Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Laeli, IRT Kesepian Pemuas Birahi

Bimabet
Episode 7


Leli meraba kontol Arief, digenggamnya kemudian mulai dikocoknya perlahan. Arief mulai menegang, mulutnya mendesah perlahan. Leli semakin bersemangat mengocok, dilumatnya bibir Arief, berpagutan mesra.
Leli perlahan menaiki Arief, diarahkannya kontol Arief kel ubang memeknya dan...
Blessss....jleb...ahhhhh Leli mendongakkan kepalanya.
Digoyangnya perlahan, desahan demi desahan keluar dari bibir Leli.

Arief menggeram, tangannya mencengkram bongkahan pantat Leli. Disodoknya kuat-kuat hingga Leli mendesah nikmat. Leli semakin binal bergerak, menggoyangkan tubuhnya di atas Arief.
Arief terpejam menikmati jepitan dan kedutan memek Leli yang berputar-putar meliuk-liuk. Leli merebahkan tubuhnya sementara Arief tetap menusuk-nusukan kontolnya, didekapnya tubuh tetangganya itu, dilumatnya bibirnya.
Mmmm...cccuuppp....ccuppp...ssshhhh...hmmmm...aahhhh

Suara mereka bersahut-sahutan memburu kenikmatan, Leli kembali menegakkan badannya. Tangannya bertumpu pada dada bidang Arief, digoyangkannya bokong sekalnya searah jarum jam. Arief menggelepar, Leli meracau tak karuan.

Ceplokkkk...ceploookkk...jlebbb..jleeebbb...plak...plaaaakk....plakkk. ahhh....aahhhh...ahhh...Massss....ahhhh....Masss....enaaakkk oouuh.

Leli kesetanan bergerak menjemput puncak birahinya. Dan...
Serrrrr.....seerrr....seerrr....ahhhhhh...oouuuh..
Tubuhnya ambruk di atas dada Arief.

Arief diam sejenak, mengusapi punggung Leli perlahan, bokong Leli yang masih mengejat-ngejat dicubitnya perlahan.

Hening sesaat kemudian Arief membalikan badan mereka. Posisi Arief kini diatas. Leli pasrah mengangkang. Arief aktif menghajar memek nakal tetangganya yang baru saja dilanda orgasme. Leli hanya bisa mendesah lirih, matanya sayu menatap pejantan yang sedang menzinahinya.

"Ouuuhh....memek kamu makin nakal ya....aku hukum biar gak nakal lagi. Ssshhhh....ahhh.... terima pejuhku ini...aahhh..." Arief menggeram.

Leli berontak, didorongnya paksa tubuh Arief menjauh.

"Jaangaaannn di dalem Masss....ahhhh lepassss...ahhh..." Arief mengunci tubuh Leli, dihujamkannya kuat-kuat kontol itu hingga mentok di mulut rahim.

Leli menjerit ngilu, memeknya terasa linu menerima sodokan kencang yang mengakibatkan dirinya kembali menyemburkan cairan kenikmatan.
Croootrr....crooott....seerrr....serrr...cretttt...crettt...

Bersatulah sperma Arief dan cairan memek Leli di dalam rahim suci Leli. Terengah-engah Leli mengutuk perbuatan Arief.

"Kenapa di dalem mass...ahhhh...kalau akuuuh hamil gimana aaaahh."

Arief terkekeh...
"Hhehehehe...ya klo hamil kamu bakal ngandung anak aku donk," sambil menjilati payudara Leli perlahan.

Leli pasrah, didekapnya tubuh lelaki yang sudah menyirami rahimnya. Perlahan Arief menarik kontolnya.... ahhhhh....shh..plop. Leli mendesah ketika kontol itu perlahan dicabut Arief.

Aku jemput bapak dulu, kamu istirahat saja dulu. Bergegas Arief ke kamar mandi, Leli masih tergeletak lemah. Matanya terpejam. Arief sudah selesai mandi dan bersiap mengambil pakaian di lemari. Ditatapnya tubuh bidadari yang tergeletak lemah.

Arief tak menyangka bisa menikmati tubuh indah itu, ingin rasanya kembali tenggelam berdua mengayuh lautan birahi, kalau tidak ingat harus segera berangkat ke bandara menjemput mertuanya.

Dihampirinya Leli, dikecupnya kening Leli, dicubitnya payudara dan diusapnya memek Leli yang mengeluarkan cairan kenikmatan mereka berdua.

"Aku pergi dulu ya Sayang ku...cup..cupp...mmmuuaaachhh."

Sementara itu di kontrakan sebelahnya, sepasang lelaki perempuan juga sedang asyik mengarungi bahtera cinta.

"Abi kemana aja? Emang gak kangen sama aku ya?" ucap si perempuan manja.

"Hehehehe..ya kangen donk sayang. Terutama Abi kangen sama anak Abi ini," jawab si lelaki sambil mengusap-ngusap perut wanita itu yang sudah membuncit.

Si Perempuan cemberut, dipukulnya dada bidang lelaki yang sudah menyumbangkan spermanya hingga dirinya bisa hamil. Kehamilan yang dinanti-nantikan selama 5 tahun kehidupan rumah tangganya.

"Jangan marah donk sayang..cup...cup..cup..ahhhh," lelaki itu merayu,
"Kan Abi harus mengatur waktu supaya suami kamu juga gak curiga."

Dirabanya payudara wanita itu yang berbalut daster mini ketat. Wanita itu mendesah, tangannya meraba selangkangan lelaki pujaannya. Diusapnya batang keras yang mulai menegang itu.

"Hmmmm....kamu nakal ya Narti..ouuhhh."

"Biarin...biar tahu rasa, Abi sudah menelantarkan anak kita," Narti mengerling manja.

Tangannya bergerilya membuka celana komprang lelaki yang mengenakan Kurta itu. Sementara si Lelaki juga tak mau kalah ditariknya celana dalam Narti, disibakkannya daster mini itu ke atas. Tangannya sibuk memilin-milin puting payudara yang sudah membengkak karena menampung persediaan air susu untuk si jabang bayi.

Narti mendesah menerima perlakuan mesum dari lelaki itu. Tangannya perlahan mencari-cari batang kesukaannya, diusapnya perlahan kepala jamur yang sudah membengkak, dimainkannya lubang kencing yang pernah menyirami rahimnya hingga mengandung. Kedua insan berlainan jenis kelamin itu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Leli bergegas keluar dari kontrakan Arief menuju ke kontrakannya. Perlahan tangannya menggapai gagang pintu kontrakannya, telinganya mendengar suara aneh dari dalam kontrakan Narti. Ditajamkannya telinga Leli, sejurus kemudian tersenyum paham. Sugiyono dan Narti memang pasangan muda, wajar kalau mereka siang-siang begini memadu kasih.

Leli memasuki kontrakannya, ditengok nya kedua anaknya yang terlelap dalam tidur mereka. Untung mereka tidak bangun saat dirinya sibuk bersetubuh dengan Arief.

Direbahkan tubuhnya disamping anaknya, kemudian berusaha memejamkan mata.

Tiba-tiba Leli terperanjat, bathinnya bergejolak penuh tanda tanya. Baru diingatnya Sugiyono pagi tadi berangkat kerja. Satpam itu memang jadwalnya tak tentu, kadang harus jaga malam, kadang jaga pagi. Tapi hari ini Leli yakin sekali jika Sugiyono berangkat pagi, karena pagi tadi mereka berpapasan di jalan sepulang Leli membeli nasi uduk di ujung gang sana.

Leli deg-degan dibuatnya, apakah Narti selingkuh? Atau memang Sugiyono menyempatkan pulang untuk makan siang. Rasa penasarannya membuat rasa kantuknya tiba-tiba menghilang.

Narti sedang mengangkang menerima jilatan dan sedotan-sedotan kasar dimemeknya. Tangannya meremas rambut lelaki yang sibuk di selangkangan Narti.

"Aaahhhh...aaahhhh....hmmm...Abiiiii...aku gak kuat..massuuukkiinnn Biiii...aahhhh..," tubuhnya menegang, menjemput orgasme akibat ulah mulut lelaki itu.

Lelaki itu menyeringai mesum berhasil membuat Narti kelojotan. Dirinya merangkak menaiki Narti, di gesek-gesekan kontolnya ke bibir memek Narti.
Narti hanya mendesah manja merasakan gatal pada memeknya akibat gesekan kepala kontol pada gerbang kewanitaannya. Perlahan kepala kontol itu menyeruak kedalam memek Narti.

"Ssshhh eeemmmhh.... ouuuwww... ahhhh memek kamu makin legit aja sayaaaanggghhh. Jepitannya makin berasa aja ahhhh."
Lelaki itu meracau merasakan nikmat luar biasa, Narti bukan wanita pertama yang disetubuhinya.

Namun memek Narti memang beda dengan istri-istrinya, bahkan pada saat istri pertamanya hamil pun, memek Narti tetap istimewa bagi dirinya. Dipompanya perlahan khawatir mengganggu janin dalam perut Narti, sementara kaki Narti melingkar di pinggul lelaki itu, pantatnya bergoyang seirama tusukan kontolnya.

Gerakan mereka terlihat syahdu, ritmis saling melengkapi. Seirama, perlahan namun tetap terlihat bertenaga. Desahan mereka berdua saling bersahutan, membentuk notasi yang membangkitkan birahi. Nada-nada mesra bergelora membahana menambah suasana semakin panas. Ahhhh....ahhhh...ahhhh....ahhh...
Hanya itu yang terdengar dari mulut Narti.

Suara kecipak kecipuk pertemuan kelamin mereka ikut meramaikan siang itu.
Ceplakkk...cplaaakkk... ceploookkk...jleb...jleb...jleb..pretttt..prooot...
Hingga kemudian keduanya menegang kembali.
Crooot...croott...serrr...seerrr...ahhhhhh..oouuhhh...grrrrhhhmmmm emmmhhhh.

Narti melenguh disusul lelaki itu menggeram nikmat. Si lelaki menggelosor ke samping Narti, Narti memiringkan tubuhnya menghadap si lelaki. Ditatapnya wajah teduh yang sudah memberikan kenikmatan padanya. Dimainkannya jenggot yang memanjang namun tertata rapih. Mereka berpelukan.

"Apa kabarnya anak Abi ini hah?" suara lelaki itu memecah keheningan, tangannya mengusap-usap perut buncit Narti.

"Baik-baik ya Nak..." lanjutnya.

Narti mencubit hidung si lelaki.
"Alhamdulillah baik Abi, aku rajin kontrol kok," jawab Narti.

"Syukurlah klo begitu, jaga baik-baik ya Dek anak kita," lelaki itu mencium mesra bibir Narti.

"Abi sudah transfer untuk keperluan melahirkan ya, kamu gunakan dengan baik," lelaki itu kembali berkata.

Narti merasa beruntung mendapatkan lelaki itu. Disembunyikan wajahnya pada dada berbulu, ditariknya sesekali bulu dada itu, dipilin-pilin manja sambil diciuminya keringat yang mengucur ditubuh lelaki itu.

Narti masih teringat kejadian 8 bulan yang lalu, pada suatu malam dimana suaminya Sugiyono bertugas jaga. Hawa panas dan gerah di dalam kamar kontrakannya membuat Narti memutuskan keluar sejenak mencari angin.

Tengah malam dimana seluruh penghuni terlelap, Narti berdaster mini keluar berdiri di teras kontrakannya. Dikibas-kibaskan rambutnya yang terasa gerah, tangannya diangkat keatas digerak-gerakan hingga daster mini itu terangkat keatas. Diputarkan tubuhnya ke arah kontrakan sebelah, mulutnya menganga kaget, terkejut melihat sosok lelaki paruh baya yang bertelanjang dada memakai celana komprang putih.

"Ehhhhhh...Pak Lutfi," sapa Narti gugup.

Diturunkan tangannya berusaha merapihkan dasternya yang tadi terangkat keatas.
"Belum tidur Pak?" sapa Narti berusaha mencairkan suasana.

"I...iiyaa Mbak...Mbak sendiri belum tidur?" sapa balik lelaki itu.

"Hehehehe belum pak gerah banget di dalam, sepertinya mau hujan," Narti menjawab pertanyaan Lutfi.

"Si Masnya belum tidur juga?" kembali Lutfi bertanya.

"Poohh .anu...suami saya jaga malam Pak," Narti ragu menjawabnya.

Matanya tertuju pada selangkangan lelaki paruh baya itu yang terlihat menggelembung, bayangan tonjolan di balik celana putihnya menyolok mata. Jantung Narti berdegup kencang, geloranya naik.

"Emmmmhhh masuk dulu Pak..mariii," sapa Narti menyudahi obrolannya.

Badannya berbalik, diraihnya gagang pintu kontrakan, ketika kedua tangan kekar membekapnya dari belakang. Diseretnya tubuh Narti kedalam kontrakannya. Dikunci kembali pintu itu, Narti masih berusaha melepaskan diri dari dekapan tangan itu. Tubuhnya dihempaskan diatas kasur sesaat kemudian lelaki itu menindih tubuhnya.

"Ouuuww...aaaawww....Pak..lepaskan Pak ...ahhh... saya gak akan bilang siapa-siapa, tapi lepaskan saya...jangan perkosa saya Pak..hikssss...hiksss.."

Narti menghiba, ketika lelaki itu berhasil menarik paksa daster mininya. Tubuhnya telanjang di depan lelaki yang bukan muhrimnya itu. Lutfi pun sudah membuka celana komprangnya, tampak kontolnya menegang panjang mencuat ke atas.

Narti bergidik, membayangkan kontol itu mengaduk-aduk memeknya. Meski dirinya bukan perawan lagi, namun ukuran kontol yang sedikit lebih besar dari milik Sugiyono itu membuat Narti ketakutan.

Lutfi menyergapnya dengan buas, digumuli tubuh Narti dengan rakus. Bibir dan tangan Lutfi bergerak kesana kemari mencari mangsa. Payudara Narti tak luput dari remasan dan pilinan tangan kekar Lutfi, memeknya dikobel-kobel jari Lutfi.

"Aahhh ...ooouuhhh ..Pakk.....sudaaaahhh...Pak....oooohhh...sudaahhhh..geliiii...geliiihhhh..ssshshh."

Desahan Narti membuat birahi Lutfi semakin naik. Bibirnya menyusuri payudara Narti, dikecupnya kedua puting itu kemudian turun kebawah menuju lembah kenikmatan. Dijilatinya klitoris Narti yang mengintip manja di tengah bibir memek. Narti menggelengkan kepala kekiri dan kekanan. Lutfi mencium aroma khas vagina Narti, dari aromanya Lutfi paham jika Narti sedang masa subur.

Disedotnya itil Narti, lidahnya mengeksplore memek Narti, mencium, mengenyot dan menggigit kecil setiap sudut memek Narti. Narti mendesah kencang ketika orgasme melandanya. Tubuhnya menggelepar. Penderitaannya belum selesai, ketika dirasanyakan batang itu mulai menusuk tajam. Lutfi menggeram kasar merasakan jepitan memek pink Narti yang masih terasa sempit karena belum pernah melahirkan.

"Memek anjiing..... sempiiiit banget ahhhhhh..... ssshhh.... aaaahhh."

Narti membuang mukanya malu. Lutfi bergerak kasar, dipompanya kontol itu keluar masuk memek Narti yang masih seret. Perlahan cairan pelumas mulai merembes keluar membuat kontol Lutfi semakin lancar membombardir Narti. Dengan terisak Narti menerima sodokan Lutfi

"...ahhhhh....hhmmm...aaahhh...hikkkksssss....hikkkssss....hikkksss....," desahan dan isakan Narti silih berganti, sementara Lutfi masih asyik bergoyang memaju mundurkan kontolnya, mengaduk-aduk rahim Narti.

Cleppp...cleeeppp...clleeepp...cloookkk...clooookkk ...cleeepp... suara perkelahian kelamin mereka terdengar syahdu. Perlahan kaki Narti melingkar dipinggul Lutfi, pantatnya pun perlahan bergerak mengikuti irama goyangan Lutfi.

Keduanya saling berpacu dalam birahi, hingga Lutfi merasakan spermanya sudah di ujung kepala kontolnya. Di cengkramnya pantat Narti kuat-kuat, Lutfi mengambil ancang-ancang menghujamkan dalam-dalam kontolnya ke rahim Narti untuk membuahinya.

Sadar akan bahaya yang menghadangnya Narti menarik pantatnya namun sia-sia, cengkraman Lutfi begitu kuat. Dan crooot.... croooot...crooot...seerrr...seerrr...semburan hangat sperma Lutfi membuat memek Narti menyemburkan cairan cintanya pula.

Begitulah, setelah malam jahanam itu, beberapa kali Narti berhasil disetubuhi Lutfi saat Sugiyono bertugas. Hingga suatu hari Narti merasa mual dan muntah-muntah di pagi hari.

Sadar akan kehamilannya, Narti membeli testpack di mini market depan gang. Dan hasilnya positif, Narti menangis bahagia bayi yang di nanti-nantikannya kini bersemayam dalam rahimnya.

Namun janin itu hasil persetubuhannya dengan Lutfi. Narti yakin sekali janin ini milik Lutfi tetangga misteriusnya. Selama dua minggu Narti beberapa kali disetubuhi Lutfi, di saat kondisi masa suburnya.

Dan selama itu pula suaminya Sugiyono sibuk dengan tugas jaganya dan tak pernah menyentuhnya. Ditengah kegalauan hatinya, Narti menyusun rencana untuk mengajak suaminya bercinta agar kesannya anak ini adalah hasil kerja suaminya.

Dibuangnya jauh-jauh testpack itu, dirapihkannya kamar kontrakannya. Dibuatnya senyaman mungkin untuk menyambut suaminya pulang kerja.

Narti bersolek, berusaha tampil cantik untuk suaminya. Keringat dingin mulai keluar dari pori-porinya.

*Bersambung ke Episode berikutnya*
 
Terakhir diubah:
Episode 7


Leli meraba kontol Arief, digenggamnya kemudian mulai dikocoknya perlahan. Arief mulai menegang, mulutnya mendesah perlahan. Leli semakin bersemangat mengocok, dilumatnya bibir Arief, berpagutan mesra.
Leli perlahan menaiki Arief, diarahkannya kontol Arief kel ubang memeknya dan...
Blessss....jleb...ahhhhh Leli mendongakkan kepalanya.
Digoyangnya perlahan, desahan demi desahan keluar dari bibir Leli.

Arief menggeram, tangannya mencengkram bongkahan pantat Leli. Disodoknya kuat-kuat hingga Leli mendesah nikmat. Leli semakin binal bergerak, menggoyangkan tubuhnya di atas Arief.
Arief terpejam menikmati jepitan dan kedutan memek Leli yang berputar-putar meliuk-liuk. Leli merebahkan tubuhnya sementara Arief tetap menusuk-nusukan kontolnya, didekapnya tubuh tetangganya itu, dilumatnya bibirnya.
Mmmm...cccuuppp....ccuppp...ssshhhh...hmmmm...aahhhh

Suara mereka bersahut-sahutan memburu kenikmatan, Leli kembali menegakkan badannya. Tangannya bertumpu pada dada bidang Arief, digoyangkannya bokong sekalnya searah jarum jam. Arief menggelepar, Leli meracau tak karuan.

Ceplokkkk...ceploookkk...jlebbb..jleeebbb...plak...plaaaakk....plakkk. ahhh....aahhhh...ahhh...Massss....ahhhh....Masss....enaaakkk oouuh.

Leli kesetanan bergerak menjemput puncak birahinya. Dan...
Serrrrr.....seerrr....seerrr....ahhhhhh...oouuuh..
Tubuhnya ambruk di atas dada Arief.

Arief diam sejenak, mengusapi punggung Leli perlahan, bokong Leli yang masih mengejat-ngejat dicubitnya perlahan.

Hening sesaat kemudian Arief membalikan badan mereka. Posisi Arief kini diatas. Leli pasrah mengangkang. Arief aktif menghajar memek nakal tetangganya yang baru saja dilanda orgasme. Leli hanya bisa mendesah lirih, matanya sayu menatap pejantan yang sedang menzinahinya.

"Ouuuhh....memek kamu makin nakal ya....aku hukum biar gak nakal lagi. Ssshhhh....ahhh.... terima pejuhku ini...aahhh..." Arief menggeram.

Leli berontak, didorongnya paksa tubuh Arief menjauh.

"Jaangaaannn di dalem Masss....ahhhh lepassss...ahhh..." Arief mengunci tubuh Leli, dihujamkannya kuat-kuat kontol itu hingga mentok di mulut rahim.

Leli menjerit ngilu, memeknya terasa linu menerima sodokan kencang yang mengakibatkan dirinya kembali menyemburkan cairan kenikmatan.
Croootrr....crooott....seerrr....serrr...cretttt...crettt...

Bersatulah sperma Arief dan cairan memek Leli di dalam rahim suci Leli. Terengah-engah Leli mengutuk perbuatan Arief.

"Kenapa di dalem mass...ahhhh...kalau akuuuh hamil gimana aaaahh."

Arief terkekeh...
"Hhehehehe...ya klo hamil kamu bakal ngandung anak aku donk," sambil menjilati payudara Leli perlahan.

Leli pasrah, didekapnya tubuh lelaki yang sudah menyirami rahimnya. Perlahan Arief menarik kontolnya.... ahhhhh....shh..plop. Leli mendesah ketika kontol itu perlahan dicabut Arief.

Aku jemput bapak dulu, kamu istirahat saja dulu. Bergegas Arief ke kamar mandi, Leli masih tergeletak lemah. Matanya terpejam. Arief sudah selesai mandi dan bersiap mengambil pakaian di lemari. Ditatapnya tubuh bidadari yang tergeletak lemah.

Arief tak menyangka bisa menikmati tubuh indah itu, ingin rasanya kembali tenggelam berdua mengayuh lautan birahi, kalau tidak ingat harus segera berangkat ke bandara menjemput mertuanya.

Dihampirinya Leli, dikecupnya kening Leli, dicubitnya payudara dan diusapnya memek Leli yang mengeluarkan cairan kenikmatan mereka berdua.

"Aku pergi dulu ya Sayang ku...cup..cupp...mmmuuaaachhh."

Sementara itu di kontrakan sebelahnya, sepasang lelaki perempuan juga sedang asyik mengarungi bahtera cinta.

"Abi kemana aja? Emang gak kangen sama aku ya?" ucap si perempuan manja.

"Hehehehe..ya kangen donk sayang. Terutama Abi kangen sama anak Abi ini," jawab si lelaki sambil mengusap-ngusap perut wanita itu yang sudah membuncit.

Si Perempuan cemberut, dipukulnya dada bidang lelaki yang sudah menyumbangkan spermanya hingga dirinya bisa hamil. Kehamilan yang dinanti-nantikan selama 5 tahun kehidupan rumah tangganya.

"Jangan marah donk sayang..cup...cup..cup..ahhhh," lelaki itu merayu,
"Kan Abi harus mengatur waktu supaya suami kamu juga gak curiga."

Dirabanya payudara wanita itu yang berbalut daster mini ketat. Wanita itu mendesah, tangannya meraba selangkangan lelaki pujaannya. Diusapnya batang keras yang mulai menegang itu.

"Hmmmm....kamu nakal ya Narti..ouuhhh."

"Biarin...biar tahu rasa, Abi sudah menelantarkan anak kita," Narti mengerling manja.

Tangannya bergerilya membuka celana komprang lelaki yang mengenakan Kurta itu. Sementara si Lelaki juga tak mau kalah ditariknya celana dalam Narti, disibakkannya daster mini itu ke atas. Tangannya sibuk memilin-milin puting payudara yang sudah membengkak karena menampung persediaan air susu untuk si jabang bayi.

Narti mendesah menerima perlakuan mesum dari lelaki itu. Tangannya perlahan mencari-cari batang kesukaannya, diusapnya perlahan kepala jamur yang sudah membengkak, dimainkannya lubang kencing yang pernah menyirami rahimnya hingga mengandung. Kedua insan berlainan jenis kelamin itu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Leli bergegas keluar dari kontrakan Arief menuju ke kontrakannya. Perlahan tangannya menggapai gagang pintu kontrakannya, telinganya mendengar suara aneh dari dalam kontrakan Narti. Ditajamkannya telinga Leli, sejurus kemudian tersenyum paham. Sugiyono dan Narti memang pasangan muda, wajar kalau mereka siang-siang begini memadu kasih.

Leli memasuki kontrakannya, ditengok nya kedua anaknya yang terlelap dalam tidur mereka. Untung mereka tidak bangun saat dirinya sibuk bersetubuh dengan Arief.

Direbahkan tubuhnya disamping anaknya, kemudian berusaha memejamkan mata.

Tiba-tiba Leli terperanjat, bathinnya bergejolak penuh tanda tanya. Baru diingatnya Sugiyono pagi tadi berangkat kerja. Satpam itu memang jadwalnya tak tentu, kadang harus jaga malam, kadang jaga pagi. Tapi hari ini Leli yakin sekali jika Sugiyono berangkat pagi, karena pagi tadi mereka berpapasan di jalan sepulang Leli membeli nasi uduk di ujung gang sana.

Leli deg-degan dibuatnya, apakah Narti selingkuh? Atau memang Sugiyono menyempatkan pulang untuk makan siang. Rasa penasarannya membuat rasa kantuknya tiba-tiba menghilang.

Narti sedang mengangkang menerima jilatan dan sedotan-sedotan kasar dimemeknya. Tangannya meremas rambut lelaki yang sibuk di selangkangan Narti.

"Aaahhhh...aaahhhh....hmmm...Abiiiii...aku gak kuat..massuuukkiinnn Biiii...aahhhh..," tubuhnya menegang, menjemput orgasme akibat ulah mulut lelaki itu.

Lelaki itu menyeringai mesum berhasil membuat Narti kelojotan. Dirinya merangkak menaiki Narti, di gesek-gesekan kontolnya ke bibir memek Narti.
Narti hanya mendesah manja merasakan gatal pada memeknya akibat gesekan kepala kontol pada gerbang kewanitaannya. Perlahan kepala kontol itu menyeruak kedalam memek Narti.

"Ssshhh eeemmmhh.... ouuuwww... ahhhh memek kamu makin legit aja sayaaaanggghhh. Jepitannya makin berasa aja ahhhh."
Lelaki itu meracau merasakan nikmat luar biasa, Narti bukan wanita pertama yang disetubuhinya.

Namun memek Narti memang beda dengan istri-istrinya, bahkan pada saat istri pertamanya hamil pun, memek Narti tetap istimewa bagi dirinya. Dipompanya perlahan khawatir mengganggu janin dalam perut Narti, sementara kaki Narti melingkar di pinggul lelaki itu, pantatnya bergoyang seirama tusukan kontolnya.

Gerakan mereka terlihat syahdu, ritmis saling melengkapi. Seirama, perlahan namun tetap terlihat bertenaga. Desahan mereka berdua saling bersahutan, membentuk notasi yang membangkitkan birahi. Nada-nada mesra bergelora membahana menambah suasana semakin panas. Ahhhh....ahhhh...ahhhh....ahhh...
Hanya itu yang terdengar dari mulut Narti.

Suara kecipak kecipuk pertemuan kelamin mereka ikut meramaikan siang itu.
Ceplakkk...cplaaakkk... ceploookkk...jleb...jleb...jleb..pretttt..prooot...
Hingga kemudian keduanya menegang kembali.
Crooot...croott...serrr...seerrr...ahhhhhh..oouuhhh...grrrrhhhmmmm emmmhhhh.

Narti melenguh disusul lelaki itu menggeram nikmat. Si lelaki menggelosor ke samping Narti, Narti memiringkan tubuhnya menghadap si lelaki. Ditatapnya wajah teduh yang sudah memberikan kenikmatan padanya. Dimainkannya jenggot yang memanjang namun tertata rapih. Mereka berpelukan.

"Apa kabarnya anak Abi ini hah?" suara lelaki itu memecah keheningan, tangannya mengusap-usap perut buncit Narti.

"Baik-baik ya Nak..." lanjutnya.

Narti mencubit hidung si lelaki.
"Alhamdulillah baik Abi, aku rajin kontrol kok," jawab Narti.

"Syukurlah klo begitu, jaga baik-baik ya Dek anak kita," lelaki itu mencium mesra bibir Narti.

"Abi sudah transfer untuk keperluan melahirkan ya, kamu gunakan dengan baik," lelaki itu kembali berkata.

Narti merasa beruntung mendapatkan lelaki itu. Disembunyikan wajahnya pada dada berbulu, ditariknya sesekali bulu dada itu, dipilin-pilin manja sambil diciuminya keringat yang mengucur ditubuh lelaki itu.

Narti masih teringat kejadian 8 bulan yang lalu, pada suatu malam dimana suaminya Sugiyono bertugas jaga. Hawa panas dan gerah di dalam kamar kontrakannya membuat Narti memutuskan keluar sejenak mencari angin.

Tengah malam dimana seluruh penghuni terlelap, Narti berdaster mini keluar berdiri di teras kontrakannya. Dikibas-kibaskan rambutnya yang terasa gerah, tangannya diangkat keatas digerak-gerakan hingga daster mini itu terangkat keatas. Diputarkan tubuhnya ke arah kontrakan sebelah, mulutnya menganga kaget, terkejut melihat sosok lelaki paruh baya yang bertelanjang dada memakai celana komprang putih.

"Ehhhhhh...Pak Lutfi," sapa Narti gugup.

Diturunkan tangannya berusaha merapihkan dasternya yang tadi terangkat keatas.
"Belum tidur Pak?" sapa Narti berusaha mencairkan suasana.

"I...iiyaa Mbak...Mbak sendiri belum tidur?" sapa balik lelaki itu.

"Hehehehe belum pak gerah banget di dalam, sepertinya mau hujan," Narti menjawab pertanyaan Lutfi.

"Si Masnya belum tidur juga?" kembali Lutfi bertanya.

"Poohh .anu...suami saya jaga malam Pak," Narti ragu menjawabnya.

Matanya tertuju pada selangkangan lelaki paruh baya itu yang terlihat menggelembung, bayangan tonjolan di balik celana putihnya menyolok mata. Jantung Narti berdegup kencang, geloranya naik.

"Emmmmhhh masuk dulu Pak..mariii," sapa Narti menyudahi obrolannya.

Badannya berbalik, diraihnya gagang pintu kontrakan, ketika kedua tangan kekar membekapnya dari belakang. Diseretnya tubuh Narti kedalam kontrakannya. Dikunci kembali pintu itu, Narti masih berusaha melepaskan diri dari dekapan tangan itu. Tubuhnya dihempaskan diatas kasur sesaat kemudian lelaki itu menindih tubuhnya.

"Ouuuww...aaaawww....Pak..lepaskan Pak ...ahhh... saya gak akan bilang siapa-siapa, tapi lepaskan saya...jangan perkosa saya Pak..hikssss...hiksss.."

Narti menghiba, ketika lelaki itu berhasil menarik paksa daster mininya. Tubuhnya telanjang di depan lelaki yang bukan muhrimnya itu. Lutfi pun sudah membuka celana komprangnya, tampak kontolnya menegang panjang mencuat ke atas.

Narti bergidik, membayangkan kontol itu mengaduk-aduk memeknya. Meski dirinya bukan perawan lagi, namun ukuran kontol yang sedikit lebih besar dari milik Sugiyono itu membuat Narti ketakutan.

Lutfi menyergapnya dengan buas, digumuli tubuh Narti dengan rakus. Bibir dan tangan Lutfi bergerak kesana kemari mencari mangsa. Payudara Narti tak luput dari remasan dan pilinan tangan kekar Lutfi, memeknya dikobel-kobel jari Lutfi.

"Aahhh ...ooouuhhh ..Pakk.....sudaaaahhh...Pak....oooohhh...sudaahhhh..geliiii...geliiihhhh..ssshshh."

Desahan Narti membuat birahi Lutfi semakin naik. Bibirnya menyusuri payudara Narti, dikecupnya kedua puting itu kemudian turun kebawah menuju lembah kenikmatan. Dijilatinya klitoris Narti yang mengintip manja di tengah bibir memek. Narti menggelengkan kepala kekiri dan kekanan. Lutfi mencium aroma khas vagina Narti, dari aromanya Lutfi paham jika Narti sedang masa subur.

Disedotnya itil Narti, lidahnya mengeksplore memek Narti, mencium, mengenyot dan menggigit kecil setiap sudut memek Narti. Narti mendesah kencang ketika orgasme melandanya. Tubuhnya menggelepar. Penderitaannya belum selesai, ketika dirasanyakan batang itu mulai menusuk tajam. Lutfi menggeram kasar merasakan jepitan memek pink Narti yang masih terasa sempit karena belum pernah melahirkan.

"Memek anjiing..... sempiiiit banget ahhhhhh..... ssshhh.... aaaahhh."

Narti membuang mukanya malu. Lutfi bergerak kasar, dipompanya kontol itu keluar masuk memek Narti yang masih seret. Perlahan cairan pelumas mulai merembes keluar membuat kontol Lutfi semakin lancar membombardir Narti. Dengan terisak Narti menerima sodokan Lutfi

"...ahhhhh....hhmmm...aaahhh...hikkkksssss....hikkkssss....hikkksss....," desahan dan isakan Narti silih berganti, sementara Lutfi masih asyik bergoyang memaju mundurkan kontolnya, mengaduk-aduk rahim Narti.

Cleppp...cleeeppp...clleeepp...cloookkk...clooookkk ...cleeepp... suara perkelahian kelamin mereka terdengar syahdu. Perlahan kaki Narti melingkar dipinggul Lutfi, pantatnya pun perlahan bergerak mengikuti irama goyangan Lutfi.

Keduanya saling berpacu dalam birahi, hingga Lutfi merasakan spermanya sudah di ujung kepala kontolnya. Di cengkramnya pantat Narti kuat-kuat, Lutfi mengambil ancang-ancang menghujamkan dalam-dalam kontolnya ke rahim Narti untuk membuahinya.

Sadar akan bahaya yang menghadangnya Narti menarik pantatnya namun sia-sia, cengkraman Lutfi begitu kuat. Dan crooot.... croooot...crooot...seerrr...seerrr...semburan hangat sperma Lutfi membuat memek Narti menyemburkan cairan cintanya pula.

Begitulah, setelah malam jahanam itu, beberapa kali Narti berhasil disetubuhi Lutfi saat Sugiyono bertugas. Hingga suatu hari Narti merasa mual dan muntah-muntah di pagi hari.

Sadar akan kehamilannya, Narti membeli testpack di mini market depan gang. Dan hasilnya positif, Narti menangis bahagia bayi yang di nanti-nantikannya kini bersemayam dalam rahimnya.

Namun janin itu hasil persetubuhannya dengan Lutfi. Narti yakin sekali janin ini milik Lutfi tetangga misteriusnya. Selama dua minggu Narti beberapa kali disetubuhi Lutfi, di saat kondisi masa suburnya.

Dan selama itu pula suaminya Sugiyono sibuk dengan tugas jaganya dan tak pernah menyentuhnya. Ditengah kegalauan hatinya, Narti menyusun rencana untuk mengajak suaminya bercinta agar kesannya anak ini adalah hasil kerja suaminya.

Dibuangnya jauh-jauh testpack itu, dirapihkannya kamar kontrakannya. Dibuatnya senyaman mungkin untuk menyambut suaminya pulang kerja.

Narti bersolek, berusaha tampil cantik untuk suaminya. Keringat dingin mulai keluar dari pori-porinya.

*Bersambung ke Episode berikutnya*
Mantap banget suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd