Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Masa Lalu

Mohon ampunan dari para suhu, dikarenakan celana yang semakin menyempit membuat narasi semakin terjepit. Semoga update yang tidak hot mampu membuat para suhu untuj tidak crot. Salam semprot.



Sitting here wasted and wounded
At this old piano
Trying hard to capture
The moment this morning I don't know


'Cause a bottle of Vodka's still lodged in my head
And some blonde gave me nightmares
Think that she's still in my bed
As I dream about movies
They won't make of me when I'm dead


With an ironclad fist
I wake up and french kiss the morning
While some marching band keeps its own beat in my head
While we're talking


About all of the things that I long to believe
About love, the truth, what you mean to me
And the truth is
Baby you're all that I need


I want to lay you down in a bed of roses
For tonight I'll sleep on a bed of nails
Oh I want to be just as close as the Holy Ghost is
And lay you down on a bed of roses


Well I'm so far away
Each step that I take is on my way home
A king's ransom in dimes, I'd give each night
To see through this payphone


Still I run out of time
Or it's hard to get through
Till the bird on the wire flies me back to you
I'll just close my eyes and whisper
"Baby, blind love is true"


I want to lay you down in a bed of roses
For tonight I'll sleep on a bed of nails
Oh I want to be just as close as the Holy Ghost is
And lay you down on a bed of roses


Well this hotel bar's hangover whiskey's gone dry
The barkeeper's wig's crooked
And she's giving me the eye
Well I might have said yeah
But I laughed so hard I think I died
Ooh yeah


Now as you close your eyes
Know I'll be thinking about you
While my mistress she calls me
To stand in her spotlight again


Tonight I won't be alone
But you know that don't mean I'm not lonely
I've got nothing to prove
For it's you that I'd die to defend


I want to lay you down in a bed of roses
For tonight I'll sleep on a bed of nails
I want to be just as close as the Holy Ghost is
And lay you down


Suara bas nan berat dari seorang remaja yang terdengar sumbang di nada tinggi dari band Bon Jovi membuat suasana ruang keluarga menjadi cerah. Diiringi denting keyboard yang berasal dari jari lentik seorang gadis muda yang sesekali tersenyum geli mendengar kesumbangan suara pria muda di sampingnya yang juga memainkan gitar untuk mengiringi nyanyiannya. Mereka berdua terlihat begitu santai dan bergembira menikmati sabtu sore itu.

Adrian sengaja bertandang ke rumah gadis pujaan hatinya setelah beberapa waktu tidak sempat bertemu karena kesibukannya bekerja. Bukan lagu yang pas untuk dimainkan sebagai penghantar rindu memang, tapi ada rindu lain Adrian kepada wanita paruh baya yang juga tinggal di rumah itu. Matanya seringkali melirik ke arah bokong bahenol seorang ibu yang sedang menyibukkan dirinya di dapur yang dengan mudah diakses dari ruang keluarga. Dan wanita paruh baya itu bukannya tidak tau apa arti lagu yang dinyanyikan Adrian, beliau hanya tersenyum kecil dan sesekali melirik genit sambil memainkan lidahnya kepada pacar anaknya.

"Fals..fals..telinga ku jadi bengkak dengar nada tinggi yang sumbang begitu." Goda Bu Anis sambil tertawa.

"Harusnya jangan ambil nada D Mayor mas, suara bas mu nggak nyampai pas reffrain." Timpal Tiara dengan senyum geli.

"Ganti lagu ajalah." Ujar Adrian sewot.

Tiara makin geli melihat kesewotan Adrian. Tak lama terdengar deru suara mobil memasuki garasi. Adrian pun melangkah ke luar untuk menyambut sang pengendara mobil.

"Sugeng sonten pak." Sapa Adrian yang berdiri di pintu sambil menyalami Pak Endar, bapaknya Tiara.

"Adrian, lama kamu gak main ke sini." Balas Pak Endar lalu melepas sepatu dan masuk ke rumah diikuti Adrian.

"Kalian lagi latihan?" Tanya si bapak sambil menghampiri Tiara yang langsung mencium tangannya.

"Tuh Adrian latihan nyanyi, suaranya rendah tapi maksaain nada tinggi, bikin sakit telinga, hahaha." Sahut Bu Anis sambil masak.

"Ayolah, Papa juga mau ikutan nyanyi." Ujar Pak Endar gembira.

"Iihhh..papa bersih-bersih dulu lah." Protes Tiara.

"Nanti aja sekalian selesai mama masak, jadi habis mandi sekalian makan." Elak sang bapak sambil mendaratkan bokongnya di sofa empuk di depan tv.

Suasana rumah itu menjadi semakin ceria. Pak Endar bernyanyi diiringi dentingan keyboard dan petikan gitar dua remaja yang seakan kompak menyenangkan hati sang bapak. Suara merdu Pak Endar yang kadang juga dibarengi dengan suara sopran Bu Anis menjadikan beberapa lagu jadul barat maupun lokal terdengar enak dinikmati.

"Sudah, Papa mau mandi dulu." Pak Endar pun bangkit dengan senyum cerah sambil bersiul menuju ke kamar.

"Aku ngrokok dulu di luar ya Ra." Pamit Adrian.

"Ngrokok teruuusss.." Jawab Tiara jengkel.

"Kan udah kerja Ra." Balas Adrian sambil cengengesan dan melangkah menuju gazebo.

"Mandi dulu sana Ra." Perintah Bu Anis sambil menyiapkan makanan di meja makan.

Tiara pun berlalu mengambil handuk dan pakaian lalu memasuki kamar mandi. Setelah makanan tersaji di meja makan, Bu Anis pun keluar menyusul Adrian ke gazebo sambil membawa secangkir kopi. Dengan hanya mengenakan daster tanpa lengan putih bermotif bunga ia menghampiri Adrian yang asyik menikmati rokoknya.

"Merokok tanpa kopi hambar sayang." Kata Bu Anis manja lalu meletakkan cangkir berisi kopi itu di sebelah Adrian.

"Mmuuaaacchhh"

Tanpa berkata apapun, Adrian merengkuh kepala Bu Anis dan mencium bibir tipis menggoda itu dengan lembut. Bu Anis yang tadinya terbelalak akhirnya memejamkan mata dan membalas ciuman mesra Adrian. Adrian duduk di gazebo, dan Bu Anis berdiri di antara kedua kakinya yang terjuntai.

"Ke sini tanpa mencicipi bibir manis ini rasanya hambar sayang." Goda Adrian sambil tersenyum.

"Daster ini mengingatkan saya pertama kali datang ke rumah ini dan ngentot ibu di setiap sudur rumah sepanjang pagi hingga siang." Kata Adrian lagi sambil mengusap kedua paha mulus Bu Anis hingga meremas bokong bahenolnya dari dalam daster.

"Ibu merindukan sang predator yang telah memangsa ku di kandang ku sendiri." Balas Bu Anis sambil menurunkan resleting dan kaitan celana jeans Adrian. Tangannya pun bergerak cepat menarik celana dalamnya dan mengeluarkan penis yang masih setengah sadar.

"Sssshhhh..kangen memek ku dimangsa kontol perkasa ini..eeeemmmhhh.."

Bu Anis mengelus dan mulai mengocok lembut penis ditangannya. Wajahnya mulai memerah karena gairah. Matanya pun sayu karena nafsu yang mulai menggebu. Adrian menarik tangan Bu Anis dari penisnya lalu membenahi celananya.

"Senin siang saya ke sini, atau ibu punya ide untuk ke tempat lain?" Tanya Adrian menggoda.

"Kamu ke sini dulu saja, baru nanti kita ikuti syahwat bakalan menuntun kita ke mana."

"Muuaaaaaccchh..muuaaacchhh.."

Bu Anis yang kecewa langsunh menarik kepala Adrian dan mencium bibir remaja itu dengan bernafsu. Ia seakan lupa situasi dan kondisi saat itu seperti apa. Adrian yang masih tenang membalas ciuman itu secukupnya lalu melepaskan belitan lidah Bu Anis.

"Andai saja rumah ini sepi." Ucap Adrian dengan mengambil cangkir lalu menyeruput kopi yang masih panas dengan tersenyum.

Bu Anis memejamkan mata untuk meredakan gelora birahi yang menyelimutinya. Setelah menarik nafas panjang beberapa kali, ia pun membalikkan badan dan melangkah masuk ke dalam rumah. Adrian memandangi tubuh indah dan putih mulus yang terbalut daster itu dari belakang sambil merokok dengan cepat. Cara efektif baginya melenyapkan gairahnya yang hampir saja mencengkeram dirinya.

"Mas, di ajak makan." Ajak Tiara yang datang menghampirinya.

"Yang habis mandi, wanginya semerbak bak bunga seroja." Goda Adrian sambil tersenyum.

"Gombal!!" Balas Tiara singkat sambil tersenyum lebar.

Wanita selalu bersuka ria saat mendengar pujian akan kelebihan dirinya walaupun kata-kata yang keluar dari mulutnya bisa saja bertentangan dengan perasaannya. Dan itu adalah hal yang lumrah karena ia tidak ingin dianggap rendah dan murah. Dan lelaki akan selalu mengucapkan kata-kata manis dan indah agar bisa mendapatkan wanita yang menarik baginya.

Mereka berdua melangkah beriringan memasuki rumah, di meja makan telah menunggu Pak Endar dan Bu Anis. Adrian agak canggung sebenernya, karena ini pertama kali ia ketemu dengan suami Bu Anis dan bapaknya Tiara. Tapi sikap yang ramah dan supel dari Pak Endar mampu mengikis kesungkanan Adrian sehingga ia bisa menikmati makanan dengan lahap.

"Lumayan kan, tidak perlu belikan Tiara makan nanti kalau jalan keluar." Kata Pak Endar sambil tertawa.

"Apa sih pa, orang Mas Adrian nggak ngajak Tiara jalan kok." Sahut Tiara agak sewot.

"Eh, ini malam minggu lho, masak cowok ngapeli cewek nggak diajakin jalan?" Bu Anis menimpali sambil pura-pura kaget.

"Kalian belum pacaran ya?" Tanya Bu Anis sambil memandangi keduanya bergantian.

"Kamu belum nembak Tiara?" Pak Endar menambahi pertanyaan dengan memandang Adrian yang cengas-cenges malu.

"Udah pa, tapi Tiara belum beri jawaban pasti." Jawab Tiara malu-malu.

"Eeehhh??!!!" Kedua orang tua Tiara terkaget mendengar jawaban Tiara.

"Kan Papa pesannya nggak boleh pacaran dulu sebelum selesai ujian." Ujar Tiara polos.

"Ini kan udah selesai ujiannya Ra." Sahut Bu Anis.

"Hahaha..udahlah Ma, itu urusan mereka berdua. Papa kenyang." Pak Endar tertawa geli dengan kepolosan Tiara.

Adrian hanya mendengarkan dengan dada yang berdegup kencang. Banyak pertanyaan di dalam hatinya.
"Pantaskah aku pacaran dengan Tiara?"
"Bagaimana kalau Tiara tau hubungan seksualku dengan ibunya saat nanti kami berpacaran?"
"Bagaimana kalau Tiara tau tentang hubungan ku dengan Dini dan ibunya?
"Sampai kapan aku bisa menjaga segala perbuatan mesum ku di belakangnya?"
"Aku menyayangi Tiara dan mencintainya, tapi aku tidak mampu menjaga sisi lain dari diriku saat tidak bersamanya. Apakah Tiara sanggup pula menerima sisi gelap yang sering kali mencengkeramku?".


"Kalau mau jalan, jangan pulang malam-malam ya Rian." Pesan Pak Endar mengagetkan Adrian yang sedang termenung di meja makan.

"Hayoooo..ngalamunin apa kamu??" Tanya Bu Anis dengan senyum menggoda.

"Mas Adrian malu ma, papa dan mama godain mulu dari tadi." Ujar Tiara membela Adrian.

"Tuh Ma, Tiara udah berani belain cowoknya, hahaha." Timpal Pak Endar tertawa sambil berpindah ke sofa dan menyalakan televisi.

Bu Anis pun ikut tertawa lalu bangkit dan memberesi meja makan dibantu Tiara dan Adrian. Mata Bu Anis sering kali melirik ke arah Adrian. Entah apa yang ada dipikiran Bu Anis dengan membiarkan anaknya menjalin hubungan asmara dengan Sang Predator. Ia hanya percaya Adrian tidak akan berbuat macam-macam terhadap anak gadisnya, karena ia tahu Adrian hanya bernafsu besar dengan wanita-wanita paruh baya seperti dirinya. Dan saat ini pun dia sedang horny karena foreplay yang singkat di gazebo tadi. Untunglah suaminya di rumah. Walaupun kekuatan penis dan fisiknya suami nya kalah dengan sang predator, tapi setidaknya bisa melampiaskan nafsu yang menggebu.

"Kalian mau jalan jam berapa?" Tanya Bu Anis sambil mulai mencuci piring.

"Ini mau jalan kok Bu." Jawab Adrian dengan senyum malu-malu melirik ke arah Tiara.

"Iya Ma, Tiara ijin jalan dulu." Pamit Tiara dan memberi kode Adrian untuk berpamitan.

"Kami jalan dulu Bu." Pamit Adrian.

"Hati-hati." Jawab singkat Bu Anis tanpa menoleh ke arah mereka. Ia takut ketahuan Adrian kalau ia masih horny.

"
Kami jalan dulu pak." Pamit Adrian sambil mencium tangan Pak Endar, diikuti oleh Tiara yang mengekornya.

Setelah mendengar pagar depan ditutup, Bu Anis pun menyelesaikan cuciannya lalu menghampiri suaminya yang sedang duduk santai menonton televisi.

"Paaahhh.."
"Muuaaachhh..mmmppphhh.."

Bu Anis langsung melancarkan aksi untuk menuntaskan syahwatnya bersama Pak Endar.

------------------

Lapangan di tengah kota itu sangat ramai. Berbagai arena permainan di jajakan di trotoar maupun di dalam lapangan. Bahkan permainan judi puji dijajakan dengan terbuka. Catur tiga langkah dan dadu memakai batok kelapa pun tersaji bebas tanpa takut-takut. Dua sejoli yang sedang duduk beralaskan koran tampak ceria ditengah kerumunan banyak orang. Pasangan-pasangan maupun keluarga terlihat bergembira di tengah cuaca cerah senja itu. Pedagang kaki lima berbagai makanan mengelilingi lapangan menambah semarak dan menebarkan semerbak harum aroma masakan mereka. Pedagan asongan pun turut menjajakan rokok, permen dan minuman kaleng maupun botol kepada para pengunjung di Lapangan Pancasila.

"Udah dibolehin kan sama papa mu?" Tanya Adrian saat mereka duduk berdempetan di bawah pohong beringin kecil di sudut lapangan.

"Emm..Mas Rian yakin mau pacaran sama Ara?" Tiara bertanya tanpa menjawab pertanyaan Adrian.

"Ada rasa nyaman dan merasa terkendali saat berdekatan dengan mu Ra." Jawab Adrian yang duduk bersila.

"Terkendali? Dari apa mas?" Tanya Tiara bingung menatap wajah manis pria yang membuatnya selalu tersipu saat ia menatapnya.

"Dari kebengalan dan kenakalan ku Ra." Jawab Adrian menatap balik Tiara. Tiara tersipu malu dan menundukkan muka.

"Maklumlah..Rocker." gumam Tiara.

"Apa Ra?" Tanya Adrian

"Nggak apa-apa mas." Jawab Tiara dengan senyum manis.

"Ish..jangan senyum gitu dong Ra." Tukas Adrian manyun.

"Kenapa emangnya mas?" Tanya Tiara.

"Aku nggak mau makin jatuh cinta pada gadis yang belum tentu jadi pacarku." Ketus Adrian pura-pura.

"Emang kapan aku menolak Mas Adrian?" Tiara bertanya sengit.

"Nggak menolak, tapi juga nggak menerima." Jawab Adrian.

Tiara menyendekan kepalanya di bahu Adrian dan memejamkan mata. Adrian pun diam tidak melakukan atau puj berbicara apapun. Detak jantungnya meningkat seperti saat ia bernafsu dengan para wanita yang selama ini bercinta dengannya. Tapi ada rasa lain, rasa nyaman dan sejuk di hatinya. Rasa yang begitu tenang dan damai saat ia pun memejamkan mata. Tangannya bergerak otomatis mengusap rambut gadis manis yang beberapa hari ia rindukan. Gadis yang membuatnya ingin ditemuinya tapi terhalang oleh situasi ujian akhir yang sedang ditempuh Tiara. Beginikah rasanya berpacaran?

"Tiara, tidurkah?" Tanya Adrian sambil mengusap bahu gadis remaja itu.

"Enak senderan di bahu Mas Adrian gini, rasanya damai dan nyaman, hehe." Jawab Tiara dengan senyum tersungging tapi maya masih terpejam.

"Sama, aku juga merasa damai dan nyaman saat disenderin gini, tapi lama-lama capek juga sih, hahaha." Balas Adrian gembira.

"Biarin, pacar Ara harus kuat dong." Sahut Tiara.

"Heh..kita pacaran?" Tanya Adrian terkejut.

"Kalau gak mau ya udah." Ketus Tiara sambil mengangkat kepalanya dari bahu Adrian.

"Eeehhh..jangan.." Adrian segera merengkuh kepala Tiara dengan mesra dan meletakkan kembali di bahunya.

"Bahu ini hanya boleh disandari oleh satu kepala, kepala Tiara." Kata Adrian dengan serius.

"Hmmm." Tiara hanya bergumam dan kembali memejamkan mata.

Rasa takut kembali mendera Adrian. Bukan nafsunya kepada Tiara yang ia takutkan. Tapi bayangan Tiara memergokinya sedang berbuat mesum dengan Bu Anis dan Dini membuat jantungnya kembali berdetak dengan cepat. Hal inilah yang sebenarnya menjadi sebuah keraguan atau keminderannya untuk menjalin asmara bersama Tiara.

"Deg-degan nya kenceng banget Mas?" Tanya Tiara kaget.

"Eh..ng..nggak apa-apa kok Ra, aku senang akhirnya bisa mendapatkan mu sebagai pacar ku." Jawab Adrian tergagap.

"Aku juga seneng mas, terima kasih mau bersabar nungguin Ara." Balas Tiara yang kembali menyenderkan kepalanya.

"Yah, kesabaran selalu membawa hasil baik kan?" Ujar Adrian sambil menarik nafas lega.

Tanpa disadarinya, raut muka dan senyumnya berubah menyeringai. Sebuah pikiran terlintas dikepalanya, seperti sebuah suara yang terdengar jelas di telinganya.

"Tidak usah khawatir dengan Bu Anis dan Dini, Tiara tidak akan pernah tahu hubungan ku dengan mereka."

Adrian menggeleng-gelengkan kepalanya dan suara itupun lenyap.

"Ara, pulang yuk." Ajak Adrian.

"Nanti dulu ya mas, aku masih nyaman di sini." Jawab Tiara.

Adrian pun tidak mendesak Tiara untuk pulang karena ia pun merasakan hal yang sama. Awal pacaran adalah hal terindah yang dirasakan semua sejoli. Perasaan ingin bersama dan berharap waktu berjalan selambat mungkin agar bisa menikmati indahnya bunga-bunga di dalam hati dialami semua pasangan yang sedang dimabuk asmara. Dua hati yang memiliki perasaan cinta yang sama selalu membawa kebahagiaan di awal. Mungkin memang seperti itulah Dewi Asmara bekerja.
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd