Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Laeli, IRT Kesepian Pemuas Birahi

Episode 6


Sari melenguh manja, diusapinya kepala yang sedang asyik menjilati memeknya. Kepalanya miring ke kanan, ketika didapatinya Lutfi suaminya tersenyum manis. Sari panik, kalau Lutfi disampingnya lalu siapa yang sedang menggerogoti memeknya? Sari bangkit, Lutfi segera menahan Sari, didekapnya erat, diciuminya bibir Sari.

"Tenang sayang, dia Guruku. Dia punya hak mencicipimu sekali di malam pertama pengantin," bisik Lutfi menjelaskan.

Sari gelagapan menerima serangan lelaki paruh baya yang tadi bertindak sebagai Penghulu menikahkan Sari dengan Lutfi. Jiwanya berontak, air matanya kembali mengalir. Pernikahan macam apa ini, yang dalam semalam dia harus melayani dua lelaki sekaligus. Aliran kepercayaan model apa yang mengijinkan seorang suami berbagi istri dengan gurunya. Lelaki itu sibuk dibawah sana menyesapi cairan memek Sari.

"Ahhhhh.....ouuuhhh.... ouhhh...." Sari akhirnya mendesah, gigitan kecil pada klitorisnya telah melenakan kesadaran Sari.

Lelaki itu menaiki tubuh Sari, menciumi payudaranya. Memilin-memilin puting yang masih kecil berwarna pink kemerahan.
Cuuppp....cuuppp...slruuupp...slruuupphhh.
Decakan bibir lelaki itu terdengar nyaring di dalam kamar yang luas tersebut.

"Kamu cantik sekali anakku..," lelaki itu memuji Sari, Sari memalingkan wajahnya, merasa jijik menatap lelaki tua itu.

"Ohhhh...ouuwwww ...ahhh..," kembali bibir Sari menjerit seketika saat dengan sekali hentak tua bangka itu mencobloskan kontolnya ke memek Sari.

"Ssshhhhh emmmmmhh....ahhhh. Masih sempiiiit kamu Nak. Eennnaaaakkk aahhh..oouuhhh..," lelaki itu meracau tak henti-henti.

Pantatnya berayun menggagahi memek Sari. Iramanya teratur, terdengar syahdu menghiasi malam sepi ini. Sari terpaksa bergoyang menyambut sodokan-sodokan tua bangka itu. Keringatnya kembali bercucuran, desahan silih bersahutan. Sari menegang untuk kesekian kalinya. Cairannya muncrat menyirami batang lelaki yang menyetubuhinya.

Dilumatnya bibir Sari, berpagutan, bertukar saliva. Sungguh kenikmatan ini menyiksa Sari, untuk pertama kali dalam hidupnya Sari merasakan sex dan harus didera nikmat yang tiada tara.

Ceplakkk... ceploookkk... ceploookkk...bret..breeett...jleb...jleb...ceprooot.
Lelaki itu masih lincah membombardir vagina kecil Sari yang belum lama diperawani oleh suaminya.

"Ahhh....akuuuuu..mau keluaaaarr...," lelaki itu mempercepat gerakannya.

Sari berusaha mendorong tubuh lelaki itu. "Lepassss ....jangaaannnhhh di dalammhhh....diluarrrhhh aaahhhhhh...ahhh..***k mauuu."

Terlambat lelaki itu mendekap erat tubuhnya, menghunjamkan dalam-dalam tombaknya. Dan menggelepar menyemprotkan berliter-berliter sperma ke dalam memek Sari.

"Oouuhhh....emmhh...nikmatnya memekmu, Nak."

Didiamkannya kontol itu tersimpan di lubang memek Sari. Diresapinya setiap desahan dan gelinjang tubuh gadis cantik yang tergolek lemah di bawahnya. Sari hanya bisa menangis, ketakutan melanda dirinya, bagaimana jika dia hamil hasil persetubuhannya dengan si tua bangka ini.

Plop...bunyi kelamin itu dicabut. Sari mendesah kehilangan, memeknya terasa hampa. Matanya terpejam, kemudian terlelap dalam mimpi indah. Menyongsong hari esok, semoga kejadian malam ini hanya mimpi belaka.

***
Sari mengerjapkan matanya yang terasa silau oleh cahaya yang masuk ke dalam kamar itu. Tubuhnya lemah lunglai. Pertempuran semalam menguras seluruh energi Sari. Diedarkan tatapannya ke sekeliling kamar, terdengar sayup gemericik air di kamar mandi. Sari berusaha bangkit dari tidur, memeknya terasa pedih. Ada sesuatu yang terasa mengganjal di bawah sana, dia membuka selimut dan memeriksa memeknya sendiri.

Bentuknya masih seperti semula, kali ini sedikit bengkak, dengan cairan sperma yang mengering di bibir memeknya, dan sebercak darah mengering pula di sana. Sari sadar dia sudah tidak perawan lagi, ada kesedihan di matanya. Namun hatinya berusaha tegar, toh semua ini dilakukan untuk kesembuhan ibunya. Toh yang mengambil keperawanannya adalah suaminya.

Ahhhh...Sari tak pernah bermimpi bahwa dia saat ini sudah menjadi istri orang. Dan ke depan harus bersikap seperti seorang istri yang melayani suaminya. Sari mengusap airmatanya, diraihnya baju yang berserakan semalam. Tak lama kemudian Lutfi keluar berbalut handuk. Lelaki tua tapi masih tampan dan gagah menurut Sari.

"Sudah bangun sayang?" senyumnya mengembang menyapa Sari.

Sari Gugup mengangguk kecil, tubuhnya tertatih menuju kamar mandi. Diguyurnya seluruh badan, digosok dan disabuninya berkali-kali. Dia berusaha mengorek-ngorek vaginanya, mengeluarkan sisa-sisa sperma yang menyangkut. Dia berdo'a semoga dirinya tidak hamil atas kejadian malam tadi. Meski telah dinikahi tapi Sari tidak tahu benih siapakah nanti yang membuahi sel telurnya. Lutfi atau lelaki tua bangka itu.

Lama Sari menghabiskan waktu di kamar mandi, baru kemudian keluar. Didapatinya Lutfi sudah gagah dengan Kurtanya, jenggotnya tertata rapih. Wangi maskulin, dengan raut muka teduh menenangkan.

"Kita sarapan dulu yukkk..," ajaknya kepada Sari.

Sari hanya mengangguk, entah kapan datangnya makanan itu yang telah tersaji di meja kerja dalam kamar. Lutfi dan Sari menikmati sarapan pertama mereka sebagai suami istri dalam diam.

"Ini maharmu," Lutfi menyerahkan amplop coklat besar ke tangan Sari.
"Dan ini dari guru, hadiah perkawinan kita." Digenggaman

Sari teronggok segepok uang rupiah dalam pecahan Rp. 100.000,-
Gemetar Sari menghitung gepokan uang itu, 10 juta uang yang diberikan gurunya Lutfi. Sari bergidik, dirinya serasa seorang pelacur yang dibayar setelah melayani nafsu lelaki hidung belang. Di tangannya kini ada 60 juta, angka yang cukup besar untuk Sari dan sepertinya cukup untuk biaya pengobatan Ibunda tercinta.

Sejurus kemudian mereka berbicara tentang perjanjian kawin kontraknya. Bahwa Lutfi akan mengunjungi Sari seminggu 3x, bergantian dengan Fatma, wanita bercadar di sebelah kontrakan Sari yang rupanya istri kontrak Lutfi yang ketiga. Sungguh baru tahu nama madunya itu, dia bahkan belum pernah melihat wajahnya karena kesehariannya tertutup cadar.

Namun Sari meminta Lutfi mendatanginya tengah malam, karena dia tidak ingin pernikahan ini diketahui oleh tetangga-tetangganya. Lutfi tidak keberatan dengan syarat yang diajukan Sari.

Mereka kemudian berpisah, Lutfi kembali ke kantornya bekerja. Sari menelpon atasannya meminta Cuti beberapa hari, karena pulang kampung menjenguk ibunya yang dirawat di rumah sakit. Tanpa kendala berarti Sari bergegas ke kampung halamannya, membawa uang untuk orang tuanya.


***

Kontrakan itu terlihat sunyi, entah kemana para penghuninya. Narti tak tampak batang hidungnya. Perempuan bercadar itupun menutup rapat pintu kontrakannya.

Leli sedang asyik di dapur, hari ini dia dimintai Arief untuk memasak kesukaan bapak mertua Arief yang akan datang dari Papua. Kedua anaknya sedang asyik di depan TV, si bayi meski belum paham terlihat matanya menatap layar televisi. Si kakak, tertawa mengikuti jalan cerita kartun favoritnya.

Pukul 10.30 Leli sudah merampungkan tugasnya. Ditatanya makanan itu dalam wadah, kemudian satu persatu dia bawa ke kontrakan Arief.

Arief hari ini memang memutuskan tidak bekerja, karena akan menjemput mertuanya ke bandara.

"Assalamualaikum Mas...ini makanannya mau taruh dimana?" Leli mengucapkan salam di depan pintu kontrakan Arief.

"Masuk saja Mbak, taruh di ruang tamu aja yaa," suara Arief terdengar samar.

Leli melangkahkan kaki, diletakkan makanan itu satu persatu di atas tikar yang sudah tergelar. Asyik sekali Leli menata makanan itu, ketika terdengar suara pintu dikunci Leli menoleh ke arah pintu.

Dilihatnya Arief telanjang tanpa busana, badannya masih basah terlihat habis mandi. Leli bangkit, tubuhnya mundur ke belakang.

"Mas...apa-apaan ini, buka pintunya atau aku akan teriak," ancam Leli.

Arief hanya tersenyum mesum,
"Silahkan klo mau teriak, yang malu bukan hanya aku tapi kamu juga malu."

Arief mendekati Leli.
Leli semakin mundur ke dalam kamar tidur Arief.
Arief semakin berani, terseyum menggiring mangsanya ke pembaringan. Leli tersudut, dia berusaha mengelak dari dekapan Arief, namun Arief terlalu cekatan menangkap tubuh Leli kemudian menguncinya dan mencumbuinya.

"Aahhhh.....sssshhhh .....massss.....lepassss kaaaann.....ahhh....sssshhh"

Leli mendesah, tapi sepertinya tak sepenuh hati meminta Arief untuk melepaskannya. Arief berhasil mencopoti satu persatu gamis Leli, kerudungnya yang masih tetap melekat di kepala, disibakkannya ke atas. Memamerkan payudara yg seputih pualam, sedikit menggantung namun kencang. Puting yang mengeras kecoklatan, menantang bibir Arief melahap sepasang payudara Leli.

Leli semakin tak karuan, kakinya gemetar tak kuat berdiri. Arief yang menyadari hal itu, membaringkan tubuh Leli di atas kasurnya. Ditatapnya perempuan yang sudah berhasil ditaklukannya itu. Cantik sekali, tubuhnya masih indah meski sudah memiliki dua anak. Lembah vaginanya masih menantang, dengan bulu yang tercukur rapih. Arief tak pernah bosan menatap memek indah itu, yang sebentar lagi akan di hajarnya sampai puas.

Arief memutar tubuhnya, wajah Arief tepat di depan gerbang surgawi Leli, kontolnya diposisikan di wajah Leli. Arief mulai menjilati memek Leli, cairan pelumas mulai merembes keluar. Leli belingsatan merasakan kenikmatan hisapan bibir Arief. Mulutnya tiba-tiba membuka menyambut kontol gagah yang terpampang di pelupuk mata.

Lidahnya mulai beraksi, menjilati kepala jamur itu, mencoba menjilati lubang kencing Arief. Dicucupinya cairan yang mulai keluar dari kepala jamur. Arief mendesah mendapatkan service tak terduga dari bidadari pujaannya.

"Ooouuhh...ooouuwww...enaaaakkk sayaaanggg....ooouuw...kamu pinter juga yaaahhh ahhhh..terus jilati."

Leli merasa tertantang mendengar desahan Arief. Di hisapnya kepala jamur itu, dikenyot-kenyot kemudian batangnya dijilatinya hingga ke telur yang menggantung. Arief kelabakan tak menyangka Leli bisa seganas itu. Bibirnya melepas memek yang sedang di nikmatinya.

Arief membalikan badan kembali. Diraihnya kepala Leli, diciumnya bibir manja merekah, lidahnya menari-nari di dalam mulut mereka. Arief bangkit di arahkannya kontol itu ke mulut Leli. Leli menyambutnya, tak ada lagi perlawanan tak ada lagi isakan.

"Mmmmmm...mmmuuuuaaaccchhh....mmmm slrupppp...slruppp..," Leli sibuk mengenyoti batang kesukaannya.

Arief memegang kepala Leli, disetubuhinya mulut Leli dengan ritme yang cepat.

Cllloookkk...cckkkckckck..mmmhhh. Cleeekkkk ckckckckck. Suara mulut Leli dihajar Arief kesetanan.

Tak berapa lama
....aahhhhh...... gggrrrhhhh hhhmmmm...hmmmm crooot.....croooottt....crooott...
Cairan sperma Arief keluar di dalam mulut Leli. Leli tersedak, cairan itu masuk semua ke tenggorokan. Manis, tak berbau anyir seperti sperma suaminya.

Arief mendesah penuh kenikmatan, didekapnya Leli dan diciuminya wajah Leli penuh cinta. Mereka berdekapan menikmati momen bahagia, menyatunya tali-tali asmara.


"Bersambung ke episode selanjutnya"
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd