Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Lockdown Corona: Bella

Bimabet
Lockdown Corona: Bella
Ditulis oleh Giaraini, untuk Kakak-Kakak Semprot tercinta.

Kalo mau copas, copas judul sama penulisnya, ya.

Part II
Bandung, 4 Mei 2020

---


Mendengar suara Kak Della, aku pun panik. Seketika itu juga aku refleks meronta dari sofa, tanpa kupedulikan Kak Zaki yang sedang setengah menindihku itu. Aku buru-buru berdiri, membetulkan celana, dan lantas bergegas menuju ke kamar mandi. Untung saja ada kamar mandi, aku tak tahu harus bersembunyi ke mana jika bukan ke sana!

Bahkan seandainya telat beberapa saat saja, aku nyaris saja berpapasan dengan Kak Della. Tepat saat aku masuk ke kamar mandi, aku mendengar Kak Della membuka pintu kamarnya.
"Nyaris!" Seruku dalam hati.
Aku langsung mengunci kamar mandi seketika itu juga.

Terdiam di belakang pintu kamar mandi, aku mengurut dadaku. Menghela nafas dalam-dalam.
Aku tadi terkejut bukan kepalang. Saat ini, tanganku bahkan terlihat masih bergetar karena gugup.

Soal Kak Zaki. Aku tak tahu apa jadinya dengan dia sekarang. Aku tak tahu bagaimana pikirannya dia tadi di sofa. Aku tak tahu apa reaksinya saat melihatku kabur tadi. Aku tak tahu jadinya, apa yang dia pikirkan tentangku.
"Ah. Bodo amat!" Kutukku dalam hati. Toh dia sendiri yang memulai semua itu.
"Bodo amat. Bodo amat."

Kekhawatiranku tentang Kak Zaki rasanya tak terlalu penting, yang lebih penting lagi martabat keluargaku. Nyaris saja terjadi skandal adik dan kakak ipar di rumah tangga ini! Beruntung Kak Della bangun di saat yang sangat tepat.

"Kamu ini kenapa sih???" Berkali-kali aku mencela diriku sendiri.

Kejadian tadi begitu cepat, begitu tak terduga, begitu tak terkendalikan. Seumur-umur, rasanya belum pernah sekali pun aku mengalami kejadian yang seekstrim ini. Sejatinya, aku hanyalah gadis rumahan yang tahunya hanya sekolah dan kuliah. Main saja aku tak pernah larut, nakal pun aku tak sampai merokok. Bahkan aku baru punya pacar saja hanya menjelang kelulusan SMA, dan selama itu pun tak ada yang pernah kuizinkan menjamah-jamah daerah kewanitaanku. Aku hanya membolehkan pacarku untuk nakal sebatas dada saja.

"Hhhhhhhehhh." Aku menghela nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.
"Kok bisa aku jadi kayak gitu sih?"

Di kamar mandi, aku hanya bisa diam. Sisa-sisa adegan erotis tadi masih terasa berbekas. Hawa birahi masih terasa panas menguap dari punggung dan dadaku, melewati kerah bajuku, menerpa-nerpa leher dan wajahku. Panas tubuhku itu begitu kontras dengan temperatur kamar mandi yang dingin. Renyut-renyut nikmat bahkan masih terasa di pangkal otak dan sumsum tulang belakangku, berdenyut-denyut dari ujung syaraf-syaraf di kemaluanku yang basah.

Setelah agak lama, shock dan stressku mereda. Akal sehatku mulai baikan. Ketika itu, yang kukhawatirkan tinggal satu hal. Keperawananku! Aku tak habis pikir, bagaimana ceritanya aku bisa lalai. Bagian tubuhku yang selalu kujaga dan kurawat sepanjang waktu, hal terakhir yang paling berharga dari seorang Bella, bisa tersaji begitu saja di hadapan seorang kakak ipar yang cabul.

Khawatir dengan hal itu, aku pun memutuskan untuk memeriksanya.
Rasanya, baru kali ini aku terangsang hebat seperti ini, terbukti bahkan saat melepas skinny jeans ketatku ini, rasanya pahaku berdesir-desir keenakan.

Baru setengahnya saja melepas jeansku, rembesan basah sudah nampak jelas di bagian tengah celana dalamku, uap hangat dari lipatan kemaluanku terasa menerpa wajahku. Secepatnya, aku memeriksa kemaluanku. Ketika itu, klitorisku nampak masih bengkak, berkedut-kedut dan tegang, mencuat ke luar tak seperti biasanya, pertanda aku sangat terangsang. Bagian balung di bawahnya bahkan masih terlihat mekar memerah, mengkilat-kilat oleh cairan cintaku. Bibir kemaluanku yang tembam sebagian tampak lebam, merah merona, kontras dengan permukaan kulit yang putih di sekelilingnya.

Beruntungnya, aku tak menemukan sepercik noda merah di mana pun. Nampaknya penis Kak Zaki belum sama sekali sempat menjamah selaput daraku.

***

Pagi itu, aku sangat berharap untuk terbangun di kosan atau di rumahku saja. Aku merasa tak sanggup jika harus bertemu dengan Kak Zaki untuk kali ini. Tapi apa daya, Covid-19 sedang menguasai dunia, jangankan berkhayal, untuk pergi saja memang tak mungkin. Aku pasrah saja saat terbangun di rumah mungil yang masih bau cat ini.

Suara letupan minyak goreng dan wangi telor dadar dari arah dapur dengan cepat mengembalikan kesadaranku. Aku pun bangun dan duduk dengan setengah lesu.

"Sarapan. Sini." Suara Kak Della terdengar memanggilku dari jauh, dari dapur yang bentuknya terbuka itu.

Aku menengok, tersenyum, bangun, dan kemudian menghampirinya.

Sedikitnya ada perasaan bersalah saat aku bertemu dengan Kak Della. Setelah kupikir-pikir, aku tega sekali tadi malam membiarkan suaminya mencabuliku, padahal kakakku ini sebegitu baiknya padaku. Semoga saja Kak Zaki sudah pergi entah kemana.

"Kak Zaki ke mana, Kak?" Tanyaku sambil duduk di meja makan, tak jauh dari tempat Kak Della memasak.

"Bangun-bangun malah nanyain Zaki. Sarapan dulu, napa?" Jawab Kak Della tertawa dan menunjuk hidangan sarapan yang sudah tersaji di hadapanku.
"Mau apa emang? Tuh, orangnya di situ."

"Apa, Bell?"
Tiba-tiba saja aku mendengar suara Kak Zaki tak jauh dariku. Entah bagaimana ceritanya, rupanya Kak Zaki dari tadi sedang duduk di lantai, sedang membuka tali sepatu runningnya.

"What the faaak!" Teriakku dalam hati dengan lemas.
"Bego banget!"
"Begooo, bego!"

"Sarapan ala kadarnya aja ya, Bel."
Ujar Kak Zaki santai, lantas bangun berdiri.

"Bego dasar. Aduh. Maluuu.."
Baru kali ini aku merasa gagal jadi manusia. Entah apa yang dia pikirkan tentangku jadinya sekarang, setelah cukup salah tingkah karena kejadian tadi malam, sekarang ditambah hal seperti ini.

Tapi keabsurdan hari itu rupanya baru mulai. Beberapa saat setelah aku beres sarapan, Kak Zaki juga baru beres mandi. Tapi dasar cowok, ketika itu dia hanya berhanduk seperut, dengan santainya menghampiriku di depan meja makan. Baginya mungkin itu biasa saja; mencomot tempe mendoan dari meja sambil berbincang-bincang dengan Kak Della, seperti pagi yang biasa buat Kak Zaki, mungkin. Tapi bagiku ini terlalu vulgar. Dengan berhanduk seperti itu? Ayolah,
"Pake baju dulu napa seeeh!"

Perutnya yang terbuka, berlatarkan otot-otot six pack yang samar, dengan rambut-rambut maskulinnya yang tumbuh di bawah pusarnya, sedikitnya membuat perasaanku gundah. Apalagi ketika mataku menyisir handuk yang terlilit di tubuhnya. Pandanganku terantuk bagian yang menebal di tengah handuknya itu. Di balik handuk itu, samar, seolah ada belalai yang menjuntai ke bawah.
"Hemhh. Haha.." Aku tertawa mendengus, merasa geli dan malu sendiri melihatnya. Terang saja aku begitu, di rumahku yang mayoritas perempuan tak pernah ada pemandangan porno seperti itu. Masih ada ayahku memang, tapi itu tak masuk hitunganku.

Penampakan itu langsung mengingatkanku bagaimana belalainya itu mencabuli kemaluanku. Aku tak bisa membayangkan, apa jadinya dengan Kak Zaki semalam, ketika dia mendapati batang kejantanannya itu terlumuri oleh cairan birahi adik iparnya.
"Haha.."
"Itu cairan kemaluan gadis perawan, loh! Gak akan bisa dibeli sembarangan."


Selesai urusanku di meja makan, Kak Della menyuruhku mandi duluan. Aku pun pergi ke kamar mandi. Di sana, setan syahwat rupanya masih mengikutiku. Wangi segar bekas Kak Zaki mandi masih menyelubungi ruang kamar mandi. Wangi maskulin yang jantan, wangi yang jarang kutemui di rumah dan kosanku. Entahlah, rasanya sangat menggugah gairah, sampai-sampai rasanya ujung-ujung syaraf tubuhku terasa menyilu-nyilu, mendesir-desir karena menghirup itu.

Clear Men Shampoo, The Body Shop Men Shower Gel, L'Oreal Men Expert Moisturizer, Gillette Men Shaving Cream, Dove Men Roll On, satu per-satu kulihat dan kubaui karena penasaran. Tumbuh dari kecil dalam keluarga mayoritas perempuan, barang-barang-barang cowok seperti ini memang jarang kujumpai di rumah. Tapi aku tak pernah sejalang ini sebelumnya, baru kali ini kelakuanku agak nyeleneh.

Aku pun mulai bertanya-tanya. Apakah aku sedang berahi? Kenapa segala hal tentang cowok mendadak membuatku terangsang? Mungkinkah karena pengaruh pencabulan tadi malam? Aku berkaca, menatap kedua buah dadaku yang rasanya lebih kencang dari biasanya. Aku pun mulai menghitung-hitung tanggal jadwal menstruasiku, takutnya ini hanya fluktuasi hormonal semata.

Entahlah, tapi aku memang sedang centil hari ini, aku merasa tubuhku jadi lebih seksi hari ini. Terbukti saat memilih baju pun, aku sedikit kesulitan memilihnya. Bajuku yang biasa terasa 'terlalu biasa' untukku hari ini.

Pilihan pakaianku pada akhirnya jatuh pada satu setelan yang lucu, cukup seksi tapi tetap lucu. Tank top katun u-neck longgar pink dengan legging jogging spandeks ketat berwarma abu-abu. Setelan ini sebetulnya buat aku terlalu 'kurang sopan' untuk dipakai di tempat umum; kerah tank topku ini terlalu lebar sehingga sebagian payudaraku bisa terlihat dengan mudah, sementara leggingku terlalu ketat dan sangat tipis sehingga lekukan dan lipatan tubuhku jadi jelas terlihat. Selama ini, aku tak pernah memakainya selain di luar rumah dan kamar kosku. Tapi hari itu aku merasa lain, aku merasa seperti ingin jadi pusat perhatiannya Kak Zaki.

***

Katanya orang-orang, matanya perempuan itu jeli. Struktur pada otaknya membuat perempuan bisa peka dengan penglihatan periferal, penglihatan pada objek yang berada di luar fokus mata. Jika itu benar, maka artinya sepanjang waktu Kak Zaki memperhatikanku, karena feelingku merasa seperti itu. Dari siang hingga sore, kali itu kami bertiga bahu-membahu membereskan kamar yang kemarin tertunda, dan aku merasa mata jalang Kak Zaki tak pernah lepas memperhatikan badanku. Bisa saja aku salah soal itu, bisa jadi aku hanya kegeeran, bisa jadi lebay semata. Tapi beberapa kali memang mata Kak Zaki tertangkap basah sedang mengintip celah kerah bajuku, di waktu lainnya mengintip selangkangan di celah pahaku. Aku tak biasa pamer tak senonoh seperti itu, tapi kali itu aku sangat senang, aku merasa dianggap, aku merasa diperhitungkan, aku merasa tubuhku cukup bagus sampai bisa menarik perhatiannya.

"Warga kotaku tercinta …" Sayup terdengar suara dari televisi.
"Saya sebagai walikota, menghimbau seluruh warga untuk melakukan pembatasan aktivitas selama dua minggu ke depan."
"Untuk kebutuhan pokok, kami memastikan …"

"Lah. Diperpanjang ya, Kak?"
Tanyaku, memotong pidato Pak Walikota di televisi.

"Sepertinya iya. Udah kuprediksi bakal lama." Jawab Kak Zaki.

"Sabar aja, Bel." Timpal Kak Della.
"Kamu betah-betahin aja di rumah ini, ya."

Aku mengiyakan saja. Aku hanya khawatir bagaimana jadinya dengan UASku yang tinggal tiga minggu lagi.

"Betah tapi kamu?" Tanya Kak Della.
"Kasian jadi tidur di sofa."
"Semalem gimana, enak tapi?"

"Enak sih, ditidurin suami orang."
Jawabku dalam hati sambil terkikik.
Sebelum hendak menjawab serius, mataku berpapasan dengan mata Kak Zaki. Samar tapi aku menangkap raut wajahnya yang terlihat was-was.
"Em …" Aku bergumam sesaat.

"Aku bilangin Kak Della nih. Tau rasa, lo." Bisikku lagi dalam hati sambil tertawa lagi. Kulirik lagi Kak Zaki, dia pun membalas melirik balik.
"Enak banget." Jawabku dengan sedikit usil, sambil kuperhatikan reaksi Kak Zaki.

Kak Zaki tampak melongo mendengar jawabanku. Aku hanya bisa tertawa mengakak dalam hati.

"Kasian tapi kamu. Sekarang pun kamarmu belum ada kasurnya." Kata Kak Della.
"Mungkin malem ini biar Kak Zaki aja yang tidur di sofa. Kamu tidur sama aku."

"Enggak ..."
"Enggak ..."
Tiba-tiba, aku dan Kak Zaki menjawab berbarengan.
Aku langsung diam, begitu pun dengannya. Untuk beberapa detik, pandangannya dan pandangan mataku berbenturan kembali tanpa sengaja.

"Enggak lah. Gak usah." Lanjut Kak Zaki mendahuluiku.
"Kayaknya sofa lebih …"
"Ya kamu tau lah, Bun. Kamar kita berantakan. Gak enak sama Bella."

"Oh. Itu maunya, yaa.."
Kelakarku dalam hati.
Aku manggut-manggut, aku paham. Kemungkinan besar skandal pencabulan kakak ipar bakal terjadi kembali nanti malam.

"Aku di sofa lagi juga oke kok, Kak." Aku menjawab seenak hati.

---

Sengaja kubuat bersambung lagi wkwkwk.

Selamat berbuka, semuanya. Makasih buat yang udah ngomen, mau itu ngritik, komplen, atau muji, cuma dengan begitu aku jadi semangat lanjutin ceritanya.
Mungkin aku gak akan bisa bales satu-satu komennya ya, tapi tolong jangan kapok buat tetep kasi komen.
Love you all

:alamak:

Index
 
Terakhir diubah:
trimakasih kakak sudah buat cerita yang bagus dan enak buat di baca,,
di tunggu kakak update ceritanya
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd