Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT L O C K E D

Hallo mother father! Alam is here!

Mau ngasih info nih kalo dalam seminggu minimal bakal update satu sampai tiga kali. Tapi semuanya tergantung dengan jam tidur. Kalo tidurnya cukup ya mood nulis pasti bagus.

So, happy reading and salam semprot!

Jangan lupa kritik dan saran biar lebih keren saya nulisnya.
mantap updet lanjutannya @Pamungkas999
 
Hallo mother father! Alam is here!

Mau ngasih info nih kalo dalam seminggu minimal bakal update satu sampai tiga kali. Tapi semuanya tergantung dengan jam tidur. Kalo tidurnya cukup ya mood nulis pasti bagus.

So, happy reading and salam semprot!

Jangan lupa kritik dan saran biar lebih keren saya nulisnya.
Cerita nya bagus... Sangat detail sekali menggambarkan tiap perilaku tokohnya..
 
Bimabet

PART 3​

FANTASTIC FOUR​







Ternyata, kata 'sebentar' yg tadi Vio bilang bukanlah sebentar seperti yg di pikirkan oleh Virgo, Alam, dan juga Danang. Definisi 'sebentar' yg perempuan ucapkan ternyata cukup untuk menghabiskan beberapa batang rokok juga semua camilan dan minuman yg ada di hadapan mereka. Juga kata sebentar yg Violin ucapkan ternyata cukup untuk Virgo dan Danang cuci muka lengkap dengan Alam yg mandi setelahnya.

Karena 'sebentar' yg Violin ucapkan ternyata lebih dari satu jam lamanya.

Mereka bertiga yg masih setia duduk di atas gubuk dengan posisi yg sudah carut-marut kompak menatap jengah pada sosok perempuan dengan wajah segar yg berjalan ke arah mereka menggunakan baju rumahan yg sepertinya sangat nyaman di kenakan. Tak lupa juga dengan senyuman manis yg di berikan.

Lampu di atas gubuk yg menggantung dari pohon di atas mereka sudah Violin saat pamit tadi, sehingga mata Violin dapat melihat wajah-wajah lesu dari tiga pria yg menatap dirinya seakan ingin menerkam tapi bukan karena nafsu itu.



Mengelus pipi sendiri karena salah tingkah di tatap seperti itu, Violin yg sudah mendekat hanya bisa tersenyum tak enak pada ketiganya. "Lama ya?"

Lama ya? Batin Virgo mengulang kalimat Violin dengan tatapan tak percaya. Bisa-bisanya wanita yg sedang naik ke tas gubuk ini bicara seperti itu.

Menghirup udara kuat-kuat, Virgo mencoba untuk menjadi lebih sabar agar tak kelepasan memaki wanita yg baru di kenalnya belum genap sehari ini. "Mulai sekarang, gue ngga bakal lagi percaya dengan kata 'sebentar' dari cewek. Selamanya." Tutur Virgo meneguhkan kata-katanya dalam hati untuk di jadikan pedoman baru dalam hidup.

Danang dan Alam kompak mengangguk setuju dengan ucapan Virgo. Dalam diam mereka berucap di hati bahwa mereka tak akan mau jika di suruh menunggu mahluk yg berbeda gender dengan mereka lagi.

Sedangkan Violin yg merasa tersindir hanya bisa cengengesan sambil menyilangkan kaki agar lebih nyaman.

Mata Alam melirik tingkah Violin sebentar sebelum akhirnya di alihkan ke atas menatap langit malam. "Tapi sumpah gue penasaran banget sama yg di lakuin cewek kalo mandi kenapa bisa lama." Jelas ucapan Alam di maksudkan untuk menyindir Violin. "Kalo kita cowok-cowok kan jelas kalo mandi lama pasti temu kangen dulu. Tapi kalo cewek gue jelas ngha tahu."

Karena jelas hanya dia sendiri yg perempuan, Violin pun sadar jika itu di tunjukan padanya. "Ya mandilah Lam, masa berenang" Santai Vio menjawab dengan mata yg di arahkan pada Alam. "Lagian wajar kali cewek lama, kan dandan juga."

Otak Danang seketika membayangkan bagaimana susah dan ribetnya seorang perempuan hanya untuk terlihat cantik di mata orang lain. "Untung banget nyokap ngelahirin gue jadi cowok, jadi seenggaknya ada keuntungan dari segi efisiensi waktu. Ngga bisa gue ngebayangin gimana ribetnya."

Setuju dengan kesimpulan yg Danang kemukakan, Alam jadi membayangkan bagaimana nasibnya jika nanti punya pacar. Bergidik ngeri langsung Alam beri sebagai reaksi membayangkan bagaimana harinya nanti jika punya seorang pacar atau istri. "Fix lah tetep jomblo aja gue kalo gitu. Stok sabar gue belum gede-gede banget buat ngadepin perempuan."

Virgo yg sedari tadi berdiam dan memperhatikan ketiganya pun merasa kasihan pada Violin yg menjadi sasaran. Meski Violin sendiri juga sih yg terlalu lama membuat mereka menunggu. "Udah-udah, mending ayok satu ikut gue nyari makan." Lerai Virgo sambil mengangkat tubuhnya untuk berdiri.

"Sama gue aja yuk." Seru Violin menawarkan diri dengan semangat. "Bentar gue ambil jaket dulu."

Baru saja Violin akan beranjak dari duduknya, Tapi sebuah cekalan dengan cepat di dapatkanya lebih dulu lengkap dengan tatapan horor dari Virgo yg melakukan itu semua padanya. "Ngga usah ambil-ambil jaket." Tegas Virgo berucap. Tanganya kemudian mengambil jaket yg ada di sebelahnya dan di lemparkanya pada Violin segera. "Ini pake aja jaket gue ya." Ujar Virgo dengan senyum dan nada yg dia paksa lembut. "Tadi kan udah gue bilang kalo gue ngga bakal percaya dengan kata 'sebentar' yg cewek ucapin lagi, dan lo termasuk dalam jenis itu."

Bibir Violin manyun seketika. Muram wajahnya berekspresi melukiskan apa yg dia rasa dari ucapan Virgo padanya. Padahal tadi dia tak sepenuhnya berdusta, tapi reaksi tiga pria di sekelilingnya ini terlalu berlebihan untuk tak mempercayainya lagi. Sedangkan hal seperti menunggu sudah biasa juga terjadi dalam sehari-hari.

Tak mau menjadikannya masalah yg bisa menghasilkan sebuah perdebatan, dengan terpaksa mau tak mau Violin mengikuti kemauan Virgo dan mengenakan jaket pria itu meski dengan sedikit kasar.

Semua yg Violin lakukan tak lepas dari pengawasan Virgo. Terlalu berlebihan memang, namun sungguh menunggu itu membosankan. "Eh apa mending kita semua berangkat sekalian ya?" Virgo mengalihkan pandanganya pada dua temanya menawarkan ide yg tercetus tiba-tiba. "Sekalian makan disana gitu."

"Yaudah ayok" Setuju Danang yg tanpa buang waktu langsung turun dari gubuk dan mengenakan sepatunya. Setelah selesai dengan itu, dia segera berjalan ke depan terlebih dulu dan meninggalkan lainya yg baru mengenakan sepatu menuju parkiran.

Sampai di teras kostan, Virgo segera mengarahkan dirinya menuju ke motornya yg berada dekat dengan gerbang dengan Violin yg mengekor di belakangnya.

Tangan Virgo meraih sapu tangan yg masih sama posisinya sejak terakhir kali dia lihat, namun ia tak ingin memakainya melainkan di angsurkan pada Violin yg seketika menatap bingung padanya. "Masukin saku jaket lo, lagi males pake gue."

Vio menerima uluran sapu tangan dari Virgo, namun saat ingin memasukan kaos tangan ke saku jaket, sebuah pemikiran terlintas di otaknya. "Gue pake aja ya Vir? Biar kayak lady bikers gitu" Terang Vio dengan raut cerianya.

Virgo yg sedang menggunakan helm di kepala pun mengendikan bahu terserah. "Pake aja kalo muat."

Sudah mendapatkan izin, segera dengan cekatan Violin memakai sarung tangan milik Virgo yg ternyata pas pada kedua tanganya."Pas ternyata." Monolog Vio dengan mata berbinar senang menatap tanganya yg di bolak-balik merasa terlihat lebih keren. "Tangan lo kecil ya ternyata."

"Ngga usah ngehina!" Sewot Virgo merasa terhina. "Itu dari karet makanya bisa pas di tangan siapa aja." Lanjut Virgo sambil berusaha melepaskan helm satunya yg ada di jok belakangnya.

"Tapi cocok ngga gue pakai ini?" Tanya Violin sambil mengangsurkan kedua tanganya ke depan Virgo yg sama sekali tak mau melihat dan menanggapi, lebih memilih mengangsurkan helm yg sudah berhasil dia ambil itu pada tangan Violin.

Kontan Violin memberengut kesal atas perlakuan Virgo yg tak menanggapinya. Padahal tak butuh waktu berjam-jam hanya untuk melihat dan menilai penampilanya.

Melirik sinis Virgo sebentar, dengan mood yg hancur dia kemudian menggunakan helm yg sebelumnya sudah pernah dia pakai siang tadi. Dan benar saja, kendala yg sama seperti tadi dia temui kembali.

"Bantuin!" Jutek Violin melangkah mendekat pada Virgo yg menatap malas padanya.

Bibir Virgo terangkat geli merasa tertantang untuk membuat Violin lebih jengkel ketika dia melihat mata jernih itu menatapnya dengan sinis. "Ngga usah ambekan, gue cium baru tahu rasa lo."

Mata Violin membulat ganas seketika. "Coba kalo berani!"

"Ya engga lah" Cepat Virgo bereaksi dengan terkekeh geli. "Lagian mana bisa, orang helm yg lo pake full face gini." Kerlingan Virgo berikan dengan wajah tengilnya karena berhasil mengerjai dan memancing emosi dari Violin.

"Jiwa jomblo gue ngga kuat Nang liat kemesraan di depan gue." Seloroh sebuah suara tiba-tiba. Ternyata dari Alam yg sudah nangkring di atas motor sebagai pengemudi dengan Danang yg dia bonceng di belakang. "Mana gue denger mau cium-cium lagi. Aduh merana gue."

Kekehan geli keluar dari Danang yg sigap siap dengan ajakan tersirat Alam untuk bersinergi menggoda Virgo dan Violin. "Jiwa fakboy Virgo emang luar biasa ngga ada obat Lam, baru kenal cewek sehari aja udah bar-bar gitu mau cium-cium.

Melirik ke arah dua temanya yg sudah nyaman di atas motor sebentar, Virgo kemudian memilih untuk tak meladeni atau mengambil pusing celotehan tak bermutu dari dua manusia homo itu dan langsung memundurkan motornya sebelum akhirnya naik di atasnya.

Namun Virgo kemudian teringat jika mereka belum membahas ingin kemana. "Mau makan dimana Lam?" Virgo menoleh ke belakang menatap dua orang di sana sambil membantu Vio naik dengan memberikan lenganya sebagai pegangan.

"Ngikut aja deh, Kita Omnivora kok. Apapun oke asal manusiawi dan bukan barang pecah belah kayak beling." Asal Alam menjawab yg di hadiahi tabokan di helmnya dari Danang yg tertawa di belakang.

Virgo segera mengembalikan padanganya kembali keddepan dengan raut malas, mengakui kesalahannya karena bertanya pada Alam yg tentu doyan apa saja itu. "Lo doyan makan pinggir jalan ngga Lin?" Lirik Virgo bertanya pada cewek yg sudah duduk nyaman di belakangnya dari spion di atas stang motornya kemudian.

Violin mendelik kesal kembali di belakang dan menatap belakang helm Virgo yg jelas tak akan bisa apa-apa selain sebagai pelindung itu. "Lo nyindir gue?!"

Virgo membulatkan matanya tak percaya. Bagaimana bisa pertanyaannya itu di artikan sebuah sindiran oleh perempuan yg bisanya marah-marah di belakangnya ini. "Gue nanya Violina hendrawan!" Gemas Virgo gregetan ingin menghidupkan mesin motornya dan melakukan jumping agar perempuan di belakangnya ini terjatuh. "Ngga semua orang tuh kayak Alam yg bisa makan apa aja kecuali beling, makanya gue nanya lo" Terang Virgo mencoba sabar dan santun dalam berucap.

Tapi karena moodnya sudah terlanjur rusak, Violin pun tak menangkap maksud baik Virgo. "Gue orang kaya yg merakyat. Lambung gue juga kayak kondom fiesta, walaupun tipis tapi kuat dan ngga rewel!" Ketus Vio menjawab tanpa menyaring ucapanya.

"Bangsat!" Tawa Virgo langsung meledak dengan keras seketika. Tak menyangka jika perempuan di belakangnya ini bisa se enteng itu dalam mengucap. "Mulut lo sama sampahnya kayak Alam ternyata." Virgo memukul-mukul tangki besar motornya dengan tawa keras yg terus keluar.

"Udah ayo berangkat ih!" Sebal Vio yg kemudian sedikit merapatkan tubuhnya agar tangannya dapat memegang pinggang Virgo dengan pas.

"Iya-iya" Virgo mencoba meredakan tawanya dengan menarik napas dalam lalu mengeluarkannya perlahan beberapa saat. "Sate atau Nasi goreng? Pilih yg mana." Tanya Virgo memberi pilihan setelah berhasil menetralkan tawanya.

"Terserah aja, yg penting bisa duduk lesehan." Serah Vio cepat agar mereka segera berangkat.

Virgo mengangguk paham. "Oke deh." Kunci motor Virgo putar sebelum berganti untuk menstarter motornya yg segera berbunyi denhan keras. "Peluk dong biar gue anget." Celetuk Virgo bercanda dengan senyum geli yg tertutup helm.

Namun siapa sangka, ternyata Violin benar-benar mengiyakan permintaan Virgo dengan langsung merapatkan dan menyandarkan bagian depan tubuhnya pada punggung Virgo dan melingkarkan tangannya kemudian di perut keras yg bisa Violin rasakan.

Bukan tanpa alasan Violin mengiyakan celetukan asal Virgo itu. Pengalaman pertamanya tadi sudah cukup mengajarkannya bahwa dia memang seharusnya melakukan ini demi keselamatan jiwa dan raganya sendiri. Virgo tidak main-main ngebutnya tadi saat mengantarnya, jadi kemungkinan pria itu melakukan hal yg sama besar sekali.

Tak mau membuang waktu lebih lama, Virgo segera menginjak pedal gear sebelum akhirnya menjalankannya perlahan untuk membelah jalanan di depanya dengan pelukan cewek di boncenganya yg jelas menghangatkan tubuh yg sudah haus akan perlakuan seperti sekarang ini.







Tak sampai setengah jam, dan cukup dengan dua belokan kiri dan kanan, akhirnya mereka sampai di sebuah jalan dekat taman kota yg menyajikan stand jajanan di pinggir jalan yg berjejer rapi dengan sajian yg beraneka ragam dan berwarna-warni.

Laju kendaraan pun Virgo pelankan, selain karena sudah sampai tujuan dan tinggal memilih warung untuk tempat mereka makan, hilir mudik orang-orang berjalan yg taat aturan sampai sembarangan pun menjadi alasan. Kan tidak lucu, niat ingin mencari makan malam malah berujung kecelakan karena menabrak para pejalan kaki yg menikmati malam seperti dirinya ini.

Selain fokus pada jalanan di depannya agar tidak menabrak orang yg sembarang menyebrang, Virgo juga melihat kiri dan kanan mencari stand yg pas untuk mereka makan.

"Itu Vir, Depan kiri jalan!" Teriak Violin yg dagunya di sandarkan di atas bahu Virgo dengan tangan yg masih sama seperti mereka berangkat. Melingkar nyaman di perut Virgo. "Enak itu kayaknya, soalnya rame!"

Ternyata Violin juga menggunakan cara yg sama seperti orang lain untuk melihat apakah makanan yg di jual enak atau tidak, yaitu dari banyaknya orang yg membeli. Padahal ada dua kemungkinan kenapa stand atau warung itu bisa banyak pembeli.

Satu, karena makanan yg di jual memang benar-benar enak. Atau

Dua, mereka meminta bantuan dukun agar di beri jampi-jampi supaya dagangan mereka laris manis tanjung priok dengan menarik minat para pembeli.

Bisa saja kan? Ini indonesia loh, yg kental akan mistisnya. Santetnya saja bisa di kirim ke antar negara bahkan benua kok.

Tatapan Virgo di alihkan ke arah yg Violin sebut, dan disana dia bisa melihat sebuah stand bakso yg ramai pembeli. "Warung bakso itu?"

"Iya bakso itu" Jawab Vio membenarkan.

Virgo mengernyit bingung menatap Vio dari spion yg hanya terlihat matanya saja itu."Tadi kan gue beri pilihan sate apa nasgor, kenapa jadi bakso deh?!"

"Udah sih itu aja! Tiba-tiba pengen makan bakso gue." Paksa Vio membuat Virgo ingin menggaruk kepalanya yg tiba-tiba gatal, namun tak bisa karena terhalang helm yg di pakainya.

"Kenapa jadi dia yg nentuin seenak udelnya deh" Gerutu Virgo menggeleng pasrah lalu melajukan motornya lebih pelan dan bergerak lebih kesamping.

Mata Violin menatap Virgo dari spion di depan."Gue denger ya!"

"Ya emang sengaja biar lo denger! Biar lo tau diri." Ketus Virgo sebelum kakinya menginjak rem belakang dan menjejakan kaki satunya lagi di aspal sebagai penyeimbaing agar tak ambruk. Kemudian di ikuti oleh motor yg di naiki Alam dan Danang yg berhenti tepat di sampingnya.

"Bakso?" Tanya Alam menoleh pada Virgo tanpa menaikan kaca helm'nya yg kemudian beralih pada warung di depanya yg terlihat ramai. Virgo menjawab dengan anggukan setelah berhasil melepaskan helmnya. "Lah, mana kenyang!"

"Tanya nih pentol belakang gue!" Jutek Virgo mengedikan kepalanya ke arah Vio "Gue juga mikir gitu, mana kenyang makan bakso."

Violin mengerutkan alis heran."Serius kalian ngga kenyang makan bakso?" Dan ketiganya kompak mengangguk. "Oh yaudah ntar sekalian mangkuknya makan" Lanjut Vio tak peduli dan langsung memilih turun dari atas motor dengan berpegang pada pundak Virgo.

"Lah di kira kita debus" Beo Danang mewakili Alam dan Virgo yg lebih memilih mengumpat dalam hati.

Meskipun mereka lebih menang dari segi kuantitas dan tenaga, nyatanya Virgo, Danang, dan Alam tak bisa berbuat banyak dan hanya bisa pasrah mengikuti apa mau dari perempuan satu ini. Payah memang mereka.

Setelah memakirkan kendaraan mereka seperti para pengunjung lain dengan rapi, Mereka berempat pun berjalan mendekati tenda penjual bakso di depanya yg cukup ramai namun masih wajar. Jadi kemungkinan kalau sang penjual menggunakan jasa dukun untuk melariskan dagangan kecil adanya.

Dengan kompak dan berjejer rapi, mereka berempat berdiri tepat di samping gerobak untuk melihat bapak penjual yg cekatan meracik dan menyiapkan pesanan para pelanggan.

"Pak baksonya empat ya" Ucap Vio sambil tersenyum dengan mata yg fokus melihat tangan cekatan bapak penjualnya yg sedang menyiapkan.

"Siap neng! Sabar ya." Balas sang bapak yg sempat memberikan senyuman ramah sebelum kembali fokus lagi menyiapkan.

"Saya dobel pak. 2 jadiin satu." Seru Alam mengoreksi dengan tangan mengacung.

"Eh saya juga pak" Tambah Danang ikut-ikutan.

Vio menatap jengah kedua orang berperut karet di samping kirinya, lalu menoleh ke kanan menatap Virgo. "Lo ngga sekalian?" Gelengan di berikan Virgo sebagai tanggapan karena sedang fokus menatap bapak penjualnya.

"Dua porsi dobel pak, yg dua biasa aja" Ralat Vio memberi info terbaru.

"Oke-oke siap di tunggu" jawab sang bapak mengerti.

Virgo yg fokus dengan yg dilakukan bapak penjual tiba-tiba teringat dengan permintaan Violin sebelum berangkat tadi. "Pak ada tiker gitu ngga pak buat duduk lesehan." Tanya Virgo sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk melihat apakah ada orang yg duduk lesehan.

"Itu ada mas, di samping mas" Tunjuk sang bapak pada kanan Virgo yg ternyata ada jejeran tikar yg di gulung. "Sebentar bapak gelarin tikernya."

"Eh ngga usah pak, bapak siapin baksonya aja" Tolak Virgo dengan senyum yg kemudian mengambil gulungan tikar di sampingnya. "Gelar di mana nih pak?"

"Itu di belakang bawah pohon aja mas enak, ngga terganggu orang lewat." Saran bapak menunjuk sudut samping kiri tenda warungnya yg terdapat pohon.

"Siap kapten." Hormat Virgo yg kemudian sigap berjalan menuju tempat yg di rekomendasikan dengan tikar di tanganya yg kemudian di ikuti oleh lainya.

Virgo dan Alam bekerja sama saling bahu membahu untuk menggelar tikar yg sebenarnya bukan hal besar itu. "Aman ngga nih di bawah pohon? Ntar di grebek lagi." Mulai Alam berceletuk tanpa beban membuka obrolan.

Danang yg bertugas sebagai penjaga dan hanya berdiri memperhatikan pun menatap Alam bingung. "Kenapa di grebek?"

Senyum tengil Alam melebar seketika sambil melerik sekilas pada Vio yg berdiri di sebelah Danang. "Ntar di kira gangbang anak orang lagi."

"Bangsat!" Maki Virgo seketika tergelak di atas tikar yg telah berhasil di gelar. "Sampah banget emang mulut lo Lam, cocok sama Olin!"

Tak jauh beda dengan Virgo, Danang pun tertawa terbahak-bahak sambil berjalan mendekat untuk mengambil duduk di atas tikar yg selesai di gelar. Sedangkan Vio sendiri jelas langsung bersungut marah dan memicingkan matanya menatap Alam dengan ganas, siap menghantam mulut sampah orang satu itu dengan apapun yg bisa dia gunakan.

"Peace sis!" kekeh Alam mengangkat kedua tanganya ke atas tanda menyerah pada Vio yg sudah menatapnya sinis. "Damai itu indah. Tapi kalo emang tetep mau baku hantam mah hayok aja abang dah, walaupun di atas tiker ini." Lanjutnya lagi sambil menunjuk gelaran tikar di sampingya sebelum menaik-turunkan alisnya menggoda pada Violin, membuat tawa yg sudah reda dari kedua temanya kembali mengema dengan keras lagi.

Tanpa ba-bi-bu, Violin langsung mengangkat sebelah kakinya dan mengambil sandal yg di kenakan sebagai alas itu dan di lemparkanya dengan sekuat tenaga ke arah Alam setelahnya.

Alam yg tak mengira akan di lempari tentu tak sempat untuk mengelak. Apalagi mengandalkan refleknya yg tidak seperti David de Gea, jadi ya percuma.

'Bugghhh'

"Wadohhh!!"

Sandal tepat mengenai perut Alam dengan cukup kuat. Tak semenyakitkan di lempar dengan batu atau di sambit emak dengan sapu lidi memang, tapi tentu cukup sakit untuk membuat raut wajah Alam berubah meringis.

"Mampus Lo!" Girang Virgo bersorak gembira melihat lemparan yg tepat sasaran dari Vio itu. Tapi hal berbeda di tunjukan Danang yg justru ikut meringis karena membayangkan bagaimana rasanya jika dia di lempar seperti Alam.

Alam yg sedang berjongkok sambil memegangi perutnya, menatap ke arah Vio yg masih bersungut-sungut dengan tatapan melas. "Lo barbar banget dah jadi cewek sumpah. Mules perut gue."

"Mau lagi?!" Galak Vio yg dengan sigap mengambil sandal satunya lagi dan bersiap-siap melempar untuk kedua kali.

"Engga lagi! Engga!" Panik Virgo mengangkat kedua tangan menyerah. "Ampun gue, serius!" Tambahnya bersungguh-sungguh dengan wajah pucatnya menatap ngeri Violin.

"Siniin sandal gue!" Ketus Violin yg kemudian berjalan ke arah tikar dengan wajah juteknya. Setelah meletakan sebelah sandalnya di sebelah tikar, lalu mengambik posisi duduk di antara Danang daj Virgo.

Mendapatkan titah dari macan yg sedang dalam mode sage, dengan cepat dan patuh Alam segera mengambil sandal yg di lemparkan Vio dan meletakannya tepat di samping sandal satunya lagi, baru mengikuti yg lainya untuk duduk dan membentuk lingkaran kemudian.

Melihat wajah cemberut Violin yg duduk bersila di sampingnya, Virgo menggelengkan kepalanya geli sekaligus heran kenapa wajah Violin terlihat sangat menggemaskan. "Udah ngga usah kesel gitu" Bujuk Virgo yg sedang menahan gemas agar tak menarik bibir Violin yg manyun itu. Sungguh perempuan galak di sampingnya ini sangat asik untuk di usili.

Violin menolehkan kepala menatap galak pada Virgo. "Semuanya gara-gara lo!"

"Kok jadi gue?" Syok Virgo merasa konyol karena tiba-tiba di jadikan tersangka utama.

Lama-lama Danang jengah juga dengan pertikaian yg jika tak segera di hentikan bisa menumpahkan darah ini. Dua temanya itu memang sangat senang sekali menjahili orang, dan sayangnya Violin terlalu gampang untuk di pancing amarahnya. "Udah sih Vir, ngga usah di jailin terus anak orang. " Lerai Danang menatap malas pada Virgo sebentar sebelum beralih pada Alam yg berlagak sok polos bermain ponsel. "Lo juga! Ngga usah belagak bego." Toyor Danang dengan tak santai.

Alam yg benar-benar sedang bermain ponsel terkaget karena mendapatkan toyoran pada Danang yg menatap sengit padanya. "Gue lagi?" Tanya Alam tak percaya. "Gue lagi main hape dan lo salahin lagi? Omaygat!" Lebay Alam yg kemudian mengelus dadanya dengan pedih.

"Ya emang lo salah juga." Sahut Vio menanggapi dengan ketus.

"Udah Violinn!" Seru Danang menatap ganas pada Vio. "Mereka tuh seneng jailin lo karna gampang buat di pancing. Dan kocaknya lo berasa kayak singa kalo lagi marah. Padahal marah kayak apapun kalo kucing mah tetep lucu." Jelas Danang mengemukakan alasan yg dia yakin 100% benar adanya.

"Ya abisan mereka ngeselin duluan" Tunjuk Vio pada duo kunyuk seperti sedang mengadu pada ayahnya jika ia di jahili teman cowoknya dengan merajuk.

"Makanya ngga usah di ladenin. Cuekin aja." Nasehat Danang seperti ayah beneran. "Tapi kalo udah banget ngeselinya, jambak atau tabok aja gapapa. "

Dan dengan kompak, Alam dan Virgo langsung menatap ngeri pada Danang. Sedangkan Vio sendiri mengangguk patuh dengan wajah berbinar.

"ngga asik lo Nang ah." Keluh Alam dengan muka lesu.

"Iya ngga asik" Setuju Virgo mengamini. "Ngga bisa dikit liat temen happy"

"Happy lo di atas penderitaan orang onta!" Sembur Danang mulai kesal yg membuat lainya terdiam seketika.

Violin menatap lekat satu persatu pria-pria yg ada di sekelilingnya saat ini. Heran dia rasakan karena dengan sangat cepat dia merasa sangat akrab pada Alam, Virgo dan Danang seperti sahabat lama. Padahal mereka saja baru bicara kurang dari sehari, namun kenyamanan sangat dia rasakan sehingga bisa berekspresi apa adanya di depan mereka tanpa takut di hakimi.

"Guys" Seru Violin menarik perhatian semuanya. "Aneh ngga sih kalo gue ngerasa akrab banget sama kalian?" Terang Violin jujur dengan apa yg dia rasa, menatap satu-persatu ketiga pria yg diam mendengarkannya. "Salah ngga sih kalo gue ngerasa nyaman banget sama kalian semua? yg ngebuat gue jadi ngga perlu jaim lagi dan milih buat ekspresiin diri apa adanya di depan kalian."

"Aneh" Ucap Virgo dengan wajah serius, namun itu hanya sebentar saja karena setelahnya senyum tengil terlukis di sana. "Lo emang aneh."

"Ishh!" Pukulan pelan lebih ke gemas di hadiahi Vio pada Virgo. "Gue serius tau!"

"Wajar sih kalo menurut gue." Sahut Danang menimpali ungkapan Violin. "Soalnya kita juga ngga ada jaim-jaim gitu sama lo yg notabenya orang baru." Violin mengalihkan fokus pada Danang dan mendengarkan dengan seksama ucapannya. "Lagian kita juga terbuka sama lo dan ngga ada yg coba di tutupin, makanya tanpa sadar lo pun jadi ikut terbuka sama kita dan ngga jaim kayak orang lain yg biasa baru kenal."

Virgo mengangguk setuju dengan Danang sambil menyelonjorkan kakinya. "Karna kita apa adanya mungkin." Perhatian kompak terlaih pada Virgo yg sedang mencondongkan kebelakang dengan bertopang pada dua tanganya. "Dari awal gue ngga nyoba ngasih kesan yg baik-baik aja sama lo, gitu juga mereka berdua. Kita ngasih tau ke lo apa adanya kita, dan mungkin lo bisa nerima itu, jadi lo pun ikut ngelakuin hal yg sama dengan ngeluarin apa adanya elo." Jelas Virgo sambil menaikan bahunya sekilas.

"Bener juga ya" Angguk Vio menyetujui anggapan mereka. "Tapi pokoknya gue seneng lah kumpul sama kalian." Jujur Vio apa adanya memberikan senyum tulusnya pada ketiga cowok di sekelilingnya.

"Ya kalo gitu lo harus sering kumpul sama kita mulai sekarang. Biar kita ngga jadi Trio ubur-ubur lagi, tapi berubah jadi Fantastic four." Celetuk Alam yg ikut-ikutan ingin jadi sok bijak seperti Danang dan Virgo. "Ya ngga cuks?" Lanjutanya meminta persetujuan pada yg lain.

"Iyap bener." Senyum tulus terlukis di wajah Danang. "Biar kita jadi Fantastic four."

"Ngga mau ah" Geleng Virgo menolak usul lainya. "Gue Power Ranger merah."

Tatapan aneh di berikan Alam pada Virgo. "Mana ada Ranger merah di Fantastic four bego!"

"Ya bodo amat, pokoknya gue Ranger merah." Kekeuh Virgo dengan raut yg di buat seserius mungkin.

Alam ingin kembali membalas ucapan Virgo, namun sepertinya celotehan mereka harus di akhiri karena apa yg sudah mereka tunggu akhirnya datang menghampiri.

"Misi ya, maaf nunggu lama mas dan mbaknya. Soalnya rame banget" Seru sang bapak penjual membelah lingkaran yg di buat mereka dan meletakkan nampan berisi bakso pesanan mereka lengkap dengan tambahan-tambahan seperti saos dan lainya di tengah lingkaran.

Dengan cekatan Virgo membantu mengambil mangkuk dan yg lainya dari nampan. "santai aja pak" Tapi mata Virgo tak menemukan bagian penting lainya dari sebuah sajaian. "Kok ngga ada minumnya pak?" Tanya Virgo heran menatap bapak penjual.

"Lah, masnya ngga pesen es tadi. Masak ngga pesen di buatin." Terang bapaknya membuat mereka kompak menepuk jidat.

Virgo menggeleng-geleng tak percaya. "Yaudah pak saya es teh. Kalian apaan?"

"Sama" jawab Alam dan Danang bersama.

"Gue es jeruk" Tambah Vio yg fokus dengan mangkuk berisi bakso di depanya seolah-olah itu adalah benda yg sangat berharga.

"Ya udah es teh tiga sama es jeruk satu pak" Seru Virgo menyebutkan pesanan. "Maaf ya pak ngerepotin" Tambahnya merasa tak enak.

"Saya kan jualan mas, ngapain minta maaf." Jawab bapak penjual tertawa renyah. "Minumanya saya buatin dulu ya, tunggu sebentar dan selamat menikmati" Pamit bapaknya yg di hadiahi jempol oleh Virgo kemudian berjalan kembali ke tenda warungnya.

Binar mata Alam terlihat sangat jelas menatap Bakso dengan porsi segunung di depanya. "Kayaknya mantul ini." Dengan gaya bak juri masterchef yg sok garang padahal pada lawak semua, Alam pun mencoba mencicipi kuah polos tanpa tambahan apapun terlebih dahulu. "Emmmhhh" Alam menggelengkan kepalanya dengan alay setelah menyeruput kuahnya dari sendok. "Rasanya anjing banget. Rasanya seperti apa Nang?" Pancing Alam meminta kelanjutan.

"Seperti menjadi Iron man" Timpal Danang meladeni lawakan garing Alam dengan datar.

Tidak seperti ketiganya yg sudah cicip-mencicip, seruput-menyeruput bakso masing-masing, Virgo justru malah lebih memilih memotong bakso di mangkuknya kecil-kecil sekali suap agar lebih mudah di makan. Sangat berbeda dengan Vio di sampingnya yg sedang sangat khidmat meracik baksonya dengan saos, sambal dan sebagainya.

Tapi saat di tengah proses peracikan agar mendapatkan cita rasa yg luar biasa, Violin di kejutkan dengan mangkuk bakso miliknya yg tiba-tiba melayang. "Eh eh eh bakso gue!" Kaget Vio mengikuti arah melayang mangkuk baksonya. Ternyata Virgo mengambilnya yg segera di gantikan dengan miliknya. "Kok di tuker sih!" kesal Vio menatap mangkuk Virgo dan miliknya bergantian. Tapi kemudian dia tersadar jika bakso di mangkuk Virgo yg ada di depanya sudah terpotong kecil-kecil.

"Udah itu racik lagi" Cuek Virgo yg kemudian menyeruput Bakso milik Vio yg menjadi miliknya. "Pinter juga racikan lo." Puji Virgo mengangguk-angguk bak Chef Juna sedang menilai makanan di depanya.

Perhatian ala garangan yg sedang Virgo berikan tak luput dari Alam yg segera menyenggol bahu Danang dengan cepat. "Nang, ada buaya lagi ngeluarin jurus tuh."

"Udah jenis Komodo dia mah, bukan buaya lagi" Timpal Danang ikut mencela. "Sok-sok'an motongin baksonya biar sok suwit" Lanjut Danang yg membuat Alam terkekeh mendengarnya.

Meskipun terlihat seperti biasa saja, jujur Violin tetap merasakan malu meski bukan dirinya yg ejek. Sedangkan Virgo tak mengambil pusing dengan dua temanya yg kompak meledeknya itu. "Kebiasaan gue kalo makan bakso dari dulu." Coba Virgo tetap menjelaskan, meskipun dia tahu bakal percuma saja. "Udah jadi ritual sekarang, aneh kalo ngga di lakuin."

"Hilih Alesan" Cibir Alam jelas tak percaya. "Nih punya gue potongin juga coba." Segera mangkok bakso di agsurkan Alam ke arah Virgo.

Namun secapat itu pula Virgo mendorong balik mangkuk bakso Alam kembali pada sang empu. "Sorry to say, tapi cuma punya cewek yg gue gituin."

"Bisa gitu anjing!" Kekeh Danang hampir menyemburkan bakso yg sedang di ia kunyah.

"Tuh kan!" Heboh Alam menunjuk-nunjuk Virgo. "Emang dia ini lagi sepik-sepik anjing aja. Pake Sok-sok'an bilang ritual lagi."

Violin tak memperdulikan lagi kehebohan yg terjadi antara tiga pria itu karena dirinya sudah terhipnotis oleh bakso di depanya, salah satu makanan yg menjadi favoritnya.

Tak lama kemudian, minuman yg sempat mereka lupa pesan akhirnya datang sehingga mereka pun bisa melanjutkan makan dengan nyaman tanpa takut tersedak dan kehausan. Tentu tak lupa selingan-selingan obrolan di sela makan tetap mereka lakukan saling bergantian.





Kurang lebih, hampir dua puluh menitan waktu yg di butuhkan mereka untuk mengosongkan isi mangkok di depan mereka. 'Perut kenyang, hatipun senang', mungkin itu slogan yg cocok untuk di tujukan pada mereka saat ini.

"Nikmat mana lagi yg Danang dustakan" Ucap Alam yg kekenyangan mengusap perut yg semula datar namun agak menggembung sekarang. "Rekomen banget sih ini bakso" Puji Alam yg di amini setuju oleh yg lainya.

Tepat di samping Alam, Danang pun kondisinya tak beda jauh dengan Alam yg duduk selonjoran karena kelebihan muatan. Sedang untuk Virgo yg hanya makan satu porsi tak seperti dua manusia karet tadi pun terlihat biasa saja dan lebih memilih untuk mengeluarkan sebuah hal wajib yg harus di lakukan setelah makan.

Udud dulu.

"Nahh cocok!! Abis makan terus udud. Nikmatnya nampol banget itu." Girang Alam melihat Virgo yg mengeluarkan rokok dari kantong celana.

Setelah mengambil sebatang dan menyulutnya, Virgo melempar bungkusan rokok beserta korek ke dekat Alam yg lupa membawa miliknya. Segera dia bereaksi ikut mengambil satu dari dalam bungkus yg kemudian dia apit di antara bibir dan di bakarnya kemudian.

Namun ada hal yg mengejutkan terjadi, yaitu Violin yg juga ikut mengambil bungkusan rokok dan mengeluarkan satu batang dari dalam.

"Lo ngerokok?" Reaksi cepat Alam yg jelas kaget.

Tatapan polos Violin berikan dengan tangan yg mengeluarkan satu batang dari dalam. "Kenapa? Ngga boleh?" Kemudian Violin mengapit batang rokok itu di bibir merahnya, Lalu mengulurkan tangan untuk mengambil korek di depanya yg mana Virgo lebih dulu menyambarnya, sehingga tatapan heran kompak di berikan pada Virgo dari ketiga lainya.

Ternyata Virgo tak berniat melarang, karena alih-alih menyembunyikan korek tersebut, dia justru malah menyalakan dan mendekatkan apinya ke ujung rokok yg ada di bibir Violin dengan tersenyum. Tentu dengan senang hati Vio menyambutnya.

Rokok terbakar, Violin menghisap dalam-dalam sebelum mengeluarkannya secara perlahan dari mulutnya. Asap berhembus keluar dari bibir tipis Violin yg terlihat lebih seksi saat ini.

"Itu bagian yg paling gue suka." Celetuk Virgo menatap Violin dengan sangat excited. Fokusnya tertuju pada bibir Violin.

"Apa?" Bingung Violin menatap Virgo.

"Kalo menurut gue, damage cewek bakal nambah berkali-kali lipat waktu dia ngeluarin asap dari mulutnya. Kayak nikmat banget gitu." Jelas Virgo maksud ucapanya tadi. "Dan seksi tentunya."

Alam mengangguk sependapat dengan Virgo. "Setuju banget."

"Tapi gue kaget loh jujur. Ngga ngira kalo lo ngerokok" Danang ikut berkomentar dan memperhatikan bagaimana Violin merokok. Perlu di akui memang terlihat luar biasa. "Soalnya gue ngga punya pengalaman ada temen cewek yg ngerokok."

Vio mengendikan bahunya sambil mengehmbuskan asap rokok dengan santai." This is me guys. Gue sedang terbuka dengan kalian dan ngga mau nutupin apa-apa." Terang Vio akan apa maksudnya. "Jadi, apa yg kalian pikirin tentang gue sekarang?" Lanjut Violin melihat satu persatu cowok di sekelilingnya.

"Keren abis" Sahut Alam cepat tak lupa mengacungkan dua jempol.

"Amazing." Tambah Danang lengkap dengan senyum.

Vio menoleh kesamping menatap Virgo, menanti apa yg akan di ucapkan.

"Anjing banget." Komentar dari Virgo yg membuat mereka semua tergelak.

Tangan Vio bergerak memukul bahu Virgo yg tersenyum konyol padanya. "Masa gitu sih?"

"Ya itu kan yg gue pikirin" Jawab Virgo yg masih tetap memperhatikan dengan seksama saat Vio kembali menghisap dan mengeluarkan asapnya.

Benar juga yg di katakan Virgo, terserah dia mau berkata apa. Dianya saja yg berekspetasi terlalu tinggi berharap Virgo akan berucap sama seperti Danang atau Alam. "Terserah lo dah."

Meski mereka telah selesai dengan urusan perut, namun mereka urung untuk beranjak dalam waktu dekat karena sudah terlanjur nyaman di sana.

Obrolan terus berlanjut, meski malam semakin larut. Cela-mencela mereka lempar pada siapa saja di antara keempatnya. Cerita tentang diri agar yg lain mengerti juga tak lupa menjadi bahan agar riang malam tak berganti sepi.

Hari ini, malam ini, Mereka sepakat, bahwa mereka berempat adalah adalah teman dekat, atau bisa juga di sebut sahabat. Mereka tak perlu mengikrarkan diri lewat janji dan ucapan, karena dengan kebersamaan, semua itu sudah terungkapkan.

Satu lagi.

Terlihat berbeda belum tentu salah. Melakukan hal yg tak semestinya juga belum tentu sebuah dosa. Maka dari itu, jangan pernah menilai sesuatu hanya dari apa yg kita dengar atau yg kita lihat. Sebab kita hidup dengan pilihan masing-masing yg kita buat.

Oh, jangan lupa juga, lihatlah sesuatu dari sisi yg berbeda, agar kalian tidak melewatkan kebenaran yg kadang luput oleh mata.




Ingat, tidak ada pilihan yg salah. Karena salah dan benar itu bersifat relatif.

~J_bOxx~
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd