Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Legenda Pendekar Ludah Api

Episode 12​

Pertempuran besar tidak terelakkan. Puluhan ribu Legiun Abu tiba di luar kota Xianshi. Dengan satu tujuan, penaklukkan kota Xianshi. Parit telah digali demi pertahanan kota. Puluhan ribu Tentara Standar Hijau atau tentara hijau bersiaga diparit demi pertahan kota. Puluhan ribu baret biru siap menjaga Xianshi. Ratusan tank telah bersiaga. Puluhan tank Xian juga telah berbaris rapi siap mengobrak abrik musuh.

Kami melihat howitzer berat disiagakan di Xianshi. Howitzer 210mm yang bahkan lebih besar dan mematikan dari pertempuran berbulan-bulan di Hutan perbatasan. Kami melihat bendera asing di kota Xianshi. Kami melihat tentara AD Republik Tartarus di kota Xianshi. Tartarus adalah negara yang didirikan oleh bangsa nomadik, dan kini sahabat Kerajaan Han. Mereka kulit putih dan ada yang terlihat seperti orang Han, kurang lebih seperti orang Soviet

Puluhan ribu tentara AD Tartarus tiba dengan kereta hanya beberapa hari yang lalu. Kami juga melihat tentara etnis Champa, etnis Vietnam yang merupakan negara bawahan Han. Ada juga tentara Siam, negara bawahan yang baru dibentuk oleh Kekaisaran Han. Pertempuran semakin berat. Namun jika kami memenangkannya, ini mungkin tamparan besar untuk pasukan Koalisi Han.

Kota telah di bombardir selama sebulan penuh oleh Satria langit. Absennya benteng udara adalah kemunduran tersendiri bagi Kekaisaran Xian. Perang dimulai. Kapal darat Xian berbaris rapi menyerbu kota, sementara di udara, Satria langit memimpin penyerbuan udara ke kota Xianshi. Ratusan kapal darat kemenangan musuh berbaris menyerbu barisan kami. Meriam-meriam kapal darat ditembakkan puluhan kapal darat Han seketika hancur. Beberapa kapal darat Xian meledak namun kapal darat yang lain maju menghadapi musuh dengan gagah berani.

Aku menembak empat musuh. Kami berlari di belakang kapal darat, menembaki musuh dari posisi kami. Bahkan ribuan kavaleri Legiun Abu diterjunkan di perang. Dengan tombak dan pedang mereka memimpin serbuan dan mengobrak abrik kedudukan musuh. Pasukan koalisi maju paling depan membantu tentara hijau sementara Baret Biru diam mempertahankan parit Kota.

Hari pertama berakhir. Puluhan kapal darat musuh dihancurkan dan hampir seluruh kapal darat Xian tidak selamat. Kebanyakan dalam kondisi buruk sehingga beberapa bahkan mogok tanpa perlawanan. Namun mereka berjasa memukul Kapal darat dan mobil baja musuh, serta membersihkan parit dari pasukan musuh.

Pasukan koalisi mengalami kegagalan besar. Tentara-tentara dengan seragam asing tewas bergelimpangan. Mereka sasaran empuk bagi senapan mesin Legiun abu dan penembak jitu karena pengalaman militer yang sangat rendah. Kebanyakan mereka adalah sukarelawan dan wajib militer. Puluhan ribu Pasukan koalisi tewas di hari pertama. Parit pinggiran kota jatuh ke tangan Legiun Abu, musuh mundur ke pinggiran kota berusaha menghalau dengan segala kemampuan mereka. Malam hari itu peluit perang dibunyikan dan pertempuran berlanjut bahkan di malam hari.

Aku menyerbu musuh dengan bayonet dan membunuh seorang baret biru. Dua temanku tertembak. Kami menyelamatkannya, mengobati lukanya dan mereka melanjutkan perang. Legiun Abu memperkenalkan senjata baru malam itu, sebuah pelontar api yang sangat mematikan yang juga digunakan di Medan perang Garis depan. Kedua pihak mulai menggunakan senjata kimia berupa gas sehingga kami menggunakan masker gas selama pertempuran malam hari

Matahari pun terbit. Pasukan Koalisi mundur ke pusat kota sedangkan Tentara Hijau dan Baret Biru berhasil menahan kami di pinggir kota semalaman. Kapal darat musuh dan mobil lapis baja menunjukkan kehebatan mereka di pertempuran kota. Namun Legiun abu sudah mulai menggunakan senjata canggih seperti senapan anti tank 13mm, pelontar api, senapan mesin ringan dan bahkan pistol mesin. Legiun Abu menciptakan Pistol mesin sendiri seminggu setelah Tentara Hijau menggunakan di Medan Hutan Perbatasan. Hanya saja saat itu penggunaannya hanya di Front Garis depan.

Regu kami menghancurkan dua kapal darat musuh dengan peledak. Kemampuan Militerku mencapai maksimal dimana hari itu aku bahkan menggendong senapan mesin MG08 dan menembak musuh seperti John Rambo. Semua rekanku terkagum-kagum. Aku bahkan dapat membersihkan satu peleton Baret Biru tanpa masalah. Musuh berhasil dipukul mundur dan pertempuran meluas ke pusat kota.

Meriam lapangan Legiun Abu berperan besar dalam perang ini. Berbeda dengan Jerman di perang dunia 1, Insinyur Xian berhasil menciptakan Artileri Medan 7.7cm yang efektif menampar Kapal darat musuh. Meriam itu mulai ditembakkan di hari kedua. Kapal darat musuh seketika meledak bahkan awak di dalamnya tidak sempat menyelamatkan diri. Mereka tewas ditempat. Kapal darat Han menemui musuh besar mereka.

Pertempuran terus berlanjut pada malam hari. Moril Legiun abu begitu tinggi. Pertempuran dilakukan bahkan sampai door to door, dan pelontar api berperan besar membersihkan musuh di dalam gedung-gedung. Granat serta peledak juga berperan besar. Aku begitu semangat menaburkan peluru-peluru senapan mesin ke tentara musuh sehingga fajar itu aku tertembak tiga kali di dada dan terhempas ke tanah

Aku kira aku akan mati saat itu juga. Rekan-rekanku menyelamatkanku. Di langit aku melihat matahari terbit dan aku melihat pesawat musuh satu persatu berjatuhan. Aku melihat teman-temanku berebutan mengibarkan bendera di alun-alun Xianshi. Aku bangkit dan melanjutkan perlawanan. Musuh mundur dari pusat kota menuju stasiun di pinggiran barat Xianshi. Sebagian besar kota kini dikuasai Legiun Abu.

Perang belum secara resmi dimenangkan, namun musuh berebutan melarikan diri dan Legiun Abu berebutan menjarah Kota. Kami melanjutkan perlawanan sementara banyak Serdadu yang asik menjarah kota. Mereka menjarah bank, toko-toko, bahkan kediaman warga. Aku melihat mereka mulai ramai-ramai menelanjangi wanita dan berebutan memperkosanya. Pertempuran ini semakin menyedihkan.

“ Duar!”

Geledek maha dahsyat menyambar. Langit bergemuruh hebat. Semua orang terdiam. Bahkan pasukan musuh pun terdiam. Langit seketika menggelap. Sebuah angin topan muncul ditengah-tengah perang. Sebagai orang Jepang aku tahu apa yang harus kulakukan dalam bencana ini. Aku berlindung sesuai protokol yang kulakukan seumur hidup dan semua rekanku mengikutiku. Banyak yang terseret angin lalu terlempar dan tewas. Kebanyakan Legiun Abu. Aku berlindung agar aman dari angin topan itu. Petir menyambar hebat. Legiun abu berlarian namun terseret angin topan dan tewas.

Aku melihat seorang wanita muda dari balik reruntuhan itu. Rambutnya biru, matanya merah dan ia mengenakan jubah hitam yang di dalamnya aku lihat gaun hanfu biru yang sangat mewah. Tangannya dan gerak-geriknya seperti mengendalikan angin topan dan petir itu. Aku mengambil peledak lalu aku putar dan melemparkannya ke gadis misterius itu. Aku tidak tahu apa yang aku pikirkan. Aku ledakkan peledak itu, ia sempat melihatku sebelum ia terpelanting. Ledakan besar terjadi. Gadis itu terpental lalu menghilang.

Benar sekali. Angin topan itu berakhir. Petir pun berhenti dan langit kembali cerah. Perang kembali berlanjut dan Legiun Abu kembali menyerbu Stasiun barat Xianshi. Perang dimenangkan saat sore hari ketika Jenderal Baret biru tertembak dan tewas ditempat. Tentara musuh berhamburan berebutan melarikan diri dan begitu juga dengan pasukan Koalisi. Xianshi secara resmi jatuh ke tangan Kekaisaran Xian.

“ angin yang menyeramkan. Sayang sekali Jenderal kita tewas karena angin itu “

Benar sekali. Banyak komandan dan serdadu yang tewas karena angin topan itu. Bahkan sampai ribuan. Temanku berdiri dan dengan gemetar ia mengatakan

“ Minghao! Minghao membunuh baret hitam yang memanggil Angin itu, jubah ini buktinya! Jubah tentara baret hitam yang terkutuk itu”

Entah bagaimana semua orang mempercayainya. Angin itu sebenarnya bisa saja bencana alami. Tapi mereka semua percaya prajurit baret hitam musuh memanggilnya dan aku mengalahkannya. Semua orang bersorak lalu menggendongku.

Semua orang sibuk menjarah kota semalaman. Penduduk etnis Xian ternyata diperlakukan sangat baik di kota ini oleh otoritas Han. Namun ketika kota direbut, etnis Han disiksa dan diperkosa oleh Legiun Abu. Semalaman, mereka membariskan gadis-gadis Xianshi yang menetap di sebuah kamar, dan mereka bergantian memperkosanya. Sungguh menyedihkan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa tentang itu dan itu yang makin menyedihkan.

Aku memegang kain jubah hitam yang aku yakin serpihan dari jubah gadis itu. Kain itu menjadi lambang bahwa Baret hitam benar ada dan aku membunuhnya. Kami membariskan dua rekanku yang ternyata tak sempat menyelamatkan diri selama angin ribut dan akhirnya tewas. Mereka semua masih bujangan dan berperilaku Satria selama perang. Mereka tidak membunuh tahanan dan tidak memperkosa.

“ Mashiro….. “

“ Ren… aku rindu kamu “

“ Mashiro aku juga Merindukanmu. Kemarilah “

Aku terbangun. Malam itu aku memimpikan pacarku Mashiro dan aku bermimpi memeluknya. Aku bangun dan aku semakin sedih. Aku melihat kakek tua menjual roti di pinggir jalan. Aku menghampirinya. Aku membeli roti itu dan ternyata roti itu khas oleh-oleh Xianshi. Aku membungkus roti itu sendiri. Aku memberi hampir semu koinku ke pria tua itu. Ia sangat senang. Toko-toko sangat sedikit yang buka, hanya pedagang yang tidak dijarah yang masih berjualan. Kebanyakan etnis Xian yang menetap di Xianshi.

Kurir dan media tiba di Xianshi. Aku menitipkan roti itu agar segera diantarkan ke Luo Jin. Perjalanan mungkin dua hari. Roti itu tahan hingga dua minggu lamanya jadi aman. Aku memakan beberapa dan aku menyukainya. Rasanya seperti roti yang dijual di bakery Jepang. Legiun Abu yang dulunya berprofesi sebagai musisi memenuhi jalan dan bermain alat musik. Perang seolah selesai. Tahanan Baret Biru dan tentara hijau dibariskan dan dipenjara di lapangan-lapangan serta kantor kepolisian untuk tahanan penting.

Aku apel sore dan sore itu juga, aku bersama ratusan pimpinan regu di promosikan. Aku dipromosikan menjadi Letnan. Letnan Kolonel memberiku selamat karena mulai hari ini, aku seorang pahlawan.

Aku diberikan seragam opsir menengah Xian. Teman-temanku menghias seragamku dengan jubah hitam milik gadis misterius itu. Aku tambak seperti ksatria. Dengan helm fritz, seragam opsir Xian, dan jubah hitam panjang. Aku dan temanku diperbolehkan pulang ke Luo Jin dua hari lagi. Selama dua hari itu aku istirahat di pos militer dan kedua rekan kami itu dimasukkan ke dalam kantung mayat. Mereka diantarkan malam ini juga ke Luo Jin. Mereka bertahan cukup lama selama perang namun tewas karena angin topan.

Aku terpikir dengan apa yang aku lihat. Gadis itu. Aku mengebomnya dan angin topan itu berhenti. Aku tidak tahu apa yang aku pikirkan. Jika gadis itu rakyat sipil biasa, maka aku membunuhnya dengan keji. Tapi tatap matanya dan gayanya misterius. Gaun biru yang ia kenakan dari balik jubah juga sangat khas dan gerak-geriknya persis seperti ia sedang mengendalikan angin topan itu.

Aku tertidur malam itu. Aku bangun pagi dan kami apel pagi di pos lengkap dengan senjata. Aku bahkan memegang Senapan mesin ringan yang katakan saja MG08/15 yang aku gunakan selama pertempuran di kota. Kami lari dan berpatroli pagi. Kami berpatroli keliling pos di pagi hari. Kami kembali apel ketika patroli selesai. Aku membubarkan mereka dan mereka dibebastugaskan hari itu sebelum pulang ke Luo Jin.

Aku duduk sendirian di lapangan pos Militer kami. Aku melihat ke langit dan melihat pemandangan langit siang planet ini. Planet gas raksasa itu muncul lagi. Aku menatapnya lama dan berandai-andai berapa lama aku terperangkap di permainan ini? Berapa lama aku harus bertahan di dunia?

Aku membuka foto di sakuku satu persatu. Aku melihat fotoku dengan ketiga istriku. Aku merindukan mereka. Aku melihat diriku dan mereka pasti bangga. Mereka adalah satu-satunya alasan aku bertahan di dunia ini.

Malam pun tiba. Hanya sehari lagi hingga aku kembali ke Luo Jin. Semua orang berandai-andai apakah perang akan berakhir. Kemenangan di Xianshi mungkin akan mengakhiri perang, atau paling tidak mengubah kedudukan menjadi lebih memihak Xian.

Keesokan harinya aku naik truk dan berkendara ke Luo Jin. Perjalanan memakan waktu dua hari dua malam. Aku berangkat bersama reguku. Kami tidak sabar melihat keluarga kami. Aku tertidur di truk. Mengistirahatkan diriku setelah pertempuran berbulan-bulan itu.

“ Duar!”

Sesuatu menabrak truk kami. Truk terbalik di tengah jalan. Truk lain oleng dan ikut terbalik di pinggir jalan. Aku keluar dari truk. Aku berusaha menolong temanku begitu aku melihat sosok itu.

“ wanita itu “

Wanita misterius itu kembali. Ia menatapku tajam. Ia berlari ke arahku dan aku meraih senapan mesinku. Serdadu-serdadu lain mengepungnya dan menembakinya dengan senapan mereka.

Dengan gerakan sangat cepat ia menerkam serdadu-serdadu legiun abu dengan ganas. Aku memberondongkan senapan mesinku namun ia menghindari setiap peluru yang aku puntahkan. Serdadu lain mengeluarkan kapak serta pisau mereka dan menyerang wanita itu.

Ia membantai mereka. Wanita itu menerkamku dan

“ clas”

Ia menerkam dan mencakar perut serta lenganku. Lenganku seperti hampir terputus. Ia menyerangku kembali namun aku mencabut pisau lalu menghindar dan menyabetkan pisauku ke lehernya. Ia mencakar tubuhku lagi. Kedua tanganku seperti hampir terputus. Ia menatapku tajam seolah siap menerkamku.

“ Duar!”

Ledakan terjadi. Kupingku berdenging. Wanita itu terlempar dan terhempas ke tanah. Ia bangkit dan menatap temanku dengan tatapan buasnya. Dua prajurit menyerbunya dengan kapak. Secepat kilat ia melahap kedua prajurit itu. Ia melahap lehernya dengan cepat dan ganas. Prajurit kedua sempat menarik granad dan

“ Duar!”

Ledakan kembali terjadi. Tubuh prajurit itu tercerai-berai namun ia hanya bergeming sedikit. Aku mengambil senapan 13mm, lalu merunduk dan menembakkannya tepat ke kepalanya. Recoil dari senapan itu dahsyat bahkan hingga menggeser tulang bahuku. Aku cedera berat namun peluru itu menghantam kepalanya.

Gadis itu masih hidup. Senapan itu hanya memberi luka sedikit di wajahnya. Luka itu menyatu kembali dan ia siap melahap kami berdua.

“ awas! Peledak!”

Rekanku yang lain melempar peledak dan meledakkan gadis itu. Tubuhnya terpental. Prajurit yang lain melemparkan granad ke arahnya dan granad itu meledak. Rekanku mendorong pundakku sehingga kembali seperti semula. Semua serdadu menyiagakan peledak dan granad namun wanita itu akhirnya menghilang. Bantuan datang dan mereka terkejut melihat puluhan serdadu tewas mengenaskan seperti diburu hewan buas
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd