Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Laeli, IRT Kesepian Pemuas Birahi

Episode 9 :

Siang berlalu senja pun mulai menampakkan wajahnya, sepasang manusia yang baru saja menyelesaikan perzinahannya, sedang berkemas memakai kembali pakaian yang berserakan di lantai kamar.
“Terima kasih ya dek, Om sudah di ijinkan menikmati tubuh indah mu” Pak Basyir membuka percakapan. Narti hanya terseyum manja, dia sibuk bersolek karena sesaat lagi Sugiyono suaminya pulang dari tugas.

“Om pamit dulu dek” kembali Pak Basyir berucap, kemudian mengecup kening Narti yang sedang mengoleskan perona pipi. “terima kasih kembali ya Om” Narti membalas dengan centilnya. Dicubitnya selangkangan Pak Basyir sejenak sebelum lelaki tua itu meninggalkan kamarnya. Pak basyir beranjak keluar kontrakan, setelah dirasa situasi luar aman, Pak Basyir perlahan membuka pintu kontrakan Sugiyono.

Saat bersamaan, Leli membuka pintu kontrakan nya hendak membuang sampah. Mata pak Basyir bertemu dengan mata Leli, keduanya tampak canggung, Pak Basyir memucat pasi, sedangkan Leli jadi salah tingkah. Sungguh Leli tak menduga Mertua Arief itu keluar dari kontrakan narti. Leli mencoba menenagkan diri, dilontarkannya senyuman menyapa pak Basyir. Sementara Pak Basyir hanya menyengir kuda, garuk-garuk kepala tanda tak gatal.

Leli gemetar didalam kontrakan nya setelah membuang sampah, hatinya bergejolak, menduga-duga apa gerangan yang sudah dilakukan Mertua Arief dengan Narti tetangganya. “Masa sih Pak Basyir berselingkuh dengan dek Narti??” Leli bergumam sendiri. Dia merasa yakin ada apa-apa antara Mertua Arief itu dan tetangganya, namun dia tak mau gegabah menuduh tanpa bukti yang jelas. “hmmmmmmm....ahhhhhhhh” Leli menarik nafas panjang, diliriknya anak-anak sedang asyik menonton TV, Leli hendak beranjak ke dapur ketika terdengar ketukan pintu.

Leli bergegas membuka pintu kontrakannya, terkejut Arief sedang berdiri tersenyum mesum kepadanya. Arief mendorong tubuh Leli ke dalam, ditutupnya pintu, dan ditariknya tubuh Leli ke Kamar. “Ehhhhh...ada om Alief, Om main kuda-kuda an yuuuukkkkk” anak pertama Leli menyambut kedatangan Arief. “Anak ganteng, sebentar ya Nak, Om mau main kuda-kuda an dulu sama Bunda” jawab Arief sekenanya. Leli melotot dan mencubit pinggang Arief. “ouuwwww...sakit tahu” Arief menjerit, “biariiiiinnnnn......se enaknya aja klo ngomong didepan anak-anak” Leli tampak marah.

“Iyaaa...maaf deh aku kan becanda aja, lagian emang aku kesini mau ngajak kamu main kuda-kuda an kok!!!” Arief memeluk tubuh Leli, Leli berusaha menghindar, “Massss.....aaahhhh anak-anak belum tidur” Leli berusaha mengingatkan Arief. Arief tak peduli dia terus melancarkan serangannya terhadap Leli, “Om boleh gak main kuda-kudaan sama Bunda, Sayang???” Arief sengaja mengajak ngobrol Anak Leli. “Boleh kok Om, tapi janji ya...habis sama Bunda main sama aku” celoteh anak Leli yang tak tahu maksud perkataan Arief.

Leli tak bisa lagi menghindar ketika dengan sigap Arief menerkam tubuhnya dan mendorong tubuhnya di atas kasur. Ciuman bertubi-tubi yang dilancarkan Arief membuat Leli gelagapan, “Ahhhhhhh...hmmmmm...cup...cup...cup..cup” suara pagutan bibir mereka bersahutan dengan suara film kartun yang sedang ditonton anak Leli. Anak itu tetap fokus pada layar TV tanpa peduli Ibunya sedang di zinahi tetangganya. Pakaian leli sudah berserakan dilantai, sementara Arief masih sibuk menjilati memek Leli yang sudah becek berlendir. “srrrlluuupppp...slruupppp...cup...cup...cup” seperti anak yang kehausan Arief menyedot dan menjilat setiap inchi dari memek Leli yang merekah pink.

Leli menggapai selimut disamping tubuhnya, ditutupinya tubuh telanjang mereka agar tak terlihat oleh anak-anak. Dibawah sana Arief masih sibuk menghisap dan menggigit Itil Leli, Leli menggeliat sesaat kemudian tubuhnya menegang cairan dibawah sana deras mengucur keluar. Arief dengan sigap menyedot habis semua cairan itu, “hmmmmm....hmmmm..seger Sayang, gurih....” ucapnya sambil tersenyum mesum. Leli hanya tergolek pasrah dirasakan batang itu mulai menggesek-gesek kelaminnya. “Ouuuuuuhhhhhhh ahhhhhhh.....ahhhhh...ssshhhhhhh” Leli mendesah panjang, ketika kontol Arief berhasil menerobos memek yang baru saja mengeluarkan cairan cinta.

“Ahhhhhh....shhhh...hmmmm.....memek kamu masih sempit aja Sayaaaaanggg....aaahhhhh...” Arief pun melenguh merasakan sensasi nikmat pertemuan kelamin mereka. Dipompanya pinggulnya menghujam tajam memek Leli yang terkangkang lebar. Ckckckckckcckk...ceplookkkkk...ceplakkkk....ceppploookk...clok....clok...clok.. suara itu beralun ritmis seirama dengan benturan pantat Leli dan kontol Arief. “Ahhhhh....Ahhhh....Ahhhh....Masssss...pelaaannnnn...Pelaaannnn” Leli merintih lirih menerima tusukan-tusukan tajam kontol Arief.

Arief semakin gencar dan buas memborbardir memek Leli, keringat mulai bercucuran. Anak Leli tetap tak terganggu dengan aktifitas Bunda dan Om Ariefnya dibawah kain selimut tebal itu. Arief menyedot puting payudara Leli bergantian kiri dan kanan, sambil tetap menggenjot Leli secara konstan. Clokkkk...cloookkkk...cllooookkk....ceplaaaakkk...ceplokkkk....clokkk... “Ahhhhhh.......ssssshhhhh...ouuuuhhhwww” Leli semakin kencang suaranya merasakan nikmat yang tiada tara di gagahi Arief. Arief sendiri merasa nikmat yang sama, dirinya selalu dibuat mabuk kepayang oleh rasa memek tetangganya yang baik hati ini.

“Akuuuuhhh mauuuu keluarrrr Sayaaaangggghhhh” Arief bergumam tak jelas. Leli mengencangkan kakinya menjepit pinggang Arief, dilumatnya bibir Arief maka bibir mereka saling membelit seirama dengan genjotan Arief dan Leli pun menegang.....”oooohhhhh......Ahhhhhhh......hmmmmmm.....” serrrr.....serrrr.....serrrr.... cairan orgasme Leli menyiram hangat kontol Arief. Arief memeluk pinggang Leli, dihujamkan nya keras kontolnya kedalam memek Leli menyemburkan benih-benih cinta. “ahhhhhhh...mmmmmm....sshshhhh...ahhhhh” Arief menggeram berbarengan dengan semburan spermanya memenuhi rahim Lei...croooootttt...croooot....croooot.

Sesaat keduanya terdiam, menikmati sisa-sisa pergulatan disenja hari. Arief menciumi mesra wajah Leli, bibir mereka kembali berpagutan. Hening tanpa suara, keduanya terlelap sejenak berpelukan. Hingga suara tangisan Bayi Leli membangunkan Leli dari tidurnya, digesernya Tubuh Arief yang masih memeluknya erat. Leli mengenakan kain untuk menutupi tubuh telanjangnya, meraih Bayinya kemudian menyusuinya. Sementara anak sulung Leli sudah terlelap disamping Arief, entah kapan anak itu tertidur tanpa diketahui Ibunya yang kelelahan mengayuh biduk asmara.

Tak berapa lama Bayi Leli tertidur, Leli beranjak kedapur dia mulai menghangatkan masakan yang tadi siang di masaknya. Setelah selesai Leli bergegas ke kontrakan Arief, tugas Leli memberikan makan pagi, siang dan malam untuk Arief dan mertuanya tetap harus dilaksanakan. Arief masih terlelap dikamar Leli, wajahnya mengulas senyuman kebahagiaan. Leli mengetuk pintu kontrakan Arief, “Yaaa...masuk” teriak pak Basyir dari dalam. Leli perlahan membuka pintu tersebut, ruangan itu kosong. Leli segera menaruh nasi dan lauk-pauknya dilantai, “Pak makan dulu, ini saya bawakan sayur lodeh” Leli bersuara menyilahkan Pak Basyir. Tak berapa lama Pak Basyir keluar dari dalam kamar, bertelanjang dada dan memakai sarung. Leli masih sibuk menata Nasi dan lauk pauknya dilantai membelakangi Pak Basyir.

Pak Basyir yang menyaksikan tubuh montok Leli meski berbalut gamis yang lebar, tak ayal membuat kontol Pak Basyir menegang. Direngkuhnya tubuh Leli yang sedang jongkok dari belakang, Leli tersentak didorongnya Pak Bastir kuat-kuat, namun kuncian tangan Pak Basyir terlalu kuat. “Pakkkk...ahhhhhhh jangaaannnnn Pak...saya sudha bersuamiiiiihhhh” Leli menjerit lirih. Dia berusaha melepaskan diri dari dekapan Pak Basyir, mendapat penolakan dari Leli Pak Basyir semakin beringas, ditariknya kerudung Leli dan diciumi tengkuk Leli hingga belakang telinga Leli.

Leli hanya mendesah kegeli-an “Ahhhhhhhhh.....shhhhhh......Paakkkkkk.....sudaahhh lepaskan saya...hiksss...hikkksss...hikkks....” Leli mulai menitikkan air matanya. Pak Basyir berusaha menaikan gamis Leli keatas, dibalikannya tubuh Leli, sekarang mereka berhadapan. Pak Basyir menindih tubuh Leli dengan ketat, di bukanya gamis itu keatas hingga terpampanglah memek Leli yang becek masih mengeluarkan sperma Arief. Tangan Pak Basyir menjamah memek ranum Leli, diusapnya celah surga itu dan jarinya mulai menerobos jalan sempit. “Hmmmmmm...kamu habis ewe ya?” “ini sperma siapa???” Pak Basyir melihatkan jarinya yang belepotan lendir kedepan mata Leli, dekapannya mengendur. Kesempatan itu digunakan Leli untuk menendang tubuh Pak Basyir. Lelaki tua itu menjengkang tak siap dengan serangan mendadak perempuan montok yang sedang di gagahinya.

Secepat kilat Leli bangun kemudian keluar kontrakan Arief, meninggalkan Pak Basyir yang mengerutu karena buruannya lolos. Leli terengah-engah dikuncinya rapat-rapat pintu kontrakan kemudian mengintip keluar khawatir Pak Basyir mengejarnya. “Kamu dari mana??? Aku bangun kamu sudah gak ada” Suara Arief mengagetkan Leli yang sedang mengintip keluar. “Anuu...anu...aku habis ngantar makan malam untuk Bapak” Jawab Leli. Leli memang selalu memanggil Pak Basyir dengan Bapak, meski berkali-kali Pak Basyir memintanya memanggil Om. Namun Leli merasa tidak sopan saja jika memanggil mertua dari lelaki yang diam-diam sudah dianggapnya sebagai suaminya.

Arief menghampiri Leli, “Kerudung mu mana??? Dan bajumu kenapa berantakan begini?” Arief menyelidik. Leli takut, dia tadi tak sempat menyambar kerudungnya, yang ada dibenaknya tadi hanya segera lari dari cengkaraman tua bangka itu. “Emmmmhhh...emmmhhh...anu..itu tadi...hmmmm..anu” Leli gagap berusaha menjelaskan. “Itu kerudung ku, tadi buru-buru buka gerah, belum sempat mandi juga” Leli menunjuk kerudung yang tergeletak dipojok ruang tamunya. Beruntung ada kerudung yang tergeletak menyelamatkannya. Leli tak mau bercerita terus terang tentang baru saja yang terjadi, dirinya khawatir akan ada pertumpahan emosi antara menantu dan mertua tersebut.

Leli memutuskan diam merahasiakan kejadian ini dari kekasihnya. Dihampirinya Arief yang masih telanjang, diciumnya bibir lelaki pejuang kemanusiaan itu. Diraihnya tangan Arief kemudian diarahkan ke selangkangannya, “Nihhhh.....aku masih becek belum sempat cebok tadi” Ucapnya. Arief merasakan jarinya berlendir, dipagutnya bibir wanita montok itu kemudian perlahan dibawa nya ke kamar mandi. Arief dan Leli tenggelam dalam aktifitas mandi junub, saling menggosok badan dan saling menyabuni.

Tak memakan waktu lama kegiatan mandi mereka selesaikan, Leli kemudian memakai baju kembali dan menyiapkan makan malam. Berdua seumpama sepasang suami istri, Arief dan Leli menghabiskan santapan makan malam. Malam semakin larut, masing-masing penghuni kontrakan sibuk dengan urusannya, begitupun dengan Arief dan Leli, mereka berdua sibuk menggayuh lautan birahi. Malam itu dihabiskan mereka untuk mereguk madu asmara sepuasnya, Arief tidak pulang ke kontrakannya menyisakan Pak Basyir yang bengong sendirian. Beberapa saat lalu menantunya mengabarkan lewat telpon genggamnya jika malam ini dia tidak pulang karena ada tugas mendadak dari kantornya.

Pak Basyir gelisah, ingin rasanya mengetuk pintu kontrakan Leli dan meminta maaf, namun dia khawatir perempuan montok itu akan histeris sehingga membangunkan warga sekitar, maka diurungkan niatnya untuk mengunjungi Leli. Pak Basyir kemudian membayangkan tubuh hamil Narti, sambil tersenyum Pak Basyir menuju kontrakan Narti. Namun baru beberapa langkah dirinya ingat kalau Sugiyono maghrib tadi sudah pulang kerja. Langkahnya gontai kembali ke dalam kontrakan, malam itu dihabiskan Pak Basyir untuk mengkhayal hingga kantuk menjemput.

*Bersambung ke Episode Berikutnya*
Bener2 ngalirrr dah mantaap huuuu...
 
Bimabet
Episode 10


Pagi hari itu, suasana kontrakan Leli seperti biasanya, masing-masing penghuni sibuk dengan kegiatannya. Leli masih terlelap dalam dekapan Arief, semalaman mereka memadu kasih seolah dunia milik berdua. Pak Basyir masih menonton TV menyimak berita pagi hari, sejak Subuh tadi dia menunggu-nunggu kedatangan Leli yang biasanya mengantarkan sarapan pagi buat dia dan menantunya Arief, namun hingga mentari mulai menyinari bumi Leli tak kunjung datang juga. Pak Basyir gelisah, namun dia juga tidak berani mengetuk kontrakan Leli, khawatir perempuan montok itu melaporkan perbuatannya semalam.

Sari, gadis pramuniaga yang juga istri simpanan Lutfi sudah beranjak bekerja, kondisi ibunya sudah mulai membaik setelah menjalani operasi dan pengobatan rutin. Lutfi masih membantu ekonomi Sari, sebagai suami beliau sangat bertanggung jawab dan tentu saja Lutfi rutin mengunjungi Sari di malam-malam tertentu untuk mengambil haknya sebagai suami Sari.

Kesibukan yang mencolok terjadi di kontrakan Sugiyono dan Narti, mereka berdua sibuk berkemas untuk pulang kampung. Sugiyono mengambil cuti tiga hari mengantarkan istrinya pulang ke desa dan berencana melahirkan di sana. Setelah semuanya siap, Sugiyono bersiap menunggu taksi online untuk mengantarkan mereka berdua ke Stasiun Senen.

“Wahhhh mudik nih ceritanya Mas??” Lutfi menyapa Sugiyono yang sedang mengamati jalan, khawatir taksi online pesanannya tiba.

“Ehhhh....iya Pak, titip kontrakan ya Pak!” Jawab Sugiyono sesopan mungkin, dia cukup segan pada lelaki paruh baya tetangganya ini, yang sering kali jadi tempat curhatnya terutama soal agama dan kehidupan rumah tangga.

“Berapa hari rencana mudiknya Mas?” Lutfi kembali bertanya.

“Ahhhh gak lama kok Pak, Cuma tiga hari aja, cutinya gak bisa lama soalnya dari kantor,” Sugiyono menimpali.

“Mas....sudah datang taksinya?” tiba-tiba Narti keluar menghampiri, sesaat matanya menangkap sosok Lutfi yang mengawasinya dengan tatapan nanar. Narti buru-buru menunduk berusaha menenangkan diri.

“Sudah dekat ya perkiraan lahirnya Mbak??” Lutfi berusaha mengajak Narti bicara.

“Ehhhhh...iiyaaa Abi...Ehhhh...anu...Pak,” Narti gugup.

Lutfi tersenyum nakal, tanpa di ketahui Sugiyono yang masih mengamati jalan, Lutfi mengerling mesum kepada Narti yang semakin salah tingkah dibuatnya.
“Wahhhhh bakal kesepian nih......,” Lutfi kembali bersuara dengan nada menggantung.

“Ahhh...bisa aja Pak Lutfi ini....wong kontrakan rame gini kok. Itu masih ada Mbak Leli, Mas Arief dan Sari. Pak saya pamit yaa, mohon do’anya agar persalinan nanti lancar,” Narti berusaha mengalihkan pembicaraan, menghampiri Lutfi untuk bersalaman.

“Jaga anak Abi ya dek!” Lutfi berbisik ketika Narti sudah berada tepat didepannya, sementara Sugiyono masih konsentrasi dengan jalan raya.

“Mi.....ini Mas Sugiyono dan Mbak Narti pamitan mau pulang kampung...!!” Lutfi berteriak memanggil istrinya.

Tak berapa lama muncul perempuan bercadar menghampiri mereka, Narti tersenyum ramah mengulurkan tangannya yang disambut hangat oleh perempuan misterius itu, mereka berdua berpelukan hangat.
“Hati-hati dijalan ya Mbak, jaga diri baik-baik, semoga persalinannya lancar dan dimudahkan Allah SWT.” Bening sekali suara perempuan itu,

“Terima kasih Mbak...” jawab Narti, berusaha mengamati siapa sebenarnya wanita dibalik cadar ini.

Sebenarnya Narti beberapa kali bertemu dengan Fatma, istri Lutfi namun dia ragu apakah perempuan di depannya ini Fatma atau yang lain. Karena setahu Narti istri Lutfi yang tinggal di kontrakan ini beda-beda orangnya, Lutfi pernah bercerita sehabis mereka bercinta bahwa istri simpanan Lutfi yang di kontrakan disini sudah berganti tiga kali. Nah yang pernah berinteraksi dengan Narti adalah perempuan yang bernama Fatma, entah istri yang ke berapa. Fatma gadis pintar mahasiswi perguruan tinggi negeri terkenal itu harus menerima nasib dinikahi Lutfi secara kontrak demi kelancaran biaya pendidikannya. Narti dan perempuan itu terlibat obrolan yang hangat, hingga taksi online pesanan mereka datang menjemput.

Narti yakin perempuan itu Fatma, dari suara dan gestur tubuhnya, Narti meyakini bahwa perempuan yang ada di dekatnya ini adalah Fatma.

“Mbak aku pamit ya, titip kontrakan....” Narti mengucapkan salam perpisahan, mereka kembali berpelukan kemudian melambaikan tangan lalu semuanya kembali seperti sediakala.

Di ujung kontrakan, Pak Basyir mengamati dari ambang pintu, hatinya kecewa Narti pergi tanpa pamitan kepadanya. Menantunya belum kembali juga, telepon genggamnya tidak aktif ketika tadi dia mencoba menghubunginya. Leli pun tak nampak batang hidungnya, sementara perutnya mulai keroncongan lapar.

“Pak....sini ngopi..!!!”
Pak Basyir kaget, sadar dari lamunannya mendengar teriakan memanggilnya. Ditatapnya lelaki yang barusan saja berteriak,
“Ehhhh....iya..makasih..***k usah repot-repot Pak” jawab Pak Basyir berusaha menolak secara halus.

“Ayooo sini temenin saya, sepi nih gak ada orang” lelaki itu memaksa.

Pak Basyir akhirnya beranjak menghampiri, dihulurkan tangannya
“Basyir....”

Lelaki itu menerima uluran tangannya,
“Saya Lutfi."

Keduanya kemudian terlibat obrolan ngalor-ngidul ditemani dua cangkir kopi dan sepiring pisang goreng hangat.
“Hahahahahaha bisa aja nih Pak Basyir,” tiba-tiba Lutfi tertawa lebar mendengar joke yang dilontarkan Pak Basyir.
Fatma menghampiri mereka berdua membawa ceret yang berisi kopi panas, menuangkan kembali ke dalam gelas yang menganga kosong. Mata Pak Basyir melotot seolah-olah menelanjangi tubuh Fatma yang terbungkus rapih gamis lebar dan cadar itu.

Kelakuan Pak Basyir tak luput dari pengamatan Lutfi, sejurus kemudian menyunggingkan senyuman aneh dibibirnya.
“Usia berapa sekarang Pak” tanya Lutfi.

“Wahhhh sudah tua saya Pak, jalan 60 tahun” Pak Basyir menimpali.

“Beda 3 tahun aja sama saya...hehehhehee...., tapi masih kelihatan muda kok, saya aja kalah gagah lho Pak hehehehe...Masih kuat kayaknya nih???” Lutfi berkomentar atau bertanya lebih tepatnya.

“Kuat apa nih??? Hahahahahaha” Pak Basyir balik bertanya.

“Kuat diranjang Pak hahahahhaa” Lutfi berkelakar.

“Ohhhh klo itu sih jangan ditanya deh...hehehehhehe, panggil Basyir saja Mas, kita kan gak beda jauh usianya,” Pak Basyir percaya diri menjawab.

Keduanya lalu tertawa kembali entah apa yang mereka tertawakan, obrolan semakin sengit dan sudah menjurus ke urusan seksual. Tak terasa waktu berjalan, matahari mulai menaik ketika Pak Basyir merasa kebelet buang air kecil.
“Maaf mas, pamit sebentar ke toilet,” Pak Basyir undur diri,

"Ehhhh mau kemana Mas Bas, disini aja itu pakai toilet di dalam saja,” Lutfi menawarkan.
“Ehhhh....iya boleh, Mas”.

Lutfi beranjak ke dalam diikuti Pak Basyir, keduanya terbelalak mendapati Fatma yang sedang mandi tanpa menutup pintunya. Jakun Pak Basyir turun naik, dadanya gemuruh, kakinya sedikit gemetar. Sementara Lutfi menyaksikan Pak Basyir hanya tersenyum licik,
“Sebentar Mas, toiletnya sedang dipakai istri saya” Lutfi mencoba mencairkan suasana.

"Ehhhhh..iyyaaa...anuu..***k..papa.. Mas..waduhhh..maaf saya gak tahu lho,” Pak Basyir salah tingkah.

“Mas tunggu diluar sebentar ya” Lutfi meminta pak Basyir menunggu.

" Ehhhh iyaaa siiap, Ndan” Pak Basyir spontan jiwa prajuritnya keluar, Lutfi hanya terkekeh.

Fatma yang asyik membasuh tubuh tak tahu kalau di luar sana dua lelaki buaya sedang menyaksikan dirinya mandi, dia tetap melanjutkan aktifitasnya hingga selesai kemudian meraih handuk dan keluar menuju kamar tidur.
“Ehhhh Abi....kaget aku kirain siapa,” lembut Fatma menyapa Lutfi.

“Wahhhh istri Abi dah cantik dan segar, nih...minum ini hadiah dari Abi biar tambah segar dan cantik hehehehehe” Lutfi menyodorkan minuman yang tanpa sepengetahuan Fatma sudah dicampur obat perangsang.

Lutfi tersenyum ketika Fatma dengan cepat menenggak habis minuman itu, dipandanginya Fatma yang kemudian memakai baju dan menyisir rambutnya. Fatma gelisah, dia heran kenapa tiba-tiba gairahnya mendadak naik, sambil menyisir dia berusaha menghilangkan rasa gatal yang menyerang vaginanya.

Semakin dilawan rasa gatal itu semakin menyerang tajam, Lutfi menghampiri istrinya, dipeluknya dari belakang kemudian diciuminya telinga dan leher Fatma.

"Ahhhhhhhh Abi....kok...Umi gatal ya.....?” Fatma mendesah sayu, matanya meredup.

Lutfi menarik sehelai kain hitam kemudian menutup mata Fatma,
"Sssssttttt....ikuti Abi ya...kita akan main game,” Lutfi berbisik mesra ketika Fatma berusaha menolak ditutup mukanya.

“Sekarang pura-puranya Umi diperkosa orang gak dikenal, bayangin Abi ini pemerkosa yang Umi gak kenal ya...,” Lutfi menerangkan keinginannya. Fatma hanya mengangguk kecil, Lutfi kemudian keluar didapatinya pak Basyir masih diteras kontrakannya. Diajaknya pak Basyir kedalam, Pak Basyir heran melihat Fatma tertutup matanya dan sedang meremas-remas sendiri payudaranya. Lutfi menempelkan telunjuk di depan bibirnya membuat kode agar Pak Basyir tidak mengeluarkan suara.

Pak Basyir bingung namun mengikuti juga arahan Lutfi, Lutfi, menunjuk ke arah kamar mandi, pak Basyir bergegas ke sana membuang hajatnya. Setelah selesai Pak Basyir keluar namun ditahan oleh Lutfi, dengan kode tangan Lutfi meminta pak Basyir tetap ditempat. Lutfi mendekati Fatma sambil melepas seluruh pakaiannya, diraihnya gamis Fatma kemudian dilepaskan dari tubuh Fatma. Pak Basyir menelan ludah menyaksikan tubuh putih Fatma.

Lutfi mencaplok payudara Fatma dan menjilatinya bergantian kiri dan kanan.
"Ahhhhhhhh...enaaakkkk Bi.....teruusssssss ahhhhhhh....” Fatma mendesah, Lutfi menelusuri dada dan perut istrinya, dibimbingnya agar terlentang di atas tempat tidur.

Pak Basyir yang masih mematung bingung hanya bisa menelan ludah menyaksikan live show gratisan itu. Lutfi yang paham kondisi Pak Basyir memberikan isyarat agar Pak Basyir mendekat dan membuka pakaiannya. Ragu Pak Basyir mendekat sambil gemetar membuka perlahan-lahan pakaiannya. Kini didalam kamar itu dua lelaki paruh baya bertelanjang dengan kelamin yang tegak mengeras siap menggarap perempuan muda yang tak tahu jika sebentar lagi dia akan digarap berdua.

Fatma membuka kedua pahanya, ketika jilatan Lutfi mulai menyerang bagian terlarangnya. Diraihnya kepala suami yang sedang sibuk mengenyoti itilnya,
"Sssshhhh...ahhhh....ahhhhh....ahhhh....sshhhhh, enaaak Biiiii...terusssss ahhhhh ssshhhh,” Fatma kelojotan, cairannya mengucur deras.

Lutfi bergeser perlahan, dimintanya pak Basyir menggantikan posisinya. Pak Basyir menggeleng, Lutfi meyakinkan Pak Basyir dengan isyarat, kemudian perlahan Pak Basyir mendekati Fatma. Dirabanya memek Fatma yang becek berwarna pink, cairan cinta Fatma dijilati pak Basyir dengan penuh nafsu, Fatma yang tak tahu suaminya sudah berganti posisi hanya mengeluarkan desahan-desahan panjang.
"Srluuuuup....slruuuppp...ccckkkk...ceeekkkk....ccckkk...hmmm”
Pak Basyir sibuk menyedot dan menjilati memek Fatma.

Lutfi duduk di ujung kasur menyaksikan istrinya sedang dinikmati lelaki lain yang baru dikenalnya. Sementara itu, Arief juga sedang sibuk menggenjot Leli entah sudah berapa kali dia menyirami rahim perempuan itu, dan Arief merasa tak pernah bosan menyetubuhi tetangga yang baik hati dan tidak sombong. Leli asyik bergoyang dibawah himpitan tubuh Arief, tubuhnya sudah lemas karena orgasme berkali-kali disetubuhi pejuang kemanusiaan pujaannya.

“Ahhhhhh......ooouuwwww...ooohhhh....gggrrrrrmmmmm.....ahhhhhh.....”
Crooot...croooot...crooot untuk kesekian kalinya Arief menyemprotkan spermanya. Leli mengejang kemudian vaginanya menyemburkan cairan kenikmatan yang bercampur dengan sperma Arief. Keduanya menarik nafas panjang, menikmati sisa-sisa pergulatan haram.

“Aku pamit dulu ya sayang, terima kasih sudah memuaskan aku...cupp...cuppp...cuppp” Arief berpamitan mengecup kening Leli yang masih terbaring lemah. Arief mengenakan kembali pakaiannya, kemudian keluar perlahan menuju kontrakannya.

Dibukanya kontrakan itu, sepi tak nampak mertuanya ada, Arief bertanya-tanya kemana kira-kira mertuanya pergi. Dihubunginya telepon genggam pak Basyir, terdengar nada dering. Rupanya mertuanya tak membawa telepon genggamnya yang masih rapih tersambung dengan kabel charger. Arief terlalu letih untuk memikirkan ke mana perginya sang mertua, direbahkannya tubuh letihnya kemudian terlelap dalam alam mimpi.


*Bersambung ke Episode berikutnya*
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd