terus sih..? Mau cepet mati yah..?"

"Aahh.. kok gitu sih.. gua di rumah sakit ngga boleh ngerokok nih, kembaliin sini..!"
"Jangan ah Sin, ngga baik.. lu kan belum sembuh betul..!”

Kataku sambil mengoper ke tangan yang satu lagi.. sehingga kotak rokok itu makin menjauh darinya.
Sinta hanya dapat menggapai-gapai karena kakinya masih pincang sebelah.

"Iihh.. yang lagi sakit kan kaki gua, ngga nyambung lu ah, mana sini..!"
"Udah ah, besok aja lagi, udah segitu banyak masa ngga cukup sih..?"

Sinta lalu melipat tangan dan membuang muka terhadapku..
"Jahat..! Lu beraninya cuma sama cewek pincang, sebel..!"

Nah.. keluar deh salahsatu 'jurus'-nya kalau keinginannya tidak dituruti.
Paling pusing deh kalau dia sudah begini.

"Alahh.. udahlah Sin, gua sih udah ngga mempan sama cara gituan. Ini kan buat kebaikan lu juga..”
Bujukku mencoba menenangkannya.

"Eeemmhh.. Leo jahat.. awas loh..
pokoknya ntar gua bilangin ke Vivi.. lu dulu pernah gituin gua sama Ci Diana..!”
Ancamnya.. lalu dia berbaring dan menarik selimut sampai menutupi kepalanya.

"Aduh.. Sin jangan gitu dong.. kita damai aja deh ya..?” Kataku sambil menggoyangkan badannya.
Tapi dia tetap diam di balik selimut.

Maka kudekatkan posisiku dengannya dan mengguncang-guncangkan badannya lebih keras.
"Sin.. Sin..! Wah, marah euy.. sori dong Sin.. gua kan cuma main-main aja.. gitu aja kok marah sih..!?"

Tiba-tiba dia membuka selimut dan menyambar tanganku yang memegang rokoknya.
Aku yang tidak menduga gerakannya.. tentu saja kaget dan kehilangan keseimbangan..
sehingga ikut tertarik ke depan.

Dengan tidak sengaja aku menyentuh payudaranya.. namun anehnya kami malahan terdiam dalam posisi itu.
Wajahku hanya 5 cm dari wajahnya. Aku dapat merasakan di balik dasternya itu dia tidak memakai BH.

Wajah Sinta memerah dan memelototiku..
tapi entah karena kekuatan apa.. wajah kami makin mendekat saja seperti magnet.

Tanpa pikir panjang lagi.. langsung kulumat bibir Sinta yang indah itu.
Kami berciuman mesra.. kini mulut kami mulai membuka dan beradu lidah.

Sinta begitu agresif memainkan lidahnya di mulutku.. Teknik berciumannya sangat profesional..
Maklum.. walau lebih muda.. tapi pengalaman sex-nya lebih banyak dariku.

Ciumanku mulai turun ke telinga dan lehernya.. sementara tanganku meremas dadanya.
Kubuka selimut yang menutupi tubuhnya.. lalu kusingkap pakaian tidurnya..
sehingga kini tampaklah kedua belah pahanya yang panjang dan putih mulus.. dengan kaki kiri yang terbalut perban itu.

"Le.. pintunya..! Pintunya kunci dulu dong, ntar ada yang tau..!” Katanya mengingatkan.
Aku baru sadar dan segera kukunci pintu dan kumatikan lampu kamar..
hingga menyisakan lampu neon 10 watt di dekat ranjang.

Setelah kubuka seluruh pakaianku dan menyisakan CD-ku, kudekati dia yang terbaring pasrah.
Aku menaikkan dasternya perlahan-lahan sambil mengelus-elus tubuhnya yang mulus.

Sekarang yang tersisa di tubuh Sinta hanya sebuah celana dalam putih tipis..
yang menampakan bulu-bulu kemaluanya yang lebat.

Aku berbaring di sisinya dan memulai seranganku dengan mengecup lembut bibirnya..
sementara tanganku mulai merambat ke bawah mengusap-usap kemaluannya yang masih tertutup CD.

Nafas Sinta sudah mulai memburu dan mengeluarkan suara-suara tidak jelas seperti mengigau..
mulutku terus turun menuju payudaranya.

Slrup.. clrupp.. clrupp..!! Puting susunya yang mungil berwarna pink itu kuemut..
disertai dengan gigitan-gigitan kecil.. membuatnya mendesah-desah nikmat

Di tempat lain.. tanganku menyusup ke dalam CD-nya.. jari-jariku bermain di vaginanya yang mulai basah.
Mula-mula kugosok-gosok dan kupermainkan klitorisnya dengan lembut..

Sampai tiba-tiba clepp..!! Kusodokkan jariku ke dalam liang itu agak keras..
sehingga Sinta tersentak dan menjerit kecil.

"Awww.. Leo. Gitu ihh.. ngagetin orang melulu, sebell..!” Katanya sambil mencubit dadaku.
Aku tersenyum licik dan berkata.. "Apa Sin..? Kaget..? Gimana kalo gini lebih kaget ngga..?"

Habis berkata begitu.. aku langsung menusuk-nusukkan jariku dengan cepat pada vaginanya..
sehingga dia menggelinjang-gelinjang seperti cacing kepanasan.

"Aahh.. oohh.. Le.. jelek..! Awww.. sebel ihh..!"
Ughhh..!! Aku tambah bergairah mendengar jeritannya itu.

Kutambah lagi seranganku dengan mengulum daun telinganya dan sesekali kujilati lubang telinganya.
Sinta semakin erat memelukku. "Le.. oohh.. udah dong.. jangan siksa gua.. ahh..!"

Saat tubuhnya mulai mengejang.. aku menghentikan seranganku pada vaginanya..
dengan maksud mempermainkan nafsunya.

"Yahh.. kok udahan sih..? Padahal kan bentar lagi, nih..” Protes Sinta dengan nafas masih memburu.
"Hehehe.. sabar Sin.. ini baru pemanasan, liat aja nanti..!"

Kukeluarkan tanganku dari celana dalamnya dan kulihat jari-jariku..
Kini belepotan cairan bening dari liang kemaluan Sinta. Kuoleskan cairan itu pada payudara kirinya.

"Eemmhh Leo, jorok iihh..!" Katanya dengan wajah terlihat mengerenyit
Aku tidak peduli omelannya dan kuteruskan dengan menjilati dadanya yang sudah kuolesi dengan love juice.

Ehmm.. rasanya memang aneh tapi sungguh nikmat..
apalagi bercampur dengan payudara montoknya Sinta, sukar dilukiskan rasanya.

Setelah puas menyusu.. aku mengambil posisi berlutut di antara perutnya..
Dan Sinta yang sudah tau kemauanku segera bangkit dan duduk di ranjang.

Kini batang kemaluanku yang masih terbungkus celana dalam tepat di depan wajah Sinta.
Mula-mula dielus-elusnya gundukan keras itu dengan tangan dan pipinya..
lalu dibukanya CD-ku hingga menyembullah benda di baliknya yang sudah mencapai ukuran maksimal.

"Ckk.. ck.. ck.. gile, lucky banget tuh si Vivi bisa sering diservis ama 'adek' lu ini..
Gua paling cuma kalo si Andry pulang aja..” katanya sambil mengelus-elus penisku.

Clrupp..! Bibir Sinta mulai turun menuju kedua bola 'pusaka'-ku, dijilati dan diemutnya benda itu.
Setiap jengkal kemaluanku tidak luput dari jilatannya.. hingga kemaluanku basah kuyup oleh ludahnya.

Tapi dia belum juga memasukkan penisku ke mulutnya.
"Sin, cepet dong, kok cuma dijilat aja, ngga tahan nih..!” Kataku tidak sabar.

"Eeiitt, sabar Le, ini kan baru pemanasan.. tunggu dong.
Kalau makan es krim waktu panas-panas kan harus pelan-pelan baru kerasa enaknya.."

Sialan.. pinter juga nih anak membalasku tadi.
Tapi bener juga perkataannya.. kalau terlalu buru-buru memang kurang terasa nikmatnya.

Kini diarahkannya penisku ke mulutnya.. mula-mula diciumnya kepala kemaluanku..
kemudian perlahan-lahan mulut mungilnya mulai membuka..

Slrupp.. sedikit demi sedikit batangku ditelan sampai menyentuh di tenggorokannya..
Sebelum mulai dia melirik padaku dulu dengan tatapan nakalnya.

Ughhhh..!! Harus kuakui.. sungguh hebat si Sinta ini dalam bercinta..
Penisku dikulum-kulum dalam mulutnya, divariasikan dengan permainan lidahnya.

Terkadang dia juga menjilati lubang kencingku, sehingga aku tidak tahan untuk tidak mendesah.
"Uuuhh.. aakkhh.. edan.. belajar darimana.. lu.. aahh.. Sin..? Enak banget ahh..!!"

Tanpa menghiraukan pertanyaanku.. dia terus mengkaraoke penisku..
Kepalanya maju-mundur dan sesekali dia melirik wajahku untuk melihat reaksiku.

Dalam waktu kurang dari 15 menit saja.. akhirnya, Creet.. creet.. creet..!! "Errghhh..!!"
Beberapakali 'adik'-ku muntah-muntah di mulut Sinta disertai desahan panjangku.

Hebatnya lagi.. dia tidak melepaskan penisku dari mulutnya..
Dia tampak berkonsentrasi menghisap dan menelan habis semua cairan itu.

Penisku serasa disedot vacum cleaner saja waktu itu..
tidak sedikit pun spermaku menetes keluar dari mulutnya.

Baru setelah tidak ada yang muncrat lagi, dia perlahan-lahan melepaskan penisku.
Dia tersenyum padaku dan berkata..
"Wah, payah lu.. baru sebentar udah ngecret. Si Andry aja masih tahan lebih lama dari lu loh..!"

"Habis.. udah konak banget sih Sin.. lagian lu kok karaokenya enak banget..
Beda sama Vivi dan Ci Diana, swear loh..!!" Kataku memuji.
"Iyalah Le.. Vivi dan Ci Diana kan cewek alim, ngga bandel kaya gua.."

Sinta kembali berbaring.. celana dalamnya kulepas dengan hati-hati..
terutama saat melewati kaki kirinya, karena takut menyakitinya.

"Sin, jangan terlalu ribut yah, kalo si Thomas dan Ami denger bisa gawat..!”
Kuperingatkan dia karena posisi kamar ini tidak begitu strategis.. sementara Sinta kalau ML ribut banget.
Pantas kalau Andry pulang ke Indonesia.. Sinta sering tidak pulang ke kost, rupanya si Andry juga mau cari aman.

Aku mengatur posisi, Sinta berbaring miring dan kaki kanannya kuangkat.
Meski pun unvirgin.. tapi kemaluannya masih rapat dan kencang.. –pasti rajin dirawat nih..–

Penisku lumayan susah juga menembus vaginanya..
untung ada love juice dan ludah yang melumuri penisku sebagai pelumas.

Slebbb..!! Perlahan-lahan penisku mulai tertanam pada liang itu diiringi desah kenikmatan Sinta.

Saat kurasa penisku sudah masuk penuh.. kuhentikan sejenak aktivitasku..
agar Sinta dapat terbiasa dan menikmati dulu.

Sambil kubelai rambutnya.. kusentakkan pelan pinggulku.. makin lama gerakanku makin cepat.
Bahkan sesekali aku melakukan sodokan keras terhadapnya.

"Owghhh.. owghhh.. Leee..!!"
Sinta menjerit-jerit sambil menggigiti jarinya berusaha agar jeritannya tidak terlalu keras.

Hampir setengah jam kami bertahan dengan posisi itu..
kurasakan dinding kemaluannya mulai berdenyut-denyut menyebabkan penisku makin tertekan.

Tubuhnya meronta-ronta dengan liar, jeritan yang keluar dari mulutnya pun makin histeris.
Mendengar rintihan tidak karuan itu.. aku makin ganas saja. Crebb-crebb-crebb-clebb-clebb-clebb..!!

Payudaranya kuremas-remas dengan brutal.. sehingga dia makin kesetanan.
Aku merasa klimaksku sudah kian dekat.. "Di mana sin..hhhh.. eghh.. eghh..!!

"Le.. ahh.. akkhh.. boleh.. ohh.. di dalam.. akhh..!!” Katanya lirih.
Kuhentakkan pinggulku dengan kuat.. jleghh..!! Membenamkan batang penisku sedalamnya.

Cratt.. crattt.. crattt.. cratt..!! Kami akhirnya mencapai puncak kenikmatan bersama..
Spermaku tertumpah di rahimnya.. sebagian meleleh keluar karena cukup banyak.

Kulumat bibirnya agar jeritannya terhambat.
Sambil berpelukan dan berciuman.. kami menikmati sisa-sisa orgasme.

Kulepaskan penisku dari vaginanya.. tubuh kami sudah licin dan basah oleh keringat yang membanjir.
Setelah tenagaku pulih.. aku menggendong dan mendudukkannya di meja belajar.

Sebenarnya aku mau melakukan doggy style.. karena Sinta paling enak digarap dengan posisi ini.
–baca ‘Hadiah Bagi Pahlawan’..–

Namun dengan kondisi kaki seperti ini tentu tidak nyaman baginya..
maka kugarap dia dengan posisi duduk di meja.

Tubuhnya menggelinjang liar di atas meja..
sampai setumpuk buku di dekatnya berjatuhan ke lantai akibat tersenggol olehnya.

Mulutnya juga aktif mengimbangi dengan ciuman dan jilatan baik pada mulut, leher dan telingaku.
Kali ini aku akhirnya berhasil meng-KO-nya..

Apalagi setelah sodokan-sodokan khasku membuatnya orgasme lebih awal dan memintaku berhenti.
Namun aku terus menggenjotnya beberapa menit sampai aku mencapai klimaks.

"Ha.. ha.. ha.. akhirnya ngaku kalah juga lu Sin..!” Kataku dengan bangga.
"Licik.. gua kan masih sakit. Tunggu aja kalo gua sembuh nanti Le..!” Balasnya.

Walau pun aku menang darinya.. namun terus terang aku sendiri merasakan kelelahan yang amat sangat.
Butuh waktu dan tenaga extra untuk menaklukkan gadis berpengalaman seperti dia.

Aku menggendongnya kembali ke ranjang.. kami lalu berbaring menyamping berhadapan.
Lalu dia tersenyum. Sambil mencolek hidungku dia berkata..
"Nakal juga yah lu, tega-teganya ngentotin ceweknya sobat sendiri.."

"Ah.. lu juga Sin.. masa’ cowoknya saudara lu –Sinta dan Vivi masih saudara jauh..– juga lu ajak gituan..!?”
Balasku nakal.

"He.. he.. he.. ngga apa-apalah sekali-sekali selingkuh.
Yang penting kan hati gua tetap buat Andry.. dan hati lu tetap buat Vivi, ya ngga Le..?
It just sex.. not love..” jawabnya berfilsafat.

Aku mengambil dan mengenakan kembali pakaianku, lalu kubantu dia memakaikan pakaiannya.
Waktu sudah menunjukkan lebih dari jam 12 malam.

"Sin, gua mau balik dulu, cepet sembuh yah, bye..!!” Kataku sambil mengecup keningnya.
Sampai di kamar.. aku langsung tertidur kelelahan. Asliiii..!! (. ) ( .)
----------------------------------------------------oOo----------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd