Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT L O C K E D

PART 2​

AWAL SEBUAH IKATAN​









Semua yg ada di dunia ini terdiri dari dua hal. Dua hal yg saling bertolak belakang. Dua hal yg saling terhubung. Dua hal yg saling terikat dan tak bisa di pisahkan meskipun berlawanan.

Jika ingin mencari contohnya, ada banyak yg bisa di jadikan contoh. Seperti langit dan bumi, hitam dengan putih, dan sebagainya. Dua hal yg saling bertolak belakang namun saling terikat dan tak bisa di pisahkan bukan?

Namun apakah kalian sadar? Jika ada jarak/space di antara dua hal tersebut? Atau bisa di bilang ada sebuah hal baru yg bisa tercipta di antara dua hal yg saling berlawan tersebut?

Seperti abu-abu di antara hitam dan putih. Itulah kita.

Kita bukanlah hitam atau putih. Kita juga bukanlah baik atau buruk, tinggi atau rendah. Kita di antara dua hal tersebut. Kita ada di jarak/space antara dua hal tersebut. Dan hal itulah yg menjadikan kita tidak bisa menjadi salah satunya.

Dalam putih kita, ada hitam disananya. Dalam hal baik kita, ada buruk yg selalu tercipta.

Hal itu tak bisa di pisahkan seberapa keras pun kalian mencobanya. Hanya orang-orang yg benar-benar paham dan mengerti yg bisa hidup damai di antara keduanya dan tidak mencoba untuk menjadi/hidup di salah satu hal tersebut.

Karena kebanyakan atau bahkan semua dari kita, pasti ingin untuk hidup dalam salah satu hal tersebut. Padahal sejatinya dua hal tersebut saling terikat dan tak bisa di Pisahkan.

Lucu memang, tapi manusiawi.

Namun bukan hal itu yg ingin di bahas walaupun sudah terbahas juga sih. Dan karena sudah terbahas juga kenapa tidak bahas yg berhubungan dengan hal itu juga?

Berbicara tentang dua hal yg saling terikat namun bertolak belakang, kalian semua pasti mempunyai hal yg kalian suka dan tidak suka bukan? Pasti. Dan apa yg kalian suka dan tidak suka juga bersifat relatif. Karena belum tentu apa yg kalian suka juga di sukai orang lain.

Dan berbicara tentang hal yg di suka dan tidak di suka. Virgo juga sama dengan orang-orang lainnya, dia tentu punya hal-hal atau kegiatan yg di suka. Juga dia punya hal-hal yg tidak di suka.

Untuk 3 list teratas yg paling Virgo sukai adalah, kesunyian, naik motor, dan game. Sangat mainstream memang, seperti kebanyakan cowok pada umumnya, tapi memang itulah hal-hal yg sangat dia sukai.

Sebenarnya masih banyak hal lainya yg Virgo sukai seperti Anime atau sepak bola, namun jika berbicara list teratas, maka tiga hal tadi adalah yg paling di sukainya. Dan salah satu dari list hal yg paling dia sukai di atas sedang dia lakukan saat ini.

Ya, Virgo masih dan sedang mengendarai motornya setelah selesai mengantarkan Violin ke Rumah sakit tadi, dan sekarang dia sedang menuju ke tempat Alam yg sialnya dia lupa melihat Ponselnya untuk melihat Share lokasi yg mungkin sudah di kirimkan oleh Danang karena dia sudah di sana lebih dulu dan sudah dia pesan juga tadi.

Jadi Virgo memutuskan untuk memelankan motornya agar bisa kepinggir dan berhenti untuk mengecek Ponselnya terlebih dahulu.

Setelah berhenti di pinggir jalan, Virgo mengambil ponselnya yg berada di saku celananya untuk membuka aplikasi pesan instan semilyar umat itu, bukan sejuta lagi. Namun setelah membukanya, pesan dari Danang belum juga di dapatkanya. Memang dua temanya itu tak pernah bisa di andalkan. Segera Virgo menekan icon untuk menelpon Danang.

Nada sambung terdengar setelah beberapa detik menunggu, dan beberapa detik setelahnya panggilan Virgo pun diterima.

"Hall-"

"Kirim lokasinya anjing!"​

Potong Virgo langsung, tak membiarkan Danang di seberang menyelesaikan ucapanya.

"Ya"

Tut... Tut... Tut...

Yap, hanya begitu saja. Sesimple itu. Danang yg mengakhiri lebih dulu.

Sedikit banyak Virgo kesal dengan pemutusan panggilan sepihak dari Danang yg hanya berucap dua huruf saja itu. Namun jika di pikir ulang mau berkata apalagi memang? Lagian kepentingannya hanya meminta Danang share loc saja, dan Danang pun sudah bilang 'ya'. Jadi sudah tak ada keperluan lagi kan?

Tetap saja Virgo kesal dengan kekampretan Danang. Tapi jika di pikir-pikir salah dia juga yg main potong ucapan Danang di awal. Jadi wajar jika Danang kesal dan membalasnya.

Sebuah pesan diterima oleh Virgo dari Danang berupa share loc. Tanpa banyak tunggu, Virgo segera menghidupkan mesin motornya kembali dan menjalankannya mengikuti instruksi dari navigator di ponselnya menuju kosan Alam yg ternyata cukup dekat dengan tempatnya saat ini.




Tak sampai 15 menit, Virgo sudah duduk manis di atas motor tepat di depan kos Alam. Mata Virgo memindai bangunan di sebelah kanannya yg jika dilihat dari luar sepertinya cukup mewah itu, bukan kos yg remeh-remeh kelihatanya.

Segera saja Virgo mengambil ponselnya kembali dan mencari kontak Alam untuk di telepon agar segera keluar menyambutnya dengan gelaran karpet merah dan kembang tujuh rupa dari pulau yg berbeda-beda.

Hanya butuh beberapa detik saja untuk panggilan Virgo langsung di angkat oleh Alam.

"Gue udah di depan kos lo nih, keluar dong." Kata Virgo langsung memberi tahu. Dia ingin segera duduk nyaman atau rebahan mengistirahatkan punggungnya yg sudah lumayan pegal.

"Langsung masukin aja motornya. Biar gue bukain gerbangnya bentar."

Lah? Ini kenapa suara Alam deket banget? Bingung Virgo karena merasa suara Alam sangat jelas di kedua telinganya, seperti tidak dari speaker ponselnya.

Tiba-tiba saja seseorang berjalan melewati Virgo dengan tangan kanan memegang ponsel yg di dekatkan ke telinga, sedang tangan kirinya menenteng kresek plastik cukup besar berlogo sebuah mini market yg dimana-mana ada itu.

Tak di sangka-sangka, orang yg berjalan melewati Virgo dan berhenti di depan gerbang kos itu ternyata adalah Alam.

Wajah Virgo berubah kecut seketika, melihat Alam yg berjalan melewatinya seperti manusia suci yg tak punya dosa. "Woy ******! Kenapa ngga manggil aja kalo ada di belakang gue!" Semprot Virgo yg masih duduk di atas motor memerhatikan Alam yg sedang membuka gerbang didepannya kemudian di dorongnya lebar-lebar terbuka.

Selesai membuka, Alan menoleh pada Virgo dengan wajah polos minta di taboknya. "Ya goblokan lo lah! Ngapain lo masih nempelin tuh ponsel di telinga kalo udah tau ada gue disini." Balas Alam geleng-geleng kepala dramatis.

"Lo lebih tolol lagi!" Tangan Virgo yg tidak mengengam ponsel menunjuk pada Alam.

Alis Alam terangkat naik. "Lah, napa emang?"

"Lo ngingetin gue tapi tangan lo sendiri masih nempel di kuping lo bego!"

"Lah iya." Gumam Alam pelan agar tak terdengar oleh Virgo, namun itu percuma karena panggilan di ponselnya masihlah tersambung. "Kan gue ngga enak, soalnya lo belum tutup panggilannya, jadi ngga sopan gitu kesanya." Kilah Alam memberi alasan, yg membuatnya terlihat semakin bodoh di depan Virgo.

Tatapan Virgo langsung dialihkan malas menatap Alam. "Alesan ae lo nastar." Gerutu Virgo pelan yg langsung mengakhiri kegoblokan keduanya dengan memasukan ponselnya lebih dulu kembali ke saku celana.

Setelahnya, Virgo lebih memilih untuk mendorong motornya melewati gerbang yg telah di bukakan oleh Alam yg saat ini sedang berdiri di samping gerbang dengan alasan agar bisa segera menutupnya kembali setelah Virgo masuk dan memarkirkan motornya bersama kendaraan anak kos lainya yg sudah tertata rapi di tempat parkir luas itu.

Untuk gambaranya, pintu gerbang setinggi dua meter itu terletak segaris lurus dengan parkiran yg beratap dan cukup luas namun sangat panjang kebelakang, sangat bisa untuk menampung beberapa mobil dan banyak motor. Sedangkan bangunan kosnya terletak tepat di samping kiri parkiran dengan pintu utama yg menghadap ke arah parkiran dan bukanya ke arah jalan atau gerbang. Cukup aneh memang, namun sangat efektif dalam memanfaatkan ruang.

"Taruh sini aja Vir deket gerbang, yg dalem sono buat mobil." Tunjuk Alam pada space area yg segaris lurus dengan teras depan kosnya.

Virgo langsung saja membelokan motornya untuk di tata rapi seperti yg lainya. "perhatian banget sih lo ngasih tempatnya yg deket." Berhasil memakirnya dengan sempurna, Virgo kemudian melepas helm dan sapu tangannya yg kemudian ia letakan di atas tangki motornya.

"Siapa juga yg perhatian." Alam mendorong gerbang di depanya untuk di tutupnya kembali, lalu kemudian berbalik melihat Virgo setelahnya."Orang biar lebih gampang aja kalo di ambil maling." Lanjutnya Alam yg kemudian berjalan menuju teras depan kosnya.

"Si anjing, minta di sleding jakunya." Gumam Virgo kesal yg segera menyusul langkah Alam di depanya.

Besar, bersih dan mewah, tiga kata itulah yg terlintas di kepala Virgo setelah memasuki ruangan besar seperti ruang tamu luas yg di pergunakan untuk menerima tamu tentu saja dengan beberapa sofa panjang, juga di lengkapi sebuah LCD TV yg menempel di tembok. "Njir kos lo mewah juga ya Lam." Norak Virgo berucap sambil memutar pandanganya.

"Iyalahhh!" Sambar Alam cepat berhenti dari jalannya dan berbalik kemudian. Jiwa sombong ingin pamernya seketika menyeruak minta di lepaskan. "Orang kaya macem gue tuh ya minimal kosanya kayak gini lah yg bayarnya perbulan jutaan. Tinggal di kos lima ratus ribuan gitu tuh bukan level gue." Tengil Alam menaikkan dagunya tinggi-tinggi yg ditambah dengan membusungkan dadanya tak lupa dengan tangan berkacak pinggang.

Tak pernah Virgo merasakan sebuah penyesalan secepat ini dalam hidupnya. Salah memang jika memuji sesuatu yg berhubungan dengan manusia namun mirip setan di depanya ini.

Malas meladeni, Virgo lebih memilih untuk mengalihkan pandangannya kemana saja selain harus melihat Alam yg kukuh bertahan dengan gaya power ranger pink'nya. "Lo abis dari mana tadi kok tiba tiba muncul dari belakang gue?" Iseng Virgo mencoba peruntungan untuk mengalihkan perhatian si laknat Alam.

"Ohh abis dari minimarket depan situ beli ini." Tangan Alam terangkat memperlihatkan plastik keresek berlogo Mini market dengan polosnya. Sepertinya Virgo berhasil.

Tak mau membuang waktu lebih lama lagi dengan hal yg tak penting, mereka kembali melanjutkan langkahnya melewati lorong dan pemandangan utama pun langsung terlihat oleh mata Virgo setelahnya. Jejeran kamar kos dua lantai yg terlihat sangat tidak sempit sama sekali dapat ia lihat. Kamar kosan saling berhadapan dengan space luas beralas paving block dengan dua pohon di tengah-tengahnya.

Virgo sangat takjub oleh apa yg ada di antara kamar kos yg saling berhadapan, atau bisa di bilang halaman antara dua kos itu. Di Disana terdapat dua pohon besar, yg satu pohon mangga dan satunya pohon jambu terlihat dari daun dan batangnya. Namun yg unik adalah di setiap pohon di buat tempat duduk dari kayu yg melingkari pohon tersebut. Seperti gubuk namun tanpa atap yg di tengah-tengahnya adalah batang pohonnya. Tapi jika di bilang rumah pohon pun tidak seperti rumah pohon. Unik lah pokoknya.

Juga di setiap teras depan kamar kos, terdapat beberapa tanaman hias yg wadahnya di buat permanen kotak panjang dari semen, membuatnya terlihat sangat asri dan segar.

Sedangkan untuk lantai dua, terasnya tidak seluas yg ada di bawah tentu saja, namun juga tidak sempit-sempit amat sebab juga berfungsi sebagai penghalang panas atau hujan untuk kamar di bawahnya.

Kos yg sangat bagus dan asik.

Tapi berdasarkan pengalaman barusan, Virgo tak mau mengungkapkan apa yg ada di pikirannya lewat lisan lagi, cukup memujinya dalam hati saja.


Masih mengikuti langkah Alam di depan, mata Virgo tak henti berkelana melihat setiap detail yg ada. "Danang mana Lam?"

Alam menghentikan langkahnya saat sampai di samping gubuk lalu menaruh kresek di tanganya lebih dulu sebelum berbalik menatap Virgo di belakangnya. "Ada di dalem kamar gue situ." Tangan Alam terulur menunjuk sebuah kamar dengab pintu yg terbuka. Terlihat juga sepatu yg sering Danang pakai ada di luar pintu. "Eh kita nongkrong di gubuk ini aja apa ya Vir? Sumpek di kamar mulu gue."

"Ngga ganggu penghuni yg lain emang?" Sanksi Virgo tak yakin setelah melihat kondisi kos yg terlihat wah ini. Karena jika tebakanya benar, seharusnya para penghuni kos ini adalah manusia-manusia yg kurang lebih jenisnya sama seperti Alam.

Senyum simpul Alam keluarkan tanda itu bukan masalah yg besar. "Santai aja, mereka baik-baik kayak gue ini kok. Lagian paling juga pada belom pulang jam segini."

"Justru yg sejenis sama lo ini yg ngeri." Gumam Virgo yg dia pastikan hanya bisa di dengar olehnya saja sambil mengangkat bahunya tanda terserah di saat yg bersamaan. "Ya serah lo kalo gitu, ngikut aja gue."

Senyum sejuta watt dengan jempol teracung di berikan Alam untuk Virgo setelahnya. "Sippp lah. Gue panggil Danang bentar kalo gitu." Dengan langkah ringan bak Dora the Explorer, Alam pun meluncur menuju kamarnya dengan riang gembira.

Sembari menunggu Alam kembali bersama Danang, Virgo memilih untuk melepas sepatu yg masih menempel di kakinya dan naik ke atas gubuk yg tingginya tak lebih dari sepahanya itu, lalu duduk dengan kaki yg diselonjorkan sebelum tubuhnya ikut rebahan juga guna meringankan beban dan rasa linu di punggunya dari tadi.

Berbantalkan tas yg di tambah dengan tanganya sendiri agar lebih tinggi, Virgo memejamkan matanya saat tubuh lelahnya merasakan semilir angin sore hari yg ramai menyapa. Senyum simpul terbit di wajahnya tak kala rindang pohon membantu menghalangi dirinya dari terik matahari sore ini. Sungguh, ini adalah suasana yg sangat nikmat, apalagi jika di tambah dengan lantunan musik yg di dengarkan lewat earphone bervolume full, wuih syadhu tralala pasti. Tapi sayang dia lupa memasukannya ke dalam tas saat berangkat pagi tadi.

Namun kenikmatan sore hari yg baru Virgo rasakan sayangnya harus tak bertahan lebih lama karena telinganya yg sensitif akan suara-suara mahluk halus mendengar bunyi-bunyian berasal dari mahluk astral yg bisa di pastikan mendekat ke arahnya. Dan benar saja, sebuah pukulan ringan mendarat sempurna di keningnya kemudian. Untung dirinya adalah manusia tersabar di dunia, jadi hanya helaan napas agar tetap sabar lah yg Virgo lakukan.

"Nikmatnya!!! Berasa di rumah sendiri ya langsung rebahan aja." Sindir sebuah suara yg kemudian di ikuti sebuah getaran dari papan yg sejalur dengan yg Virgo tindih, menandakan jika ada setan yg duduk di sebelahnya siap untuk menggoda imannya.

"Geseran sih dugong! Badan lo nyampah aja menuh-menuhin tempat." Kali ini suara yg terdengar lain lagi dari yg pertama, menandakan jika setanya ada dua.

Tapi sebuah dorongan tiba-tiba tertuju pada Virgo, yg mana membuatnya langsung terdorong dan berguling hingga membentur batang pohon besar di tengah-tengah. Mata Virgo sedang terpejam, jadi tak menyadari akan dorongan setan laknat.

Oke cukup, Virgo meralat perkataannya tadi yg mengatakan bahwa dia adalah manusia paling sabar di dunia. Persetan dia di cap plin-plan, dua setan di depanya harus di kasih pelajaran.

Berangkat dari kekesalan yg sudah memuncak, Virgo segera bangkit dari tidurannya untuk duduk sambil menatap dua setan di depanya yg seolah tak tahu apa-apa itu dengan pandangan siap membunuh. "Wahai kalian dua setan kembar, menyingkirlah dari hadapan saya sebelum tangan dan kaki ini bergerak dengan sendirinya menghantam tubuh kalian."

Alam yg sedang mengeluarkan snack dan minuman dari kresek yg dia bawa tadi pun menghentikan kegiatannya demi menatap Virgo. "Lo butuh yg seger-seger kayaknya Vir. Otak lo udah mulai kloset."

Sebuah pukulan mendarat sempurna di kepala Alam hadiah dari Danang. "Korslet ******!" Koreksi Danang membenarkan sambik geleng-geleng kepala.

"Nih" Sebuah minuman ber ion positif Alam lemparkan pada Virgo yg dengan cekatan langsung menangkapnya. Lalu sebuah snack keripik juga ikut di lemparkan setelahnya. Wajah Virgo berubah kalem seketika. Ternyata sangat mudah untuk meredakan amarah Virgo, cukup camilan dan minuman semua pun beres.

"Ngga ada ka-ep-si atau apa gitu Lam yg bikin kenyang?" Seloroh Virgo berkomentar, namun tanganya tetap membuka snack yg Alam lemparkan juga.

Lirikan sinis yg tentu bukan hal romantis Alam berikan pada Virgo dengan cepat. "Lo jadi tamu ngga usah ngelunjak gitu ya."

Virgo mengendikan bahunya cuek tanpa menatap Alam. "Setau gue ada pepatah yg bilang tamu adalah raja deh." Dan bunyi 'kriuk' yg dibuat sekeras mungkin yg dilakukan oleh Virgo terdengar setelahnya.

"Kalo tamunya modelan lo mah masih untung ngga gue seret keluar sono." Keki Alam yg dengan ganas membuka snack di tanganya kemudian. Tapi karena terlalu bertenaga, alhasil isinya berhamburan keluar dengan riang gembira.

Tawa suka cita Virgo keluarkan tanpa di tahan-tahan melihat raut kusut Alam karena snacknya berhamburan di sekelilingnya. Semesta memang kadang baik pada Virgo yg langsung membantunya untuk membalas kedzoliman yg terjadi padanya tadi.

Danang yg sedari tadi diam menonton dengan khidmat bersama camilan di tangan pun akhirnya tak tahan untuk bersuara demi tertuntasnya rasa pensarannya. "Tadi siapa Vir?"

Kerutan langsung muncul di dahi Virgo menatap Danang bingung. "Siapa?"

"Cewek yg sama lo!" Jutek Alam menyahut pembicaraan dengan tangan yg menjumputi camilan yg bertebaran. "Yg lo bilang mau nganterin ke rumah sakitadi." Lanjut Alam lagi yg kemudian memakan snack yg sudah terkumpul di tanganya. Bodo amat lah dengan kehigenisan, mati mah mati aja.

"Ooohhhh ituuu." Beo Virgo mengangguk mengerti kemudian.

"Ah-oh ah-oh kayak bokep jepang lo!" Sinis Alam menimpali lagi, yg mana membuat tawa Virgo kembali mengudara. Sedang Danang hanya bisa mendengus jengah, merasa menyesal telah memilih teman. "Buru jelasin."

"Iya-iya Sabar, minum dulu gue." Tangan Virgo berlangsung mengambil minuman ion positif di depanya yg kemudian di buka dan di tenggaknya.

"Namanya siapa?" Tanya Danang mengawali interogasinya dengan kalem.

Virgo yg sedang menenggak minumanya seketika berhenti dan menarik botol dari bibirnya dengan kening yg berkerut kembali. "Eh, siapa tadi namanya ya?"

"Lah kocak" Alam menaikan alis heran menatap Virgo. "Lo baru aja nganterin dia, masa bisa lupa namanya."

"Gue beneran lupa ini. Bentar diem gue inget-inget dulu" Dan gobloknya, Alam dan Danang benar-benar diam menuruti ucapan Virgo.

Tapi Virgo memang benar-benar lupa namanya. Entah dari kapan semuanya berasal atau apa penyebabnya, mengingat nama orang yg baru di kenal adalah salah satu hal yg sulit Virgo lakukan selama ini. Butuh setidaknya minimal tiga kali pertemuan buat Virgo bisa mengingat nama seseorang di luar kepala setelahnya. Aneh memang, tapi nyata.

Cukup lama mengerutkan alis dengan kepala yg menerawang ke atas tanda jika sedang berfikir, Virgo akhirnya bisa menemukan file nama cewek yg di antarnya tadi di dalam memori otaknya.

"Vio, Violin namanya" Kata Virgo akhirnya berhasil mengingat.

"Violin?" Beo Danang dan Alam bersamaan.

Anggukan kepala Virgo lakukan untuk membenarkan. "Ho'oh Violin."

"Violin siapa?" Kulik Alam ingin lebih tahu, karena sepertinya dia tidak asing dengan nama itu.

Virgo mengenggeleng polos pada Alam. "Ngga tau gue nama lengkapnya, tadi cuma di kenalin gitu doang." Ungkap jujur Virgo yg memang begitu adanya.

"Bukan itu dodol!" Gemas Alam mengepalkan erat tanganya yg hampir kelepasan mencekek leher Virgo. Dia sudah kesal dari tadi pada manusia satu di depanya ini, dan sekarang malah dia belagak tolol sehabis minum ion positif.

"Anak mana? Angkatan berapa? Fakultas apa?" Sahut Danang menengahi, mencoba mengartikan maksud dari Alam.

"Nahhh itu mkasud gue!" Seru Alam semangat menunjuk Danang. Sungguh saat ini Alam sedang mencoba bertahan sekuat mungkin agar tak kelepasan menghantam wajah sok polos Virgo di depanya itu.

"Lo sendiri nanyanya ngga jelas." Sinis Virgo melirik Alam sambil merogoh kantong celananya untuk mengambil rokok. "Dia satu falkultas sama kita. Satu kelas malah." Jawab Virgo yg setelahnya mengapit batang rokok pada bibirnya dan di sulut kemudian.

Wajah Danang berkerut keruh seketika, tanganya berhenti menyuapi mulutnya dengan camilan karena sedang mencoba mengingat teman sekelas yg bernama Violin. Sedangkan Alam kebalikanya, wajahnya berubah cerah karena akhirnya dia mengetahui identitas penumpang gelap di jok belakang motor Virgo yg lekuk tubuhnya menggetarkan jiwa kaum adam seperti dirinya.

Menangkap raut bahagia yg di keluarkan Alam, Danang semakin mengerutkan wajahnya. "Lo kenal Lam?"

Anggukan antusias di berikan Alam pada Danang. "Agata La Violina Hendrawan. Cewek manis dengan body goals abis."

"Nah tuh Alam malah lebih tau" Kata Virgo menunjuk Alam, namun dia juga cukup heran karena Alam yg tahu nama lengkap Violin.

"Btw, gimana rasanya boncengin dia Vir? Empuk ngga? Gede ngga?" Tanya Alam antusias kembali menghadap pada Virgo.

Segera dua tangan dari masing-masing Orang di depan dan samping Alam kompak menoyor kepalanya.

"Gue bukan lo yg isi otaknya cuma tentang paha sama dada." Jengah Virgo yg kemudian mengalihkan tatapannya pada Danang. "Rinsoin Nang biar hilang noda membandelnya."

Danang menggeleng lemah dengan dramatis sembari mengelus kepala Alam. "Percuma Vir, udah karatan soalnya. Ganti mesin ini mah bisanya, atau buang aja sekalian." Jelas Danang sok pilu yg selanjutnya mengetuk tiga kali kepala Alam seperti mengetuk pintu.

"Sialan!" Alam menyentak tangan Danang dari kepalanya dengan tak santai. Namun wajahnya kembali berubah senang dengan cepat saat teringat lagi dengan Violin. "Kok bisa dia sama lo gimana ceritanya Vir?" Tanya Alam antusias kembali.

Virgo tak segera menjawabnya sebab sedang menghisap dalam-dalam rokoknya yg kemudian di keluarkan perlahan. "Jadi gini. Kan gue duluan tadi pas lo berdua gelut kayak bocah malu-maluin gue yg di samping kalian. Nah pas di parkiran udah di atas motor, bahu gue di tepuk dan pas noleh ternyata cewek, ya gue bingung dong ada cewek nepuk bahu gue, mana gue gak kenal lagi. Terus doi nanya nama gue Virgo bukan, dan gue iyain. Singkatnya, dia minta tolong buat di anterin kerumah sakit karena temenya kecelakaan dan beruntungnya pas hapenya mati juga jadi ngga bisa pesen ojol." Virgo menghisap rokoknya dalam-dalam lagi dan mengeluarkan asapnya secara perlahan sebagai akhir dari penjelasan.

Alam mengusap-usap dagunya tanda sedang berfikir. "Emang dia ga bawa kendaraan sendiri ya? Soalnya gue biasanya liat dia bawa mobil sendiri." Gumam Alam bermonolog, membuat Danang dan Virgo heran menatap pada Alam yg larut dalam lamunanya.

Tendangan kecil di berikan Danang untuk mengambil alih fokus Alam yg sedang melayang entah kemana itu. "Kok lo tahu kalo dia bawa mobil?"

"Ya kan dia kos disini, makanya gue tahu" Jawab santai Alam namun tidak dengan Virgo yg terkejut mendengarnya.

Virgo tak habis pikir kenapa dunia bisa sebercanda itu dengan menemukan kita pada orang-orang yg saling berhubungan satu sama lain setelah kenal lebih dalam. "Seriusan Lam?" Dan Alam pun mengangguk mengiyakan.

"Tapi kok kalian ngga pernah saling sapa gitu kayaknya kalo di kelas?" kali ini gantian Danang yg menginterogasi Alam.

Wajah Alam tiba-tiba menunduk pilu teringat fakta bahwa mereka memang tak pernah saling sapa padahal satu kosan. "Ya karena kita ngga deket aja. Paling juga senyum doang kalo ngga sengaja papasan."

"Seriusan?" Heran Virgo cukup terkejut. "Seongok lo yg biasanya ngga bisa lihat cewek bening dikit bisa minder juga?"

"Mata lo!" Maki Alam tak terima dengan kata 'seongok' yg Virgo ucapkan. "Gue ngga semaniak itu juga kali tiap ada cewek langsung kayak buto ijo." Sergah Alam tak terima. "Lagian gue juga ngga ada niat deketin atau ngincer dia, Jadi ya biasa aja gitu." Terang Alam melanjutkan, agar dua temanya tak salah prasangka mengira dia suka Violin.

"Sok-sok'an lo!" Cibir Virgo tak percaya. "Cowok sangean model lo biasa aja? Ayam di bedakin aja lo embat."

"Mulutnya!" Maki Alam sepertinya sudah dalam batas puncak kekesalan. "Lo kayaknya ngga pernah kena sleding tackle di telinga ya Vir?" Alam siap beranjak dari duduknya untuk melakukan kekerasan pada satu teman yg lebih terlihat seperti musuhnya itu. Namun kemudian ia urungkan karena setelah dia pikir-pikir akan percuma saja. Pasalnya dengan Danang saja dia kalah tadi, apalagi melawan Virgo yg lebih tegap dari dirinya, jadi lebih baik dia pasrah dan meladeni teman sialanya satu itu dengan ucapan saja.

Dan seperti yg sudah bisa di tebak kelanjutanya, jadilah Alam sebagai bahan sasara untuk di olok-olok oleh Virgo yg di bantu Danang sesekali. Keduanya sangat kompak dan bersinergi dalam membully Alam.






Tak terasa langit sudah menjadi gelap karena matahari yg sudah pamit untuk istirahat sebelum kembali lagi esok hari dan kembali terbit dengan semangat. Tapi hal itu tak juga menyurutkan antusias tiga orang yg masih belum beranjak dari posisinya sejak sore tadi karena masih asik berbincang berbagai hal dengan tawa yg kadang hadir meramaikan sembari berbasa-basi menyapa jika ada penghuni kos yg lewat atau tertangkap pandangan mereka.

Berbeda dengan Virgo sangkakan sebelumnya, ternyata tebakannya tentang para penghuni kos yg seperti Alam salah besar. Sebab para penghuni kos yg mereka sapa ternyata cukup ramah baik pria maupun wanita yg kebanyakan seumuranya. Sapaanya di balas senyum, bahkan ada beberapa dari mereka yg menyempatkan diri mendekat barang sebentar untuk saling memperkenalkan diri dan ngobrol ringan. Lumayan lah untuk menambah kenalan di daerah yg bukan tempatnya berasal.

Ketiganya masih asik mengobrol tentang sesuatu saat dengan tak sengaja mata Virgo menangkap siluet seorang perempuan berjalan ke arah mereka. Posisi duduk Virgo yg menghadap ke arah Ruang tamu utama kos jelas memudahkan dirinya untuk melihat jika ada orang yg masuk ataupun keluar.

Matahari memang sudah tenggelam, namun ada cahaya yg masih tersisa, sehingga tak lantas membutakan pandangannya. Apalagi di tambah dengan lampu-lampu yg sudah di hidupkan oleh oleh para penghuni kos, jadilah dengan cukup jelas Virgo dapat melihat siapa orang dilihatnya, dan ternyata itu bukan sosok asing seperti yg sudah-sudah. Itu adalah Violin.

Violin yg berjalan dengan santai menuju kamarnya yg berada di jejeran terakhir kosan pun merasa jika ada yg memerhatikannya. Di edarkanlah pandanganya ke sekelilingnya untuk mencari apa ada manusia disekitarnya, dan ternyata ada tiga sosok dalam kegelapan di bawah pohon yg dia lihat.

Sebenarnya ada lampu di atas gubuk itu yg bisa hidupkan untuk jadi penerang. Namun meski di kegelapan malam, Vio dapat melihat jika dua di di antara tiga orang itu duduk membelakanginya, jadi hanya tinggal satu tersisa yg berkemungkinan jadi tersangka yg memperhatikannya.

Langkah kaki terus Violin lanjutkan sehingga membuat dirinya semakin dekat dengan gubuk yg di isi tiga orang itu. Setelah cukup dekat kurang lebih lima meteran, akhirnya Violin dapat melihat dengan jelas wajah yg ternyata seorang pria itu. Senyum Violin mengembang tak kala mengetahui bahwa orang itu adalah Virgo, sosok yg telah menolongnya siang tadi. Dengan langkah ringan Violin pun membelokan tujuan menuju ke arah gubuk.

Sesampainya di depan gubuk, Vio di sambut oleh senyuman Virgo yg terlukis manis di wajahnya.

"Hai!" Sapa Violin tak lupa membalas senyuman yg Virgo berikan. "Kok lo ada disini?"

Mendengar ada suara betina di belakang mereka, dengan kompak tanpa di komando Alam dan Danang memutar pandanganya kebelakang untuk melihat apakah suara yg di dengar sehalus dan secantik orangnya.

"Hai Olin." Balas Virgo bersikap sok cool namun masih tetap tersenyum. Kesan pertama haruslah keren dan baik, yg mana itu sedang di usahakannya saat ini.

Sedangkan Danang dan Alam hanya bisa terbengong diam melihat jelmaan bidadari di belakangnya, yg ternyata Violin.



Kening Violin mengerut bingung dengan nama panggilan yg di berikan Virgo padanya. "Kok Olin?"

"Violin kan?" Tanya Virgo yg di angguki Vio dengan polos. "Yaudah gue panggil Olin aja." Jelas Virgo singkat padat.

"Gue biasa di panggil Vio sih, tapi terserah lo aja lah" Putus Vio tak mempersoalkan mau di panggil apa saja, asal masih ada di namanya. "Btw kok lo ada di sini?" Lanjut Vio kembali bertanya, karena Virgo belum menjawabnya tadi.

Tangan Virgo terulur menunjuk ke arah Alam. "Main aja ke kosanya dia."

Pandangan Violin pun segera terarah pada objek yg Virgo tunjuk, dan terpampanglah wajah Alam yg sudah sering dia lihatnya sehari-hari. "Oohhh Alam." Beo Violin paham, Lalu kemudian dia mengulurkan tanganya untuk berkenalan, karena selama ini tak pernah saling bicara walau kerap saling sapa yg sayangnya hanya dengan senyuman saja. "Hai Alam, gue Violin." Senyum manis tak lupa Violin berikan sebagai langkah awal perkenalan.

Melihat tangan mulus terulur tepat di depannya, tentu Alam tak akan menyia-nyiakannya. "Hai, gue Alam." Balas Alam dengan senyum agak grogi, sungguh bukan Alam sekali.

Setelah tautan tangannya terlepas dengan Alam, Violin langsung beralih pada pria satunya yg ternyata sudah di kenal juga. "Danang kan?" Tangan Violin kembali terulur meminta bersalaman. "Gue Violin."

"Kok tau nama gue?" Bingung Danang dengan tangan yg menyambut uluran Violin.

"Pasti taulah" Jawab Violin dengan senyum yg tiba-tiba bersirat geli." Orang kalian berdua ribut terus di kelas, makanya jadi tahu nama kalian." Jelasnya sambil melirik Alam dan Danang bergantian.

Wajah Danang menunduk lemas seketika. Hancur sudah reputasinya karena di kenal bukan karena cool atau keren, tapi di kenal karena sering membuat keramaian. "Gila, ngga keren banget gue di kenal gara-gara rame."

"Mamam tuh famous." Olok Virgo tertawa senang dari belakang. "Makanya kalo di bilangin om tuh jangan ngeyel. Gelut mulu sama Alam ngga tahu waktu dan tempat."

Violin terkekeh geli karena ucapan Virgo. "Eh, tapi seru loh punya temen kayak mereka berdua, jadi bisa ketawa terus gitu ngeliat kelakuannya."

"Tuh dengerin!" Seru Danang dan Alam bersamaan, merasa menang karena di bela oleh Violin.

"Bersyukur lo punya temen kayak kita!" Lanjut Alam dengan pandangan mengejek pada Virgo.

"Woy cuks" Virgo terkekeh geli tanpa sebab yg pasti, membuat Danang dan Alam menatap ngeri. "Lo tahu ngga arti kalimat Violin barusan?"

"Apa emang?" Balas Danang mewakili.

"Lo berdua" Tangan Virgo menunjuk tepat di depan muka Alam dan Danang. "Tuh ngga lebih dari badut doang bego!" Jelas Virgo yg tertawa dengan keras setelahnya.

Dengan kompak Alam dan Danang menatap ke arah Violin yg langsung menggelengkan kepala cepat dengan wajah paniknya. "Bukan gitu maksud gue, suer!"

Helaan lega Violin keluarkan setelahnya karena Danang dan Alam mengangguk tanda percaya padanya. Virgo memang ngga ada ahlak, mengadu domba dia dengan Alam dan Danang yg baru juga di kenalnya.

Alam berbalik untuk menatap Virgo yg masih tertawa senang berhasil memecah belah orang lain. "Lo adalah wujud nyata keburukan manusia Vir. Ngga ada syukur-syukurnya lo udah kita jadiin temen selama ini." Alam berakting sok pilu dengan bibir yg di getar-getarkan lengkap dengan tangan yg ia genggam di dada, dan di tambah dengan wajah yg menatap ke atas.

"Mana ada musibah di syukurin sih Lam, Bego lo!" Balas Virgo tak berperasaan sama sekali, yg membuat tawa Violin menyembur seketika, mengerti akan maksud ucapan Virgo.

Wajah Alam bersungut kesal dengan cepat, aktingnya dia akhiri dan berganti menatap Virgo dengan dengki. Namun tepukan di bahunya yg di berikan Danang membuatnya diam tak bereaksi. "Udah biarin aja Lam orang modelan dia ini." Seru Danang dengan santai meski dongkol di dalam hati. "Mulai sekarang ngga usah kita temenin biar kayak orang bego dia, plonga-plongo ngga punya temen."

"Beneran ya!" Tanggap Virgo cepat menatap Danang dengan semangat. "Fix ini kita ngga temenan lagi ya"

"Kok lo malah excited sihhh" Kernyit Danang heran. "Nangis dong harusnya Vir, terus pulang ngadu kalo abis di jahatin Alam sama Danang gitu loh."

Tawa kembali terdengar dari Violin yg baru sadar kalau ternyata dari tadi tiga pria di depanya ini sedang bercanda. Sungguh Violin salut karena tak ada yg mengambil hati meski ucapan mereka kadang-kadang terlalu keras dan sensitif. Jika itu dalam circlenya yg berisi perempuan semua, dia yakin pasti sudah saling benci jika ada omongan seperti yg keluarkan Virgo dan lainya.

Menarik ternyata berkumpul dengan laki-laki.

"Njirrr, jaman kecil gue itu." Seloroh Alam menimpali, Wajah dengkinya sudah hilang dengan cepat berganti raut geli. "Gue suka pulang nangis kalo gundu gue abis waktu kecil. Terus ngadu ke emak biar temen-temen gue di marahin dan balikin gundu gue lagi." Kata Alam absurd yg entah kenapa tiba-tiba berceletuk tentang masa kecilnya itu.

"Anjir! ngga ada ahlak lo Lam emang" Komentar Virgo tertawa geli. Begitu juga dengan yg lainya yg ikut mendengar. "Pasti besokannya lo ngga di ikutin main gundu lagi kan?" Tebak Virgo yg malah excited membalas ke absurd'an Alam.

Alam mengangguk antusias. "Iya cok, di usir-usirin gue. Tapi abis gue kasih kelereng satu-satu di temenin lagi, terus di ajak main."

"Bangke! makin ga ada ahlak." Sahut Danang memecahkan tawa, yg juga berlaku sama untuk lainya. "Kecil lo aja udah gitu Lam, pantesan gede lo kayak gini."

"Halah kayak lo ngga pernah gitu aja waktu kecil" Cibir Alam melirik sinis Danang.

"Sorry ya, gue dari kecil selalu fair play. Lo doang yg ngga ada ahlak jadi bocah." Sergah Danang membela diri. "Jiwa-jiwa DPR lo udah muncul dari kecil."

"Anjing! Lari ke DPR dong jadinya." Sahut Virgo geli geleng-geleng kepala.

"Bahasan kalian random banget ya" Celetuk Violin yg dari tadi hanya diam memperhatikan sambil sesekali tertawa kecil. "Dari apaan jadi apaan. Pantes betah banget sampe malem gini."

"Lah iya udah malem." Gumam Alam melihat langit yg sudah berganti malam. "Ngga sadar gue."

"Dari tadi juga malem" Cibir Virgo yg mendengar gumaman Alam, Namun menatap Violin kemudian. "Oiya, lo ini tadi baru pulang dari rumah sakit Lin?"

"Iya" Anggukan di berikan Violin menatap pada Virgo. "Kalian masih lama ngga di sini?" Tanya Violin menatap ketiganya bergantian kemudian.

"Emang kenapa?" Tanya Virgo balik.

"Ngga papa, mau gabung aja ngobrol sama kalian kalo masih lama, biar lebih deket gitu." Jelas Violin akan maksudnya yg membuat ketiganya kompak seperti boneka di dashboard, mengangguk-anggukkan kepala. "Ya tapi gue mau mandi dulu bentar, lengket soalnya badan gue."

Virgo mengalihkan pandangnya pada Danang yg kebetulan juga melakukan hal sama padanya." Gimana?"

Danang mengendikan bahunya. "Gue sih mau-mau aja. Tapi masalahnya belom mandi ini."

"Cowok kok mandi" Celetuk Alam menanggapi, membuat Danang dan Virgo kompak beralih menatapnya.

"Gue bukan elo, Yg udah tau kotor hati dan ngga tau diri malah di tambahin kotor diri." Jengah Danang menimpali yg sukses membuat Virgo dan Violin tergelak.

"Boleh deh Lin, asal lo ngga ngeluh aja sama bau kita ntar." Putus Virgo atas pertanyaan Violin tadi. "Ntar numpang cuci muka di kos Alam cukuplah." Danang mengangguk menyetujui ide Virgo.

Senyuman di bibir Violin terbit mendengarnya. "Yaudah gue mandi dulu bentar kalo gitu"

"Oke" Jawab ketiganya kompak.

Tanpa membuang waktu lebih lama, Violin pun segera meluncur menuju kamarnya untuk membersihkan badanya yg lengket karena seharian beraktifitas secepatnya.




There's no love at first sight. The only one reasonable is interested in first sight.

~J_bOxxx~
 
Terakhir diubah:
Hallo mother father! Alam is here!

Mau ngasih info nih kalo dalam seminggu minimal bakal update satu sampai tiga kali. Tapi semuanya tergantung dengan jam tidur. Kalo tidurnya cukup ya mood nulis pasti bagus.

So, happy reading and salam semprot!

Jangan lupa kritik dan saran biar lebih keren saya nulisnya.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd