Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Lockdown Corona: Bella

Lagi lockdown gaboleh keluar lho zak.. malah genjot2 nanti keluarnya gimana?
 
Lockdown Corona: Bella
Ditulis oleh Giaraini, untuk Kakak-Kakak Semprot tercinta.

Kalo mau copas, copas judul sama penulisnya, ya.

Part II
Bandung, 4 Mei 2020

---



Selesai urusanku di meja makan, Kak Della menyuruhku mandi duluan. Aku pun pergi ke kamar mandi. Di sana, setan syahwat rupanya masih mengikutiku. Wangi segar bekas Kak Zaki mandi masih menyelubungi ruang kamar mandi. Wangi maskulin yang jantan, wangi yang jarang kutemui di rumah dan kosanku. Entahlah, rasanya sangat menggugah gairah, sampai-sampai rasanya ujung-ujung syaraf tubuhku terasa menyilu-nyilu, mendesir-desir karena menghirup itu.

Clear Men Shampoo, The Body Shop Men Shower Gel, L'Oreal Men Expert Moisturizer, Gillette Men Shaving Cream, Dove Men Roll On, satu per-satu kulihat dan kubaui karena penasaran. Tumbuh dari kecil dalam keluarga mayoritas perempuan, barang-barang-barang cowok seperti ini memang jarang kujumpai di rumah. Tapi aku tak pernah sejalang ini sebelumnya, baru kali ini kelakuanku agak nyeleneh.

Aku pun mulai bertanya-tanya. Apakah aku sedang berahi? Kenapa segala hal tentang cowok mendadak membuatku terangsang? Mungkinkah karena pengaruh pencabulan tadi malam? Aku berkaca, menatap kedua buah dadaku yang rasanya lebih kencang dari biasanya. Aku pun mulai menghitung-hitung tanggal jadwal menstruasiku, takutnya ini hanya fluktuasi hormonal semata.

Entahlah, tapi aku memang sedang centil hari ini, aku merasa tubuhku jadi lebih seksi hari ini. Terbukti saat memilih baju pun, aku sedikit kesulitan memilihnya. Bajuku yang biasa terasa 'terlalu biasa' untukku hari ini.

Pilihan pakaianku pada akhirnya jatuh pada satu setelan yang lucu, cukup seksi tapi tetap lucu. Tank top katun u-neck longgar pink dengan legging jogging spandeks ketat berwarma abu-abu. Setelan ini sebetulnya buat aku terlalu 'kurang sopan' untuk dipakai di tempat umum; kerah tank topku ini terlalu lebar sehingga sebagian payudaraku bisa terlihat dengan mudah, sementara leggingku terlalu ketat dan sangat tipis sehingga lekukan dan lipatan tubuhku jadi jelas terlihat. Selama ini, aku tak pernah memakainya selain di luar rumah dan kamar kosku. Tapi hari itu aku merasa lain, aku merasa seperti ingin jadi pusat perhatiannya Kak Zaki.

***


:alamak:

feel cwenya terasa banget dibagian ini :beer:
 
Bimabet
Lockdown Corona: Bella
Ditulis oleh Giaraini, untuk Kakak-Kakak Semprot tercinta.

Kalo mau copas, copas judul sama penulisnya, ya.

Part IV
Bandung, 6 Mei 2020

---

"Ssshhh..hahhh, sshhhh..haahhh."
Dengan nafas terengah-engah, tubuhku tergeletak lesu seperti ranting yang lapuk. Dadaku kembang-kempis seperti ikan yang terdampar, bunyi nafasku yang kencas-kencis sudah seperti kereta uap yang sedang menanjak. Aku tergolek lemas setelah melewati satu orgasme yang luar biasa hebat.

Selama ini, aku melakukan masturbasi sendiri bisa dihitung jari dalam setahunnya, atau paling sering hanya sebulan sekali, dan itu pun setelah aku mulai tinggal di kosan. Jika saja aku tahu ada orgasme yang senikmat tadi, mungkin aku akan masturbasi setiap hari. Jemari Kak Zaki sudah seperti mesin blender jus ibuku saja. Tangannya berputar-putar seperti angin puyuh yang mencorak-carik, mencobak-cabik, mengincau, mengaduk-aduk kelentitku, mengobrak-abrik kemaluanku, meluluh-lantahkan selangkangan dan tubuhku.

Rupanya, selama ini aku melakukannya dengan cara yang salah. Setelah 18 tahun aku baru tahu, di balik biji kelentitku yang teramat kecil itu rupanya ada bagian yang lebih sensitif lagi, bagian yang hanya bisa dijangkau saat sedang terangsang hebat.

Parahnya, orgasmeku tadi berlangsung lebih lama dari biasanya, lama sekali sampai-sampai ketika selesai, rasanya tulang dan ototku merapuh seperti abu.

Perlahan, tanganku yang mencengkram tangan Kak Zaki mengendur. Kak Zaki menatapku dengan tatapan yang puas saat menarik tangannya yang basah oleh keringat itu.

"Udahan?" Tanya Kak Della, yang masih belum sadar jika adik ipar yang tidur di sampingnya ini baru saja disenggamai tangan cabul suaminya.

"Tumben kamu nafsu gini, Yah." Bisik Kak Della sambil mengenakan kembali pakaiannya.
"Udah lama loh kita gak ngeseks."

Malam itu, aku tidur nyenyak sekali.

---

"Tidur di kamar lebih enak, kan?" Tanya Kak Della, menyambutku dari meja makan saat aku baru keluar dari kamar.

Mataku berpapasan dengan tatapan Kak Zaki yang duduk di samping Kak Della, sesaat pipiku rasanya merona merah.

"Enak banget, Kak." Jawabku, kali ini aku menjawab dengan serius. Bagaimana tidak, sampai pagi ini pun, tubuhku rasanya masih remuk sisa pencabulan semalam.

Keduanya pun segera tenggelam dalam diskusi serius soal Covid-19, sementara aku diam saja sambil menyantap nasi goreng buatan kakakku ini.

Ding Ding!
Aku mendengar suara notifikasi iPhoneku.

"Follow requests: Ahmad Zaki Mubarok"
"Oh. Dia mau follow IG aku?
" Ejekku dalam hati.

"Kamu gimana UAS, Bell?" Tanya Kak Della di tengah suapan makanku.

"Gak tahu."
"Belum ada pengumuman."
Jawabku, sambil mempertimbangkan follow requestnya Kak Zaki.

"Apa kamu gak sekalian aja belajar di sini?"
"Dua minggu loh, lumayan dari pada gabut."
Tanya Kak Della lagi.

"Iya sih."
"Cuman bukunya kan kutinggal di kosan."
Jawabku, sambil memijit tombol Confirm di layar Instagramku.

"Ambil aja dulu." Kali ini Kak Zaki yang bersuara.
"Sok, kalo mau aku anter."

"Ya udah."
Jawabku tanpa berpikir macam-macam.

Selesai makan, seperti halnya kemarin, aku pun pergi mandi.

Duduk termenung di kloset dengan celana dalamku yang tersangkut di kedua lututku, aku mulai teringat kembali kejadian semalam. Bekas cairan kenikmatanku yang mengering di tengah celana dalamku seolah mengajak pikiranku bernostalgia dengan orgasme hebatku.

"Semenit!"
"Semenit!"
Teriakku dalam hati, mengingat betapa intens dan panjangnya orgasmeku kali itu.
"Gila aja."

Aku masih ingat bagaimana Kak Zaki dengan pintarnya menyetubuhi Kak Della sementara jarinya memperkosa klitorisku dengan cekatan. Dipijatnya, dipecalnya, diurutnya, diperasnya, dicolek, disentil, dicungkil-cungkilnya kelentitku.

Ada momen dimana dia beberapa kali hendak memasukkan lagi jarinya ke dalam lubang vaginaku, sehingga aku harus memegangi tangannya sepanjang dia mencabuli kemaluanku. Tapi itu pun nyaris kubiarkan saking merasakan betapa nikmatnya jarinya, kalau saja itu bukan jari. Memangnya siapa yang mau diperawani oleh jari setelah perjuangan sekian lama menjaga dan merawat keperawananku?

Tapi harus aku akui, dengan mabuk kenikmatan sedahsyat itu, siapa pun bisa lalai. Apalagi sambil memandangi dua insan yang sedang berasyik-masyuk dengan alat kelamin mereka, dengan bau keringat dan hawa lembab birahi yang menyelimuti ruangan. Jangankan mereka, aku saja sudah kegerahan, ketiak, dada, dan leherku saja basah oleh keringat.

"Ah. Kok bisa senikmat itu, ya?" Pikirku dalam hati.
Diam-diam, kedutan-kedutan kecil terasa merenyuk-renyuk di otot vaginaku. Aku menatap kemaluanku, dan tersenyum mendapati klitoris mungilku yang tiba-tiba tegang.

"Hei, kamu si nakal." Sapaku dalam hati.
Maklum saja, klitorisku ini sangat pemalu. Setidaknya, sehari-harinya begitu. Tenggelam, bersembunyi, berlindung dalam himpitan lemak kemaluanku yang empuk dan nyaman. Tapi kali ini, setelah mengalami petualangan yang menyenangkan tadi malam, dengan malu-malu kucing dia berani unjuk diri.

Ah. Kalau saja ini di kosan, pasti aku sudah masturbasi.

"I love you, my Clit." Bisikku pelan.
"Kapan-kapan kita main lagi." Ujarku, bangun dari kloset dan bersiap-siap untuk mandi.

---

Bersambung dan bersambung dan bersambung, yay!

Index
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd