Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mam... Aku Minta Maaf

Survey pertimbangan Plot NTR/cuckold buat cerita baru nanti (kalau ada yang lain boleh dm)

  • adik laki-laki vs Kakak Perempuan + adik laki

    Votes: 61 10,6%
  • adik laki-laki vs Kakak Perempuan (no incest)

    Votes: 42 7,3%
  • suami vs istri

    Votes: 58 10,1%
  • Ayah vs anak perempuan

    Votes: 69 12,0%
  • anak laki vs ibu kandung + anak/adik kandung yang lain.

    Votes: 248 43,2%
  • anak laki vs ibu kandung (no incest)

    Votes: 172 30,0%
  • Suami vs istri + anak perempuan

    Votes: 45 7,8%

  • Total voters
    574
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Part 8

PoV Henry


Dilihat dari teras belakang, aku tidak melihat keberadaan mama di dapur. Sekarang cuma ada Andre yang sedang berdecak pinggang disana. Ternyata dia masih disini, belum pulang juga. Dari jauh kulihat dari belakang rumah, tetanggaku dan sekaligus temanku itu sedang memejamkan matanya sambil terkadang mendongak kepala-nya keatas. Hmmmm, kenapa dia ya, sepertik sedang lagi atau malah lagi ke-enakan.

Sudahlah biar aku urus dulu sepreiku yang basah dan lengket-lengket ini. Harus kumasukan kedalam mesin cuci malam ini juga. Lucu-nya noda-noda di seprai-ku ini, tercium bau yang sedikit agak familliar di hidungku. Hmmm tapi bau apa yaaaa.

Mesin cuci pun berputar mencuci seprei-ku. Aku harus menunggu selama 15 menit untuk berhenti. Baru bisa kujemur. Daripada bolak-balik, aku memilih untuk tetap di belakang sambil bermain Hp. Hmmm ngapain ya, main game di HP lagi capek. Ah iya, sekali-kali kenapa nggak main medsos saja. Sudah lama juga tidak lihat medsos.

Tak lupa aku cek medsos punya mama juga, ternyata foto-foto di sana sudah bertambah banyak sekali. Anehnya berlimpah sekali foto mama bareng Andre. Dari mereka gowesan bareng, jalan-jalan ke mal, ngopi-ngopi dan masih banyak lagi. Padahal aku anaknya, tapi kenapa justru mama dan Andre yang terlihat seperti ibu dan anak ya. Bahkan terlihat mereka mesra sekali seperti pasang kekasih saja. Hahaha aku tertawa dalam hati melihat tingkah dan gaya foto mereka. Ada-ada saja mereka ini. Memikirkan tingkah mereka, jadi teringat kejadian hari ini. Aku iri dengan Andre yang bisa menyentuh tubuh mama yang seksi. Aku bayangkan diri-ku di posisi teman-ku, pasti tak akan ku sia-siakan kesempatan itu.

*Ting terdengar bunyi mesin cuci tanda selesai jadi sekarang bisa kugantung seprei-ku. Selesai urusan di belakang, aku masuk kedalam rumah. Lalu kulihat arah dapur. Tak banyak yang berubah, Andre masih saja berdiri di dapur. Ngapain sih dia, tanyaku dalam hati.

“Nyokap gw mana Dre? Perasaan tadi ada di dapur dan lu kok masih disini? Gw kira lu sudah cabut”. Dia meneloh ke arahku, dan sesekali merem-melek.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

“Tadi tante Santy……. Okh…..shittt” Andre menjawab sekaligus seperti merasakan sakit yang datang tiba-tiba datang. Apa dia masih merasakan kram juga dari kemarin.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

Astaga, terdengar oleh kupingku suara-suara aneh itu lagi. Belakangan ini sering terdengar suara kayak gitu ya.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

“Lu kenapa Dre? Kek kesakitan gitu jir? Lu lagi ngapain dah, sampai ada suara-suara aneh gitu”.

“Gw kram lagi Henn…. Okh…okh…okh…nyokap luuu lagi makan mieee lagi Hennn….” jawabnya. Mama makan mie? Tapi makan dimana? Kok gak keliatan orang-nya sih. Pikiranku berkecamuk melihat keadaan aneh gini.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

“Ogh…shit…aku keluar…” erang Andre tiba-tiba dengan keras-nya, membuat-ku membelalakan mata.

Cukup lama terkaget, aku hanya menatap Andre yang sedang ngos-ngosan.Aku bingung dengan situasi yang sedang terjadi di depan matu. Apa tidak aneh melihat teman mendesah-desah gak jelas. lebih baik periksa keadaan dapur dan temanku itu. Aku pun melangkahkan diriku ke dapur. Tapi baru selangkah kaki aku daratkan di lantai, tiba-tiba mama muncul dari belakang Pantry. Mama langsung menoleh kearah aku. Bibir mama terlihat basah mengkilap seksi dan kedua pipi mulus-nya terlihat menggelembung, seperti menampung sesuatu di dalam mulutnya.

*Glek…..terdengar mama menelan sesuatu. Terlihat leher jenjang mama bergerak seakan sesuatu melewati tenggorokannya.

“Kenapa sayangg…..kok benggong gitu sih” tanya mama seraya mengemuti jari-jari manisnya. Oh gilaaa, mama sangat sensual dan nafsuin saat mengulum jari-jarinya. Kusipitkan mata untuk fokus melihat jari-jari, terlihat basah mengkilap. Masa iya, mama makan-nya nya belopotan gitu.

“Maah…..habis makan mie lagi ya?”.

“Hihi iya sayang, habisi makan mie sama sosis-nya Andre lagi”.

“Loh memang-nya belum habis sosis-nya? Bukannya tadi sudah makan?” tanyaku heran, tak biasanya mama makan banyak seperti ini.

“Hihi abis dipijet tadi bikin mama laper lagi. Sosis kepunyaan Andre selalu siap sedia loh Hen, ya kan Dre?”.

“Hosh….hosh…iya tan, kapanpun tante mau Andre siap berikan langsung”. Aku perhatikan Andre menjawab pertanyaan mama dengan nafas tersengal-sengal. Teringat kata mama tadi siang, aku jadi penasaran dengan makanan yang dikasih sama Andre.

“Dre gw penasaran sama sosis lu. Katanya mama, punya elu berurat-urat gitu. Berarti kayak bakso gitu dong”.

“Oh lu mau lihat sosis berurat punya gw? nanti kapan-kapan gw bawaain deh, biar lu tahu kenapa tante Santy suka banget, sampeh nagih terus. Ya kan tan?” tanya Andre kepada mama. Entah kenapa kali raut wajah Andre terlihat menyebalkan seperti ingin mengoda mama.

Mama mengangguk setuju dengan kata-kata Andre “He-eh, sosis kamu enak banget pake bangetttt. Hihihi jadi pengen lagi”.

“Gampang, nanti kalau tante mau tinggal telpon Andre ya. Dah ya tante, Andre mau pulang dulu. Capek banget hari ini”

“Iya sayang, makasih ya sudah mau nemenin tante hari ini ya. Kamu jangan lupa jaga kesehatan dan stamina ya Dre. Biar nanti siap nemenein tante lagi ya sayang”.

“Siap tante-ku sayang”.

*Cuph…

Mama memberikan kecupan kecil di pipi Andre. Temanku hanya tersenyum dan menatap kepadaku, ketika menerima ciuman kecil di-pipinya. Tatapan Andre seolah mengatakan ‘liat nih bro, gw di cium mama loe yang cantik’. Sial aku pengen di cium juga. Kalau bisa lebih sih hahaha.

"Yuk sayang, tante anter kedepan ya” ajak mama lalu menggandeng tangan kekar Andre. Lalu mereka berdua berjalan ke depan, meninggalkan aku yang hanya diam di depan pantry dapur. Huhhhhh, mama perhatian banget sama Andre ya. Sudah lama aku tidak mendapatkan perlakuan seperti itu. Bahkan Andre mendapatkan ciuman, ya meskipun di pipi kan aku juga mau. Aku jadi cemburu dengan perhatian yang mama berikan ke temanku.
Mama dan Andre terlihat mesra sekali di depanku. Kuperhatikan mama meraba-raba dada Andre yang bidang itu. Mereka terlihat bisik-bisik dan sesekali melirik kearah ku dan tertawa kecil. Sepertinya mereka berdua memiliki rahasia yang tidak aku ketahui. Gaya banget sih pake rahasia segala. Bukannya hanya mengantar sampai pintu rumah, mama malah ikutan keluar juga. Hadeh mau apa lagi sih mereka, kan ini sudah malam.

Kutunggu di ruang makan, tapi aku heran kenapa mama tidak masuk-masuk ke rumah ya. Aku beranjak dari kursi, dan mengintip ke arah luar rumah. Mama dan Andre masih di luar rumah, lebih tepatnya di jalanan depan rumah. Karena sudah gelap, tidak jelas mereka sedang ngapain disana. Mereka seperti terlihat berdempetan sekali. Tak mengerti dengan apa yang kulihat, kuputuskan untuk menyudahi acara mengintip dari jendela. Aku segera kembali kamar untuk menyapu dan mengepel lantai yang basah.

15 Menit kemudian

Kamarku sudah kubersihkan dengan susah payah. Masih terheran, kok bisa sih acak-kan dan basah dimana-mana gini. Hadeh mereka ini habis pijet atau apasih.

*Clek

Bunyi pintu rumah? Jangan-jangan mama baru masuk ke dalam rumah.

“Loh mama dari mana?” tanyaku ketika mama masuk rumah yang sedang menyeka mulut-nya dengan telapak tangan.

“Tadi mama ngobrol dulu sama dia. Sudah ya, mama mau mandi dulu. Lepek banget badan, habis naik turun sama Andre di kasar kamu hihihi”.

“Hah? pijet kok naik turun itu gimana caranya mam” tanyaku binggung.

“Yaaaaa gitu deh…. Nanti kamu juga tahu kok” jawab mama. Kata-kata mama ‘nanti juga kamu tahu’ itu maksudnya apa coba, memang apa susahnya sih ngejalasin ke aku. Ngomong-ngomong otakku teringat akan sesuatu, kalau tidak salah mama kemarin nginep di rumah Tante Hani.

“Oh iya, mama bukannya kemarin sudah pijetan di rumah tante Hani ya?”.

“Ehmm iya bener, yang mijet tante-mu juga Andre kok”.

“Wahhhh, berarti si Andre juga nginep disana dong”.

“Iya dong, kan nggak mungkin mama nyuruh dia pulang malem-malem gitu. Dan juga rumah tante Hani cukup jauh dari komplek kita loh, bahaya tahu. Nanti kalau di begal gimana? jadi mama nggak ambil resiko”.

“Memangnya boleh sama Om Doni, kalau si Andre mijetin Tante Hani sama tidur disana juga?”.

“Boleh dong sayang, karena kebetulan Andre sama Om Doni juga satu klub gowesan. Jadi sudah saling kenal”.

“Ohhh gituu, bagus deh” jawabku sambil menggangukan kepala.

“Terus kabar mereka gimana mam? Si Jessi apa kabar mam?” tanyaku ke mama. Jessi adalah sepupuku yang cantik dan seumuran aku juga. Dia anak dari Om Doni dan Tante Hani. Duh kangen juga, sudah lama tidak bertemu dengan mereka semua.

“Ohhh mereka fine-fine saja sih, sehat semua kok. Kemarin mama juga ketemu sama Jessi kok. Dah ah, sana tidur. Kamu nanya-nanya mulu. Sudah malem ini, atau kamu malah mau bergadang ya? Atau jangan-jangan kamu mau…….”.

“Mau apa mam?” tanyaku karena mama menggantung kata-katanya.

“Coli ya? Bayangin mama sama Andre lagi ngga-nggak ya hihihi” ucap mama menjawab pertanyaanku dengan vulgar-nya.

“Hahhh, Iiih mama kenapa ngomong gitu sih? Masa bayangin Mama sama Andre sih”.

“Hihihi habis kamu mupeng gitu sih. Kamu juga pengen nyentuh mama kayak Andre kan? hihihihi dadah anakku yang mesum, selamat mimpi basah ya” ucap mama dengan santai-nya, lalu pergi masuk ke kamar-nya sendiri.

Selepas kepergian mama, aku juga masuk dan merebahkan diri di kasur yang sudah rapih dan bersih. Ada-ada saja mama pikirku. Tapi mama ada benarnya, aku pengen megang eh grepe-grepe mama juga. Sialan si Andre, tampaknya dia ketiban dewi fortuna. Gak cuma mijet mama, tapi juga tante Hani yang cantik. Membayangkan Andre memijat mama-mama cantik itu, membuatku terangsang. Seandainya aku di posisi Andre. Huh…..jadi ngaceng, seperti-nya malem ini otong-ku minta dipuaskan. Kubuka galeri di Hp, dan kucari foto-foto mama yang hot. Saat-nya bercoli ria malam ini.



PoV Santy

“Gila si Henry, kok bodoh banget sih tan. Padahal kita dari tadi ngomongnya ambigu banget loh” bisik Andre kepadaku. Kami berdua beriringan berjalan ke pintu rumahku untuk mengantarkan kepulangan si pejantan ini.

“Sstt…. Nanti Henry denger loh….Iyahhh… si Henry terlalu naif dan bodoh sih”.

“Nanti harus lebih gila lagi ya tan. Ohhhh aku tahu, sini tan aku bisikin….” Andre pun memajukan mulutnya ketelingaku dan membisikan idenya. Dengan seksama aku dengarkan perkataan Andre di telingaku. Senyumku mengembang lebar mendengar rencana Andre nanti.

Ketika sudah di depan pintu rumah, Andre menarik aku keluar dari rumah dan menuntun diriku ke jalan raya yang berada persis di depan rumah. Aku tahu kekasih mudaku ini ada maunya. Tapi Andre meyakinkanku, kalau Henry nggak bakal lihat. Lalu cumbuan dan remasan kembali terjadi, dan sensasi melakukannya di depan rumah sendiri sangat mengairahkan.

Setelah Andre kepulangan, dan ngobrol sama Herny tadi, aku segera mandi. Badanku terasa lepek sekali setelah seharian penuh bertempur birahi bersama teman anakku yang perkasa dan ganteng itu. Dan lucu-nya atau gila ya? aku lakukan persetubuhan panas bukan di kamarku, melainkan di kamar anakku.

Dekat dengan Andre selalu saja membuatku terangsang, ingin terus memacu birahi. Memek mungilku pasti berkedut-kedut setiap dekat dengen Andre, pusaku-ku itu pasti kangen dengan senjata Andre. Kedua puting-ku juga pasti ikut bereaksi menegang ingin dilumat. Justru kami sudah jarang gowes, yang ada kami langsung menuntaskan gairah yang mengebu-gebu.

Sekarang tidak cuma satu kontol yang kunikmati, tapi sekarang sudah ada dua kontol yang besar yang bisa memuaskan aku kapan aja. Ya si Kiryo pembantu Andre yang tua, sudah kuijinkan untuk merasakan tubuhku juga. Lagipula aku tak tahan lagi untuk tidak merasakan kontol-nya yang juga tidak kalah besar-nya . Meski sudah keriput tapi tetap kekar dan perkasa hihihi.

Sial karena Andre aku semakin kelewatan binal-nya, rasa sayang kepada Andre sudah lebih besar daripada Henry.

Eh tidak-tidak, rasa sayangku kepada kontol perkasa Andre jauh lebih besar kepada anakku sendiri. Apa yang kuberikan kepada Henry hanya seala kadar-nya. Dan akan kulakukan apa saja untuk memuaskan diriku, dan kontol Andre berserta pemilik-nya . Bahkan saking sayang dan cinta-nya, kemarin di rumah Andre dan hari ini dirumahku sendiri, aku telah mulai melakukan hal yang gila dan binal. Tak kuduga rencana aku dan Andre untuk menggoda Henry telah berhasil di laksanakan dan kuyakin akan semakin gila nantinya. Berbaring di bath-tub, kuterawang hari kemarin…….

Flashback Santy di Rumah Andre

Dari pagi aku ‘gowesan’’, dan sampai sore menjelang malam aku masih dirumah Andre. Sekarang Aku dan Andre sedang beristirahat di sofa sambil menonton TV. Kami berdua cukup lelah setelah bergumul seru dan panas. Aku senderkan kepala di bahu Andre yang gagah, Andre pun membalas dengan merangkulku mesra. Tanganku tidak tinggal diam, kubelai mesra batang Andre. Meskipun sudah memuntahkan lahar-nya berkali-kali, penis itu masih sedikit lumayan tegang dan keras. Tanda tak lama lagi siap untuk bertempur kembali. Memang benar-benar perkasa, jauh lebih hebat daripada milik mendiang suami-ku. Hihihi maafkan aku suami-ku, tapi kamu sangat payah dibanding pacar baru aku. Sudah ya kamu tenang saja disana, aku sudah puas lahir dan batin sama Andre.

“Tante-ku sayang” panggil Andre mesra.

“Iyaaaa kenapa sayangku, cintaku” jawabku tak kalah mesra, bak orang yang lagi kasmaran saja. Hiihihi apa kata orang ya ketika tahu kalau aku seorang janda tua menjalin kasih dengan teman anaknya.

“Aku mau mabar sama Henry sekarang”.

“Ehmm Mabar itu apa?” tanyaku binggung tidak mengerti istilah yang dipakai Andre barusan.

“Mabar itu artinya Main bareng tan, jadi aku ajak si Henry ngegame sekarang. Dia main di rumah, dan aku main di rumah sendiri. Online gitu tuh tannn” jelasnya

“Ohhh online, terus kenapa Dre? Tante gak ngerti gituan soalnya” aku tidak paham dengan arah pembicaraan ini.

“Inget dengan rencana kita kemarin kan? Nah sepongin kontol-ku sambil aku main ya” ajaknya.

“Kamu mau tante isepin kontol kamu pas lagi main game?” tanya-ku memastikan.

“Iya tan. Andre pengen tahu apa dia ngeh atau nggak, kalau mama cantik-nya lagi nyepong kontol” ucap Andre menjelaskan sekaligus nge-gombal kepada diriku. Dasar playboy yang ulung.

“Ohhh nanti gimana caranya?” tanyaku tidak mengerti bagaimana caranya aku menyepong kontol milik-nya ketika dia main game.

“Sudah tante tinggal isep saja punya-ku pas aku main ya, nanti aku kasih aba-abanya”.

“Hmmm ok deh sayang, berarti nanti Henry bisa denger suara-nya dong ya?”

“Iya tan. Nanti tergantung si Henry dia ngerti atau nggak, hahahaha”.

“Kayaknya gak bakal deh, kan dia anak yang ****** hihihi” tawaku menjelek-jelekan anak sendiri. Sepertinya aku tak pantas lagi disebut sebagai ibu yang baik, tapi lebih tepat-nya di bilang ibu yang binal hihihihi.

“Ihhhh Tante parah banget sih, makin parah aja ngatain anak sendiri” ejek Andre.

“Bodo amat, habis jadi anak gak berguna banget sih. Gak kayak kamu dan kontol kamu ini hihihi” jawabku centil seraya meramas pelan penis-nya.

Langsung Andre tertawa terbahak-bahak dengan puas ketika mendengar aku menghina Henry lagi.

“Hahahahah. Jadi beda sama Andre ya tan?”.

“Jelas beda dong sayang. Kamu tuh ya, sudah ganteng, gagah, smart dan jantan pula. Apalagi kontol kamu ini yang gagah dan kekar, kuat juga lagi hihihi” ucapku vulgar seraya terus mengelus-elus lembut seluruh batang kemaluan Andre.

“Kontol kamu gak pernah bikin tante kecewa tauuu, beda sama Henry yang buat mama-nya ini marah-marah terus” lanjutku membanding kontol besar ini dengan anak kandungku.

Lalu aku turun dari sofa dan bersimpuh di antara kaki Andre. Langsung kugenggam mesra batang-nya, lalu kutempelkan dan kutepuk-tepuk kepala kontol Andre di bibirku, “Kan aku sudah bilang sama kamu sayang, Kalau tante lebih cinta sama kontol kamu daripada anak tante sendiri”.

*Cup….Cup….Cuph….. Andre pun melenguh nikmat karena ciumanku yang bertubi-tubi hinggap di kepala pusakanya. Dengan waktu singkat, penis-nya menegang tegak dan keras.

“Oughhh…sabar ya tante, nanti aja pas main game. Ok sayang?” pinta Andre untuk menghentikan service-ku kepada kemaluan-nya.

Dengan mendengus kecewa, kuhentikan perbuatanku pada penis-nya, dan dia langsung bermain dengan HP-nya. “Kamu kok malah main HP sih, katanya mau main game sama Henry. Kontol-mu jadi nganggur nih” tanya-ku terheran sambil menggoyang-goyangkan batang keras itu ke kanan dan kekiri. Gemas-nya aku.

“Sabar dong sayang, aku lagi chat si pencundang itu buat mabar sekarang”.

Aku pun mengganguk ngerti “Ohhh ok-ok deh, yang cepet ya. Sudah gak tahan tau mau nyepong lagi nih” Ibu macam apa yang tidak marah ketika anaknya dikatakan pencundang. Oh iya kayak aku dong, Ibu yang binal haus akan kontol hihihi.

Sambil menunggu Andre, aku manjain ringan kontol-nya. Tak lupa kuremas dan kupijit lembut biji zakar-nya yang besar. Pasti penuh dengan peju yang siap kutelan nanti hihihi. Duh jadi gak tahan buat melumat kontol ini.

“Sabar ya sayangku, nanti kamu masuk ke mulutku lagi kok“ ku ajak bicara kontol itu selagi yang punya sedang sibuk chattingan. Konyol sekali tingkahku. Sejak bersama Andre, aku yang dulu kolot soal sex, malah menjadi nakal dan gila begini hihihi. Tak apa aku senang kok, enak dan nikmat sih.

“Yuk tante sayang, Si Henry bisa main sekarang nih”. Kami berdua bergegas ke kamar Andre. Andre langsung mempersiapkan komputernya. Sedangkan aku segera bersimpuh di tengah-tengah di antara Andre dan meja komputer milik-nya. Kutunggu aba-aba dari kekasih mudaku ini.

“Halo…haloo… Hen suara gw kedengeran gak?” tanya Andre kepada Henry.

“Kedengeran kok Dre” terdengar suara anakku dari headset Andre.

“Ok-ok sip, sudah lama gw gak main. Takut sudah rusak Headset gw”.

“Ohhh, ok kok suara-nya. Cukup jernih dan jelas kok Dre” Jawab Henry lagi.

Aku bisa mendengar suara Henry, karena Andre tidak menggenakan headseatnya di kepalanya. Hanya digeletakkan di meja, jadi seperti speaker.

Kemudian Andre memberi aba-aba kepadaku untuk mencium bibirnya. Dengan hanya menegakan badan ku, wajahku sejajar dengan wajah tampannya. Tanpa membuang waktu, kuterkam bibir Andre dengan bibirku. Andre pun memelukku dan menggerayang seluruh badanku.

*Cuph….Cuph….Cuph…Slurphhh….. Suara cipokan yang basah terdengar menggema di kamar Andre. Si Henry sadar gak ya tanyaku dalam hati.

“Oh ya, nyokap gw kemana ya Dre? Nggak kelihatan dari pagi tadi” tanya Herny kepada Andre. Uhhhh lucu banget sih anakku, mencari keberadaan mama-nya. Coba saja dia tahu kalau ibunya lagi mau nyepongin kontol temannya yang besar.

Andre Melepas cumbuanku unntuk menjawab “Ehmmm….puahh…lah masa nanya sama gw, kan elu anak-nya” Andre menyindir anakku hihihi.

“Biasa-nya kalau pergi lama ngasih tahu gw Dre, tapi hari ini gak ada kabar sama sekali” kembali Henry bertanya. Aku sudah malas untuk melakukan itu, buat apa pikirku. Toh dia tetap membuatku kecewa. Sekarang aku sebagai ibunya, hanya mau menggeruk rasa nikmat akan sex yang hebat.

“Kan belakangan ini mama gw lagi sering jalan sama elu Dre. Lagipula kalau gak salah nyokap gw tadi pakai baju gowesan deh, berartikan sepedaan sama elu kan?”. Hahaha kembali aku tertawa dalam hati, mendengar anak-ku bicara. Memang benar kata anakku, sekarang aku sudah terlalu sering pergi bersama Andre. Sampai terkadang aku lupa kalau aku punya anak di rumah.

Kembali kucium bibir Andre. *Cuph….Cuph….Slurph…..Cuph….. kusedot bibir dan kutarik lidahnya untuk bersilat.

“Ehmm…cuph..puah…Iye tadi pagi gw berdua sama nyokap lu gowes barang, genjotin pedal. Tapi habis itu pergi entah kemana. Mungkin tante Santy lagi bersenang-senang Dre hehehe”.

“Hah? bersenang-senang gimana maksud luh Dre".

Aku cuma bisa tertawa dalam hati mendengar omongan Andre kepada Henry. Dan tampaknya Henry terdengar binggung dengan kata-kata Andre. Duh anak-ku yang tolol, yang di maksud sama teman kamu itu, bersenang-senang mencari nikmat hihihi.

“Okh…. ya…ehmmm, ya mungkin mama loe lagi bersenang-senang mencari nikmat Hen”. Seperti membaca pikiranku, Andre menjawab seperti itu hihihi. Tak menjawab Henry lagi, dan puas bercumbu dengan panas-nya, dengan isyarat Andre memintaku untuk langsung menghisap kemaluanya yang sudah keras dan banjir dengan pre-cum.

“Ah gaje banget elu Dre, mencari nikmat apaan deh. Gw serius nih nyo…. ehhh kita dapat match(game) nih. Harus menang nih, siap kan Dre?”.

*Cuph….Cuph….Slurph…..Cuph…..

*Cuph….Cuph….Slurph…..Cuph…..


“Elu yang kali siap-siap Hen, kan loe cupu hahahaha okh…shit…ehmmm” Ditengah hisapan-ku dan desahan-nya sendiri, sempet-sempetnya Andre mengejek Henry.

“Jang..jangan.. lupaaa… pake itemmm yang bener yah…okh…" “Elu kenapa sih Dre? Gw perhatiin daritadi ngomong aneh gitu".

"Okh.. gak apa-apa kok Dre, rada pegel aja gw. Gowesan mulu ama nyokap lo".

"Ohhh, pegel banget ya?".

"Iyahhh, capek-capek tapi enakkk Hen...ohh fuckk…" iyalah enak, wong tiap hari kontol teman-mu ini bersarang di dalam tubuh mama kandung-mu. Dari mulut, memek berserta rahim tempat kamu dulu dan sebentar lagi anus mama juga bakal di hujam sama batang keras ini.

"eh bangsat loe Dre... masa tiba-tiba gw di katain fuck lagi" protes-ku ke Andre.

"Sorry sorry Henn...gw kram…okh….. ini rasanya kaya di sedot-sedot gituu…ohh..Shit…”
Hihihi si Andre mendesah-desah terus akibat blowjobku. Dan gobloknya anak-ku, dia percaya saja dengan-dengan kata Andre. Mana ada rasa kram di sedot-sedot gitu. Padahal jelas-jelas, kalau di dengar dari suara-nya sudah pasti ini suara orang sedang di BJ-in.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

"Dre Dre, lu jaga lorong A yang bener dong Dre. Musuh lewat tadi" terdengar amarah Henry ke Andre. Andai anakku tahu, kalau teman-nya yang perkasa tidak bisa kosentrasi untuk bermain lagi karena kontol besar-nya sedang di hisap dengan nikmat-nya.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

"Okehhh...bro…sorry…..akh…kaku…..guee…okh…kramm….okh…" hihihi Andre cuma bisa mendesah-desah nikmat.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

Sekrang tak kupedulikan lagi mereka yang bermain game, yang ada di pikiran hanya kontol Andre yang harus kunikmati dengan mulutku.

"Dre lu denger suara-suara nggak jelas gitu gak sih?" Ohhhh ternyata Henry ngeh dengan suara yang keluar akibat hisapan-ku di penis Andre.

"Eh lu deng....eh...maksudnya gw memang suara apaan Hen?".

"Gak tau suaranya kayak basah-basah gitu, kayak orang makan mie kuah gitu".

"ohh mungkin suara gw lagi minum atau ngemut-ngemut permen kali" Hihihi konyol sekali alasan si Andre. Apa mungkin Henry bakal percaya.

“Ohhh ok Deh, tapi kenapa suara-nya gak berhenti ya? Masa elu dari tadi minum terus kan gak mungkin” Andre hanya mendiamkan Henry. Kulihat kekasih muda-ku hanya merem-melek menikmati service ku di kemaluan-nya. Sesekali kuberi tatapan seksi ke mata Andre ketika kepala kontol-nya bersarang dalam mulut-ku.

Aku rasakan kontol Andre mulai berdenyut-denyut, hmmm sepertinya akan segera memuntahkan lahar putih-nya yang sangat kental itu. Hal ini membuatku semakin semangat untuk menuntaskan tugas-ku dan menelan peju yang enak dan panas itu.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

"Dre lu kenapa? kok main nya sering erorr sih hari ini. Padahal kan lo jago" kembali terdengar omelan Henry dari headseat Andre. Dan Andre hanya diam, seraya merem-melek.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

"Dre...Dre...halo, lu masih disitu kan" Hihihi, Hen-Hen, tahu nggak sih, saking nikmat sepongan mama-mu ini, teman-mu sampai gak bisa ngapain-ngapain.

"Iya Hennnn, bentarr… okh...fuckkk...sayy...aku keluarrr.." erang Andre ketika dia memuncratkan isi zakar-nya kemulut-ku.

*Crot Crot Crot Crot

"Hosh...hosh….di telan ya" Pejantanku meminta-ku untuk menelan peju manisnya.

*Glup…kutelan semua cairan nikmat itu.

"Keluar? Telan? telan apaan Dre? loe kenapa sih hari ini? disana ada siapa Dre?" masih terdengar suara anak-ku yang binggung.

"Hh…hh…hh… gak kenapa-kenapa kok gw, hh…hh… oh ya gw sudahan dulu deh. Bye" jawab Andre, meninggalkan Henry yang masih kebinggungan.

“Kok masih banyak aja sih sperma-mu, kayak gak habis-habis” tanyaku sambil membersihkan mulutku yang belopotan dengan air liur dan sperma.

“Andre pernah bilang kan, kalau testis-ku itu cepat memproduksi peju-nya tan”.

“Hihi dasar, kontol penakluk wanita”.

“Ayo tante bersihin dulu punya-ku” pinta Andre. Tak menolak aku segara bersihkan kemaluannya. Kubersihkan sisa-sisa sperma yang masih terdapat di sekujur batang-nya. Kujilat-jilat dengan nikmat batang-nya yang besar dan masih terasa sedikit keras. Terasa urat-uratnya yang bertaburan. Memang kontol yang gagah nan kekar pikir-ku.

“Tan, malem ini kita pergi yuk” ajak Andre tiba-tiba.

“Hmmm…..” gumamku dengan mulutku yang masih penuh dengan kontol-nya.

*Plop

“Malam-malam gini mau kemana? Tante mau pulang ah” rajukku.

“Yaelah tan, ngapain juga pulang. Nanti malah ketemu si kunyuk lagi kan” rayu andre. Ya dia ada benar-nya, disini aku bisa mendapatkan nikmat. Kalau di rumah ? hanya ada rasa kesal saja.

“Memangnya mau kemana sih? Ke hotel FSL lagi? Kenapa nggak tante nginep di rumah-mu saja” tawarku. Daripada pergi malam-malam ke tempat yang tidak jelas, mending disini bisa kelonan sampai besok.

“Bukan ke Hotel FSL kok. Ada lah nanti juga tahu, ayolah tan pleaseeee. Kan Andre gak pernah bikin tante kecewa kan?” rengek Andre memaksa aku pergi malam ini.

“Iya-iya deh, tapi tante mau mandi dulu ya”.

“Nah gitu dong, tanteku cantik”.

Segara aku mandi dan mempersiapkan diri untuk pergi sama Andre. Ketika sudah siap, aku dan Andre segera pergi dengan mobil Andre. Selama di perjalanan, aku dan kekasih muda-ku hanya ngobrol-ngobrol biasa saja.

Lama kelamaan aku tersadar arah tujuan tempat yang di tuju sangat familiar rasa-nya.

“Dre ini mau kemana sih?” tanya ku binggung.

“Tenang saja tan, pokok-nya percaya saja sama aku ya” jawab Andre, dia tidak mau menjelaskan kemana ini mobil ini bergerak.

Akhirnya aku hanya bisa bungkam tak bertanya lagi, percaya dengan kekasih muda-ku. Tidak lama akhirnya mobil ini sampai di suatu kompleks perumahan. Otakku-ku berputar heran. Dan ternyata tebakan aku benar. Bukannya ini ke arah rumah si……. Ah masa sih mau kesitu. Tidak mungkin pikirku.

Andre menyetirkan mobil-nya makin dalam dan jauh, melewati rumah-rumah yang ada. Walau aku tahu komples perumahan ini, aku masih tidak yakin dimana mobil ini akan berhenti. Karena sudah malam, jadi tidak begitu jelas kemana tujuan akhirnya. Dan akhirnya Andre, sampai di rumah yang dituju.

“Nah, kita sudah sampai nih. Yuk turun sayang” ajak Andre. Akupun ikut turun bersamaan dengan, lalu aku lihat rumah-nya.

*Deg jantung-ku berdegub dengan keras ketika melihat tumah itu. Inikan….

“Haiiiii Kak Santy sayannng” tiba-tiba ada suara wanita menyapaku dan aku mengenal suara itu.

“Loh Hanii…….

Flasback Santy Selesai




Pov Henry

Pagi-nya di esok hari


Hampir tiap hari mama pergi. Kalau kutanya mama kemana, pasti jawaban-nya cuma hanya ada dua saja, yaitu pergi cek usaha dan yang satu-nya sudah pasti pergi sama Andre. Sejak pijetan di rumah Tante Hani, sepertinya pulang malam atau nginep akan menjadi kebiasaan bagi mama yang baru. Jadi tampaknya tak perlu kutanya lagi. Tak kupedulikan dia kemana. Yang penting aku jadi bebas di rumah.

Aku bangun pagi hari ini, setelah lelah coli semalaman aku jadi tertidur lebih cepat. Meskipun begitu, pagi ini berbeda, aku lagi bosen nge-game karena sedang kalahan terus. Jadi untuk menghilangkan suntuk aku ingin ikut sepedaan pagi sama mama dan Andre. Maka dari itu dengan buru-buru aku segera mencari mama, sebelum dia pergi dari rumah. Nah pas sekali mama sedang di ruang tamu hendak berjalan keluar rumah.

“Mah, Henry mau ikut gowes dong sekali-kali”.

“Ehhhh kamu mau ikut? Memangnya kamu bisa? Kamu kuat nggak nanti?” tanya mama terkaget dengan permintaanku untuk ikut serta. Kata-katanya barusan juga sangat terlihat meragukan kemampuan diriku. Bukannya senang kalau aku ikut, ini malah terkesan tidak percaya. Bahkan tampak ogah kalau aku juga ikut.

“Ya kalau belum dicoba, kita nggak bakal tahukan. Lagipula memang seberat itukah kalau sepedaan bareng Andre dan Mam?”.

“Beneran kamu mau ikut?” kembali bertanya mama untuk meyakinkan diriku. Aku jawab dengan anggukan.

“Oh tumben deh kamu mau ikutan sepedaan pagi juga, mama kira kamu cuma bisa nge-game doang. Ya sudah, sana siap-siap sekarang. Mama tunggu di depan” perintah mama sekaligus turut menyindir aku.

Lantas secepat kilat aku ganti baju kaos dan celana pendek saja, karena tak punya pakaian olahraga. Ada sih bekas sekolah-ku kemarin, tapi ogah banget pake itu lagi. Lalu aku mengambil sepeda yang sudah cukup lama kumiliki itu di gudang. Sialllll, ban-nya kempes ternyata. Mau tak mau aku harus pompa terlebih dahulu. Ketika sedang bersiap mengisi ban sepeda, mama menghampiri aku yang berada di gudang.

“Kok lama sih kamu? Huhhh…. kamu bikin lama aja deh, yauda cepetan buruan pompa dulu ban-mu. Yang cepet, jangan lama-lama. Kasihan Andre nungguin kita kelamaan nanti” ucap mama yang seolah tidak mau Andre di buat susah. Yaelah santai aja kali ucapku dalam hati.

Tanpa banyak bicara aku segera mempompa ban sepeda-ku lebih cepat. Tubuhku dan kedua lengan tanganku bekerja keras menaik-turunkan tuas pompa ini. Hufftt capeknyaaa pikirku. Baru aja isi ban, gimana kalau gowes nanti. Waduh bakal tepar mampus nih nanti pikirku.

Selesai ban sepeda terisi dengan angin, kuhampiri mama di depan yang sedang telponan. Mama melihatku ketika aku berjalan menuju diri-nya. “Sudah siap?” tanya mama setelah menutup telpon. Kujawab dengan anggukan.

Ada yang dengan aneh dengan dudukan sepeda milik mama, terlihat menggelembung sedikit. Lantas Aku tanya kepada mama “Mah kok itu dudukan sepeda-nya mama aneh gitu, beda sama kayak yang biasanya. kok nonjol gitu sih. Beda sama dudukan-nya sepedaku”.

“Ohhh emang gini model-nya. Ini custom-made loh. Temen-nya Andre yang buat, terus buat mama deh. Gratis loh”.

“Hah?! Andre ngasih sepeda kayak gini secara cuma-cuma buat mama?” pantas saja aku tidak pernah lihat sepeda ini sebelumnya.

“Iyahhh, Andre baik ya sama mama. Gak kayak kamu tahu hihihi” sindir mama. Dan aku tidak mau merespon kata-kata mama barusan. Bakal percuma, lebih baik diam saja.

“Dah yuk, si Andre sudah nunggin di depan rumahnya” ajak mama sambil menduduki dudukan sepeda.

Aku pun susah payah mengayuh pedal sepeda-ku. Setelah beberapa meter roda-ku berputar, baru kusadari ternyata mama masih di belakang sedang mengotak-ngatik sesuatu di Hp-nya. Mau tak mau aku berhenti dan menunggu mama sebentar.

Tak lama, mama bersepeda ke arahku. Astaga pagi ini sudah ada pemandangan yang menyesakan celana saja. Pas mama lagi mengendarai sepedanya, payudara mama tampak bergetar-getar. Seperti nggak pake BH-saja, atau memang mama tidak pakai Bh di balik baju sepeda yang ketat itu. Hadeh, memang sengaja menggoda. Sebentar-sebentar berarti selama ini kalau sama Andre, mama tidak memakai BH juga. Astaga, masa iya sih.

*Bzztttt…… telingaku menangkap suara yang samar-samar berdengung ketika mama sampai di sampingku.

“Mam itu bunyi apaan ya? Suaranya kayak mesin gitu deh. Kayaknya dari sepeda mama deh” tanyaku heran.

“Ehmmm…oh… ini sepeda-nya kan custom made, jadi ada fitur khusus gitu”.

*Bzztttt……

“Fitur apa memangya?”.

“Ehhh ya gitu-lah Hennn, susah jelasinnya. Dah yuk, nanti kesiangan”.

*Bzztttt……

Sepanjang jalan bunyi denggung tetap terdengar dan terkadang mama mendesah-desah kecil juga.

“Mama kenapa kok kayak gitu? Sakit?”.

“Mama sudah bilang ini sepeda ada fitur khusus-nya kan? Sudah deh pokok-nya kamu diem saja, nggak usah banyak nanya. Kelamaan tahu kita jadinya, gara-gara kamu” Jawab mama marah. Padahal jarak rumah dengan rumah Andre tidak begitu jauh. Pasti tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Andre. Jadi mama kenapa marah-marah terus sih. Sudahlah pikirku, daripada lama lagi, aku dan mama segera bergerak menuju rumah Andre. Ketika sudah terlihat rumah Andre dari jauh, tampak teman-ku itu sudah menunggu dengan sepeda-nya.

“Widihhh tumben si payah ikutan” ejek Andre. Memang aku dan Andre sudah biasa saling bercanda seperti ini, tapi belakangan ini terasa berbeda rasanya.

“Hihihi, iya nih Henry si payah bisa bangun pagi ternyata” timpal mama ikut-ikutan mengejek. Bagaimana dengan perasaanku mendengar itu semua? Ya kesal, apalah daya aku yang cuma bisa cengegesan mendengar mereka.

Akhirnya kami bertiga bersepeda bareng. Selama bersepeda, mata-ku tak lepas dari tubuh mama yang terbalut ketat itu. Toked mama terlihat bergetar-getar didalam baju itu. Dan bokong yang sekel pun juga membuat-ku bernafsu. Fuck, penis-ku mau tak mau bereaksi. Padahal lagi gowes gini, malah jadi gak nyaman. Shit, harus kutahan ini. Awal-nya kami semua bersepeda dengan kecepatan sedang. Namun lama kelamaan menjadi semakin cepat. Berbeda dengan mereka yang masih fit, aku sudah sangat capai untuk mengayuhkan kakiku. Dengan susah payah aku naik turunkan pedal sepeda ini.

Tak kuat lagi, aku meminta mereka untuk berhenti sejenak “Hosh….hosh…hosh… Mam, Dre melipir dulu yuk. Capek banget nih, sudah lemes banget”. Mereka berdua menoleh kepadaku. Kutatap muka mama dengan memelas, yang ada dibalas dengan raut muka mama yang terlihat jijik dan kesal kepada-ku.

“Ishhh payah banget sih kamu jadi orang. Padahal belum jauh loh kita gowesan, masa udah capek aja. Lihat tuh Andre biasa aja, masih kuat” Hardik mama kesal kepada aku sekaligus memuji Andre juga.

“Hosh….hosh…sumpah aku sudah gak kuat lagi ini…..hosh…hoshh” ucapku sambil berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Mereka berdua malah saling bertatapan-tatapan dan tersenyum berarti. Tanpa aba-aba kepadaku, mereka menggowes sangat cepat untuk meninggalkan diriku. Aku pun juga langsung mencoba mengejar mereka. Tapi stamina-ku yang sudah habis, jadi tak bisa lagi mengikuti mereka.

Dengan sisa tenaga aku berteriak kepada mereka “MAM….DRE…..TUNGGUUIN HENRYYY,” berharap mereka melambat dan berhenti. Nyatanya sia-sia saja aku teriak, mereka tidak peduli denganku dan terus bersepeda dengan sangat cepat meninggalkan aku. Aku hanya bisa menatap meraka yang semakin jauh.

Aku putuskan untuk berhenti dan melipir ke pinggiran jalan. Dengan perasaan marah, aku hampiri sebuah minimarket yang tidak jauh dari tempat aku berdiri. Kubeli minuman dan duduk di kursi yang di sediakan oleh minimarket. Kuterawang kejadian tadi, aku tak bisa mencerna kejadian tadi. Kenapa mereka dengan teganya meninggalkan aku. Orang tua macam mana, yang meninggalkan anaknya yang sedang kesusahan pikirku. Ada 20 menit lama-nya aku berada di minimarket ini. Saatnya aku kembali ke rumah. Kusadari sesuatu…..bangsat, ban sepeda-ku juga bocor ternyata. Memang sudah lama tak terpakai, pasti bakal begini deh.

Dengan tubuh yang lelah aku berjalan dengan gontai, seraya memandu sepeda dengan ban-nya yang bocor. Apes banget sih hari ini. Cukup jauh aku berjalan pulang dengan sepeda rusak-ku. Akhirnya sampai juga setelah berjibaku melewati lembah nan terjal. Hufttt, kulihat jam ternyata butuh 40 menit sampai rumah. Jadi aku di luar sudah 1 jam sejak di tinggal mereka, hadeh.

Kubuka pintu rumah, dan terlihat mama sedang duduk di meja makan bersama Andre di sebelahnya. Cobaan apa lagi ini, reseleting baju sepedaan mama terbuka sampai belahan payudara mama mencuat keluar. Anehnya mereka berdua masih berkeringat juga. Apa mereka baru sampai juga ya.


“Eh sayang, sudah pulang….hihihih, kok lama sih kamu nyampenya” tanya mama dengan sarkas-nya. Akupun hanya tersenyum kecut.

“Gw kira loe kesasar bro, lama banget sih hahaha” timpal Andre.

“Hihihi, sudah-sudah yuk kita sarapan. Mama tadi beli makanan di jalan” ajak mama tanpa ada rasa bersalah terhadap anaknya sendiri. Kudapati ada nasi goreng 3 porsi di meja makan. Tampaknya mereka belum makan, menunggu aku atau apa. Padahal meraka sudah sampai lebih lama sepertinya.

Akhirnya Aku pun ikut duduk bersama mereka. Mereka berdua duduk sebelahan, dan aku berada di depan mereka berdua. Sebelum kusantap nasi goreng-ku, kulihat kepunyaan mama terlihat aneh. Awal-nya kukira tidak ada yang aneh dengan makanan kita bertiga, tetapi kalau diperhatikan lebih dekat hanya nasi goreng mama yang terlihat basah. Seperti terciprat sesuatu yang putih dan kental.

“Itu nasi goreng mama kenapa? Kok ada putih-putih basah gitu?”.

“Ohhh ini ehm….., hihihi ini nasi goreng mama di kasih susu spesial-nya Andre. Yang kemarin mama ceritain loh” Ya kalau tidak salah mama pernah bilang soal itu.

“Loh kok tapi kenapa dimakan? bukannya harus di minum ya? Di campur sama bubuk protein gitu kan?” lanjutku bertanya.

“Gak gitu Hen, susu spesial gw bebas buat apa saja bisa kok. Di makan langsung, di campur buat bahan masak, di minum juga bisa dan masih banyak lagi” jawab Andre menjelaskan cara mengkonsumsi susu spesial-nya. Aku baru tahu ada susu serbaguna seperti itu.

“Bisa buat maskeran juga loh, makanya muka mama semakin mulus kan Hen? hihihi” timpal mama menambahkan.

“Ehmmm…..iya sih” jawabku setuju, wajah mama memang makin mulus dan berkilau.

“Benerkan? Makanya mama sering mengkomsumsi susu spesial-nya Andre”.

“Ohh gitu, bagus deh” jawabku tak semangat lagi, karena masih marah. Berbeda dengan keadaanku, mama dan Andre malah seperti menahan tawa. Mau apa lagi mereka sih. Sudah lah lebih baik aku makan saja, perutku sudah keroncongan.

Kusantap makanan yang di depanku dengan wajah yang masih terlihat kesal. Mama dan Andre masih terlihat cekikin kecil, sepertinya mengejek tepat di depan muka-ku. Sepanjang makan aku hanya diam dengan muka kesal.

“Kamu kenapa sayang? Marah ya?” tanya mama membuka suara.

“Pake tanya lagi, ya iya lah aku marah” ucap ku geram.

“HENRY, kamu tidak pantas ya ngomong ke mama kayak gitu” teriak mama marah. Nyali-ku seketika ciut mendengar amukan mama.

“Ha-habisnya…….tadi kenapa Henry ditinggal sih?” tanya-ku dengan pelan.

“Yah abis kamu lemah banget sih. Masa baru sebentar saja sudah nggak kuat sih. Lagipula kamu jangan cengeng lah, masak ditinggal gitu doang marah. Kamu kan sudah dewasa, tinggal pulang apa susah sihnya” jawab mama dengan nada yang tinggi. Malah aku yang kena ceramah mama.

Aku hanya mengunyah makanan yang berada dimulutku. Tak mampu menatap mata mama yang penuh dengan amarah.

“Liat nih si Andre, habis gowes saja masih bisa ngajarin mama senam. Emangnya kamu, gowes bentar doang langsung keok. Cih dasar payah kamu. Jadi cowok kok Lemah” lanjut mama seraya menjelekkan aku. Dan habis gowes, ternyata meraka malah senam juga. Pantas mereka berdua masih berkeringat.

“Huh pagi-pagi bikin emosi aja kamu tuh” sergah mama.

Diriku hanya bisa terus mengunyah, tak mau lagi bersuara.

“Oh ya mama mau pergi hari ini, pulang-nya bisa malam atau bisa juga nginep” ucap mama datar. Terasa mama masih marah kepadaku.

“Ohhh ok mam, mau kemana mam?” tanyaku basa-basi berusaha medinganku suasana.

“KAMU gak perlu tahu” jawab mama kembali dengan nada tinggi seperti tadi. Salah lagi salah lagi, hadeh. Dan Andre hanya cengegesan gembira melihat aku yang di marahi habis-habisan.

Oh tuhaannnnnn…….

Bersambung...........

Pesan Penulis
  1. Silahkan di baca dan di nikmati
  2. Semoga tidak binggung wkwkwkw
  3. Perihal vote, yang menang anak vs ibu kandung + anak/adik kecil. Padahal penulis mau-nya ayah vs anak perempuan wkwkwkw. Mungkin nanti bisa dikerjain barengan.











 
Hu
Part 8

PoV Henry


Dilihat dari teras belakang, aku tidak melihat keberadaan mama di dapur. Sekarang cuma ada Andre yang sedang berdecak pinggang disana. Ternyata dia masih disini, belum pulang juga. Dari jauh kulihat dari belakang rumah, tetanggaku dan sekaligus temanku itu sedang memejamkan matanya sambil terkadang mendongak kepala-nya keatas. Hmmmm, kenapa dia ya, sepertik sedang lagi atau malah lagi ke-enakan.

Sudahlah biar aku urus dulu sepreiku yang basah dan lengket-lengket ini. Harus kumasukan kedalam mesin cuci malam ini juga. Lucu-nya noda-noda di seprai-ku ini, tercium bau yang sedikit agak familliar di hidungku. Hmmm tapi bau apa yaaaa.

Mesin cuci pun berputar mencuci seprei-ku. Aku harus menunggu selama 15 menit untuk berhenti. Baru bisa kujemur. Daripada bolak-balik, aku memilih untuk tetap di belakang sambil bermain Hp. Hmmm ngapain ya, main game di HP lagi capek. Ah iya, sekali-kali kenapa nggak main medsos saja. Sudah lama juga tidak lihat medsos.

Tak lupa aku cek medsos punya mama juga, ternyata foto-foto di sana sudah bertambah banyak sekali. Anehnya berlimpah sekali foto mama bareng Andre. Dari mereka gowesan bareng, jalan-jalan ke mal, ngopi-ngopi dan masih banyak lagi. Padahal aku anaknya, tapi kenapa justru mama dan Andre yang terlihat seperti ibu dan anak ya. Bahkan terlihat mereka mesra sekali seperti pasang kekasih saja. Hahaha aku tertawa dalam hati melihat tingkah dan gaya foto mereka. Ada-ada saja mereka ini. Memikirkan tingkah mereka, jadi teringat kejadian hari ini. Aku iri dengan Andre yang bisa menyentuh tubuh mama yang seksi. Aku bayangkan diri-ku di posisi teman-ku, pasti tak akan ku sia-siakan kesempatan itu.

*Ting terdengar bunyi mesin cuci tanda selesai jadi sekarang bisa kugantung seprei-ku. Selesai urusan di belakang, aku masuk kedalam rumah. Lalu kulihat arah dapur. Tak banyak yang berubah, Andre masih saja berdiri di dapur. Ngapain sih dia, tanyaku dalam hati.

“Nyokap gw mana Dre? Perasaan tadi ada di dapur dan lu kok masih disini? Gw kira lu sudah cabut”. Dia meneloh ke arahku, dan sesekali merem-melek.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

“Tadi tante Santy……. Okh…..shittt” Andre menjawab sekaligus seperti merasakan sakit yang datang tiba-tiba datang. Apa dia masih merasakan kram juga dari kemarin.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

Astaga, terdengar oleh kupingku suara-suara aneh itu lagi. Belakangan ini sering terdengar suara kayak gitu ya.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

“Lu kenapa Dre? Kek kesakitan gitu jir? Lu lagi ngapain dah, sampai ada suara-suara aneh gitu”.

“Gw kram lagi Henn…. Okh…okh…okh…nyokap luuu lagi makan mieee lagi Hennn….” jawabnya. Mama makan mie? Tapi makan dimana? Kok gak keliatan orang-nya sih. Pikiranku berkecamuk melihat keadaan aneh gini.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

“Ogh…shit…aku keluar…” erang Andre tiba-tiba dengan keras-nya, membuat-ku membelalakan mata.

Cukup lama terkaget, aku hanya menatap Andre yang sedang ngos-ngosan.Aku bingung dengan situasi yang sedang terjadi di depan matu. Apa tidak aneh melihat teman mendesah-desah gak jelas. lebih baik periksa keadaan dapur dan temanku itu. Aku pun melangkahkan diriku ke dapur. Tapi baru selangkah kaki aku daratkan di lantai, tiba-tiba mama muncul dari belakang Pantry. Mama langsung menoleh kearah aku. Bibir mama terlihat basah mengkilap seksi dan kedua pipi mulus-nya terlihat menggelembung, seperti menampung sesuatu di dalam mulutnya.

*Glek…..terdengar mama menelan sesuatu. Terlihat leher jenjang mama bergerak seakan sesuatu melewati tenggorokannya.

“Kenapa sayangg…..kok benggong gitu sih” tanya mama seraya mengemuti jari-jari manisnya. Oh gilaaa, mama sangat sensual dan nafsuin saat mengulum jari-jarinya. Kusipitkan mata untuk fokus melihat jari-jari, terlihat basah mengkilap. Masa iya, mama makan-nya nya belopotan gitu.

“Maah…..habis makan mie lagi ya?”.

“Hihi iya sayang, habisi makan mie sama sosis-nya Andre lagi”.

“Loh memang-nya belum habis sosis-nya? Bukannya tadi sudah makan?” tanyaku heran, tak biasanya mama makan banyak seperti ini.

“Hihi abis dipijet tadi bikin mama laper lagi. Sosis kepunyaan Andre selalu siap sedia loh Hen, ya kan Dre?”.

“Hosh….hosh…iya tan, kapanpun tante mau Andre siap berikan langsung”. Aku perhatikan Andre menjawab pertanyaan mama dengan nafas tersengal-sengal. Teringat kata mama tadi siang, aku jadi penasaran dengan makanan yang dikasih sama Andre.

“Dre gw penasaran sama sosis lu. Katanya mama, punya elu berurat-urat gitu. Berarti kayak bakso gitu dong”.

“Oh lu mau lihat sosis berurat punya gw? nanti kapan-kapan gw bawaain deh, biar lu tahu kenapa tante Santy suka banget, sampeh nagih terus. Ya kan tan?” tanya Andre kepada mama. Entah kenapa kali raut wajah Andre terlihat menyebalkan seperti ingin mengoda mama.

Mama mengangguk setuju dengan kata-kata Andre “He-eh, sosis kamu enak banget pake bangetttt. Hihihi jadi pengen lagi”.

“Gampang, nanti kalau tante mau tinggal telpon Andre ya. Dah ya tante, Andre mau pulang dulu. Capek banget hari ini”

“Iya sayang, makasih ya sudah mau nemenin tante hari ini ya. Kamu jangan lupa jaga kesehatan dan stamina ya Dre. Biar nanti siap nemenein tante lagi ya sayang”.

“Siap tante-ku sayang”.

*Cuph…

Mama memberikan kecupan kecil di pipi Andre. Temanku hanya tersenyum dan menatap kepadaku, ketika menerima ciuman kecil di-pipinya. Tatapan Andre seolah mengatakan ‘liat nih bro, gw di cium mama loe yang cantik’. Sial aku pengen di cium juga. Kalau bisa lebih sih hahaha.

"Yuk sayang, tante anter kedepan ya” ajak mama lalu menggandeng tangan kekar Andre. Lalu mereka berdua berjalan ke depan, meninggalkan aku yang hanya diam di depan pantry dapur. Huhhhhh, mama perhatian banget sama Andre ya. Sudah lama aku tidak mendapatkan perlakuan seperti itu. Bahkan Andre mendapatkan ciuman, ya meskipun di pipi kan aku juga mau. Aku jadi cemburu dengan perhatian yang mama berikan ke temanku.
Mama dan Andre terlihat mesra sekali di depanku. Kuperhatikan mama meraba-raba dada Andre yang bidang itu. Mereka terlihat bisik-bisik dan sesekali melirik kearah ku dan tertawa kecil. Sepertinya mereka berdua memiliki rahasia yang tidak aku ketahui. Gaya banget sih pake rahasia segala. Bukannya hanya mengantar sampai pintu rumah, mama malah ikutan keluar juga. Hadeh mau apa lagi sih mereka, kan ini sudah malam.

Kutunggu di ruang makan, tapi aku heran kenapa mama tidak masuk-masuk ke rumah ya. Aku beranjak dari kursi, dan mengintip ke arah luar rumah. Mama dan Andre masih di luar rumah, lebih tepatnya di jalanan depan rumah. Karena sudah gelap, tidak jelas mereka sedang ngapain disana. Mereka seperti terlihat berdempetan sekali. Tak mengerti dengan apa yang kulihat, kuputuskan untuk menyudahi acara mengintip dari jendela. Aku segera kembali kamar untuk menyapu dan mengepel lantai yang basah.

15 Menit kemudian

Kamarku sudah kubersihkan dengan susah payah. Masih terheran, kok bisa sih acak-kan dan basah dimana-mana gini. Hadeh mereka ini habis pijet atau apasih.

*Clek

Bunyi pintu rumah? Jangan-jangan mama baru masuk ke dalam rumah.

“Loh mama dari mana?” tanyaku ketika mama masuk rumah yang sedang menyeka mulut-nya dengan telapak tangan.

“Tadi mama ngobrol dulu sama dia. Sudah ya, mama mau mandi dulu. Lepek banget badan, habis naik turun sama Andre di kasar kamu hihihi”.

“Hah? pijet kok naik turun itu gimana caranya mam” tanyaku binggung.

“Yaaaaa gitu deh…. Nanti kamu juga tahu kok” jawab mama. Kata-kata mama ‘nanti juga kamu tahu’ itu maksudnya apa coba, memang apa susahnya sih ngejalasin ke aku. Ngomong-ngomong otakku teringat akan sesuatu, kalau tidak salah mama kemarin nginep di rumah Tante Hani.

“Oh iya, mama bukannya kemarin sudah pijetan di rumah tante Hani ya?”.

“Ehmm iya bener, yang mijet tante-mu juga Andre kok”.

“Wahhhh, berarti si Andre juga nginep disana dong”.

“Iya dong, kan nggak mungkin mama nyuruh dia pulang malem-malem gitu. Dan juga rumah tante Hani cukup jauh dari komplek kita loh, bahaya tahu. Nanti kalau di begal gimana? jadi mama nggak ambil resiko”.

“Memangnya boleh sama Om Doni, kalau si Andre mijetin Tante Hani sama tidur disana juga?”.

“Boleh dong sayang, karena kebetulan Andre sama Om Doni juga satu klub gowesan. Jadi sudah saling kenal”.

“Ohhh gituu, bagus deh” jawabku sambil menggangukan kepala.

“Terus kabar mereka gimana mam? Si Jessi apa kabar mam?” tanyaku ke mama. Jessi adalah sepupuku yang cantik dan seumuran aku juga. Dia anak dari Om Doni dan Tante Hani. Duh kangen juga, sudah lama tidak bertemu dengan mereka semua.

“Ohhh mereka fine-fine saja sih, sehat semua kok. Kemarin mama juga ketemu sama Jessi kok. Dah ah, sana tidur. Kamu nanya-nanya mulu. Sudah malem ini, atau kamu malah mau bergadang ya? Atau jangan-jangan kamu mau…….”.

“Mau apa mam?” tanyaku karena mama menggantung kata-katanya.

“Coli ya? Bayangin mama sama Andre lagi ngga-nggak ya hihihi” ucap mama menjawab pertanyaanku dengan vulgar-nya.

“Hahhh, Iiih mama kenapa ngomong gitu sih? Masa bayangin Mama sama Andre sih”.

“Hihihi habis kamu mupeng gitu sih. Kamu juga pengen nyentuh mama kayak Andre kan? hihihihi dadah anakku yang mesum, selamat mimpi basah ya” ucap mama dengan santai-nya, lalu pergi masuk ke kamar-nya sendiri.

Selepas kepergian mama, aku juga masuk dan merebahkan diri di kasur yang sudah rapih dan bersih. Ada-ada saja mama pikirku. Tapi mama ada benarnya, aku pengen megang eh grepe-grepe mama juga. Sialan si Andre, tampaknya dia ketiban dewi fortuna. Gak cuma mijet mama, tapi juga tante Hani yang cantik. Membayangkan Andre memijat mama-mama cantik itu, membuatku terangsang. Seandainya aku di posisi Andre. Huh…..jadi ngaceng, seperti-nya malem ini otong-ku minta dipuaskan. Kubuka galeri di Hp, dan kucari foto-foto mama yang hot. Saat-nya bercoli ria malam ini.



PoV Santy

“Gila si Henry, kok bodoh banget sih tan. Padahal kita dari tadi ngomongnya ambigu banget loh” bisik Andre kepadaku. Kami berdua beriringan berjalan ke pintu rumahku untuk mengantarkan kepulangan si pejantan ini.

“Sstt…. Nanti Henry denger loh….Iyahhh… si Henry terlalu naif dan bodoh sih”.

“Nanti harus lebih gila lagi ya tan. Ohhhh aku tahu, sini tan aku bisikin….” Andre pun memajukan mulutnya ketelingaku dan membisikan idenya. Dengan seksama aku dengarkan perkataan Andre di telingaku. Senyumku mengembang lebar mendengar rencana Andre nanti.

Ketika sudah di depan pintu rumah, Andre menarik aku keluar dari rumah dan menuntun diriku ke jalan raya yang berada persis di depan rumah. Aku tahu kekasih mudaku ini ada maunya. Tapi Andre meyakinkanku, kalau Henry nggak bakal lihat. Lalu cumbuan dan remasan kembali terjadi, dan sensasi melakukannya di depan rumah sendiri sangat mengairahkan.

Setelah Andre kepulangan, dan ngobrol sama Herny tadi, aku segera mandi. Badanku terasa lepek sekali setelah seharian penuh bertempur birahi bersama teman anakku yang perkasa dan ganteng itu. Dan lucu-nya atau gila ya? aku lakukan persetubuhan panas bukan di kamarku, melainkan di kamar anakku.

Dekat dengan Andre selalu saja membuatku terangsang, ingin terus memacu birahi. Memek mungilku pasti berkedut-kedut setiap dekat dengen Andre, pusaku-ku itu pasti kangen dengan senjata Andre. Kedua puting-ku juga pasti ikut bereaksi menegang ingin dilumat. Justru kami sudah jarang gowes, yang ada kami langsung menuntaskan gairah yang mengebu-gebu.

Sekarang tidak cuma satu kontol yang kunikmati, tapi sekarang sudah ada dua kontol yang besar yang bisa memuaskan aku kapan aja. Ya si Kiryo pembantu Andre yang tua, sudah kuijinkan untuk merasakan tubuhku juga. Lagipula aku tak tahan lagi untuk tidak merasakan kontol-nya yang juga tidak kalah besar-nya . Meski sudah keriput tapi tetap kekar dan perkasa hihihi.

Sial karena Andre aku semakin kelewatan binal-nya, rasa sayang kepada Andre sudah lebih besar daripada Henry.

Eh tidak-tidak, rasa sayangku kepada kontol perkasa Andre jauh lebih besar kepada anakku sendiri. Apa yang kuberikan kepada Henry hanya seala kadar-nya. Dan akan kulakukan apa saja untuk memuaskan diriku, dan kontol Andre berserta pemilik-nya . Bahkan saking sayang dan cinta-nya, kemarin di rumah Andre dan hari ini dirumahku sendiri, aku telah mulai melakukan hal yang gila dan binal. Tak kuduga rencana aku dan Andre untuk menggoda Henry telah berhasil di laksanakan dan kuyakin akan semakin gila nantinya. Berbaring di bath-tub, kuterawang hari kemarin…….

Flashback Santy di Rumah Andre

Dari pagi aku ‘gowesan’’, dan sampai sore menjelang malam aku masih dirumah Andre. Sekarang Aku dan Andre sedang beristirahat di sofa sambil menonton TV. Kami berdua cukup lelah setelah bergumul seru dan panas. Aku senderkan kepala di bahu Andre yang gagah, Andre pun membalas dengan merangkulku mesra. Tanganku tidak tinggal diam, kubelai mesra batang Andre. Meskipun sudah memuntahkan lahar-nya berkali-kali, penis itu masih sedikit lumayan tegang dan keras. Tanda tak lama lagi siap untuk bertempur kembali. Memang benar-benar perkasa, jauh lebih hebat daripada milik mendiang suami-ku. Hihihi maafkan aku suami-ku, tapi kamu sangat payah dibanding pacar baru aku. Sudah ya kamu tenang saja disana, aku sudah puas lahir dan batin sama Andre.

“Tante-ku sayang” panggil Andre mesra.

“Iyaaaa kenapa sayangku, cintaku” jawabku tak kalah mesra, bak orang yang lagi kasmaran saja. Hiihihi apa kata orang ya ketika tahu kalau aku seorang janda tua menjalin kasih dengan teman anaknya.

“Aku mau mabar sama Henry sekarang”.

“Ehmm Mabar itu apa?” tanyaku binggung tidak mengerti istilah yang dipakai Andre barusan.

“Mabar itu artinya Main bareng tan, jadi aku ajak si Henry ngegame sekarang. Dia main di rumah, dan aku main di rumah sendiri. Online gitu tuh tannn” jelasnya

“Ohhh online, terus kenapa Dre? Tante gak ngerti gituan soalnya” aku tidak paham dengan arah pembicaraan ini.

“Inget dengan rencana kita kemarin kan? Nah sepongin kontol-ku sambil aku main ya” ajaknya.

“Kamu mau tante isepin kontol kamu pas lagi main game?” tanya-ku memastikan.

“Iya tan. Andre pengen tahu apa dia ngeh atau nggak, kalau mama cantik-nya lagi nyepong kontol” ucap Andre menjelaskan sekaligus nge-gombal kepada diriku. Dasar playboy yang ulung.

“Ohhh nanti gimana caranya?” tanyaku tidak mengerti bagaimana caranya aku menyepong kontol milik-nya ketika dia main game.

“Sudah tante tinggal isep saja punya-ku pas aku main ya, nanti aku kasih aba-abanya”.

“Hmmm ok deh sayang, berarti nanti Henry bisa denger suara-nya dong ya?”

“Iya tan. Nanti tergantung si Henry dia ngerti atau nggak, hahahaha”.

“Kayaknya gak bakal deh, kan dia anak yang ****** hihihi” tawaku menjelek-jelekan anak sendiri. Sepertinya aku tak pantas lagi disebut sebagai ibu yang baik, tapi lebih tepat-nya di bilang ibu yang binal hihihihi.

“Ihhhh Tante parah banget sih, makin parah aja ngatain anak sendiri” ejek Andre.

“Bodo amat, habis jadi anak gak berguna banget sih. Gak kayak kamu dan kontol kamu ini hihihi” jawabku centil seraya meramas pelan penis-nya.

Langsung Andre tertawa terbahak-bahak dengan puas ketika mendengar aku menghina Henry lagi.

“Hahahahah. Jadi beda sama Andre ya tan?”.

“Jelas beda dong sayang. Kamu tuh ya, sudah ganteng, gagah, smart dan jantan pula. Apalagi kontol kamu ini yang gagah dan kekar, kuat juga lagi hihihi” ucapku vulgar seraya terus mengelus-elus lembut seluruh batang kemaluan Andre.

“Kontol kamu gak pernah bikin tante kecewa tauuu, beda sama Henry yang buat mama-nya ini marah-marah terus” lanjutku membanding kontol besar ini dengan anak kandungku.

Lalu aku turun dari sofa dan bersimpuh di antara kaki Andre. Langsung kugenggam mesra batang-nya, lalu kutempelkan dan kutepuk-tepuk kepala kontol Andre di bibirku, “Kan aku sudah bilang sama kamu sayang, Kalau tante lebih cinta sama kontol kamu daripada anak tante sendiri”.

*Cup….Cup….Cuph….. Andre pun melenguh nikmat karena ciumanku yang bertubi-tubi hinggap di kepala pusakanya. Dengan waktu singkat, penis-nya menegang tegak dan keras.

“Oughhh…sabar ya tante, nanti aja pas main game. Ok sayang?” pinta Andre untuk menghentikan service-ku kepada kemaluan-nya.

Dengan mendengus kecewa, kuhentikan perbuatanku pada penis-nya, dan dia langsung bermain dengan HP-nya. “Kamu kok malah main HP sih, katanya mau main game sama Henry. Kontol-mu jadi nganggur nih” tanya-ku terheran sambil menggoyang-goyangkan batang keras itu ke kanan dan kekiri. Gemas-nya aku.

“Sabar dong sayang, aku lagi chat si pencundang itu buat mabar sekarang”.

Aku pun mengganguk ngerti “Ohhh ok-ok deh, yang cepet ya. Sudah gak tahan tau mau nyepong lagi nih” Ibu macam apa yang tidak marah ketika anaknya dikatakan pencundang. Oh iya kayak aku dong, Ibu yang binal haus akan kontol hihihi.

Sambil menunggu Andre, aku manjain ringan kontol-nya. Tak lupa kuremas dan kupijit lembut biji zakar-nya yang besar. Pasti penuh dengan peju yang siap kutelan nanti hihihi. Duh jadi gak tahan buat melumat kontol ini.

“Sabar ya sayangku, nanti kamu masuk ke mulutku lagi kok“ ku ajak bicara kontol itu selagi yang punya sedang sibuk chattingan. Konyol sekali tingkahku. Sejak bersama Andre, aku yang dulu kolot soal sex, malah menjadi nakal dan gila begini hihihi. Tak apa aku senang kok, enak dan nikmat sih.

“Yuk tante sayang, Si Henry bisa main sekarang nih”. Kami berdua bergegas ke kamar Andre. Andre langsung mempersiapkan komputernya. Sedangkan aku segera bersimpuh di tengah-tengah di antara Andre dan meja komputer milik-nya. Kutunggu aba-aba dari kekasih mudaku ini.

“Halo…haloo… Hen suara gw kedengeran gak?” tanya Andre kepada Henry.

“Kedengeran kok Dre” terdengar suara anakku dari headset Andre.

“Ok-ok sip, sudah lama gw gak main. Takut sudah rusak Headset gw”.

“Ohhh, ok kok suara-nya. Cukup jernih dan jelas kok Dre” Jawab Henry lagi.

Aku bisa mendengar suara Henry, karena Andre tidak menggenakan headseatnya di kepalanya. Hanya digeletakkan di meja, jadi seperti speaker.

Kemudian Andre memberi aba-aba kepadaku untuk mencium bibirnya. Dengan hanya menegakan badan ku, wajahku sejajar dengan wajah tampannya. Tanpa membuang waktu, kuterkam bibir Andre dengan bibirku. Andre pun memelukku dan menggerayang seluruh badanku.

*Cuph….Cuph….Cuph…Slurphhh….. Suara cipokan yang basah terdengar menggema di kamar Andre. Si Henry sadar gak ya tanyaku dalam hati.

“Oh ya, nyokap gw kemana ya Dre? Nggak kelihatan dari pagi tadi” tanya Herny kepada Andre. Uhhhh lucu banget sih anakku, mencari keberadaan mama-nya. Coba saja dia tahu kalau ibunya lagi mau nyepongin kontol temannya yang besar.

Andre Melepas cumbuanku unntuk menjawab “Ehmmm….puahh…lah masa nanya sama gw, kan elu anak-nya” Andre menyindir anakku hihihi.

“Biasa-nya kalau pergi lama ngasih tahu gw Dre, tapi hari ini gak ada kabar sama sekali” kembali Henry bertanya. Aku sudah malas untuk melakukan itu, buat apa pikirku. Toh dia tetap membuatku kecewa. Sekarang aku sebagai ibunya, hanya mau menggeruk rasa nikmat akan sex yang hebat.

“Kan belakangan ini mama gw lagi sering jalan sama elu Dre. Lagipula kalau gak salah nyokap gw tadi pakai baju gowesan deh, berartikan sepedaan sama elu kan?”. Hahaha kembali aku tertawa dalam hati, mendengar anak-ku bicara. Memang benar kata anakku, sekarang aku sudah terlalu sering pergi bersama Andre. Sampai terkadang aku lupa kalau aku punya anak di rumah.

Kembali kucium bibir Andre. *Cuph….Cuph….Slurph…..Cuph….. kusedot bibir dan kutarik lidahnya untuk bersilat.

“Ehmm…cuph..puah…Iye tadi pagi gw berdua sama nyokap lu gowes barang, genjotin pedal. Tapi habis itu pergi entah kemana. Mungkin tante Santy lagi bersenang-senang Dre hehehe”.

“Hah? bersenang-senang gimana maksud luh Dre".

Aku cuma bisa tertawa dalam hati mendengar omongan Andre kepada Henry. Dan tampaknya Henry terdengar binggung dengan kata-kata Andre. Duh anak-ku yang tolol, yang di maksud sama teman kamu itu, bersenang-senang mencari nikmat hihihi.

“Okh…. ya…ehmmm, ya mungkin mama loe lagi bersenang-senang mencari nikmat Hen”. Seperti membaca pikiranku, Andre menjawab seperti itu hihihi. Tak menjawab Henry lagi, dan puas bercumbu dengan panas-nya, dengan isyarat Andre memintaku untuk langsung menghisap kemaluanya yang sudah keras dan banjir dengan pre-cum.

“Ah gaje banget elu Dre, mencari nikmat apaan deh. Gw serius nih nyo…. ehhh kita dapat match(game) nih. Harus menang nih, siap kan Dre?”.

*Cuph….Cuph….Slurph…..Cuph…..

*Cuph….Cuph….Slurph…..Cuph…..


“Elu yang kali siap-siap Hen, kan loe cupu hahahaha okh…shit…ehmmm” Ditengah hisapan-ku dan desahan-nya sendiri, sempet-sempetnya Andre mengejek Henry.

“Jang..jangan.. lupaaa… pake itemmm yang bener yah…okh…" “Elu kenapa sih Dre? Gw perhatiin daritadi ngomong aneh gitu".

"Okh.. gak apa-apa kok Dre, rada pegel aja gw. Gowesan mulu ama nyokap lo".

"Ohhh, pegel banget ya?".

"Iyahhh, capek-capek tapi enakkk Hen...ohh fuckk…" iyalah enak, wong tiap hari kontol teman-mu ini bersarang di dalam tubuh mama kandung-mu. Dari mulut, memek berserta rahim tempat kamu dulu dan sebentar lagi anus mama juga bakal di hujam sama batang keras ini.

"eh bangsat loe Dre... masa tiba-tiba gw di katain fuck lagi" protes-ku ke Andre.

"Sorry sorry Henn...gw kram…okh….. ini rasanya kaya di sedot-sedot gituu…ohh..Shit…”
Hihihi si Andre mendesah-desah terus akibat blowjobku. Dan gobloknya anak-ku, dia percaya saja dengan-dengan kata Andre. Mana ada rasa kram di sedot-sedot gitu. Padahal jelas-jelas, kalau di dengar dari suara-nya sudah pasti ini suara orang sedang di BJ-in.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

"Dre Dre, lu jaga lorong A yang bener dong Dre. Musuh lewat tadi" terdengar amarah Henry ke Andre. Andai anakku tahu, kalau teman-nya yang perkasa tidak bisa kosentrasi untuk bermain lagi karena kontol besar-nya sedang di hisap dengan nikmat-nya.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

"Okehhh...bro…sorry…..akh…kaku…..guee…okh…kramm….okh…" hihihi Andre cuma bisa mendesah-desah nikmat.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

Sekrang tak kupedulikan lagi mereka yang bermain game, yang ada di pikiran hanya kontol Andre yang harus kunikmati dengan mulutku.

"Dre lu denger suara-suara nggak jelas gitu gak sih?" Ohhhh ternyata Henry ngeh dengan suara yang keluar akibat hisapan-ku di penis Andre.

"Eh lu deng....eh...maksudnya gw memang suara apaan Hen?".

"Gak tau suaranya kayak basah-basah gitu, kayak orang makan mie kuah gitu".

"ohh mungkin suara gw lagi minum atau ngemut-ngemut permen kali" Hihihi konyol sekali alasan si Andre. Apa mungkin Henry bakal percaya.

“Ohhh ok Deh, tapi kenapa suara-nya gak berhenti ya? Masa elu dari tadi minum terus kan gak mungkin” Andre hanya mendiamkan Henry. Kulihat kekasih muda-ku hanya merem-melek menikmati service ku di kemaluan-nya. Sesekali kuberi tatapan seksi ke mata Andre ketika kepala kontol-nya bersarang dalam mulut-ku.

Aku rasakan kontol Andre mulai berdenyut-denyut, hmmm sepertinya akan segera memuntahkan lahar putih-nya yang sangat kental itu. Hal ini membuatku semakin semangat untuk menuntaskan tugas-ku dan menelan peju yang enak dan panas itu.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

"Dre lu kenapa? kok main nya sering erorr sih hari ini. Padahal kan lo jago" kembali terdengar omelan Henry dari headseat Andre. Dan Andre hanya diam, seraya merem-melek.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

"Dre...Dre...halo, lu masih disitu kan" Hihihi, Hen-Hen, tahu nggak sih, saking nikmat sepongan mama-mu ini, teman-mu sampai gak bisa ngapain-ngapain.

"Iya Hennnn, bentarr… okh...fuckkk...sayy...aku keluarrr.." erang Andre ketika dia memuncratkan isi zakar-nya kemulut-ku.

*Crot Crot Crot Crot

"Hosh...hosh….di telan ya" Pejantanku meminta-ku untuk menelan peju manisnya.

*Glup…kutelan semua cairan nikmat itu.

"Keluar? Telan? telan apaan Dre? loe kenapa sih hari ini? disana ada siapa Dre?" masih terdengar suara anak-ku yang binggung.

"Hh…hh…hh… gak kenapa-kenapa kok gw, hh…hh… oh ya gw sudahan dulu deh. Bye" jawab Andre, meninggalkan Henry yang masih kebinggungan.

“Kok masih banyak aja sih sperma-mu, kayak gak habis-habis” tanyaku sambil membersihkan mulutku yang belopotan dengan air liur dan sperma.

“Andre pernah bilang kan, kalau testis-ku itu cepat memproduksi peju-nya tan”.

“Hihi dasar, kontol penakluk wanita”.

“Ayo tante bersihin dulu punya-ku” pinta Andre. Tak menolak aku segara bersihkan kemaluannya. Kubersihkan sisa-sisa sperma yang masih terdapat di sekujur batang-nya. Kujilat-jilat dengan nikmat batang-nya yang besar dan masih terasa sedikit keras. Terasa urat-uratnya yang bertaburan. Memang kontol yang gagah nan kekar pikir-ku.

“Tan, malem ini kita pergi yuk” ajak Andre tiba-tiba.

“Hmmm…..” gumamku dengan mulutku yang masih penuh dengan kontol-nya.

*Plop

“Malam-malam gini mau kemana? Tante mau pulang ah” rajukku.

“Yaelah tan, ngapain juga pulang. Nanti malah ketemu si kunyuk lagi kan” rayu andre. Ya dia ada benar-nya, disini aku bisa mendapatkan nikmat. Kalau di rumah ? hanya ada rasa kesal saja.

“Memangnya mau kemana sih? Ke hotel FSL lagi? Kenapa nggak tante nginep di rumah-mu saja” tawarku. Daripada pergi malam-malam ke tempat yang tidak jelas, mending disini bisa kelonan sampai besok.

“Bukan ke Hotel FSL kok. Ada lah nanti juga tahu, ayolah tan pleaseeee. Kan Andre gak pernah bikin tante kecewa kan?” rengek Andre memaksa aku pergi malam ini.

“Iya-iya deh, tapi tante mau mandi dulu ya”.

“Nah gitu dong, tanteku cantik”.

Segara aku mandi dan mempersiapkan diri untuk pergi sama Andre. Ketika sudah siap, aku dan Andre segera pergi dengan mobil Andre. Selama di perjalanan, aku dan kekasih muda-ku hanya ngobrol-ngobrol biasa saja.

Lama kelamaan aku tersadar arah tujuan tempat yang di tuju sangat familiar rasa-nya.

“Dre ini mau kemana sih?” tanya ku binggung.

“Tenang saja tan, pokok-nya percaya saja sama aku ya” jawab Andre, dia tidak mau menjelaskan kemana ini mobil ini bergerak.

Akhirnya aku hanya bisa bungkam tak bertanya lagi, percaya dengan kekasih muda-ku. Tidak lama akhirnya mobil ini sampai di suatu kompleks perumahan. Otakku-ku berputar heran. Dan ternyata tebakan aku benar. Bukannya ini ke arah rumah si……. Ah masa sih mau kesitu. Tidak mungkin pikirku.

Andre menyetirkan mobil-nya makin dalam dan jauh, melewati rumah-rumah yang ada. Walau aku tahu komples perumahan ini, aku masih tidak yakin dimana mobil ini akan berhenti. Karena sudah malam, jadi tidak begitu jelas kemana tujuan akhirnya. Dan akhirnya Andre, sampai di rumah yang dituju.

“Nah, kita sudah sampai nih. Yuk turun sayang” ajak Andre. Akupun ikut turun bersamaan dengan, lalu aku lihat rumah-nya.

*Deg jantung-ku berdegub dengan keras ketika melihat tumah itu. Inikan….

“Haiiiii Kak Santy sayannng” tiba-tiba ada suara wanita menyapaku dan aku mengenal suara itu.

“Loh Hanii…….

Flasback Santy Selesai




Pov Henry

Pagi-nya di esok hari


Hampir tiap hari mama pergi. Kalau kutanya mama kemana, pasti jawaban-nya cuma hanya ada dua saja, yaitu pergi cek usaha dan yang satu-nya sudah pasti pergi sama Andre. Sejak pijetan di rumah Tante Hani, sepertinya pulang malam atau nginep akan menjadi kebiasaan bagi mama yang baru. Jadi tampaknya tak perlu kutanya lagi. Tak kupedulikan dia kemana. Yang penting aku jadi bebas di rumah.

Aku bangun pagi hari ini, setelah lelah coli semalaman aku jadi tertidur lebih cepat. Meskipun begitu, pagi ini berbeda, aku lagi bosen nge-game karena sedang kalahan terus. Jadi untuk menghilangkan suntuk aku ingin ikut sepedaan pagi sama mama dan Andre. Maka dari itu dengan buru-buru aku segera mencari mama, sebelum dia pergi dari rumah. Nah pas sekali mama sedang di ruang tamu hendak berjalan keluar rumah.

“Mah, Henry mau ikut gowes dong sekali-kali”.

“Ehhhh kamu mau ikut? Memangnya kamu bisa? Kamu kuat nggak nanti?” tanya mama terkaget dengan permintaanku untuk ikut serta. Kata-katanya barusan juga sangat terlihat meragukan kemampuan diriku. Bukannya senang kalau aku ikut, ini malah terkesan tidak percaya. Bahkan tampak ogah kalau aku juga ikut.

“Ya kalau belum dicoba, kita nggak bakal tahukan. Lagipula memang seberat itukah kalau sepedaan bareng Andre dan Mam?”.

“Beneran kamu mau ikut?” kembali bertanya mama untuk meyakinkan diriku. Aku jawab dengan anggukan.

“Oh tumben deh kamu mau ikutan sepedaan pagi juga, mama kira kamu cuma bisa nge-game doang. Ya sudah, sana siap-siap sekarang. Mama tunggu di depan” perintah mama sekaligus turut menyindir aku.

Lantas secepat kilat aku ganti baju kaos dan celana pendek saja, karena tak punya pakaian olahraga. Ada sih bekas sekolah-ku kemarin, tapi ogah banget pake itu lagi. Lalu aku mengambil sepeda yang sudah cukup lama kumiliki itu di gudang. Sialllll, ban-nya kempes ternyata. Mau tak mau aku harus pompa terlebih dahulu. Ketika sedang bersiap mengisi ban sepeda, mama menghampiri aku yang berada di gudang.

“Kok lama sih kamu? Huhhh…. kamu bikin lama aja deh, yauda cepetan buruan pompa dulu ban-mu. Yang cepet, jangan lama-lama. Kasihan Andre nungguin kita kelamaan nanti” ucap mama yang seolah tidak mau Andre di buat susah. Yaelah santai aja kali ucapku dalam hati.

Tanpa banyak bicara aku segera mempompa ban sepeda-ku lebih cepat. Tubuhku dan kedua lengan tanganku bekerja keras menaik-turunkan tuas pompa ini. Hufftt capeknyaaa pikirku. Baru aja isi ban, gimana kalau gowes nanti. Waduh bakal tepar mampus nih nanti pikirku.

Selesai ban sepeda terisi dengan angin, kuhampiri mama di depan yang sedang telponan. Mama melihatku ketika aku berjalan menuju diri-nya. “Sudah siap?” tanya mama setelah menutup telpon. Kujawab dengan anggukan.

Ada yang dengan aneh dengan dudukan sepeda milik mama, terlihat menggelembung sedikit. Lantas Aku tanya kepada mama “Mah kok itu dudukan sepeda-nya mama aneh gitu, beda sama kayak yang biasanya. kok nonjol gitu sih. Beda sama dudukan-nya sepedaku”.

“Ohhh emang gini model-nya. Ini custom-made loh. Temen-nya Andre yang buat, terus buat mama deh. Gratis loh”.

“Hah?! Andre ngasih sepeda kayak gini secara cuma-cuma buat mama?” pantas saja aku tidak pernah lihat sepeda ini sebelumnya.

“Iyahhh, Andre baik ya sama mama. Gak kayak kamu tahu hihihi” sindir mama. Dan aku tidak mau merespon kata-kata mama barusan. Bakal percuma, lebih baik diam saja.

“Dah yuk, si Andre sudah nunggin di depan rumahnya” ajak mama sambil menduduki dudukan sepeda.

Aku pun susah payah mengayuh pedal sepeda-ku. Setelah beberapa meter roda-ku berputar, baru kusadari ternyata mama masih di belakang sedang mengotak-ngatik sesuatu di Hp-nya. Mau tak mau aku berhenti dan menunggu mama sebentar.

Tak lama, mama bersepeda ke arahku. Astaga pagi ini sudah ada pemandangan yang menyesakan celana saja. Pas mama lagi mengendarai sepedanya, payudara mama tampak bergetar-getar. Seperti nggak pake BH-saja, atau memang mama tidak pakai Bh di balik baju sepeda yang ketat itu. Hadeh, memang sengaja menggoda. Sebentar-sebentar berarti selama ini kalau sama Andre, mama tidak memakai BH juga. Astaga, masa iya sih.

*Bzztttt…… telingaku menangkap suara yang samar-samar berdengung ketika mama sampai di sampingku.

“Mam itu bunyi apaan ya? Suaranya kayak mesin gitu deh. Kayaknya dari sepeda mama deh” tanyaku heran.

“Ehmmm…oh… ini sepeda-nya kan custom made, jadi ada fitur khusus gitu”.

*Bzztttt……

“Fitur apa memangya?”.

“Ehhh ya gitu-lah Hennn, susah jelasinnya. Dah yuk, nanti kesiangan”.

*Bzztttt……

Sepanjang jalan bunyi denggung tetap terdengar dan terkadang mama mendesah-desah kecil juga.

“Mama kenapa kok kayak gitu? Sakit?”.

“Mama sudah bilang ini sepeda ada fitur khusus-nya kan? Sudah deh pokok-nya kamu diem saja, nggak usah banyak nanya. Kelamaan tahu kita jadinya, gara-gara kamu” Jawab mama marah. Padahal jarak rumah dengan rumah Andre tidak begitu jauh. Pasti tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Andre. Jadi mama kenapa marah-marah terus sih. Sudahlah pikirku, daripada lama lagi, aku dan mama segera bergerak menuju rumah Andre. Ketika sudah terlihat rumah Andre dari jauh, tampak teman-ku itu sudah menunggu dengan sepeda-nya.

“Widihhh tumben si payah ikutan” ejek Andre. Memang aku dan Andre sudah biasa saling bercanda seperti ini, tapi belakangan ini terasa berbeda rasanya.

“Hihihi, iya nih Henry si payah bisa bangun pagi ternyata” timpal mama ikut-ikutan mengejek. Bagaimana dengan perasaanku mendengar itu semua? Ya kesal, apalah daya aku yang cuma bisa cengegesan mendengar mereka.

Akhirnya kami bertiga bersepeda bareng. Selama bersepeda, mata-ku tak lepas dari tubuh mama yang terbalut ketat itu. Toked mama terlihat bergetar-getar didalam baju itu. Dan bokong yang sekel pun juga membuat-ku bernafsu. Fuck, penis-ku mau tak mau bereaksi. Padahal lagi gowes gini, malah jadi gak nyaman. Shit, harus kutahan ini. Awal-nya kami semua bersepeda dengan kecepatan sedang. Namun lama kelamaan menjadi semakin cepat. Berbeda dengan mereka yang masih fit, aku sudah sangat capai untuk mengayuhkan kakiku. Dengan susah payah aku naik turunkan pedal sepeda ini.

Tak kuat lagi, aku meminta mereka untuk berhenti sejenak “Hosh….hosh…hosh… Mam, Dre melipir dulu yuk. Capek banget nih, sudah lemes banget”. Mereka berdua menoleh kepadaku. Kutatap muka mama dengan memelas, yang ada dibalas dengan raut muka mama yang terlihat jijik dan kesal kepada-ku.

“Ishhh payah banget sih kamu jadi orang. Padahal belum jauh loh kita gowesan, masa udah capek aja. Lihat tuh Andre biasa aja, masih kuat” Hardik mama kesal kepada aku sekaligus memuji Andre juga.

“Hosh….hosh…sumpah aku sudah gak kuat lagi ini…..hosh…hoshh” ucapku sambil berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Mereka berdua malah saling bertatapan-tatapan dan tersenyum berarti. Tanpa aba-aba kepadaku, mereka menggowes sangat cepat untuk meninggalkan diriku. Aku pun juga langsung mencoba mengejar mereka. Tapi stamina-ku yang sudah habis, jadi tak bisa lagi mengikuti mereka.

Dengan sisa tenaga aku berteriak kepada mereka “MAM….DRE…..TUNGGUUIN HENRYYY,” berharap mereka melambat dan berhenti. Nyatanya sia-sia saja aku teriak, mereka tidak peduli denganku dan terus bersepeda dengan sangat cepat meninggalkan aku. Aku hanya bisa menatap meraka yang semakin jauh.

Aku putuskan untuk berhenti dan melipir ke pinggiran jalan. Dengan perasaan marah, aku hampiri sebuah minimarket yang tidak jauh dari tempat aku berdiri. Kubeli minuman dan duduk di kursi yang di sediakan oleh minimarket. Kuterawang kejadian tadi, aku tak bisa mencerna kejadian tadi. Kenapa mereka dengan teganya meninggalkan aku. Orang tua macam mana, yang meninggalkan anaknya yang sedang kesusahan pikirku. Ada 20 menit lama-nya aku berada di minimarket ini. Saatnya aku kembali ke rumah. Kusadari sesuatu…..bangsat, ban sepeda-ku juga bocor ternyata. Memang sudah lama tak terpakai, pasti bakal begini deh.

Dengan tubuh yang lelah aku berjalan dengan gontai, seraya memandu sepeda dengan ban-nya yang bocor. Apes banget sih hari ini. Cukup jauh aku berjalan pulang dengan sepeda rusak-ku. Akhirnya sampai juga setelah berjibaku melewati lembah nan terjal. Hufttt, kulihat jam ternyata butuh 40 menit sampai rumah. Jadi aku di luar sudah 1 jam sejak di tinggal mereka, hadeh.

Kubuka pintu rumah, dan terlihat mama sedang duduk di meja makan bersama Andre di sebelahnya. Cobaan apa lagi ini, reseleting baju sepedaan mama terbuka sampai belahan payudara mama mencuat keluar. Anehnya mereka berdua masih berkeringat juga. Apa mereka baru sampai juga ya.


“Eh sayang, sudah pulang….hihihih, kok lama sih kamu nyampenya” tanya mama dengan sarkas-nya. Akupun hanya tersenyum kecut.

“Gw kira loe kesasar bro, lama banget sih hahaha” timpal Andre.

“Hihihi, sudah-sudah yuk kita sarapan. Mama tadi beli makanan di jalan” ajak mama tanpa ada rasa bersalah terhadap anaknya sendiri. Kudapati ada nasi goreng 3 porsi di meja makan. Tampaknya mereka belum makan, menunggu aku atau apa. Padahal meraka sudah sampai lebih lama sepertinya.

Akhirnya Aku pun ikut duduk bersama mereka. Mereka berdua duduk sebelahan, dan aku berada di depan mereka berdua. Sebelum kusantap nasi goreng-ku, kulihat kepunyaan mama terlihat aneh. Awal-nya kukira tidak ada yang aneh dengan makanan kita bertiga, tetapi kalau diperhatikan lebih dekat hanya nasi goreng mama yang terlihat basah. Seperti terciprat sesuatu yang putih dan kental.

“Itu nasi goreng mama kenapa? Kok ada putih-putih basah gitu?”.

“Ohhh ini ehm….., hihihi ini nasi goreng mama di kasih susu spesial-nya Andre. Yang kemarin mama ceritain loh” Ya kalau tidak salah mama pernah bilang soal itu.

“Loh kok tapi kenapa dimakan? bukannya harus di minum ya? Di campur sama bubuk protein gitu kan?” lanjutku bertanya.

“Gak gitu Hen, susu spesial gw bebas buat apa saja bisa kok. Di makan langsung, di campur buat bahan masak, di minum juga bisa dan masih banyak lagi” jawab Andre menjelaskan cara mengkonsumsi susu spesial-nya. Aku baru tahu ada susu serbaguna seperti itu.

“Bisa buat maskeran juga loh, makanya muka mama semakin mulus kan Hen? hihihi” timpal mama menambahkan.

“Ehmmm…..iya sih” jawabku setuju, wajah mama memang makin mulus dan berkilau.

“Benerkan? Makanya mama sering mengkomsumsi susu spesial-nya Andre”.

“Ohh gitu, bagus deh” jawabku tak semangat lagi, karena masih marah. Berbeda dengan keadaanku, mama dan Andre malah seperti menahan tawa. Mau apa lagi mereka sih. Sudah lah lebih baik aku makan saja, perutku sudah keroncongan.

Kusantap makanan yang di depanku dengan wajah yang masih terlihat kesal. Mama dan Andre masih terlihat cekikin kecil, sepertinya mengejek tepat di depan muka-ku. Sepanjang makan aku hanya diam dengan muka kesal.

“Kamu kenapa sayang? Marah ya?” tanya mama membuka suara.

“Pake tanya lagi, ya iya lah aku marah” ucap ku geram.

“HENRY, kamu tidak pantas ya ngomong ke mama kayak gitu” teriak mama marah. Nyali-ku seketika ciut mendengar amukan mama.

“Ha-habisnya…….tadi kenapa Henry ditinggal sih?” tanya-ku dengan pelan.

“Yah abis kamu lemah banget sih. Masa baru sebentar saja sudah nggak kuat sih. Lagipula kamu jangan cengeng lah, masak ditinggal gitu doang marah. Kamu kan sudah dewasa, tinggal pulang apa susah sihnya” jawab mama dengan nada yang tinggi. Malah aku yang kena ceramah mama.

Aku hanya mengunyah makanan yang berada dimulutku. Tak mampu menatap mata mama yang penuh dengan amarah.

“Liat nih si Andre, habis gowes saja masih bisa ngajarin mama senam. Emangnya kamu, gowes bentar doang langsung keok. Cih dasar payah kamu. Jadi cowok kok Lemah” lanjut mama seraya menjelekkan aku. Dan habis gowes, ternyata meraka malah senam juga. Pantas mereka berdua masih berkeringat.

“Huh pagi-pagi bikin emosi aja kamu tuh” sergah mama.

Diriku hanya bisa terus mengunyah, tak mau lagi bersuara.

“Oh ya mama mau pergi hari ini, pulang-nya bisa malam atau bisa juga nginep” ucap mama datar. Terasa mama masih marah kepadaku.

“Ohhh ok mam, mau kemana mam?” tanyaku basa-basi berusaha medinganku suasana.

“KAMU gak perlu tahu” jawab mama kembali dengan nada tinggi seperti tadi. Salah lagi salah lagi, hadeh. Dan Andre hanya cengegesan gembira melihat aku yang di marahi habis-habisan.

Oh tuhaannnnnn…….

Bersambung...........

Pesan Penulis
  1. Silahkan di baca dan di nikmati
  2. Semoga tidak binggung wkwkwkw
  3. Perihal vote, yang menang anak vs ibu kandung + anak/adik kecil. Padahal penulis mau-nya ayah vs anak perempuan wkwkwkw. Mungkin nanti bisa dikerjain barengan.











Hu, boleh tau ga kurang berapa part lagi sih tamatnya.
Supaya bisa baca karya suhu yg lain...
 
Part 8

PoV Henry


Dilihat dari teras belakang, aku tidak melihat keberadaan mama di dapur. Sekarang cuma ada Andre yang sedang berdecak pinggang disana. Ternyata dia masih disini, belum pulang juga. Dari jauh kulihat dari belakang rumah, tetanggaku dan sekaligus temanku itu sedang memejamkan matanya sambil terkadang mendongak kepala-nya keatas. Hmmmm, kenapa dia ya, sepertik sedang lagi atau malah lagi ke-enakan.

Sudahlah biar aku urus dulu sepreiku yang basah dan lengket-lengket ini. Harus kumasukan kedalam mesin cuci malam ini juga. Lucu-nya noda-noda di seprai-ku ini, tercium bau yang sedikit agak familliar di hidungku. Hmmm tapi bau apa yaaaa.

Mesin cuci pun berputar mencuci seprei-ku. Aku harus menunggu selama 15 menit untuk berhenti. Baru bisa kujemur. Daripada bolak-balik, aku memilih untuk tetap di belakang sambil bermain Hp. Hmmm ngapain ya, main game di HP lagi capek. Ah iya, sekali-kali kenapa nggak main medsos saja. Sudah lama juga tidak lihat medsos.

Tak lupa aku cek medsos punya mama juga, ternyata foto-foto di sana sudah bertambah banyak sekali. Anehnya berlimpah sekali foto mama bareng Andre. Dari mereka gowesan bareng, jalan-jalan ke mal, ngopi-ngopi dan masih banyak lagi. Padahal aku anaknya, tapi kenapa justru mama dan Andre yang terlihat seperti ibu dan anak ya. Bahkan terlihat mereka mesra sekali seperti pasang kekasih saja. Hahaha aku tertawa dalam hati melihat tingkah dan gaya foto mereka. Ada-ada saja mereka ini. Memikirkan tingkah mereka, jadi teringat kejadian hari ini. Aku iri dengan Andre yang bisa menyentuh tubuh mama yang seksi. Aku bayangkan diri-ku di posisi teman-ku, pasti tak akan ku sia-siakan kesempatan itu.

*Ting terdengar bunyi mesin cuci tanda selesai jadi sekarang bisa kugantung seprei-ku. Selesai urusan di belakang, aku masuk kedalam rumah. Lalu kulihat arah dapur. Tak banyak yang berubah, Andre masih saja berdiri di dapur. Ngapain sih dia, tanyaku dalam hati.

“Nyokap gw mana Dre? Perasaan tadi ada di dapur dan lu kok masih disini? Gw kira lu sudah cabut”. Dia meneloh ke arahku, dan sesekali merem-melek.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

“Tadi tante Santy……. Okh…..shittt” Andre menjawab sekaligus seperti merasakan sakit yang datang tiba-tiba datang. Apa dia masih merasakan kram juga dari kemarin.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

Astaga, terdengar oleh kupingku suara-suara aneh itu lagi. Belakangan ini sering terdengar suara kayak gitu ya.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

“Lu kenapa Dre? Kek kesakitan gitu jir? Lu lagi ngapain dah, sampai ada suara-suara aneh gitu”.

“Gw kram lagi Henn…. Okh…okh…okh…nyokap luuu lagi makan mieee lagi Hennn….” jawabnya. Mama makan mie? Tapi makan dimana? Kok gak keliatan orang-nya sih. Pikiranku berkecamuk melihat keadaan aneh gini.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

“Ogh…shit…aku keluar…” erang Andre tiba-tiba dengan keras-nya, membuat-ku membelalakan mata.

Cukup lama terkaget, aku hanya menatap Andre yang sedang ngos-ngosan.Aku bingung dengan situasi yang sedang terjadi di depan matu. Apa tidak aneh melihat teman mendesah-desah gak jelas. lebih baik periksa keadaan dapur dan temanku itu. Aku pun melangkahkan diriku ke dapur. Tapi baru selangkah kaki aku daratkan di lantai, tiba-tiba mama muncul dari belakang Pantry. Mama langsung menoleh kearah aku. Bibir mama terlihat basah mengkilap seksi dan kedua pipi mulus-nya terlihat menggelembung, seperti menampung sesuatu di dalam mulutnya.

*Glek…..terdengar mama menelan sesuatu. Terlihat leher jenjang mama bergerak seakan sesuatu melewati tenggorokannya.

“Kenapa sayangg…..kok benggong gitu sih” tanya mama seraya mengemuti jari-jari manisnya. Oh gilaaa, mama sangat sensual dan nafsuin saat mengulum jari-jarinya. Kusipitkan mata untuk fokus melihat jari-jari, terlihat basah mengkilap. Masa iya, mama makan-nya nya belopotan gitu.

“Maah…..habis makan mie lagi ya?”.

“Hihi iya sayang, habisi makan mie sama sosis-nya Andre lagi”.

“Loh memang-nya belum habis sosis-nya? Bukannya tadi sudah makan?” tanyaku heran, tak biasanya mama makan banyak seperti ini.

“Hihi abis dipijet tadi bikin mama laper lagi. Sosis kepunyaan Andre selalu siap sedia loh Hen, ya kan Dre?”.

“Hosh….hosh…iya tan, kapanpun tante mau Andre siap berikan langsung”. Aku perhatikan Andre menjawab pertanyaan mama dengan nafas tersengal-sengal. Teringat kata mama tadi siang, aku jadi penasaran dengan makanan yang dikasih sama Andre.

“Dre gw penasaran sama sosis lu. Katanya mama, punya elu berurat-urat gitu. Berarti kayak bakso gitu dong”.

“Oh lu mau lihat sosis berurat punya gw? nanti kapan-kapan gw bawaain deh, biar lu tahu kenapa tante Santy suka banget, sampeh nagih terus. Ya kan tan?” tanya Andre kepada mama. Entah kenapa kali raut wajah Andre terlihat menyebalkan seperti ingin mengoda mama.

Mama mengangguk setuju dengan kata-kata Andre “He-eh, sosis kamu enak banget pake bangetttt. Hihihi jadi pengen lagi”.

“Gampang, nanti kalau tante mau tinggal telpon Andre ya. Dah ya tante, Andre mau pulang dulu. Capek banget hari ini”

“Iya sayang, makasih ya sudah mau nemenin tante hari ini ya. Kamu jangan lupa jaga kesehatan dan stamina ya Dre. Biar nanti siap nemenein tante lagi ya sayang”.

“Siap tante-ku sayang”.

*Cuph…

Mama memberikan kecupan kecil di pipi Andre. Temanku hanya tersenyum dan menatap kepadaku, ketika menerima ciuman kecil di-pipinya. Tatapan Andre seolah mengatakan ‘liat nih bro, gw di cium mama loe yang cantik’. Sial aku pengen di cium juga. Kalau bisa lebih sih hahaha.

"Yuk sayang, tante anter kedepan ya” ajak mama lalu menggandeng tangan kekar Andre. Lalu mereka berdua berjalan ke depan, meninggalkan aku yang hanya diam di depan pantry dapur. Huhhhhh, mama perhatian banget sama Andre ya. Sudah lama aku tidak mendapatkan perlakuan seperti itu. Bahkan Andre mendapatkan ciuman, ya meskipun di pipi kan aku juga mau. Aku jadi cemburu dengan perhatian yang mama berikan ke temanku.
Mama dan Andre terlihat mesra sekali di depanku. Kuperhatikan mama meraba-raba dada Andre yang bidang itu. Mereka terlihat bisik-bisik dan sesekali melirik kearah ku dan tertawa kecil. Sepertinya mereka berdua memiliki rahasia yang tidak aku ketahui. Gaya banget sih pake rahasia segala. Bukannya hanya mengantar sampai pintu rumah, mama malah ikutan keluar juga. Hadeh mau apa lagi sih mereka, kan ini sudah malam.

Kutunggu di ruang makan, tapi aku heran kenapa mama tidak masuk-masuk ke rumah ya. Aku beranjak dari kursi, dan mengintip ke arah luar rumah. Mama dan Andre masih di luar rumah, lebih tepatnya di jalanan depan rumah. Karena sudah gelap, tidak jelas mereka sedang ngapain disana. Mereka seperti terlihat berdempetan sekali. Tak mengerti dengan apa yang kulihat, kuputuskan untuk menyudahi acara mengintip dari jendela. Aku segera kembali kamar untuk menyapu dan mengepel lantai yang basah.

15 Menit kemudian

Kamarku sudah kubersihkan dengan susah payah. Masih terheran, kok bisa sih acak-kan dan basah dimana-mana gini. Hadeh mereka ini habis pijet atau apasih.

*Clek

Bunyi pintu rumah? Jangan-jangan mama baru masuk ke dalam rumah.

“Loh mama dari mana?” tanyaku ketika mama masuk rumah yang sedang menyeka mulut-nya dengan telapak tangan.

“Tadi mama ngobrol dulu sama dia. Sudah ya, mama mau mandi dulu. Lepek banget badan, habis naik turun sama Andre di kasar kamu hihihi”.

“Hah? pijet kok naik turun itu gimana caranya mam” tanyaku binggung.

“Yaaaaa gitu deh…. Nanti kamu juga tahu kok” jawab mama. Kata-kata mama ‘nanti juga kamu tahu’ itu maksudnya apa coba, memang apa susahnya sih ngejalasin ke aku. Ngomong-ngomong otakku teringat akan sesuatu, kalau tidak salah mama kemarin nginep di rumah Tante Hani.

“Oh iya, mama bukannya kemarin sudah pijetan di rumah tante Hani ya?”.

“Ehmm iya bener, yang mijet tante-mu juga Andre kok”.

“Wahhhh, berarti si Andre juga nginep disana dong”.

“Iya dong, kan nggak mungkin mama nyuruh dia pulang malem-malem gitu. Dan juga rumah tante Hani cukup jauh dari komplek kita loh, bahaya tahu. Nanti kalau di begal gimana? jadi mama nggak ambil resiko”.

“Memangnya boleh sama Om Doni, kalau si Andre mijetin Tante Hani sama tidur disana juga?”.

“Boleh dong sayang, karena kebetulan Andre sama Om Doni juga satu klub gowesan. Jadi sudah saling kenal”.

“Ohhh gituu, bagus deh” jawabku sambil menggangukan kepala.

“Terus kabar mereka gimana mam? Si Jessi apa kabar mam?” tanyaku ke mama. Jessi adalah sepupuku yang cantik dan seumuran aku juga. Dia anak dari Om Doni dan Tante Hani. Duh kangen juga, sudah lama tidak bertemu dengan mereka semua.

“Ohhh mereka fine-fine saja sih, sehat semua kok. Kemarin mama juga ketemu sama Jessi kok. Dah ah, sana tidur. Kamu nanya-nanya mulu. Sudah malem ini, atau kamu malah mau bergadang ya? Atau jangan-jangan kamu mau…….”.

“Mau apa mam?” tanyaku karena mama menggantung kata-katanya.

“Coli ya? Bayangin mama sama Andre lagi ngga-nggak ya hihihi” ucap mama menjawab pertanyaanku dengan vulgar-nya.

“Hahhh, Iiih mama kenapa ngomong gitu sih? Masa bayangin Mama sama Andre sih”.

“Hihihi habis kamu mupeng gitu sih. Kamu juga pengen nyentuh mama kayak Andre kan? hihihihi dadah anakku yang mesum, selamat mimpi basah ya” ucap mama dengan santai-nya, lalu pergi masuk ke kamar-nya sendiri.

Selepas kepergian mama, aku juga masuk dan merebahkan diri di kasur yang sudah rapih dan bersih. Ada-ada saja mama pikirku. Tapi mama ada benarnya, aku pengen megang eh grepe-grepe mama juga. Sialan si Andre, tampaknya dia ketiban dewi fortuna. Gak cuma mijet mama, tapi juga tante Hani yang cantik. Membayangkan Andre memijat mama-mama cantik itu, membuatku terangsang. Seandainya aku di posisi Andre. Huh…..jadi ngaceng, seperti-nya malem ini otong-ku minta dipuaskan. Kubuka galeri di Hp, dan kucari foto-foto mama yang hot. Saat-nya bercoli ria malam ini.



PoV Santy

“Gila si Henry, kok bodoh banget sih tan. Padahal kita dari tadi ngomongnya ambigu banget loh” bisik Andre kepadaku. Kami berdua beriringan berjalan ke pintu rumahku untuk mengantarkan kepulangan si pejantan ini.

“Sstt…. Nanti Henry denger loh….Iyahhh… si Henry terlalu naif dan bodoh sih”.

“Nanti harus lebih gila lagi ya tan. Ohhhh aku tahu, sini tan aku bisikin….” Andre pun memajukan mulutnya ketelingaku dan membisikan idenya. Dengan seksama aku dengarkan perkataan Andre di telingaku. Senyumku mengembang lebar mendengar rencana Andre nanti.

Ketika sudah di depan pintu rumah, Andre menarik aku keluar dari rumah dan menuntun diriku ke jalan raya yang berada persis di depan rumah. Aku tahu kekasih mudaku ini ada maunya. Tapi Andre meyakinkanku, kalau Henry nggak bakal lihat. Lalu cumbuan dan remasan kembali terjadi, dan sensasi melakukannya di depan rumah sendiri sangat mengairahkan.

Setelah Andre kepulangan, dan ngobrol sama Herny tadi, aku segera mandi. Badanku terasa lepek sekali setelah seharian penuh bertempur birahi bersama teman anakku yang perkasa dan ganteng itu. Dan lucu-nya atau gila ya? aku lakukan persetubuhan panas bukan di kamarku, melainkan di kamar anakku.

Dekat dengan Andre selalu saja membuatku terangsang, ingin terus memacu birahi. Memek mungilku pasti berkedut-kedut setiap dekat dengen Andre, pusaku-ku itu pasti kangen dengan senjata Andre. Kedua puting-ku juga pasti ikut bereaksi menegang ingin dilumat. Justru kami sudah jarang gowes, yang ada kami langsung menuntaskan gairah yang mengebu-gebu.

Sekarang tidak cuma satu kontol yang kunikmati, tapi sekarang sudah ada dua kontol yang besar yang bisa memuaskan aku kapan aja. Ya si Kiryo pembantu Andre yang tua, sudah kuijinkan untuk merasakan tubuhku juga. Lagipula aku tak tahan lagi untuk tidak merasakan kontol-nya yang juga tidak kalah besar-nya . Meski sudah keriput tapi tetap kekar dan perkasa hihihi.

Sial karena Andre aku semakin kelewatan binal-nya, rasa sayang kepada Andre sudah lebih besar daripada Henry.

Eh tidak-tidak, rasa sayangku kepada kontol perkasa Andre jauh lebih besar kepada anakku sendiri. Apa yang kuberikan kepada Henry hanya seala kadar-nya. Dan akan kulakukan apa saja untuk memuaskan diriku, dan kontol Andre berserta pemilik-nya . Bahkan saking sayang dan cinta-nya, kemarin di rumah Andre dan hari ini dirumahku sendiri, aku telah mulai melakukan hal yang gila dan binal. Tak kuduga rencana aku dan Andre untuk menggoda Henry telah berhasil di laksanakan dan kuyakin akan semakin gila nantinya. Berbaring di bath-tub, kuterawang hari kemarin…….

Flashback Santy di Rumah Andre

Dari pagi aku ‘gowesan’’, dan sampai sore menjelang malam aku masih dirumah Andre. Sekarang Aku dan Andre sedang beristirahat di sofa sambil menonton TV. Kami berdua cukup lelah setelah bergumul seru dan panas. Aku senderkan kepala di bahu Andre yang gagah, Andre pun membalas dengan merangkulku mesra. Tanganku tidak tinggal diam, kubelai mesra batang Andre. Meskipun sudah memuntahkan lahar-nya berkali-kali, penis itu masih sedikit lumayan tegang dan keras. Tanda tak lama lagi siap untuk bertempur kembali. Memang benar-benar perkasa, jauh lebih hebat daripada milik mendiang suami-ku. Hihihi maafkan aku suami-ku, tapi kamu sangat payah dibanding pacar baru aku. Sudah ya kamu tenang saja disana, aku sudah puas lahir dan batin sama Andre.

“Tante-ku sayang” panggil Andre mesra.

“Iyaaaa kenapa sayangku, cintaku” jawabku tak kalah mesra, bak orang yang lagi kasmaran saja. Hiihihi apa kata orang ya ketika tahu kalau aku seorang janda tua menjalin kasih dengan teman anaknya.

“Aku mau mabar sama Henry sekarang”.

“Ehmm Mabar itu apa?” tanyaku binggung tidak mengerti istilah yang dipakai Andre barusan.

“Mabar itu artinya Main bareng tan, jadi aku ajak si Henry ngegame sekarang. Dia main di rumah, dan aku main di rumah sendiri. Online gitu tuh tannn” jelasnya

“Ohhh online, terus kenapa Dre? Tante gak ngerti gituan soalnya” aku tidak paham dengan arah pembicaraan ini.

“Inget dengan rencana kita kemarin kan? Nah sepongin kontol-ku sambil aku main ya” ajaknya.

“Kamu mau tante isepin kontol kamu pas lagi main game?” tanya-ku memastikan.

“Iya tan. Andre pengen tahu apa dia ngeh atau nggak, kalau mama cantik-nya lagi nyepong kontol” ucap Andre menjelaskan sekaligus nge-gombal kepada diriku. Dasar playboy yang ulung.

“Ohhh nanti gimana caranya?” tanyaku tidak mengerti bagaimana caranya aku menyepong kontol milik-nya ketika dia main game.

“Sudah tante tinggal isep saja punya-ku pas aku main ya, nanti aku kasih aba-abanya”.

“Hmmm ok deh sayang, berarti nanti Henry bisa denger suara-nya dong ya?”

“Iya tan. Nanti tergantung si Henry dia ngerti atau nggak, hahahaha”.

“Kayaknya gak bakal deh, kan dia anak yang ****** hihihi” tawaku menjelek-jelekan anak sendiri. Sepertinya aku tak pantas lagi disebut sebagai ibu yang baik, tapi lebih tepat-nya di bilang ibu yang binal hihihihi.

“Ihhhh Tante parah banget sih, makin parah aja ngatain anak sendiri” ejek Andre.

“Bodo amat, habis jadi anak gak berguna banget sih. Gak kayak kamu dan kontol kamu ini hihihi” jawabku centil seraya meramas pelan penis-nya.

Langsung Andre tertawa terbahak-bahak dengan puas ketika mendengar aku menghina Henry lagi.

“Hahahahah. Jadi beda sama Andre ya tan?”.

“Jelas beda dong sayang. Kamu tuh ya, sudah ganteng, gagah, smart dan jantan pula. Apalagi kontol kamu ini yang gagah dan kekar, kuat juga lagi hihihi” ucapku vulgar seraya terus mengelus-elus lembut seluruh batang kemaluan Andre.

“Kontol kamu gak pernah bikin tante kecewa tauuu, beda sama Henry yang buat mama-nya ini marah-marah terus” lanjutku membanding kontol besar ini dengan anak kandungku.

Lalu aku turun dari sofa dan bersimpuh di antara kaki Andre. Langsung kugenggam mesra batang-nya, lalu kutempelkan dan kutepuk-tepuk kepala kontol Andre di bibirku, “Kan aku sudah bilang sama kamu sayang, Kalau tante lebih cinta sama kontol kamu daripada anak tante sendiri”.

*Cup….Cup….Cuph….. Andre pun melenguh nikmat karena ciumanku yang bertubi-tubi hinggap di kepala pusakanya. Dengan waktu singkat, penis-nya menegang tegak dan keras.

“Oughhh…sabar ya tante, nanti aja pas main game. Ok sayang?” pinta Andre untuk menghentikan service-ku kepada kemaluan-nya.

Dengan mendengus kecewa, kuhentikan perbuatanku pada penis-nya, dan dia langsung bermain dengan HP-nya. “Kamu kok malah main HP sih, katanya mau main game sama Henry. Kontol-mu jadi nganggur nih” tanya-ku terheran sambil menggoyang-goyangkan batang keras itu ke kanan dan kekiri. Gemas-nya aku.

“Sabar dong sayang, aku lagi chat si pencundang itu buat mabar sekarang”.

Aku pun mengganguk ngerti “Ohhh ok-ok deh, yang cepet ya. Sudah gak tahan tau mau nyepong lagi nih” Ibu macam apa yang tidak marah ketika anaknya dikatakan pencundang. Oh iya kayak aku dong, Ibu yang binal haus akan kontol hihihi.

Sambil menunggu Andre, aku manjain ringan kontol-nya. Tak lupa kuremas dan kupijit lembut biji zakar-nya yang besar. Pasti penuh dengan peju yang siap kutelan nanti hihihi. Duh jadi gak tahan buat melumat kontol ini.

“Sabar ya sayangku, nanti kamu masuk ke mulutku lagi kok“ ku ajak bicara kontol itu selagi yang punya sedang sibuk chattingan. Konyol sekali tingkahku. Sejak bersama Andre, aku yang dulu kolot soal sex, malah menjadi nakal dan gila begini hihihi. Tak apa aku senang kok, enak dan nikmat sih.

“Yuk tante sayang, Si Henry bisa main sekarang nih”. Kami berdua bergegas ke kamar Andre. Andre langsung mempersiapkan komputernya. Sedangkan aku segera bersimpuh di tengah-tengah di antara Andre dan meja komputer milik-nya. Kutunggu aba-aba dari kekasih mudaku ini.

“Halo…haloo… Hen suara gw kedengeran gak?” tanya Andre kepada Henry.

“Kedengeran kok Dre” terdengar suara anakku dari headset Andre.

“Ok-ok sip, sudah lama gw gak main. Takut sudah rusak Headset gw”.

“Ohhh, ok kok suara-nya. Cukup jernih dan jelas kok Dre” Jawab Henry lagi.

Aku bisa mendengar suara Henry, karena Andre tidak menggenakan headseatnya di kepalanya. Hanya digeletakkan di meja, jadi seperti speaker.

Kemudian Andre memberi aba-aba kepadaku untuk mencium bibirnya. Dengan hanya menegakan badan ku, wajahku sejajar dengan wajah tampannya. Tanpa membuang waktu, kuterkam bibir Andre dengan bibirku. Andre pun memelukku dan menggerayang seluruh badanku.

*Cuph….Cuph….Cuph…Slurphhh….. Suara cipokan yang basah terdengar menggema di kamar Andre. Si Henry sadar gak ya tanyaku dalam hati.

“Oh ya, nyokap gw kemana ya Dre? Nggak kelihatan dari pagi tadi” tanya Herny kepada Andre. Uhhhh lucu banget sih anakku, mencari keberadaan mama-nya. Coba saja dia tahu kalau ibunya lagi mau nyepongin kontol temannya yang besar.

Andre Melepas cumbuanku unntuk menjawab “Ehmmm….puahh…lah masa nanya sama gw, kan elu anak-nya” Andre menyindir anakku hihihi.

“Biasa-nya kalau pergi lama ngasih tahu gw Dre, tapi hari ini gak ada kabar sama sekali” kembali Henry bertanya. Aku sudah malas untuk melakukan itu, buat apa pikirku. Toh dia tetap membuatku kecewa. Sekarang aku sebagai ibunya, hanya mau menggeruk rasa nikmat akan sex yang hebat.

“Kan belakangan ini mama gw lagi sering jalan sama elu Dre. Lagipula kalau gak salah nyokap gw tadi pakai baju gowesan deh, berartikan sepedaan sama elu kan?”. Hahaha kembali aku tertawa dalam hati, mendengar anak-ku bicara. Memang benar kata anakku, sekarang aku sudah terlalu sering pergi bersama Andre. Sampai terkadang aku lupa kalau aku punya anak di rumah.

Kembali kucium bibir Andre. *Cuph….Cuph….Slurph…..Cuph….. kusedot bibir dan kutarik lidahnya untuk bersilat.

“Ehmm…cuph..puah…Iye tadi pagi gw berdua sama nyokap lu gowes barang, genjotin pedal. Tapi habis itu pergi entah kemana. Mungkin tante Santy lagi bersenang-senang Dre hehehe”.

“Hah? bersenang-senang gimana maksud luh Dre".

Aku cuma bisa tertawa dalam hati mendengar omongan Andre kepada Henry. Dan tampaknya Henry terdengar binggung dengan kata-kata Andre. Duh anak-ku yang tolol, yang di maksud sama teman kamu itu, bersenang-senang mencari nikmat hihihi.

“Okh…. ya…ehmmm, ya mungkin mama loe lagi bersenang-senang mencari nikmat Hen”. Seperti membaca pikiranku, Andre menjawab seperti itu hihihi. Tak menjawab Henry lagi, dan puas bercumbu dengan panas-nya, dengan isyarat Andre memintaku untuk langsung menghisap kemaluanya yang sudah keras dan banjir dengan pre-cum.

“Ah gaje banget elu Dre, mencari nikmat apaan deh. Gw serius nih nyo…. ehhh kita dapat match(game) nih. Harus menang nih, siap kan Dre?”.

*Cuph….Cuph….Slurph…..Cuph…..

*Cuph….Cuph….Slurph…..Cuph…..


“Elu yang kali siap-siap Hen, kan loe cupu hahahaha okh…shit…ehmmm” Ditengah hisapan-ku dan desahan-nya sendiri, sempet-sempetnya Andre mengejek Henry.

“Jang..jangan.. lupaaa… pake itemmm yang bener yah…okh…" “Elu kenapa sih Dre? Gw perhatiin daritadi ngomong aneh gitu".

"Okh.. gak apa-apa kok Dre, rada pegel aja gw. Gowesan mulu ama nyokap lo".

"Ohhh, pegel banget ya?".

"Iyahhh, capek-capek tapi enakkk Hen...ohh fuckk…" iyalah enak, wong tiap hari kontol teman-mu ini bersarang di dalam tubuh mama kandung-mu. Dari mulut, memek berserta rahim tempat kamu dulu dan sebentar lagi anus mama juga bakal di hujam sama batang keras ini.

"eh bangsat loe Dre... masa tiba-tiba gw di katain fuck lagi" protes-ku ke Andre.

"Sorry sorry Henn...gw kram…okh….. ini rasanya kaya di sedot-sedot gituu…ohh..Shit…”
Hihihi si Andre mendesah-desah terus akibat blowjobku. Dan gobloknya anak-ku, dia percaya saja dengan-dengan kata Andre. Mana ada rasa kram di sedot-sedot gitu. Padahal jelas-jelas, kalau di dengar dari suara-nya sudah pasti ini suara orang sedang di BJ-in.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

"Dre Dre, lu jaga lorong A yang bener dong Dre. Musuh lewat tadi" terdengar amarah Henry ke Andre. Andai anakku tahu, kalau teman-nya yang perkasa tidak bisa kosentrasi untuk bermain lagi karena kontol besar-nya sedang di hisap dengan nikmat-nya.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

"Okehhh...bro…sorry…..akh…kaku…..guee…okh…kramm….okh…" hihihi Andre cuma bisa mendesah-desah nikmat.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

Sekrang tak kupedulikan lagi mereka yang bermain game, yang ada di pikiran hanya kontol Andre yang harus kunikmati dengan mulutku.

"Dre lu denger suara-suara nggak jelas gitu gak sih?" Ohhhh ternyata Henry ngeh dengan suara yang keluar akibat hisapan-ku di penis Andre.

"Eh lu deng....eh...maksudnya gw memang suara apaan Hen?".

"Gak tau suaranya kayak basah-basah gitu, kayak orang makan mie kuah gitu".

"ohh mungkin suara gw lagi minum atau ngemut-ngemut permen kali" Hihihi konyol sekali alasan si Andre. Apa mungkin Henry bakal percaya.

“Ohhh ok Deh, tapi kenapa suara-nya gak berhenti ya? Masa elu dari tadi minum terus kan gak mungkin” Andre hanya mendiamkan Henry. Kulihat kekasih muda-ku hanya merem-melek menikmati service ku di kemaluan-nya. Sesekali kuberi tatapan seksi ke mata Andre ketika kepala kontol-nya bersarang dalam mulut-ku.

Aku rasakan kontol Andre mulai berdenyut-denyut, hmmm sepertinya akan segera memuntahkan lahar putih-nya yang sangat kental itu. Hal ini membuatku semakin semangat untuk menuntaskan tugas-ku dan menelan peju yang enak dan panas itu.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

"Dre lu kenapa? kok main nya sering erorr sih hari ini. Padahal kan lo jago" kembali terdengar omelan Henry dari headseat Andre. Dan Andre hanya diam, seraya merem-melek.

*Slurp….Slurp….Clek….Clek….Slurp….Slurp…

"Dre...Dre...halo, lu masih disitu kan" Hihihi, Hen-Hen, tahu nggak sih, saking nikmat sepongan mama-mu ini, teman-mu sampai gak bisa ngapain-ngapain.

"Iya Hennnn, bentarr… okh...fuckkk...sayy...aku keluarrr.." erang Andre ketika dia memuncratkan isi zakar-nya kemulut-ku.

*Crot Crot Crot Crot

"Hosh...hosh….di telan ya" Pejantanku meminta-ku untuk menelan peju manisnya.

*Glup…kutelan semua cairan nikmat itu.

"Keluar? Telan? telan apaan Dre? loe kenapa sih hari ini? disana ada siapa Dre?" masih terdengar suara anak-ku yang binggung.

"Hh…hh…hh… gak kenapa-kenapa kok gw, hh…hh… oh ya gw sudahan dulu deh. Bye" jawab Andre, meninggalkan Henry yang masih kebinggungan.

“Kok masih banyak aja sih sperma-mu, kayak gak habis-habis” tanyaku sambil membersihkan mulutku yang belopotan dengan air liur dan sperma.

“Andre pernah bilang kan, kalau testis-ku itu cepat memproduksi peju-nya tan”.

“Hihi dasar, kontol penakluk wanita”.

“Ayo tante bersihin dulu punya-ku” pinta Andre. Tak menolak aku segara bersihkan kemaluannya. Kubersihkan sisa-sisa sperma yang masih terdapat di sekujur batang-nya. Kujilat-jilat dengan nikmat batang-nya yang besar dan masih terasa sedikit keras. Terasa urat-uratnya yang bertaburan. Memang kontol yang gagah nan kekar pikir-ku.

“Tan, malem ini kita pergi yuk” ajak Andre tiba-tiba.

“Hmmm…..” gumamku dengan mulutku yang masih penuh dengan kontol-nya.

*Plop

“Malam-malam gini mau kemana? Tante mau pulang ah” rajukku.

“Yaelah tan, ngapain juga pulang. Nanti malah ketemu si kunyuk lagi kan” rayu andre. Ya dia ada benar-nya, disini aku bisa mendapatkan nikmat. Kalau di rumah ? hanya ada rasa kesal saja.

“Memangnya mau kemana sih? Ke hotel FSL lagi? Kenapa nggak tante nginep di rumah-mu saja” tawarku. Daripada pergi malam-malam ke tempat yang tidak jelas, mending disini bisa kelonan sampai besok.

“Bukan ke Hotel FSL kok. Ada lah nanti juga tahu, ayolah tan pleaseeee. Kan Andre gak pernah bikin tante kecewa kan?” rengek Andre memaksa aku pergi malam ini.

“Iya-iya deh, tapi tante mau mandi dulu ya”.

“Nah gitu dong, tanteku cantik”.

Segara aku mandi dan mempersiapkan diri untuk pergi sama Andre. Ketika sudah siap, aku dan Andre segera pergi dengan mobil Andre. Selama di perjalanan, aku dan kekasih muda-ku hanya ngobrol-ngobrol biasa saja.

Lama kelamaan aku tersadar arah tujuan tempat yang di tuju sangat familiar rasa-nya.

“Dre ini mau kemana sih?” tanya ku binggung.

“Tenang saja tan, pokok-nya percaya saja sama aku ya” jawab Andre, dia tidak mau menjelaskan kemana ini mobil ini bergerak.

Akhirnya aku hanya bisa bungkam tak bertanya lagi, percaya dengan kekasih muda-ku. Tidak lama akhirnya mobil ini sampai di suatu kompleks perumahan. Otakku-ku berputar heran. Dan ternyata tebakan aku benar. Bukannya ini ke arah rumah si……. Ah masa sih mau kesitu. Tidak mungkin pikirku.

Andre menyetirkan mobil-nya makin dalam dan jauh, melewati rumah-rumah yang ada. Walau aku tahu komples perumahan ini, aku masih tidak yakin dimana mobil ini akan berhenti. Karena sudah malam, jadi tidak begitu jelas kemana tujuan akhirnya. Dan akhirnya Andre, sampai di rumah yang dituju.

“Nah, kita sudah sampai nih. Yuk turun sayang” ajak Andre. Akupun ikut turun bersamaan dengan, lalu aku lihat rumah-nya.

*Deg jantung-ku berdegub dengan keras ketika melihat tumah itu. Inikan….

“Haiiiii Kak Santy sayannng” tiba-tiba ada suara wanita menyapaku dan aku mengenal suara itu.

“Loh Hanii…….

Flasback Santy Selesai




Pov Henry

Pagi-nya di esok hari


Hampir tiap hari mama pergi. Kalau kutanya mama kemana, pasti jawaban-nya cuma hanya ada dua saja, yaitu pergi cek usaha dan yang satu-nya sudah pasti pergi sama Andre. Sejak pijetan di rumah Tante Hani, sepertinya pulang malam atau nginep akan menjadi kebiasaan bagi mama yang baru. Jadi tampaknya tak perlu kutanya lagi. Tak kupedulikan dia kemana. Yang penting aku jadi bebas di rumah.

Aku bangun pagi hari ini, setelah lelah coli semalaman aku jadi tertidur lebih cepat. Meskipun begitu, pagi ini berbeda, aku lagi bosen nge-game karena sedang kalahan terus. Jadi untuk menghilangkan suntuk aku ingin ikut sepedaan pagi sama mama dan Andre. Maka dari itu dengan buru-buru aku segera mencari mama, sebelum dia pergi dari rumah. Nah pas sekali mama sedang di ruang tamu hendak berjalan keluar rumah.

“Mah, Henry mau ikut gowes dong sekali-kali”.

“Ehhhh kamu mau ikut? Memangnya kamu bisa? Kamu kuat nggak nanti?” tanya mama terkaget dengan permintaanku untuk ikut serta. Kata-katanya barusan juga sangat terlihat meragukan kemampuan diriku. Bukannya senang kalau aku ikut, ini malah terkesan tidak percaya. Bahkan tampak ogah kalau aku juga ikut.

“Ya kalau belum dicoba, kita nggak bakal tahukan. Lagipula memang seberat itukah kalau sepedaan bareng Andre dan Mam?”.

“Beneran kamu mau ikut?” kembali bertanya mama untuk meyakinkan diriku. Aku jawab dengan anggukan.

“Oh tumben deh kamu mau ikutan sepedaan pagi juga, mama kira kamu cuma bisa nge-game doang. Ya sudah, sana siap-siap sekarang. Mama tunggu di depan” perintah mama sekaligus turut menyindir aku.

Lantas secepat kilat aku ganti baju kaos dan celana pendek saja, karena tak punya pakaian olahraga. Ada sih bekas sekolah-ku kemarin, tapi ogah banget pake itu lagi. Lalu aku mengambil sepeda yang sudah cukup lama kumiliki itu di gudang. Sialllll, ban-nya kempes ternyata. Mau tak mau aku harus pompa terlebih dahulu. Ketika sedang bersiap mengisi ban sepeda, mama menghampiri aku yang berada di gudang.

“Kok lama sih kamu? Huhhh…. kamu bikin lama aja deh, yauda cepetan buruan pompa dulu ban-mu. Yang cepet, jangan lama-lama. Kasihan Andre nungguin kita kelamaan nanti” ucap mama yang seolah tidak mau Andre di buat susah. Yaelah santai aja kali ucapku dalam hati.

Tanpa banyak bicara aku segera mempompa ban sepeda-ku lebih cepat. Tubuhku dan kedua lengan tanganku bekerja keras menaik-turunkan tuas pompa ini. Hufftt capeknyaaa pikirku. Baru aja isi ban, gimana kalau gowes nanti. Waduh bakal tepar mampus nih nanti pikirku.

Selesai ban sepeda terisi dengan angin, kuhampiri mama di depan yang sedang telponan. Mama melihatku ketika aku berjalan menuju diri-nya. “Sudah siap?” tanya mama setelah menutup telpon. Kujawab dengan anggukan.

Ada yang dengan aneh dengan dudukan sepeda milik mama, terlihat menggelembung sedikit. Lantas Aku tanya kepada mama “Mah kok itu dudukan sepeda-nya mama aneh gitu, beda sama kayak yang biasanya. kok nonjol gitu sih. Beda sama dudukan-nya sepedaku”.

“Ohhh emang gini model-nya. Ini custom-made loh. Temen-nya Andre yang buat, terus buat mama deh. Gratis loh”.

“Hah?! Andre ngasih sepeda kayak gini secara cuma-cuma buat mama?” pantas saja aku tidak pernah lihat sepeda ini sebelumnya.

“Iyahhh, Andre baik ya sama mama. Gak kayak kamu tahu hihihi” sindir mama. Dan aku tidak mau merespon kata-kata mama barusan. Bakal percuma, lebih baik diam saja.

“Dah yuk, si Andre sudah nunggin di depan rumahnya” ajak mama sambil menduduki dudukan sepeda.

Aku pun susah payah mengayuh pedal sepeda-ku. Setelah beberapa meter roda-ku berputar, baru kusadari ternyata mama masih di belakang sedang mengotak-ngatik sesuatu di Hp-nya. Mau tak mau aku berhenti dan menunggu mama sebentar.

Tak lama, mama bersepeda ke arahku. Astaga pagi ini sudah ada pemandangan yang menyesakan celana saja. Pas mama lagi mengendarai sepedanya, payudara mama tampak bergetar-getar. Seperti nggak pake BH-saja, atau memang mama tidak pakai Bh di balik baju sepeda yang ketat itu. Hadeh, memang sengaja menggoda. Sebentar-sebentar berarti selama ini kalau sama Andre, mama tidak memakai BH juga. Astaga, masa iya sih.

*Bzztttt…… telingaku menangkap suara yang samar-samar berdengung ketika mama sampai di sampingku.

“Mam itu bunyi apaan ya? Suaranya kayak mesin gitu deh. Kayaknya dari sepeda mama deh” tanyaku heran.

“Ehmmm…oh… ini sepeda-nya kan custom made, jadi ada fitur khusus gitu”.

*Bzztttt……

“Fitur apa memangya?”.

“Ehhh ya gitu-lah Hennn, susah jelasinnya. Dah yuk, nanti kesiangan”.

*Bzztttt……

Sepanjang jalan bunyi denggung tetap terdengar dan terkadang mama mendesah-desah kecil juga.

“Mama kenapa kok kayak gitu? Sakit?”.

“Mama sudah bilang ini sepeda ada fitur khusus-nya kan? Sudah deh pokok-nya kamu diem saja, nggak usah banyak nanya. Kelamaan tahu kita jadinya, gara-gara kamu” Jawab mama marah. Padahal jarak rumah dengan rumah Andre tidak begitu jauh. Pasti tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Andre. Jadi mama kenapa marah-marah terus sih. Sudahlah pikirku, daripada lama lagi, aku dan mama segera bergerak menuju rumah Andre. Ketika sudah terlihat rumah Andre dari jauh, tampak teman-ku itu sudah menunggu dengan sepeda-nya.

“Widihhh tumben si payah ikutan” ejek Andre. Memang aku dan Andre sudah biasa saling bercanda seperti ini, tapi belakangan ini terasa berbeda rasanya.

“Hihihi, iya nih Henry si payah bisa bangun pagi ternyata” timpal mama ikut-ikutan mengejek. Bagaimana dengan perasaanku mendengar itu semua? Ya kesal, apalah daya aku yang cuma bisa cengegesan mendengar mereka.

Akhirnya kami bertiga bersepeda bareng. Selama bersepeda, mata-ku tak lepas dari tubuh mama yang terbalut ketat itu. Toked mama terlihat bergetar-getar didalam baju itu. Dan bokong yang sekel pun juga membuat-ku bernafsu. Fuck, penis-ku mau tak mau bereaksi. Padahal lagi gowes gini, malah jadi gak nyaman. Shit, harus kutahan ini. Awal-nya kami semua bersepeda dengan kecepatan sedang. Namun lama kelamaan menjadi semakin cepat. Berbeda dengan mereka yang masih fit, aku sudah sangat capai untuk mengayuhkan kakiku. Dengan susah payah aku naik turunkan pedal sepeda ini.

Tak kuat lagi, aku meminta mereka untuk berhenti sejenak “Hosh….hosh…hosh… Mam, Dre melipir dulu yuk. Capek banget nih, sudah lemes banget”. Mereka berdua menoleh kepadaku. Kutatap muka mama dengan memelas, yang ada dibalas dengan raut muka mama yang terlihat jijik dan kesal kepada-ku.

“Ishhh payah banget sih kamu jadi orang. Padahal belum jauh loh kita gowesan, masa udah capek aja. Lihat tuh Andre biasa aja, masih kuat” Hardik mama kesal kepada aku sekaligus memuji Andre juga.

“Hosh….hosh…sumpah aku sudah gak kuat lagi ini…..hosh…hoshh” ucapku sambil berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Mereka berdua malah saling bertatapan-tatapan dan tersenyum berarti. Tanpa aba-aba kepadaku, mereka menggowes sangat cepat untuk meninggalkan diriku. Aku pun juga langsung mencoba mengejar mereka. Tapi stamina-ku yang sudah habis, jadi tak bisa lagi mengikuti mereka.

Dengan sisa tenaga aku berteriak kepada mereka “MAM….DRE…..TUNGGUUIN HENRYYY,” berharap mereka melambat dan berhenti. Nyatanya sia-sia saja aku teriak, mereka tidak peduli denganku dan terus bersepeda dengan sangat cepat meninggalkan aku. Aku hanya bisa menatap meraka yang semakin jauh.

Aku putuskan untuk berhenti dan melipir ke pinggiran jalan. Dengan perasaan marah, aku hampiri sebuah minimarket yang tidak jauh dari tempat aku berdiri. Kubeli minuman dan duduk di kursi yang di sediakan oleh minimarket. Kuterawang kejadian tadi, aku tak bisa mencerna kejadian tadi. Kenapa mereka dengan teganya meninggalkan aku. Orang tua macam mana, yang meninggalkan anaknya yang sedang kesusahan pikirku. Ada 20 menit lama-nya aku berada di minimarket ini. Saatnya aku kembali ke rumah. Kusadari sesuatu…..bangsat, ban sepeda-ku juga bocor ternyata. Memang sudah lama tak terpakai, pasti bakal begini deh.

Dengan tubuh yang lelah aku berjalan dengan gontai, seraya memandu sepeda dengan ban-nya yang bocor. Apes banget sih hari ini. Cukup jauh aku berjalan pulang dengan sepeda rusak-ku. Akhirnya sampai juga setelah berjibaku melewati lembah nan terjal. Hufttt, kulihat jam ternyata butuh 40 menit sampai rumah. Jadi aku di luar sudah 1 jam sejak di tinggal mereka, hadeh.

Kubuka pintu rumah, dan terlihat mama sedang duduk di meja makan bersama Andre di sebelahnya. Cobaan apa lagi ini, reseleting baju sepedaan mama terbuka sampai belahan payudara mama mencuat keluar. Anehnya mereka berdua masih berkeringat juga. Apa mereka baru sampai juga ya.


“Eh sayang, sudah pulang….hihihih, kok lama sih kamu nyampenya” tanya mama dengan sarkas-nya. Akupun hanya tersenyum kecut.

“Gw kira loe kesasar bro, lama banget sih hahaha” timpal Andre.

“Hihihi, sudah-sudah yuk kita sarapan. Mama tadi beli makanan di jalan” ajak mama tanpa ada rasa bersalah terhadap anaknya sendiri. Kudapati ada nasi goreng 3 porsi di meja makan. Tampaknya mereka belum makan, menunggu aku atau apa. Padahal meraka sudah sampai lebih lama sepertinya.

Akhirnya Aku pun ikut duduk bersama mereka. Mereka berdua duduk sebelahan, dan aku berada di depan mereka berdua. Sebelum kusantap nasi goreng-ku, kulihat kepunyaan mama terlihat aneh. Awal-nya kukira tidak ada yang aneh dengan makanan kita bertiga, tetapi kalau diperhatikan lebih dekat hanya nasi goreng mama yang terlihat basah. Seperti terciprat sesuatu yang putih dan kental.

“Itu nasi goreng mama kenapa? Kok ada putih-putih basah gitu?”.

“Ohhh ini ehm….., hihihi ini nasi goreng mama di kasih susu spesial-nya Andre. Yang kemarin mama ceritain loh” Ya kalau tidak salah mama pernah bilang soal itu.

“Loh kok tapi kenapa dimakan? bukannya harus di minum ya? Di campur sama bubuk protein gitu kan?” lanjutku bertanya.

“Gak gitu Hen, susu spesial gw bebas buat apa saja bisa kok. Di makan langsung, di campur buat bahan masak, di minum juga bisa dan masih banyak lagi” jawab Andre menjelaskan cara mengkonsumsi susu spesial-nya. Aku baru tahu ada susu serbaguna seperti itu.

“Bisa buat maskeran juga loh, makanya muka mama semakin mulus kan Hen? hihihi” timpal mama menambahkan.

“Ehmmm…..iya sih” jawabku setuju, wajah mama memang makin mulus dan berkilau.

“Benerkan? Makanya mama sering mengkomsumsi susu spesial-nya Andre”.

“Ohh gitu, bagus deh” jawabku tak semangat lagi, karena masih marah. Berbeda dengan keadaanku, mama dan Andre malah seperti menahan tawa. Mau apa lagi mereka sih. Sudah lah lebih baik aku makan saja, perutku sudah keroncongan.

Kusantap makanan yang di depanku dengan wajah yang masih terlihat kesal. Mama dan Andre masih terlihat cekikin kecil, sepertinya mengejek tepat di depan muka-ku. Sepanjang makan aku hanya diam dengan muka kesal.

“Kamu kenapa sayang? Marah ya?” tanya mama membuka suara.

“Pake tanya lagi, ya iya lah aku marah” ucap ku geram.

“HENRY, kamu tidak pantas ya ngomong ke mama kayak gitu” teriak mama marah. Nyali-ku seketika ciut mendengar amukan mama.

“Ha-habisnya…….tadi kenapa Henry ditinggal sih?” tanya-ku dengan pelan.

“Yah abis kamu lemah banget sih. Masa baru sebentar saja sudah nggak kuat sih. Lagipula kamu jangan cengeng lah, masak ditinggal gitu doang marah. Kamu kan sudah dewasa, tinggal pulang apa susah sihnya” jawab mama dengan nada yang tinggi. Malah aku yang kena ceramah mama.

Aku hanya mengunyah makanan yang berada dimulutku. Tak mampu menatap mata mama yang penuh dengan amarah.

“Liat nih si Andre, habis gowes saja masih bisa ngajarin mama senam. Emangnya kamu, gowes bentar doang langsung keok. Cih dasar payah kamu. Jadi cowok kok Lemah” lanjut mama seraya menjelekkan aku. Dan habis gowes, ternyata meraka malah senam juga. Pantas mereka berdua masih berkeringat.

“Huh pagi-pagi bikin emosi aja kamu tuh” sergah mama.

Diriku hanya bisa terus mengunyah, tak mau lagi bersuara.

“Oh ya mama mau pergi hari ini, pulang-nya bisa malam atau bisa juga nginep” ucap mama datar. Terasa mama masih marah kepadaku.

“Ohhh ok mam, mau kemana mam?” tanyaku basa-basi berusaha medinganku suasana.

“KAMU gak perlu tahu” jawab mama kembali dengan nada tinggi seperti tadi. Salah lagi salah lagi, hadeh. Dan Andre hanya cengegesan gembira melihat aku yang di marahi habis-habisan.

Oh tuhaannnnnn…….

Bersambung...........

Pesan Penulis
  1. Silahkan di baca dan di nikmati
  2. Semoga tidak binggung wkwkwkw
  3. Perihal vote, yang menang anak vs ibu kandung + anak/adik kecil. Padahal penulis mau-nya ayah vs anak perempuan wkwkwkw. Mungkin nanti bisa dikerjain barengan.











Gas terus suhu sampai poll🏍🏍🏍🏍🏍🏍🏍🏍🏍🏍
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd