Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Laeli, IRT Kesepian Pemuas Birahi

Episode 4

Seharian penuh Leli dan Sulaeman memadu kasih. Segala gaya, segala tempat dicobanya. Hasrat kebinatangan mereka tumpahkan, tentu saja tetap menunggu anak-anak terlelap dulu.

Sulaeman menatap wajah anak dan istrinya yang terlelap. Nafasnya terdengar berat, seperti beratnya kaki melangkah meninggalkan mereka untuk sebulan lamanya. Namun Sulaeman harus tega demi kehidupan anak dan istrinya, belahan jiwanya. Besok Sulaeman akan kembali mengais rejeki di Sukabumi.

“Bunnn...yukkk,” halus Sulaeman membangunkan istrinya.

“Ahhh hmmmm kenapa Yah, ada apa?” Leli mengerjapkan matanya, kantuk terlalu kuat menyerang.

“Ayoo Bun, kita kentiaw skidipapap,” Sulaeman tersenyum mesum menyelipkan jempolnya di antara telunjuk dan jari tengah.

Leli menolak halus permintaan suaminya. Sehari ini saja badannya sudah remuk redam melayani nafsu binatang Sulaeman. Sulaeman kecewa namun tak bisa berbuat banyak, tak sampai hati pula memaksa istrinya. Dikenakan sarungnya, beranjak keluar kontrakan. Hening...semua penghuni sudah asyik dalam dunia mimpi masing-masing.

Namun Sulaeman tak jua bisa memejamkan mata. Ditariknya nafas dalam-dalam menatap langit tengah malam yang penuh gemintang. Samar-samar terdengar suara aneh. Sulaeman menajamkan telinganya mencari asal suara. Semakin didengarkan, semakin yakin bahwa suara itu dari kontrakan sebelahnya.
Sulaeman tersenyum paham, tetangganya Sugiyono sedang menggarap istrinya.

Berbalik hendak masuk kembali ke dalam kontrakan, tiba-tiba terlintas pikiran nakal untuk mengintip tetangganya. Sulaeman tengok kanan-kiri, dirasa situasi aman terkendali, perlahan Sulaeman mendekat ke jendela kaca kontrakan sebelah. Dicari-carinya celah hingga kemudian dia menemukan celah. Diambilnya lidi untuk menggeser gorden yang menutupi kaca.

Ruangan tamu Sugiyono terang benderang. Jakun Sulaeman naik turun, mendapati dua tubuh telanjang bulat sedang mengejar kenikmatan syahwat. Sugiyono membelakangi Sulaeman, pantatnya bergerak lincah. Di bawahnya Narti mengangkang menerima tusukan-tusukan Sugiyono,

“Ahhhhh....ahhhh..ahhh... Maaasss teruuusss...yang kencang....yang kencang ahhhh,” desahan Narti terdengar menggoda, Sulaeman menegang, tangannya menggapai kelaminnya yang kencang.

“Oouuhhh...emmmhhh oouuhhh...nikmat dek....memek kamu tambah legit dek...” Sugiyono meracau menikmati memek istri yang sedang hamil.

Sulaeman semakin gelisah tak kuasa menyaksikan adegan panas di depan mata. Sementara Sugiyono tetap bekerja dengan seksama. Menyetubuhi istrinya dengan gembira. Suara pertemuan kelamin itu begitu indah ditelinga Sulaeman.

Clekkk..clekkk...clakk...ckckckckck..ceproot...ceproot..jleb.. jleb..jleb ahhhhh sshhhh...

“Aku mau keluar deeekkk...” lolong Sugiyono.

“Sebentar massss...bareng aku juga mau keluaaaarr ahhh sshhh sserrr..creeettt.”

Narti menggelepar perutnya kontraksi. Sugiyono menghujamkan kontolnya kencang ke Memek Narti, menggeram

Gggrrrhhhh hhhmmmm ahhhhh croooot...crooot…

Cairan mereka bertemu dalam vagina. Sugiyono menggelosor ke samping istrinya. Narti terpejam mengangkang, memeknya merekah mengeluarkan cairan sperma Sugiyono yang luber keluar.

Sulaeman terpana, memek Narti begitu indah merekah. Pink, tembem membulat. Bulu-bulunya halus tercukur rapih. Geloranya semakin memuncak memandangi memek tetangganya di depan mata. Sulaeman melancap, dikocoknya batang kemaluan sambil tetap memandangi vagina bidadari sebelah kontrakan, tak lama Sulaeman menegang. Spermanya menyemprot ke dinding kontrakan Sugiyono.

Perlahan ditutupnya celah tadi, dirinya beranjak pergi menghampiri anak istrinya yang makin jauh terlelap. Baru pertama kali, dia melihat vagina indah milik tetangganya itu, dan Sulaeman merasa terganggu dengan bayangan yang menghantui pikirannya.

Ahhhh...indah sekali memek itu. Memek Leli juga indah dan nikmat, tapi ini memek perempuan hamil yang merekah menggoda. Diusapnya wajahnya berkali-kali mencoba menghapus memorinya, hingga kantuk menjemput.

Pagi-pagi buta Leli menyiapkan sarapan, menyiapkan air hangat untuk mandi sang suami. Sulaeman baru saja selesai sholat Subuh. Diseruputnya teh manis hangat kesukaaannya, buatan istri terkasih. Anak-anak masih di alam khayal. Sulaeman tak ingin mengganggu anak-anaknya. Diusapnya kepala kedua anaknya kemudian dikecupnya lekat-lekat. Perpisahan ini berat namun harus dijalani.

Leli sedang menyapu teras kontrakan, Sulaeman sudah siap berangkat. Bergegas keluar menghampiri istrinya. Tiba-tiba Sugiyono dan Narti keluar. Sugiyono telanjang dada mengenakan sarung, Narti masih berbalut daster mini yang tak berhasil menutupi kemolekan perut buncitnya.

“Ehhhh Mas Leman, berangkat lagi Mas ?” sapa Sugiyono tersenyum.
Sulaeman menatap mereka berdua kemudian menunduk berusaha menghilangkan bayangan semalam.

“Eeee ...eehhh iya Mas Yon, biasalah tugas negara nih, hehehehe,” Sulaeman berkelakar.

“Tugas negara sih tugas negara Mas...tapi Ibu Negara jangan dianggurin donk, kalau diambil negara tetangga gimana? Hahahahaha…” Sugiyono tergelak meledek.

Narti mendelik mencubit suaminya.
“Aawwww...aawww..sakit tahu.” Sugiyono kelabakan.

“Rasain..makanya mulut jangan sembarangan,” ketus Narti mendamprat suaminya

Sulaeman terkekeh menanggapi, sementara Leli menggigil badannya tersindir ucapan Sugiyono.

“Hati-hati di jalan, Masss...” merdu Leli mengalihkan perhatian. Diciumnya tangan suaminya, matanya berkaca-kaca melepas kekasih hati.

“Mas tunggu....” tiba-tiba Arief mengejar.

Sulaeman menghentikan langkah.
“Ehhh dek Arief ada apa ?”.

“Anu Mas...mohon ijin, besok Bapak Mertua saya datang ke Jakarta. Rencananya menginap di tempat saya beberapa hari. Saya terbiasa makan di luar, tapi saya gak enak kalau harus menyuguhkan makanan luar buat Bapak. Anuu...hmmm ...klo mas gak keberatan saya minta tolong Mbak Leli masak untuk kami berdua.” Arief menatap cemas Sulaeman yang kemudian tertawa.

“Hahahaha… aku kira apa dek...ya silahkan, tanya Mbak mu dulu bersedia apa Ndak...klo aku sih bebas saja. Kamu kan dah seperti keluarga sendiri.” Arief tersenyum lega mendengar ucapan Sulaeman.

“Ohh iya Bun...itu jangan lupa oleh-oleh buat dek Arief ya...dan buat Mas Yono juga,” teriak Sulaeman sebelum akhirnya berlalu menjauh meninggalkan semuanya di belakang dan entah apa yang akan terjadi selepas kepergiannya. Semuanya tetap menjadi misteri kehidupan.

***

Sejenak kita tinggalkan Leli dan kehidupan tetangganya. Di ujung kontrakan itu seorang gadis muda sedang dirundung duka. Raut wajahnya kusut masai. Sari, sejak malam tadi gelisah tak bisa memejamkan mata. Tubuhnya lelah ingin bermanja namun otaknya tetap bekerja memikirkan nasib ibunda.

Yah...dua hari yang lalu, kerabatnya mengabarkan, ibunya masuk rumah sakit. Informasi dari adiknya, diketahui bahwa Ibunya didiagnosa mengidap Kanker Serviks stadium III. Sejatinya Sari sekeluarga terdaftar sebagai peserta layanan kesehatan pemerintah golongan kelas III. Namun adiknya mengabarkan bahwa ada beberapa jenis obat untuk kanker yang tidak di cover layanan jaminan kesehatan tersebut.

Belum lagi antrian untuk mendapatkan prioritas operasi pengangkatan rahim ibunya agar tidak menjalar kemana-mana. Peserta dengan golongan Kelas III harus sabar menanti dan bersaing dengan peserta lain dengan golongan Kelas I dan II. Sementara pihak dokter menyarankan segera tindakan operasi itu dilakukan. Bahkan ada oknum yang menyarankan untuk pindah ke kelas I, upgrade jenis pelayanan, konsekuensi nya adalah harus membayar selisih biaya yang terjadi antara Kelas III ke Kelas I.
Jumlah yang lumayan untuk ukuran Sari, gadis cantik Pramuniaga pada sebuah Mall di Jakarta.

Kembali Sari tenggelam dalam lamunan, abai akan hiruk pikuk tetangganya yang tertawa dan tergelak dalam cengkrama dan canda ria.

Sari sibuk dengan pikirannya, sibuk dengan problem hidupnya.

"Bersambung ke Episode berikutnya"
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd