Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Laeli, IRT Kesepian Pemuas Birahi

Episode 14

Sugiyono perlahan menciumi tengkuk Leli, harum tubuh Leli sudah membangkitkan gairah kelelakiannya. Lelaki manapun akan bernafsu jika tidur dan berpelukan dengan perempuan montok nan menggoda serupa Leli, terlebih Sugiyono yang sedang ditinggal istrinya. Ibarat kucing bertemu ikan tentu saja akan segera dilahap ikan tersebut.

Leli mendesah manja,
“Ahhhhhhhhh....shhhhhh....ahhhhhhh....Masssss.....hmmmmmmm,”
Entah mengapa Leli begitu mudah menyerahkan dirinya kepada Sugiyono.

Mendapatkan lampu demikian hijaunya dari Leli menjadikan Sugiyono semangat empat lima, tangannya mulai bergerilya menjamah tubuh Leli, halus dan lembut kulit tubuh Leli terasa di tangannya. Dirabanya setiap jengkal tubuh Leli, sarung Pak Basyir yang tadi melekat rapih kini posisinya sudah tidak beraturan. Leli menggelinjang merasakan sentuhan jemari Mas Satpam pada setiap inchi kulitnya, seperti tersengat aliran listrik. Sugiyono membalikan tubuh Leli terlentang, dibukanya kedua paha putih yang montok menggoda, Sugiyono perlahan menaiki Leli yang mengangkang. Kedua puting Leli kini menjadi sasaran bibir Sugiyono, lahap sekali Sugiyono mencaplok puting yang tegak menantang dengan warna kecoklatan. Payudara yang putih seumpama pualam, kenyal dan berisi ASI yang penuh menjadi bulan-bulanan Pak Satpam.

“Hmmmmmmm...cup....cuppp.....cuppp....ckottttt....clookkkk.....ckckckck..cup,”
Sugiyono berusaha meninggalkan tanda merah diatas payudara Leli. Leli semakin pasrah, birahinya memuncak dan menuntut penyelesaian.
“Auuuuwwwww.....ahhhhh...pelllaaaan Masss...sakiiit....geli....aaahhhhh...shhhhh.”
Erangan dan jeritan Leli terdengar lirih bersahutan dengan kenyotan dan hisapan bibir Sugiyono.

Lidah Sugiyono perlahan berpindah wilayah setelah puas menjelajah dan menguasai payudara, kini perut dan bawah perut menjadi incaran Sugiyono untuk melakukan ekspansinya.

“Woooowww....harum dan menggoda sekali memeknya sayang....shhhhh....ahhhhh,”
Suara Sugiyono terdengar parau menahan birahi, matanya takjub menatap memek tembam yang merekah merayu mengajak Sugiyono untuk berbuat lebih nakal. Leli tersipu malu memalingkan wajahnya dan berusaha menutup kedua pahanya, yang di tahan oleh tangan Sugiyono. Perlahan dan pasti wajah Sugiyono mendekat ke memek Leli, ada memar masih terlihat disana, sejenak Sugiyono merasa kasihan dan iba, tapi birahinya memuncak menutup logika berpikir Sugiyono.

Lidahnya menjulur, “Cupppp....cuppp...slruupppp.....slruuuuuuppp.....cuppp..ckckckckckcck...shhhhhpppppp....shhpppppp”
Leli bergidik, rasa sakit namun nikmat menjadi satu, rasa nyeri dan geli bercampur baur, silih berganti menyerang syaraf kenikmatan wanita sholehah itu.
“Ahhhhh....ouuuuhhhh....auuuuwww....ahhhhh...Mas, sakiiit.....shhhhhh”
Memar akibat perbuatan bandot tua itu masih meninggalkan rasa di area sensitif itu. Lembut sekali Sugiyono berusaha memberikan kenikmatan pada memek Leli yang baru saja diperkosa secara brutal oleh Pak Basyir.

Tiba-tiba Sugiyono bangkit dan ngeloyor ke dapur, Leli kaget merasa kehilangan. Diliriknya petugas keamanan yang telah mengamankan dirinya dan kedua anaknya itu, matanya terus mengekori langkah Sugiyono. Tak berselang lama Sugiyono membawa baskom kecil berisi air hangat dan handuk kecil, ditaruhnya baskom itu di sisi kasur. Handuk kecil itu diperasnya perlahan kemudian ditempelkan pada memek Leli, sensasi hangat menyengat memek Leli airmatanya menetes antara terharu dan menahan rasa nyeri di bagian vitalnya. Pelan Sugiyono mengusapkan handuk itu menyapu labia mayora, Leli menggelepar berulang-ulang menerima usapan handuk hangat di bibir memeknya.

Setelah dirasa cukup, Sugiyono kembali menjilati memek tembam itu perlahan-lahan, disedot dan dihirupnya aroma khas kelamin perempuan yang sedang dilanda birahi. Leli kembali mendesah dan menggelinjang, tangannya mencengkram kepala lelaki yang sedang sibuk menikmati lubang surgawinya. Dijambaknya rambut Sugiyono. Tubuhnya menegang, pantatnya terangkat mengejar mulut Sugiyono dan menyemburlah cairan kenikmatan Leli, mendapatkan treatmen dari bibir Sugiyono.

Leli menggelosor lemas, matanya sayu menatap Sugiyono yang tersenyum puas. Dibukanya celana panjang sekaligus celana dalamnya. Kontol Sugiyono mengacung tegak mencari mangsa.
Leli menatap nanar batang kokoh itu, batang yang serupa dengan kontol Sulaeman namun berkepala lebih besar dan berwarna sedikit gelap.

Seperti terhipnotis Leli perlahan bangkit dari tempat tidur, tangannya meraih kontol Sugiyono, dikocoknya perlahan kemudian ditariknya kearah mulutnya. ‘Hap’ bibir tebal Leli langsung melahap kepala jamur itu. Disedotnya kuat-kuat yang membuat Sugiyono mengejan dan meracau jorok.
“Aaaahhhhh...anjiing sepongannya enak banget......aahhhhh....Shhhhh...bangsat."

Leli tetap fokus pada tugas membuat puas suami tetangganya itu. Sugiyono memaju mundurkan pantatnya mengentoti mulut Leli yang menjepit kuat kepala dan batang kontolnya. Lidah Leli bergerak lincah menyesapi, mengenyot kepala dan batang berurat milik Sugiyono.

Tak berapa lama Sugiyono menarik kontolnya dari mulut Leli, dia tak mau ngecrot di dalam mulut perempuan montok itu. Didorongnya Leli kebelakang agar terlentang, kontolnya diarahkan mendekati bibir memek, diusapnya berkali-kali bibir memek itu dengan kepala kontolnya. Leli mengerang nikmat, pantatnya bergerak maju berusaha menjemput batang keras itu. Dan Blessssshhhh...

"Ahhhhhh.....ouuuwww...hhmmmmm...grrmmmmm,"
Erangan dan desahan kedua insan yang sedang lupa daratan itu terdengar silih berganti bersahut-sahutan. Leli merasa ruang hampa di vaginanya kini terisi penuh. Sugiyono sendiri merasakan sensasi jepitan memek tembam itu begitu melenakan. Jika di bandingkan dengan istrinya, ibarat makanan tongseng ayam dan tongseng kambing sama enaknya di lidah Sugiyono. Memek Narti mengenyot lembut namun intens, tapi memek Leli juga menggigit manja meski dua anak telah lewat dari celah sempit itu. Belum lagi sensasi hangat dan becek di kedua memek itu yang tiada bisa diungkapkan dengan kata-kata mutiara.

Sejenak Sugiyono mendiamkankan kontolnya. Matanya terpejam, kepalanya menengadah ke atas meresapi rasa memek Leli yang kini berhasil dia tembus dengan mudah. Sejurus kemudian Sugiyono mulai memompa Leli, perlahan kemudian meningkat hingga kecepatan tinggi.
“Clepppp...Jlebbbbb...cloookkkk...cleekkkk...cloooppp....plokkkk...plokkkk,”
Bunyi paha Sugiyono yang membentur memek Leli.

Leli bergoyang perlahan kemudian memutar cepat mengikuti irama sodokan-sodokan Sugiyono. Kedua insan itu saling menyerang, saling bergoyang, peluh mulai menetes di tubuh masing-masing, suara desahan dan erangan bersahutan menghiasi kamar Sugiyono. Pergulatan sengit itu berlangsung kurang lebih 40 menit, hingga kemudian keduanya mengejang, melolong kesetanan didera rasa nikmat dan gelombang orgasme yang susul menyusul.
“Aaahhhhhh....ooouuuhhhhh.....seerrrrr....seerrrrr......creeeeettttt.....crooootttt....croooott......crooot,”
Beberapa semburan memek Leli disambung dengan muncratnya sperma Sugiyono memenuhi liang vagina Leli. Sugiyono memeluk erat tubuh Leli, dikecupnya kening Leli dan kedua matanya, tubuh Sugiyono perlahan ambruk disamping tubuh Leli. Mata Sugiyono terpejam sambil tetap memeluk tubuh halus montok disampingnya.

Kokok ayam membangunkan kedua insan yang masih berpelukan dan kelamin mereka masih saling menempel satu sama lain. Leli perlahan mengerjapkan matanya, diliriknya tubuh lelaki perkasa yang semalam tadi telah menghajarnya hingga lemas. Leli berusaha bergeser melepaskan diri, namun fatal gerakannya justru malah membuat kontol Sugiyono perlahan ngaceng. Sugiyono membuka matanya dan merasakan kontolnya lapar menegang mencari mangsa. Sugiyono tersenyum mesum kemudian kembali bergoyang perlahan menyetubuhi Leli yang hanya pasrah mendesah, tak lama morning sex tersebut berakhir dengan sempurna meninggalkan nikmat berlipat ganda pada kedua insan yang sedang terbakar gelora asmara.

Keduanya kemudian mandi, saling menggosok dan mengusap, meraba dan menyabuni tubuh mereka. Tak ada adegan mesum lagi di dalam kamar mandi sederhana itu. Keduanya kemudian mengambil handuk dan mengelap tubuh basah mereka.

Seperti hasil kesepakatan malam tadi bahwa pagi ini keduanya akan menghadap ketua RT dan melaporkan kejadian semalam. Pak RT mendengarkan dengan seksama penuturan Sugiyono dan Leli soal kekerasan yang di lakukan oleh Pak Basyir dan percobaan perkosaan. Sengaja Leli dan Sugiyono tidak menceritakan secara detail bahwa Pak Basyir sudah berhasil memperkosa Leli dua kali, yang disampaikan hanya percobaan pemerkosaan dan tindakan kekerasan berupa penamparan di wajah Leli yang dilatarbelakangi tuduhan perselingkuhan antara Leli dan menantunya Pak Basyir, Arief.

Pak RT menerima laporan tersebut kemudian menyarankan Leli dan Sugiyono untuk lapor ke kantor polisi terdekat. Leli menatap Sugiyono meminta persetujuan, Sugiyono menganggukan kepala, keduanya pamit undur diri kemudian bergegas kembali ke kontrakan untuk mengambil kedua anak Leli yang sedang terlelap tidur. Jarak Polsek terdekat itu 10 km, Leli khawatir jika anaknya ditinggal di kontrakan tanpa ada yang mengawasi, ditambah lagi urusan di Polsek mungkin akan memakan waktu yang cukup lama. Leli menggendong bayi, Sugiyono membantu menggendong si Sulung keduanya berangkat menggunakan taksi online.

Takut-takut Leli melangkahkan kakinya kedalam kantor polsek menuju pengaduan masyarakat. Sugiyono menguatkan. Keduanya duduk berdampingan di depan meja, seorang polisi duduk sigap dengan sebuah mesin ketik jaman dahulu kala di depan mereka. Leli bergetar menceritakan kronologis kejadian seperti yang disampaikan mereka didepan pak RT.

“Jadi Ibu ini dipukul diwajah dua kali?”
Polisi itu bertanya tajam,

“Iyyaa Pak,”
Leli menjawab takut.

“Terus di bagian mana lagi dipukul?”
Kembali pertanyaan tegas disampaikan Polisi.

“Nggak ada lagi Pak,”
Leli menjawab mantap.

"Ok...baik...hmmmm...tadi Ibu bilang pelaku mencoba memperkosa Ibu?”

“Betul Pak...”
Leli menjawab sedikit menundukan kepala.

“Baru mecoba atau sudah terjadi Bu??”
Polisi berusaha menyelidik.

Leli kaget mengangkat wajahnya menatap Polisi tersebut,
“Beeeluum Pak..Bbbbelum..”
Leli menggeleng gugup.

“Baik Bu...kami perlu bukti visum yang menguatkan pemukulan yang terjadi, silahkan ibu ke belakang kantor ini disana ada klinik khusus melakukan visum, hmmmm...Bapak ini siapa? Suami Ibu?”
Polisi menatap Sugiyono.

Leli melirik Sugiyono, Sugiyono sigap menjawab,
“Bukan Pak, saya tetangga sebelah kontrakannya yang saat kejadian perkosaan.. Ehhhh.....hmmm pemukulan maksud saya menyaksikan sendiri, saya mencoba melerai pelaku tapi terlambat Pak. Setelah pemukulan Pelaku kabur melarikan diri”.

“Silahkan ke klinik, ini surat pengantar dan catatannya serahkan ke petugas disana Bu”
Polisi tadi memerintah.

Leli dan Sugiyono berdiri lalu menuju belakang kantor menuju klinik sesuai arahan Polisi tadi. Sugiyono merangkul pundak Leli yang kelihatan takut dan ragu untuk melanjutkan laporan ini.

Tiba di depan bangunan terpisah dari kantor polsek tadi, mereka segera mencari petugas yang berjaga. Seorang Polisi bertampang sangar menyambut mereka berdua. Leli menyerahkan berkas yang dibawanya tadi. Polisi itu membaca sejenak kemudian memperhatikan Leli dari atas ke bawah kemudian beralih ke Sugiyono.

“Bapak dan anak-anak tunggu di sini, Ibu ikut saya ke dalam.”
Tegas Polisi itu memberikan perintah.

Leli menyerahkan bayinya. Sugiyono mengambil bayi itu setelah sebelumnya mendudukkan si Sulung pada bangku berjejer yang terdapat di teras bangunan itu. Leli melangkah mengikuti Polisi tadi menuju ruang dalam memasuki sebuah ruangan periksa. Terdapat beberapa peralatan kedokteran di sana lengkap dengan tempat memeriksa pasien yang pernah Leli lihat pada dokter Kandungan.

“Silahkan Ibu ganti bajunya dengan baju itu, dan berbaring disana...!!!”
Polisi itu menunjuk sebuah baju pasien berupa jubah warna hijau yang terbuka bagian belakangnya.

Polisi itu membalikkan badannya. Malu-malu Leli membuka pakaiannya kemudian perlahan berbaring ditempat sesuai arahan Polisi tadi.

“Karena ini hari libur, dokter perempuan yang biasanya jaga di sini sedang off jadi hari ini saya yang bertugas.”
Polisi tadi menerangkan datar,
“Silahkan kakinya diangkat kesini Bu...!!”
Petugas itu menunjukkan dua buah sandaran kaki yang tersedia pada ujung tempat tidur itu. Posisi Leli mengangkang sempurna di depan Polisi itu yang duduk tepat di depan kelamin Leli yang merekah.

“Hmmmmm....Ibu dipukul dibagian sini..???”
Leli tersentak kaget, tubuhnya seperti tersetrum ketika tangan polisi itu menyentuh kemaluannya.

“Buuukkaan..Pak..hmmm bukan disitu....tapiiih di wajah,”
Leli memalingkan wajahnya.

“Ohhhh...diwajah..maaf,”
Jawab polisi tadi tanpa dosa.
"Di sini tertulis mengalami kekerasan pemerkosaan?”
Kembali polisi tadi menjelaskan.

“Iyyyaa...Pak, tapi belum diperkosa Pak...belum sempat maaasssuuk kok,”
Kembali Leli jengah menjawab.

Polisi tadi bergerak ke arah wajah Leli. Di tangannya sebuah senter kecil menyala. Diperhatikannya dengan seksama wajah Leli, dibolak-balik kemudian diteliti kembali.
“Hmmmmm....cukup memar di pipi kanan”
Ujar Polisi tadi sedikit berbisik.
“Baik untuk wajah memang ada memar di sana, untuk memastikan tindakan perkosaan saya harus periksa juga Bu,”
Polisi itu bergerak kembali ke arah kelamin Leli.

“Tahan Bu sedikit agak sakit, tapi saya harus memastikan tidak ada kekerasan yang terjadi di bagian kelamin Ibu,”
Tangan polisi tadi diolesi jel dingin mengusap-usap permukaan memek Leli, Leli berusaha menahan nafasnya, ketika perlahan jari kasar dan besar-besar itu mulai memasuki lubang peranakannya.
“Hmmmmm.....ahhhhhhh....masih sempit”
Polisi itu mendesah berbisik pelan, Leli hanya diam pasrah melihat petugas itu meraih senternya dan menyoroti memek Leli.

“Buka pahanya Bu!”
Petugas itu memberikan perintah.

Leli perlahan membuka kedua pahanya yang membuat memek Leli merekah sempurna. Mata petugas itu menatap nanar penuh nafsu, memek wanita montok berhijab ini begitu menggoda, matanya seksama memeriksa setiap rongga hingga mata tajamnya melihat secuil sperma kental dibagian dalam memek Leli. Jarinya mencongkel sperma tadi. Leli mendesah panjang menerima congkelan jari petugas tadi,.

“Ini sperma siapa Bu??”
Petugas itu mengintimidasi, pada ujung jarinya terdapat cairan putih kental yang ditunjukkan di depan muka Leli.

Leli gelagapan,
"Aahhhh itu..itu...sperma suami saya Pak."

“Menurut catatan Laporan di sini lelaki diluar itu bukan suami Ibu, lalu dalam memek Ibu ada sperma yang masih baru, apakah ini sperma si pelaku?”
Kembali petugas itu menyelidik.

Leli tak kuasa menahan tangisnya, terisak dia menganggukan kepalanya.

“Ibu sudah tidak jujur membuat laporan, bisa dituduh membuat laporan palsu dan hukumannya berat.”

Leli terkejut mendengar penjelasan petugas,
“Maaaf Pak...sayya..sayyaaaa tidak bermaksud begitu, tapi saya malu menceritakan kejadiannya Pak, klo suami saya tahu kejadiannya bagaimana nasib sayaa.. hikkksss...hikkks...hikkkss”.

"HHmmmm...baiklah saya akan bantu Ibu, tapi saya dapat apa klo saya membantu Ibu?”
Petugas tadi bertanya.

Leli bingung,
“Saya gak punya uang Pak”
Leli memelas.

“Saya tidak meminta uang, Ibu hanya perlu diam gak melawan keinginan saya.”
Jawab petugas itu perlahan tangannya mengusap memek merekah Leli.

Leli sesaat paham maksud keinginan petugas itu,
“Maaf Pak, saya punya suami dan anak, apa saya bisa ganti dengan yang lain?” Leli berusaha menolak.

“Baik saya bisa pastikan suami Ibu akan mengetahui kejadian ini, dan saya tidak bertanggung jawab akibatnya”.

Leli terisak pasrah mendapat ancaman tersebut, perlahan dibukanya kedua pahanya menyilahkan tangan petugas itu masuk lebih dalam. Mendapat lampu hijau dari Leli, petugas itu langsung menurunkan celana panjang dan celana dalamnya sekaligus dibiarkan menggantung di betisnya. Bokong Leli ditarik mendekat dan Blessshhhhh.

"Ahhhhhhhh....shhhhhh.........ouuuww...ahhhh”
Leli memejamkan mata, kontol itu bergerigi dirasa dalam memeknya, sensasi yang baru pertama dirasakan Leli.

Petugas itu tanpa membuang waktu langsung menggenjot Leli cepat, dia paham waktunya tidak banyak kalau tidak mau perbuatannya menjadi viral.

Tubuh Leli terguncang menerima sodokan keras dan cepat, petugas itu memejamkan matanya menikmati jepitan memek Leli yang begitu menggigit kepala kontolnya.
“Ouuuuuhhhhh...emmmmm....sempiiiiiiitttt banget.....enaaakkkk memek hijaber....mantaappp....emmmmm shhhhhhh”
Petugas itu meracau disela-sela pompaannya.
“Clokkkk...cleepppp....clokkk...plokkk...plokkk...." suara benturan kelamin mereka menghiasi ruangan periksa, tak lama keduanya mengejan....menegang bersama dan serrrrrrr.....serrrr......serrr....croooot...c.roooot....cretttt...creeet. Keduanya orgasme berbarengan, Polisi itu perlahan mencabut kontolnya ‘Plooop’ kontol itu terlepas, Leli melirik kearah kontol yang baru saja memberikan nikmat dengan sensasi barunya. Bergidik menyaksikan kontol putih kemerahan dengan benjol-benjol kecil dibatangnya, penyakit apa gerangan yang membuat kontol itu berbintil-bintil begitu, pikir Leli.

Paham mata Leli menatap kontolnya, petugas iu tersenyum mesum,
"Enak kan?? Mau kenyot??"
Tawarnya sambil menggoyangkan kontol itu, Leli memalingkan wajahnya, diraihnya pakaiannya kemudian dikenakannya. Petugas tadi menyaksikan tubuh montok Leli dari belakang.

“Ini mutiara dari Ambon sengaja saya pilih yang bagus kualitas mutiaranya untuk ditanam di kontol saya. Perempuan merasakan nikmatnya klo disodok kontol saya hehehehehehehhee....”
Petugas itu nyerocos sambil menatap Leli yang sudah lengkap berpakaian.

Leli tak menjawab lalu bergegas keluar menuju Sugiyono, tanpa berkata lagi Leli mengajak Sugiyono pergi. Leli ingin segera menjauh dari bangunan laknat.

Dalam perjalanan pulang Leli banyak terdiam, Sugiyono sedikit bingung namun dia tidak mau mengganggu Leli. Keduanya saling tenggelam dalam lamunan masing-masing, hingga sampai di kontrakan, Leli masuk ke dalam kontrakan Sugiyono. Sebenarnya Sugiyono senang malam ini Leli tidur di kontrakannya, namun dia khawatir omongan tetangga jika ada yang melihatnya.

Perlahan Sugiyono mendekati Leli, didekapnya perempuan itu kemudian berbisik,
“Malam ini saya menginap di kontrakan Mbak Leli yaa...yukkk kita pindah ke sebelah, saya akan jaga Mbak Leli disana.”

Leli menatap perlahan Satpam penolong hidupnya, kemudian mengangguk pelan. Diberesinya semua ruangan itu kemudian Leli menggendong anaknya dan melangkah ke kontrakannya di sebelah. Sugiyono mengekorinya dari belakang,
“Saya ada urusan sebentar ya...Mbak istirahat dulu disini, nanti malam kita ewe-ewe lagi ya hehehehhehe”.

Leli mendelik tak menjawab melepas kepergian Sugiyono, dia berusaha melupakan semua kejadian hari ini dengan beres-beres kontrakannya dan masak untuk kedua anaknya. Waktu berjalan cepat, malam segera menjelang.

*Bersambung ke Episode berikutnya*
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd