Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Legenda Pendekar Ludah Api

adakah updatetan malam ini suhu @Chaos222 ...???? hehehe.... selalu kalembu ade #bahasa bima....sabar menanti...hehehehe
 
Waaaahhh... Cerita baru nih.
Hu ijin baca ya. Jek nya nih cerita nyambung deh sama (pendekar naga hitam palsu)
 
Episode 9​

Keesokan harinya. Aku apel dan diberikan seragam Legiun Abu Pegunungan. Aku juga mengikuti upacara kenaikan pangkat, yang mana pangkatku naik dari Prajurit, ke Sersan. Aku dinaikkan pangkat dengan pertimbangan pengalaman Militer yang matang. Aku diberikan sebuah kapak kecil, yang menjadi lambang Legiun Abu pegunungan.

Kapak menjadi senjata ringan jarak dekat Legiun Abu karena selain mematikan, juga berguna untuk memotong dahan pohon atau pohon sekali pun. Ini berguna untuk membersihkan jalan, atau membersihkan Medan perang dari blokade dari kayu atau pohon.

Legiun abu pegunungan juga menggunakan senjata yang jauh lebih tua dari Legiun Abu Garis Depan. Legiun Abu pegunungan menggunakan senjata warisan dari Tentara Angkatan Darat Kekaisaran Xian. Aku melihat senjata itu dan dasarnya menyerupai Gewehr 1888 buatan Jerman. Meskipun ada perbedaan yang sangat sedikit. Senjata itu ada surplus dari gudang besar Kekaisaran Xian. Dengan kereta api senjata itu diangkut dan diberikan kepada Legiun Abu pegunungan dengan alasan darurat perang. Kepolisian Luo Jin juga diberikan senjata ini. Bahkan Pertahanan Sipil juga menggunakan senjata ini. Beberapa Serdadu pangkat tinggi sepertiku sudah menggunakan senjata karbin namun jumlahnya terbatas.

Aku dipercayakan memimpin sebuah regu. Sebuah regu yang cukup besar dengan kurang lebih 8 anggota. Tentu saja aku berpangkat paling tinggi. Mereka mengizinkan aku menggunakan senjata lamaku. Aku membawa satu senjata cadangan lagi, yaitu senjata Khas Tentara hijau yang juga digunakan baret biru. Sebuah senapan bolt Action yang menyerupai Moshin Nagant m1891. Aku jadi membawa dua senapan, sebuah pistol, sebuah kapak dan sebuah belati. Dua rekanku dibekali dua peledak sebagai senjata anti tank atau penjebol tembok untuk penyergapan musuh.

Kami sudah berpatroli 3 hari. Di hari ke empat kami mendapat hari tenang di mana biasanya keluarga akan menjenguk sebelum terjun ke Medan perang di hari ke lima. Ketiga istriku tidak mengetahuinya jadi aku pulang setelah apel pagi di hari ke empat dengan seragam baru yang lengkap dengan pangkat baru.

“ Minghao! Suamiku “

“ sayang!”

“ suamiku”

Yuzhu, Ying dan Lili terkejut aku pulang pagi itu. Lin di sana dan ia ikut terharu. Aku memeluk mereka dan mereka semua menangis

“ hari ini hari tenang. Jadi aku menemui kalian. Aku boleh bertemu kalian tapi harus pulang malam nanti. Ini terakhir kita “

Tanpa pikir panjang mereka langsung mencumbuku. Lin pun menyingkir. Bibir mereka berebutan mencumbu bibirku dan mereka melahap bibirku dengan liar. Mereka menuntunku ke kamar dan sambil mencumbuku mereka buka pakaian mereka dan melepas seragamku.


Kami berempat sudah sama-sama bugil. Mereka tindih badanku dengan tubuh sexy mereka dan mereka berebutan mencumbu bibirku. Lidah mereka berebutan melilit lidahku. Bibir mereka berebutan melumat bibirku dan tangan mereka juga sudah berebutan mengocok-ngocok penisku. Mereka melahapku dengan nafsu dan liar

Yuzhu menunggangiku lebih dulu. Ia masukkan penisku ke vaginanya dan menggenjotku ganas. Ying menaiki wajahku, memaksa bibirku menjilatinya lubang kemaluannya. Lili menunggangi jemariku, dan aku mengusapnya gemas dan mulai mencolokinya.

Mereka menggoyang pinggul mereka dengan ganas di penis, wajah dan tanganku. Yuzhu menggenjot penisku ganas, Ying menggoyang pinggulnya di wajahku, Lili mendesah menikmati permainan jemariku di lubang kenikmatannya. Mereka bertiga mendesah, dan kamar itu jadi penuh dengan desahan mereka

Yuzhu mempercepat genjotannya. Ia dongakkan kepalanya dan tak lama tubuhnya berguncang dan ia orgasme. Ying mendesah keras sambil meremas buah dadanya sendiri. Ia mendesah dan tak lama ia orgasme membasahi wajahku. Lili menungging. Jemariku bermain dengan bebas, ia pejamkan matanya, ikut memastrubasi lubang kenikmatannya hingga tak lama ia pun orgasme.

Kasur itu penuh dengan cairan kenikmatan mereka. Mereka semua mendesah puas. Yuzhu menungging dan aku pun menggenjotnya gemas. Aku remas pinggulnya dan menggenjot Yuzhu dengan seluruh nafsuku. Wajahnya memerah. Ia mendesah keras hingga suaranya mungkin terdengar di seluruh lantai. Lili dan Ying bangkit meski lemas lalu kembali berebutan mencumbu bibirku

Aku ejakulasi di lubang kemaluan Yuzhu. Penisku memuntahkan banyak air mani dan ia pun mendesah puas. Lubang kemaluannya kini penuh dengan spermaku. Aku cabut penisku dan tiba-tiba saja Yuzhu mendesah dan ia pun mencapai puncak kenikmatan yang kedua.

Aku menggenjot Ying dengan posisi misionaris. Aku remas buah dadanya, menggenjot lubang kenikmatannya dengan kencang, sementara di sampingku, Lili menciumi bibirku sambil mengusap gemas dadaku. Lidahnya melilit lidahku dan bibirnya melumat bibirku ganas. Aku percepat genjotanku, menghujam Ying dengan kecepatan penuh.

Aku ejakulasi di lubang kenikmatan Ying. Penisku berkedut-kedut memuntahkan air mani. Penisku memerah dan mulai terasa ngilu. Sungguh kenikmatan tiada tara dan aku menikmatinya.

Aku cabut penisku dan tiba di permainan Final. Lili naik ke pangkuanku, mengalungkan kedua tangannya di leherku dan ia masukkan penisku ke lubang kemaluannya lalu menggenjotnya dengan keras dan ganas. Kedua selangkangan kami saling bertepuk-tepuk. Bibir kami saling melumat menghisap dan mencumbu dengan liar. Aku peluk dia erat dan meremas-remas punggungnya dengan gemas. Aku genjotkan penisku lalu ejakulasi keras di lubang kemaluannya.

Lili melepas ciumannya. Tubuhnya gemetar dan ia pun mencapai puncak kenikmatannya. Kami orgasme bersama-sama. Ia dekup badanku, melihat wajahku, dan dengan liarnya ia berbisik

“ suamiku, aku senang kau sempat pulang. Tapi kau akan pergi lagi. Mari lampiaskan seluruhnya hari ini “

Bisiknya sambil mendesah-desah nakal. Ia menikmati setiap tetes sperma di dalam lubang kemaluannya. Ia pun menikmati puncak kenikmatan yang ia rasakan. Aku cabut penisku dan mereka tergelatak lemas. Lubang kemaluan ketiga istriku kini penuh dengan spermaku sendiri. Aku berbaring dan kami istirahat sebentar. Mereka menunggangiku beberapa menit kemudian dan kembali tidak memberiku ampun. Mereka sangat liar hari itu mengetahui aku akan pergi malam harinya.

Kami bercinta dan terus bercinta hingga siang. Kami keluar sebentar untuk makan siang yang telah disiapkan oleh Lin. Kami makan siang bersama lalu Lin menyempatkan diri untuk memfoto kami bertiga.

Aku mengenakan seragam Legiun Abu pegunungan lengkap dengan pangkat Sersan. Mereka terlihat begitu bangga dan bahagia. Namun kebahagiaan itu berubah kesedihan mengetahui aku akan pergi malam itu juga. Sore itu kami istirahat dan aku sempat tidur bertiga dengan istriku

Malam tiba, suasana menjadi haru. Kini sudah waktunya. Mereka berdiri dan siap untuk berpisah. Aku memeluk mereka bertiga di kamar itu dan berbisik

“ aku masih punya waktu. Mari lampiaskan semua kerinduan dan cinta dalam diri kita berempat. “

Kami berempat bercumbu. Aku melepas pakaian mereka dan mereka berebutan melepas seragamku. Mereka mendorongku ke kasur dan Ying tanpa basa-basi menunggangi penisku dengan nafsu dan menggenjotnya. Aku menggenjot Ying, Yuzhu dan Lili secara bergantian. Aku ejakulasi berkali-kali hingga kasur, kemaluan dan tubuh mereka penuh dengan spermaku.

Ketika mereka lemas mereka berkerumun di selangkanganku lalu memberiku sensasi blowjob luar biasa dengan ketiga bibir mereka. Lidah mereka menjilati penisku dengan bersamaan. Mulai dari kepala, batang dan buah zakarku. Sungguh surga dunia. Bibir mereka bergantian mengulumi penisku. Aku remas kepala mereka bergantian dengan tanganku dan ketika penisku berkedut dengan gemas mereka kocok penisku lalu memuncratkannya ke wajah dan tubuh mereka. Mereka tertawa. Mereka kulum penisku secara bergantian, menelan spermaku dengan mulut mereka.

Waktu sudah sangat malam. Aku melihat Legiun Abu mulai berjalan ke pos mereka masing-masing. Butuh waktu satu jam untuk berjalan ke posku. Mereka bertiga keluar. Karena Lin bisa menyetir, Aku membawa mobil ke pos militerku dan ketika sampai aku berpelukan dengan istriku

“ selamat bertugas Suamiku”

“ pulang dengan selamat sayang “

“ suamiku, aku yakin kau pulang. Cepatlah pulang, kami menunggu “

Kami bertiga berpelukan. Mereka bergantian memberiku ciuman di pipi. Mereka naik mobil dan Lin berkendara mengantar ketiga istriku pulang. Aku kembali ke posku dan bertemu dengan ke tujuh rekanku

“ wow Sersan Minghao habis bersenang-senang dengan ketiga istrinya “

“ ooh senangnya. Aku juga habis kencan dengan pacarku “

“ aduh, aku habis ke pasar malam dengan anak istriku. Sayang sekali kita tidak bisa menginap. “

Kami semua bercerita. Ada dua rekanku yang sudah menikah bahkan punya anak. Dua kopral yang lebih tua dariku. Mereka Serdadu patroli dan penembak jitu. Dua Serdadu ahli peledak kami masih bujangan dan mereka habis kencan dengan pacar mereka. Tiga serdadu rekanku yang lain masih jomblo dan mereka bercerita mereka ke tempat pelacuran setelah pulang ke rumah dan berpelukan dengan orang tua mereka. Kami semua bercerita malam itu dan istriku

“ Ren. “

“ Ren “

“ ini aku Mashiro. Di mana kau?”

“ Ren “

Mashiro….

Pagi itu aku kembali memimpikan pacarku di Jepang, Mashiro. Aku sadar aku rindu dia. Aku memegang foto terakhirku dengan istriku. Aku tersenyum. Aku simpan foto itu ke sakuku bersama foto yang lain. Aku punya buku diariku sendiri. Dan daripada menulis. Aku menggambar situasi saat itu dan ceritaku di dunia itu, seperti menggambar komik.

“ Shiro-Chan. Ketika aku kembali. Aku akan menunjukkan semuanya “

Kami apel pagi. Media juga ada di Pos kami. Aku berbaris dengan rekan reguku dan media berdiri ditengah kami dan bersorak

“ senyum Prajurit! Kalian masuk Koran!”

“ jepret!”

Ia memfoto kami dan mengatakan kami akan masuk berita utama besok. Kami naik ke truk. Aku melihat pemandangan yang tidak biasa. Legiun Abu pegunungan mengeluarkan daftar korban di sebuah tembok dan bahkan aku melihat kantung mayat dibariskan lengkap dengan namanya.

“ Tidak! Jangan anakku Kaisar! Bagaimana nasibku yang sebatang kara ini! Kaisar jangan anakku!”

Aku melihat seorang ibu menangis. Aku ikut bersedih

“ suamiku. Jangan suamiku Kaisar. Paling tidak biarkan aku menguburnya. Kaisar aku mohon “

Kaisar sangat didewakan di kekaisaran Xian modern. Mereka menangis memohon pada Kaisar ketika keluarga mereka gugur di Medan perang. Masih ada rakyat Xian yang religius, yang berdoa untuk Dewa mereka mendoakan Keluarga mereka yang sudah gugur.

Banyak yang menangis melihat mayat keluarga mereka. Lebih banyak yang menangis lagi mengetahui keluarga mereka hilang saat bertugas atau tewas tanpa jasad dibawa pulang. Aku ikut menangis melihat pemandangan itu. Walau bagaimanapun aku masih sangat muda. Aku dan keluargaku penganut Shinto seperti orang Nihon pada umumnya. Aku berdoa menurut kepercayaanku agar aku diberi keselamatan, agar semua temanku selamat hingga masa akhir tugas kami

Truk berjalan, Untuk pertama kalinya aku melihat mesin perang Kekaisaran Xian. Bukan hanya mobil tempur, namun aku melihat mesin perang lapis baja yang diangkut dengan Truk. Kapal darat. Atau di dunia kita, kita menyebutnya Tank. Aku melihat Tank kecil yang diangkut dengan truk. Bentuknya menyerupai Tank Renault FT perang dunia pertama. Kapal darat ini kecil sehingga dapat diangkut dengan truk ke Medan perang.

Temanku mengatakan kapal darat ini sebenarnya milik Tentara Hijau namun direbut dan dicuri oleh legiun abu pegunungan. Kebanyakan terpaksa ditinggalkan karena mereka terkepung sebelum sempat masuk ke dalam kapal darat, sehingga Legiun Abu pegunungan dapat dengan mudah merebutnya. Sebagian kecil direbut karena masuk perangkap dan ditinggalkan. Kapal darat ini sudah dicat dan diberi lambang Kekaisaran Xian agar tidak dihantam meriam dari pihak sendiri.

“ Tahan rasa laparmu kawan-kawan! Tahan rasa hausmu demi Tanah Air kita! Luapkan amarahmu kepada musuh Negara dan persembahkan harga diri serta kehormatanmu kepada Bangsa Xian. Hidup Kaisar!”

“ Hidup Kaisar!”

Beberapa jam kemudian. Kami tiba di Medan perang hutan perbatasan. Hutan ini sudah tidak dikenali lagi. Lumpur di mana-mana. Pohon tumbang dan daun-daunnya sudah layu. Sama seperti Garis depan, hutan perbatasan telah berubah menjadi neraka. Dari semula terkenal dengan pemandangan indah serta udara segarnya, sekarang penuh dengan lumpur, pohon yang mati serta bau bangkai busuk yang menyengat.

“ hidup Kaisar!”

“ priiiiit”

Ribuan Legiun Abu keluar dari parit. Aku dan teman-teman dari reguku berbaris menodongkan senjata dari parit. Regu senapan mesin bersiaga dan menembakkan senapan mesin ke kedudukan musuh. Kami menembakkan senapan ke parit musuh, menambah tembakan dukungan dari belakang. Meriam artileri menembak dari garis belakang, memberi dukungan kepada serbuan ke parit musuh.

“ penembak jitu, arah barat lut “

“ dor!”

Aku menembak seorang penembak jitu. Bajingan itu tewas ditempat. Tanpa score aku menembak bajingan itu ratusan meter dari posisiku dengan senjata mereka sendiri Moshin Nagant M1891. Senjata ini sangat akurat untuk jarak jauh. Aku menyiagakan senapan Gewehr 98 di dekatku, dan jika senapan ini habis, aku mengambil senapan cadangan dan melanjutkan tembakan selagi rekanku mengisi senapan yang satunya.

Aku mendengar suara rentetan senjata musuh. Mereka menggunakan senjata prototipe. Sebuah SMG (pistol mesin) menyerupai barettta m1918. Tentara baret hijau dibekali senjata yang lebih maju. Legiun Abu pegunungan kekurangan senjata otomatis dan mengandalkan shotgun tua untuk pertempuran jarak dekat. Serta kapak, pisau dan ilmu bela diri mereka. Kemampuan bela diri Baret Biru memang tidak sekuat Legiun Abu pegunungan namun mereka dibekali senjata yang lebih canggih.

Aku melihat mereka menggunakan Shotgun pompa, dan pistol mesin menyerupai baretta m1918. Ketika jarak dekat Legiun Abu dengan pisau dan kapak bahkan bayonet dapat membunuh tiga sampai lima orang sekaligus. Namun baret biru dan senjata canggih mereka dapat membunuh musuh bahkan sebelum mereka menghunuskan senjata mereka.

Aku menembak dua penembak jitu musuh. Aku sendiri hampir tertembak di dada kiri namun peluru menyerempet lenganku. Perih tapi aku terus melanjutkan perlawanan. Malam pun tiba. Ribuan tewas di penyerbuan itu. Ribuan musuh juga tewas namun korban dari baret biru tidak sebanyak Legiun Abu. Mereka menguasai pertempuran dengan senjata canggih otomatis mereka

Aku berbaring di parit dan berusaha untuk tidur. Aku istirahat dengan temanku, sementara regu lain bersiaga malam. Aku melihat satu regu legiun abu menyelinap, sepertinya untuk menyerbu dan mencuri perbekalan serta persenjataan musuh. Aku bersyukur karena hari ini aku masih hidup. Aku jauh lebih berani dari pertama kali aku terjebak di Medan perang
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd