Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 1 (racebannon)

Menurut Kalian, Siapakah "Bastardverse" Best Couple?

  • "Aku" & Dian (The Lucky Bastard)

    Votes: 12 7,5%
  • "Aku" & Nica (The Lucky Bastard)

    Votes: 2 1,3%
  • "Aku" & Anggia (The Lucky Bastard)

    Votes: 41 25,8%
  • Arya & Kyoko (Matahari Dari Timur)

    Votes: 51 32,1%
  • Anin & Zee (Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%
  • Stefan & Semua yang dia tiduri (Matahari Dari Timur)

    Votes: 23 14,5%
  • Amyra & Dipta (Amyra)

    Votes: 6 3,8%
  • Gilang & Saras (Penanti)

    Votes: 2 1,3%
  • Gilang & Tara (Penanti)

    Votes: 3 1,9%
  • Bryan & Tika (Amyra)

    Votes: 1 0,6%
  • Rendy & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 14 8,8%
  • Adrian & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%

  • Total voters
    159
  • Poll closed .
MDT SEASON 1 - PART 17

------------------------------------------

https://ci5.*********************/proxy/nrmHGcstKsj8rwka1xPH5PXXsayd9Z8J5XGSPeY4V0p_hjZ7ESmuZbAoopRPjdKMHXh_-1-8OSf2Un5bp5YqMYODfbis09EXP9wp=s0-d-e1-ft#http://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/glitch23.jpg
Gini ternyata ya rasanya jadi orang tolol. Entah kenapa rasanya kok penuh penyesalah setelah tadi nyium Kyoko. Dia tidak menghindar, tidak juga melawan, menerimanya dengan baik. Tapi kenapa situasinya jadi begini. Rasanya jadi makin awkward, jadi makin canggung dan jadi makin tidak jelas. Dan sekarang aku bingung harus apa. Rasanya mendadak malu untuk datang ke café mereka lagi. Rasanya begitu canggung.

Dan perjalanan ke latihan pertama tinggal beberapa hari lagi. Aku tidak tahu apakah Kyoko bilang dan mendiskusikan soal itu ke Kyou-Kun. Soal ciuman kami. Tapi harusnya tidak. Atau iya? Ai selalu mengatakan apapun yang dia alami ke kakaknya, aku. Jadi aku khawatir kecanggungan itu akan merambat ke semua hal disini. Aku tidak tahu harus bicara dengan siapa. Aku tidak tertutup kepada adikku. Tapi kejadian yang terlalu cepat dari minggu pertama kemarin rasanya terlalu banyak untuk diceritakan.

Aku duduk sendiri menjelang makan siang di Yamashita Park. Duduk menghadap laut. Angin laut yang dingin menerpa wajahku. Ilham ke kampus. Jam segini Kyou-Kun dan Kyoko pasti sedang sibuk menerima pelanggan. Aku jadi canggung rasanya kalau main kesana. Aku takut Kyoko bersikap aneh di depanku. Atau sebaliknya.

https://ci4.*********************/proxy/QKqVKjQuVzFOuqhbqr8LzQzSt3vrFP-V6ePDxFom_7EWFCZdgWD_q9oPYNXF_pdE8uu5blfpmAFIy2j4kNTOQXNELcFwHAbSa8uC3w=s0-d-e1-ft#https://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/maxres10.jpg
3204_010.jpg

Mampus. Jam 11 siang disini. Jam 9 pagi di Jakarta. Pasti Ai sedang sibuk di kantor. Ingin sekali rasanya aku menelpon dan menghubungi dia. Tapi pasti ribet.

Coba kusapa terlebih dahulu.

"Ai"
"Ya mas?"
"Lagi ngantor?" tanyaku.
"Baru nyampe nih, lagi nyalain computer, abis ini mau bikin teh.."
"Gimana Jakarta tanpa aku?"
"Masih rame. Macet juga, kayaknya Mas pergi malah tambah macet deh" candanya.
"Ahhh.... Aku gak tau nih mau ngomong ama siapa" aku memulai topik.
"Kenapa? Lagi pusing?"
"Banget"
"Masalah rekaman? Lagu? Mendadak bokek disana?" tanyanya menyelidik.
"Bukan, masalah yang lain..."
"Apa nih =)"
"Cewek?"

"SERIUS?????" kagetnya.
"Kok kaget gitu sih?"
"SERIUSSSSS NIH? Orang Jepang?"
"Iya" aku mengiyakan.

Aku menarik nafas panjang. Banyak yang musti diberitahu kepadanya.

"MAS? Kok diem aja?"
"Bentar, gimana ya... Intinya aku ngerasa semua kejadian ini terlalu cepat, dari pertama kenal, terus sampe sekarang... Aku masih gak tau dia ngerasain hal yang sama apa enggak. Dan aku juga bingung, ini perasaan kok cepet banget munculnya, cinlok apa beneran suka sih? Bingung"
"Karena terlalu cepet itu ya?" tanya Ai.
"Banget"
"Take your time aja Mas..."
"Gimana mau take your time, dua minggu lagi aku udah ada di Jakarta" keluhku.
"Oh iya..."
"Kalau aku tinggal disini atau dia tinggal di Jakarta sih santai, aku bisa take your time untuk eksplor perasaanku ke dia dan sebaliknya dengan mudah..." jelasku.
"Yaudah tinggal disana aja mas... hehe" canda Ai.
"Mampus ntar dideportasi... =((("

"Duh, anaknya cantik gak sih mas?" tanya Ai. Aku mengirimkan Screenshoot foto profil sosial medianya ke Ai. Mendadak balasan lama. Aku kembali memperhatikan camar yang terbang di atas laut. Laut yang dingin. Kalau aku nyebur kesana pasti mati kedinginan tampaknya.

"Aduh lucuuu..... Maap tadi diajak ngobrol sama atasan hehe"
"Yah..."
"Bukan tipenya Mas sih, gak kayak Karina atau Kanaya"
"Hus"
"Hahahaha...."

"Tapi aku yakin, siapapun yang deket sama Mas pasti nyaman... " lanjut Ai.
"Tau dari mana kamu?"
"Tau, aku kan adik anda :3"
"Sok tau"
"Serius.... Kalo feelingku sih kayaknya Mas santai aja deh... Biasa aja, gak usah terlalu dipikirin"
"Iya sih"
"BTW"
"Ya?"
"Kangen..=("
"Sama"
"Ga sabar Mas cepet pulang =("
"Tungguin ya =P"
"Pasti"

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

image10.jpg

Deg-degan rasanya. Ini pertama kalinya aku mencoba mengajak Kyoko untuk bertemu setelah kejadian itu. Hari ini hari Sabtu. Tapi Sabtu atau Minggu, pasti dia sibuk di café. Tidak baik rasanya langsung main ke Café dan mengajaknya untuk bicara empat mata. Tapi apakah harus bicara seperti ini?

Bagaimana cara meluruskan semuanya?

"Hi Kyoko" di read. Sepertinya ia mengetik sesuatu.
"Hi..."
"I want to talk with you... Are you free today?"
"...."

Jawaban macam apa itu? Titik titik? Aku menunggu balasan dia. Lama sekali. Rasanya apartemen Ilham menjadi lebih dingin daripada biasanya. Kengerian melanda di hati. Aku tidak siap menerima jawaban yang tidak kupikirkan.

"Sure... after 2 pm, before open again at 5" bahasa Inggris yang amburadul. Tapi intinya, dia bisa bertemu denganku.

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

Inokashira Park.

Jam 2 siang. Hari Sabtu. Anak-anak bermain. Orang-orang tua bersantai. Aku gemetar. Jam 2 kurang sedikit lebih tepatnya sekarang. Aku berjanji untuk bertemu dengan Kyoko disini. Tepat di kursi ini. Kursi pertama yang kami duduki pada saat kami pergi untuk pertama kalinya. Aku memeluk ranselku, berusaha menahan dingin yang tampaknya makin menusuk ke dadaku.

ike10.jpg

Jam 2 tepat. Aku bisa melihat seorang perempuan jalan dari jauh dengan canggungnya. Dengan mantelnya. Rambut pendek acak-acakannya. Senyum canggungnya yang tak ada. Tampaknya banyak yang ia pikirkan. Makin lama ia makin mendekat.

"Haro.." lambainya dengan muka datar penuh pertanyaan.
"Hi.." Kyoko hanya diam saja, berdiri dengan penuh tanda tanya di depanku.

"Please sit..." aku mempersilahkannya duduk. Dia duduk di sebelahku dengan canggung. Tasnya ada di atas pangkuannya, sambil matanya melihat ke tanah dan menunduk ke bawah. Aku melakukan hal yang sama. Tidak berani sama sekali aku menatap wajahnya yang isinya penuh pertanyaan itu.

Diam. Diam yang tak nyaman.

"Kyoko..."
"Yes Aya..."
"Sorry..."
"..."

Aku menelan ludah.
"I like you, that's the truth. And It's okay if you don't have feelings for me, I understand...."
"..."

Shit. Apakah aku bicara terlalu cepat?

"If you don't like me, I'm okay, we can still be friends to each other" bisikku. Aku harap ini meredakan ketegangan. "But I really like you... Maybe it's too fast, but i really like you" senyumku. Kyoko diam.

"I mean... I like you... A lot.. But.. If you don't like me..." Aku membuat tanda X dengan tanganku. Orang jepang biasa menggunakan tanda itu untuk menolak sesuatu atau mengatakan tidak. "We can be friend..." lanjutku. Berharap jawaban terbaik datang.

Dia terlihat menahan sesuatu di bibirnya. Dia lantas menggeleng pelan.

"No.. I like you too..." Aku kaget.
"Really?" ia hanya mengangguk pelan... Matanya masih takut memandangku.

Kami tetap diam, dalam hening berdua.

"What now?" tanyaku memecah keheningan. Kyoko melirikku pelan, sambil menggeleng dengan lucunya. Aku tersenyum sedikit. Apakah ia takut?

"Are you afraid because i will go to Indonesia again?"
"Ano... Yes?" jawabnya berhati-hati. Masih dengan muka kaku.

"Yes... Afraid..." ujar Kyoko. Aku tersenyum, dan mencoba meraih tangannya. Aku mengulurkan tangan, memegang tangannya yang diselimuti sarung tangan hangat. Dia tidak menghindar, tapi malah memandangku. Masih dengan muka khawatir.

"At least we can be together for two weeks" Dia hanya diam dengan muka bingung. "We.. together.. for two weeks, okay? Let's make memories..." aku tersenyum kecil kepadanya.

Dia mengangguk sambil tersenyum tipis, dan menggenggam tanganku dengan lembut.

------------------------------------------

2028_110.jpg

And this is it. Senyumnya tak bisa ditahan lagi walaupun masih malu-malu. Aku menggenggam tangannya dengan erat di dalam bis. Beberapa kali kami sempat agak berdesakan di dalam bus, dan bisa kurasakan degup jantungnya yang kencang, bercampur dengan degup jantung diriku. Rasanya aman. Rasanya nyaman.

Jari-jariku agak berkeringat dingin karena gugupnya, tapi aku tak ingin melepas tangannya. Aku baru melepasnya ketika aku dan dia turun dari bis. Haha. Entah kenapa rasanya seperti remaja lagi.

"Where?" tanya Kyoko. Oke, dimana mau makan. Kami memang belum makan siang, sudah telat, karena sudah hampir jam 4 sore.
"No ramen please" senyumku.
"Come" dia menarikku perlahan di jalanan Mitaka. Stasiun Mitaka. Jalanan Mitaka. Aku harus berjalan agak cepat karena kami kini bergandengan. Jari-jari kami saling berkait, seakan tak mau lepas.

Dia mengajakku ke salah satu restoran cina yang interiornya serba merah. Kami lantas duduk setelah disambut oleh waiter. Untungnya lagi, ada foto di menunya. Agak beda dengan restoran cina disini, biasanya orang makan gyoza di restoran cina dan mereka jual sake. Setelah selesai memesan makanan, kami terdiam kembali. Terdiam dengan lucunya. Entah kenapa rasanya masih sangat awkward. Walaupun kini jelas, perasaanku terbalas dengan baiknya, tapi rasanya masih agak canggung.

"Kyoko, Tomorrow, want to go for a date?" walau aku tak tahu harus pergi kemana.
"Ah? Nani? Detto? Ano...." Oh iya, dia harus menjaga cafe.

"Chotto" haha. Bahasa Jepang pertamaku. Chotto, sebentar. Aku membuka sosial media dan menghubungi Kyou Kun.

"Can i take Kyoko tomorrow for a walk around tokyo?" minta izin dulu sama kakaknya. Menunggu balasan dan menunggu.
"Hi aya. Of Course can!"

"I talked to Kyou-Kun" aku beralih ke Kyoko.
"Niisan?"
"Yes, tommorow we can go"
"Ah.. soo... Oke. Where?" tanyanya dengan senyum.
"I don't know, tell me" senyumku.
"Shibuya? My fren, have coffee shop there, you like coffee?" tanyanya dengan bahasa Inggris yang hancur.
"I do. Okay, shibuya then"

Makanan datang. Kami akhirnya bisa makan setelah menunggu. Tidak bisa tidak. Lucu sekali ini. Makan bersama. Sudah sekian lama aku berpasangan lagi, walaupun dalam situasi seperti ini. Semuanya begitu cepat terjadi. Entah apa yang akan terjadi bila anak-anak di Jakarta sana tahu apa yang terjadi sekarang. Entah apa komentar Karina. Bahkan Kanaya. Aku tidak tahu akan seperti apa reaksi semuanya nanti. Yang terpenting, aku bisa menikmati waktuku dengan Kyoko sekarang. Dua minggu. Tokyo.

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

Tolol. Tema kali ini adalah tolol. Minggu jam 11 di Shibuya, aku sedang menunggu sendiri. Di dalam stasiun. Aku harus sampai membaca soal kebiasaan orang nge-date di Jepang. Pertama, bayar sendiri sendiri, kecuali kalau ada kesepakatan di awal. Kedua, kalau janjian gak pake jemput-jemputan. Langsung ketemu di tempat yang dituju. Dan sekarang aku ada disini. Di depan gerai donat di stasiun Shibuya. Oh iya, soal physical intimacy. Mereka tidak terlalu suka terlihat mesra di publik. Paling mesra hanya gandengan, jangan harap bisa lendot-lendotan kayak ABG di mall, atau bahkan dekat sekali seperti gaya bule pacaran. Yang keempat, harus selalu direct. Kalau memang mau ajak makan, bilang mau apa, makan dimana, dan langsung bilang saat itu juga. Mereka tidak terlalu ingin ribet dengan pernyataan dan pertanyaan yang berlarut-larut. Kalau bingung bilang bingung.

Dan Seks. Biasanya butuh waktu lama untuk pasangan bisa masuk ke tahap sexual intimacy. Harus perlahan, dan biasanya, seks baru didapatkan setelah menjalin hubungan dalam waktu yang lama. Tapi ini juga ada yang membantah di situs lain. Pusing. Dan aku jadi seperti orang bodoh rasanya membaca dating tips. Seakan-akan aku masih ABG.

Dan jangan terlambat. Kenapa Kyoko belum datang juga? Karena memang janjiannya jam 12. Aku tidak mau terlambat, karena itu aku datang lebih awal. Berangkat kepagian lebih tepatnya.

Lama-lama aku membaur seperti mereka. Dengan baju dalam hangat, jeans, t-shirt lengan panjang, sepatu boot, dan jaket kulit. Dengan tak sabar aku menunggu Kyoko, sambil membuang waktu aku beralih ke sosial media, membaca pesannya. Ucapan selamat yang excited datang dari Ai, karena aku semalam memberitahunya soal Kyoko lebih lengkap lagi. Kanaya sedang tidak aktif beberapa hari ini, katanya agak ribet di pub. Apalagi menjelang acara Cheryl.

Dan grup Hantaman.

"Mana nih gak ada update lagi soal acara Cheryl" seruku di grup.
"Intinya kita maen ketiga dari belakang, sebelum Franks sama DIMH" jawab Anin.
"Ditusuk Itilnya Make Harpun?" Stefan menimpali.
"Gak lucu" balas Anin.
"Ini yang bikin kayak bukan Cheryl deh. Amatiran gini. Kanaya nih jangan-jangan" keluh Stefan.
"Bisa jadi"
"Lo tinggal ke Jepang sih, belom lo tidurin ya Ya?"
"Bukan urusan elo" jawabku.
"Urusan, kalo lo kapan nidurin dia, fotoin dong, biar gue bisa jadiin bacol" sahut Stefan.
"Bangsat"
"Emang. Jadi lo udah ngerasain memek Jepang? Nge BJ nya berisik gak kayak di bokep?"
"Bangsaaaaat"

"Aya..." Kyoko tanpa sadar sudah ada disebelahku, dalam balutan coat yang manis.
"Ah hi.."
"Let's go" bisiknya. Kami mulai berjalan, dan gandengan itu tak terelakkan lagi. Rasanya manis dan lucu. Kyoko mencoba memelankan ritme jalannya agar aku tidak terburu-buru. Duh gemas rasanya. Rasanya ingin mengacak-ngacak rambutnya, memeluknya, menciuminya. Tapi tidak mungkin. Gila kalau aku lakukan itu dengannya di muka umum.

https://ci5.*********************/proxy/d02YLxTMvjppdRSXz7SXowABTziOx8U7Q8iWlgQLxr9uxtMS-tk9tLdjhV3MYAsbHJ1Mubcnl5MYvUNC4C3irM5Ik48uvLXgPLaRdQ=s0-d-e1-ft#https://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/shibuy10.jpg
shibuy11.jpg

Kami berjalan keluar dari stasiun, menuju persimpangan yang super padat.

"Hachiko?" tunjuk Kyoko ke arah lain. Aku menoleh. Oh iya, Shibuya, patung Hachiko yang legendaris. Disini rupanya tempat anjing Hachiko, yang setia menunggui tuannya setiap hari di stasiun Shibuya. Bahkan ketika tuannya sudah meninggal pun, dia rela menungguinya terus di stasiun Shibuya sampai akhir hayatnya. Lambang kesetiaan. Lambang kesabaran. Tak heran dia jadi panutan, walau dia berbeda spesies dengan manusia.

Aku memandangi patung itu dari jauh. Beberapa orang tampak berfoto di depan patung itu, ada yang selfie juga.

https://ci4.*********************/proxy/vzR7CunAWzsksPW5d0eVijiePEiCmUof1DMPvrqe3mqIzhcIY4o8ICYijIiqtiLKJQzZkjVZ0wOH6fxFKQi0trmXhuDyzazF0EW55Q=s0-d-e1-ft#https://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/hachik10.jpg
shibuy10.jpg

"Come" bisik Kyoko, menarikku pelan ke arah patung itu. Mendadak aku jadi gatal.
"Let's take a picture" aku berbisik padanya. Kyoko mengangguk. Aku dengan otomatis mengambil handphoneku dan berselfie bersama Kyoko. Kyoko menggenggam lenganku dan satu tangan lagi membuat huruf V. Khas orang Jepang kalau berfoto.

"Okay, now we find something to eat first, then go to the coffee shop" ujarku.
"Okay!"

------------------------------------------
BERSAMBUNG
 
Matur nuwun updatenya suhu Race... Semoga nti malam ada update lagi..
 
MDT SEASON 1 - PART 18

------------------------------------------

latte_10.jpg
https://ci5.*********************/proxy/nrmHGcstKsj8rwka1xPH5PXXsayd9Z8J5XGSPeY4V0p_hjZ7ESmuZbAoopRPjdKMHXh_-1-8OSf2Un5bp5YqMYODfbis09EXP9wp=s0-d-e1-ft#http://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/glitch23.jpg

"Kyoko chaaan!" sapa Taniguchi Marie ketika kami masuk ke coffee shop di daerah Shibuya, setelah makan siang. Kami segera duduk dan Marie menghampiri kami. Mereka berdua sibuk berbicara dalam bahasa Jepang yang tak kumengerti. Tapi bisa kulihat bahwa Kyoko tampak tersipu malu. Marie tampak ceria melihatku, dan menanyakan padaku.

"So.. Order.. What you order?" another broken English.
"Ah... Your signature coffee please, Kyoko said that the coffee is good"
"Ahaha... Oke! right awei..."

Kyoko tersenyum manis saat duduk di hadapanku, di meja kecil, di pojok cafe itu, aku memperhatikan orang yang berjalan lalu lalang dengan cepatnya di Shibuya. Ramai sekali. Salah satu crossing atau penyebrangan yang paling ramai di muka bumi. Semua orang berjalan dengan tumpahnya tanpa saling bertabrakan, dengan lurus dan pasti akan kemana berjalannya.

"Here, Nihonjin like coffee very much" ujar Kyoko pelan.
"Really?"
"Ah.. Yes, we drink a lot. After eat, before work, after work... Everytime" senyum Kyoko.

Pantas. Bisnis cafe selalu laku. Kopi instan terlalu banyak jenisnya di minimarket. Vending machine kopi selalu banyak dimana-mana. Bahkan perempuan yang duduk di depanku dan kakaknya pun hidup dari kopi. Aku tidak begitu mengerti kopi, tapi memang kita seperti tidak bisa hidup tanpanya.

"Tuhan memberi kita Kopi untuk membantu kita menghadapi hal yang sulit. Tuhan memberi kita Wiski untuk membantu kita menerima hal yang sulit" setidaknya aku pernah melihat tulisan seperti itu entah dimana dalam versi Bahasa Inggris. Somewhere in Kemang. Oh iya, cafenya Zul. Disitu juga kopinya enak. Aku jadi ingat insiden suaminya Dian menyiram kopi panas ke Bram, waktu buka bersama sekitar setahun lebih yang lalu. Insiden yang memalukan, emosional. Tapi kupikir Bram pantas mendapatkannya. Karena memang dia brengsek. Sejadi-jadinya brengsek. Jangan dibandingkan dengan Stefan. Stefan boleh kelakuannya dan cara bicaranya super minus, asal-asalan dan bercandanya sangat tidak sopan. Tapi setidaknya dia gentleman dan setia kawan kepada teman.

Dan... dia selalu menepati janjinya. Shit.

"AWAS YA, kalo sampe di instagram elo ada foto elo sama cewek, gue kirim foto titit lo ke adek lo!" ancama Stefan sewaktu aku habis memfoto makanan dari Kyoko. Dan aku rupanya tidak sadar telah mengupload fotoku dan Kyoko ke Instagram.

Shit.

Aku membuka Instagram. Aku memang tidak pernah mengaktifkan notifikasi untuk media sosial apapun. Aku lihat fotoku bersama Kyoko yang dengan refleksnya aku upload ke Instagram.

Diupload 1 jam yang lalu oleh aryaAAG #Hachiko #Shibuya #Japantrip.

165 like. kanayeah menyukai foto ini. aiaisyah menyukai foto ini. diantiparamita menyukai foto ini. a.n.g.g.i.a. menyukai foto ini. hantamanband menyukai foto ini. aninhantaman menyukai foto ini. senasoundsena menyukai foto ini. manuhutujacob menyukai foto ini. ilhaminjapan menyukai foto ini. graphicmonster menyukai foto ini. Dan aku akhirnya menelan ludah saat aku melihat satu username yang menyukai foto itu juga.

stefanusthevoice menyukai foto ini.

Kubaca komentar dibawah, komentar-komentar dari orang yang tidak kukenal, pasti para followerku.

asdf12330 "Pacar kakak? Cantiiik"
poiuytr4 "cakeps"
han-ta-man "Kak Arya diem-diem nih liburan sama pacar ternyata"
putri94 "yah Kak Arya dah punya pacar =("
kanayeah "Siapa tuh?" ups.
aiaisyah "<3"
ilhaminjapan "<3"
diantiparamita "<3"

stefanusthevoice "GOTCHA!"

Aku tidak enak hati. Tidak enak perasaan saat membuka media sosial yang lain. Whatsapp.

"Siapa tuh?" pesan dari Kanaya. Langsung kujawab.
"Adeknya musisi disini, kenalan disini...."
"Oooo...." langsung ada jawaban. Okay. Baik. Setidaknya bukan jawaban atau reaksi yang aneh aneh.

Wah. Pesan dari Dian..
"Cieee..."

Pesan dari Ai... Aduh.
"MAAAAAAAAAAAAAAAAASSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS. TOLONGGGGGGGGGG AKU DIKIRIMIN GAMBAR APA INI SAMA STEFAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN =(((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((("

"Aduh..." jawabku.
"AAAAAAA MATAKUUUUUU HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"
"Apus gambarnya ya"
"GAK MAU LIATTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT"
"Iya makanya..."
"STEFAN JAHAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAT"
"Ehh... Iya nanti aku marahin..."
"Rusak mataku.... aku liat foto mas kayak gitu..... =(((("
"Nanti sampe Jakarta aku sate anak itu"
"Aku BANTUIN"
"Sabar ya adekku...."
"=(("

Dan ini yang paling terakhir aku lihat. Grup Hantaman. Pasti kampret isinya.

"Mana ini si Arya?" Anin.
"Bang Arya gimana rasanya ikeh ikeh kimochi?" Sena
"KAN" Stefan.
"Arya yuhuuuu" Anin lagi.
"Cakep ceweknya Bang" Sena lagi.
"MANA INI WOI. GAK MUNCUL SI KONTOL. PASTI LAGI NGEWE" Stefan dengan ganasnya.
"Halo guys" sapaku di tengah kegaduhan di grup.
"NAH INI"
"Stefan awas lo ya"
"WKWKWWKWKWKWKWKWKWK"
"Gak lucu anjirrr"
"Biarin, adek lo pasti udah sering liat lo telanjang kan? Lo masih mandi bareng kan?" tanya stefan jahil.
"Atuhlah Fan...."
"Tapi dia kok tadi marah-marah ke gue ya.... Katanya awas kalo ketemu...."
"Wajar Fan...." Anin menimpali.

"Ah geblek... Gak lucu ah.. =(" aku mengeluh.
"WKWKWKWKWKWK"
"Fan ah... minta maaf gi ke Ai" aku memaksa.
"udah"
"Terus?"
"ya dia bilang, awas kalo ketemu gue bales"
"NAH awas loh" aku menimpali.
"Hahahahahahaha"

Kyoko mendadak menegurku.
"Aya... Coffee.."

Oh. Sudah datang rupanya. Dua cangkir kopi dan... Strawberry Shortcake?
"Yours?" tanyaku ke Kyoko.
"Yes" mukanya tampak bahagia melihat makanan manis. Dia sepertinya sudah tidak sabar untuk memakannya.

------------------------------------------

We talked. We talked a lot. Bicara soal apapun. Hal-hal kecil terutama. Hal-hal kecil yang lucu. Film apa yang disuka, musik jenis apa yang disuka, sampai pembicaraan soal kartun Jepang masa kecil yang sangat kusukai. Semuanya terasa mengalir, natural, walau sesekali ada koneksi bahasa yang sulit. Itu tidak masalah bagi kami. Kami berdua menikmati pembicaraan di coffee shop itu. Arya dan Kyoko. Satu lahir di Jakarta, 30 tahun lalu. Sedangkan satunya lahir di Mitaka. Arya anak pertama. Kyoko anak kedua. Kedua orang tuanya telah meninggal. Aku, hanya ayahku yang telah pergi. Kyoko suka sekali makanan manis, dan kopi tentunya. Kyoko hanya pernah pergi keluar negeri ke Korea Selatan dan Hongkong. Dia penasaran soal Indonesia, terutama kopi lokalnya.

Sehabis SMA, Kyoko tidak melanjutkan ke universitas untuk kuliah konvensional, tapi ke Senmon Gakkou, alias Sekolah Kejuruan, setara diploma kalau di Indonesia. Tentunya mengambil bidang kuliner, yakni cafetaria. Setelah lulus dia membantu Ibunya untuk menjalankan cafenya, bertiga dengan kakaknya. Ayah mereka lebih dahulu meninggal sewaktu mereka kecil. Sang ibu kemudian menyusul, tiga tahun yang lalu. Kyou-Kun sendiri tidak melanjutkan sekolah setelah SMA, langsung fokus di musik. Tapi dia sejak remaja selalu membantu orang tuanya di cafe milik mereka. Itu karena mereka memang dibesarkan di lingkungan bisnis makanan dan minuman, itu menjadi hidup mereka kedepannya.

Aku suka cara dia berbicara. Aku suka aksennya. Senyum kecilnya. Giginya yang lucu. Mukanya yang mudah memerah. Rambutnya. Wanginya. Semuanya. Dandanannya yang sederhana serta baju-bajunya yang berwarna kalem. Tangannya. Jarinya. Semuanya.

Aku suka mendengar ceritanya. Aku suka berlama-lama mendengar ia berbicara. Semuanya terasa begitu tidak sempurna dengan kekikukan dan kekakuannya. Tapi itu yang membuatku tertarik. Seseorang yang bisa membawa dirinya dalam segala kelemahannya.

------------------------------------------

https://ci5.*********************/proxy/YqCLCf0B6pk3pomy-Z3ke7Mo3n2hzEeQzJoFTATKj4OYJfVNOtzr5peypldyFl0ETf1ZisNgTGIvMMMFUdHWWB5nXpvnHMGi4yYprQ=s0-d-e1-ft#https://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/img_4110.jpg
shibuy11.jpg

Aku berjalan di sore yang sudah mulai gelap dan mendingin itu dengan Kyoko. Di Shibuya. Kami habis dari toko buku bekas, membeli beberapa buku masak, oleh-oleh untuk ibuku. Berarti hanya tinggal oleh-oleh untuk Ai saja yang belum. Ketika kutanyakan lagi, katanya dia mau menitip pedang Katana. Untuk membelah-belah Stefan.

Habis ini apa ya? Makan malam? Pulang? Dongenzaka?

Jangan Dongenzaka Ya. Gila lu. Itungannya ini first date. Kok tau-tau Dongenzaka. Dongenzaka adalah sebuah nama jalan di Shibuya. Disana banyak terdapat love hotel. Ya, sebelum date hari ini aku googling, soal Shibuya. Apa saja main attractionnya. Salah satunya Dongenzaka dengan semua Love Hotelnya. Alias hotel jam-jaman. Dari namanya saja sudah ketahuan hotel untuk apa.

Bedanya dengan hotel jam-jaman di negara lain, disini ada temanya. Kamarnya bertema. Tema diskotik, tema pantai, tema tradisional. Bahkan ada penyewaan kostum juga kalau mau. Haha. tidak lah. Bukan seleraku seperti itu. Stefan mungkin lebih cocok.

"Aya" bisik Kyoko.
"Yes?"
"Music" tunjuknya ke salah satu pojok di depan gerai kopi internasional itu. Wah, street musician. Di Shibuya memang banyak orang yang bermain musik di jalan, sambil menjual CD mereka, sambil promosi band mereka. Dan mereka tidak peduli kalau pejalan kaki cuek terhadap mereka. Mereka tetap bermain sepenuh hati.

Kami berdua menghampiri dan berdiri di depan street performer itu.

Menarik. Dengan kualitas seperti ini harusnya minimal sudah masuk radio. Suaranya bagus. Tanpa sadar aku dan Kyoko terhanyut melihat penampilan tersebut. Tangannya menggenggam tanganku erat, dan dia berdiri sangat dekat. Hingga kadang ia menempelkan kepalanya di tanganku. Aku tidak tahu artinya apa lagu ini, tapi rasanya sangat tepat untuk menikmati suasana seperti ini dengan Kyoko. Berdiri berdua terpaku. Merasakan kehadiran masing-masing. Dengan background orang bersliweran di jalan dengan cepatnya. Seperti menatap dunia yang sibuk dari suatu tempat yang nyaman.

Keinginanku untuk pulang mendadak hilang. Kyoko menambatkan hatiku disini. Dua minggu. Perkenalan yang cepat. Dan hatiku tertambat dengan cepat disini.

Selesai. Lagu itu selesai. Kyoko dan Aku saling melihat.
"Dinner?" tanyaku.
"Oke.." bisiknya sambil menggenggam tanganku erat.

------------------------------------------

2028_110.jpg

Mitaka. Malam hari. Bis yang kami naiki mendekat ke tempat pemberhentian kami. Kami turun dengan lega, setelah perjalanan yang jauh dari Shibuya. Sudah hampir pukul 9 malam. Cafe kakak beradik ini sebentar lagi akan tutup. Aku memutuskan untuk mampir sebentar.

Kami berjalan berdua, bergandengan di jalan yang sepi. Kadang aku tak percaya. Aku, jauh-jauh ke Jepang malah bertemu dengan Kyoko. Jalan bareng. Gandengan. Pacaran. WTF banget memang. Aku pasti diinterograsi banyak orang nanti ketika di Indonesia. Oleh semuanya. Pasti Kanaya juga. Jujur. Kanaya cantik. Menarik. Smart. Tapi aku tidak merasakan koneksi yang begitu kuat dengannya. Mungkin memang hanya bisa sebatas teman, walau kami pernah tidur bersama. Justru aku malah menyangsikan ada orang yang bisa menahan diri dalam kondisi seperti waktu itu. Subuh di kosan, dan suasananya intim. Bullshit kalau ada yang bisa tetap bertahan tidak melakukan apa-apa.

Oh. Sudah sampai. Cafe kecil itu. Masih ada beberapa tamu. Biasanya kakek-kakek sekitar sini yang mengobrolkan entah apa.

"Irasshaimase... Ah Kyoko to Aya!" Kyou-Kun tampak ceria melihat kami. Kyoko langsung melepas mantelnya dan berjalan ke arah dapur, memakai celemek dan ikut kembali berkegiatan di cafe yang sebentar lagi tutup itu. Aku duduk di kursi yang kosong, sambil melihat kesibukan mereka berdua. Cepat sekali transisi Kyoko dari datang lalu aktif kembali di balik dapur.

------------------------------------------

800-mi10.jpg

"So, Kodama... Only came here at night?" tanyaku ke Kyoko.
"Yes"

Kyoko sedang mempermainkan kucing gendut yang jutek itu. Kucing yang tampak bodoh dengan berguling ke kanan dan kiri itu. Kyoko berjongkok dibawah, sementara aku duduk di sampingnya. Kyou-Kun entah kemana. Mungkin dia tidak ingin mengganggu kami setelah beres-beres cafe.

Latihan pertama untuk showcase single baruku adalah lusa. Tidak sabar rasanya, ingin segera menyelesaikan semua latihan dan rilis singleku, untuk bisa fokus ke Kyoko. Tunggu. Fokus apa? Aku bingung menjawab pertanyaanku sendiri. Fokus apa? Apakah menikmati waktu bersama Kyoko di sisa dua minggu ini? Tapi tentunya tidak bisa aku pinjam dia sering-sering. Pekerjaannya disini akan terbengkalai dan akan merepotkan Kyou-Kun. Tidak adil untuk mereka berdua. Egois itu namanya. Kalau aku disini terus juga pasti akan merepotkan walau mereka tidak merasa repot.

Mitaka malam ini. Aku , Kyoko dan kucing gendut itu. Bertiga di ruangan café yang sudah dibereskan.

Rasanya enggan pulang ke Yokohama. Rasanya ingin bersama dirinya selamanya. Merasakan kecanggungan yang manis ini. Tapi aku harus pulang. Tidak sopan rasanya mendadak menginap disini. Belum tentu juga aku akan menghabiskan malam dengan Kyoko. Aku lantas berdiri.

"Go home?" tanya Kyoko sambil melihatku dengan muka ceria.
"Yes"

Kyoko berdiri juga. Aku membelai rambutnya. Dia tersenyum penuh arti ke arahku. Konyol, jarak ke pintu sangatlah dekat, tapi kami jalan kesana bergandengan.

"What are you doing tomorrow?" tanyaku.
"Here, café." Jawabnya pelan.
"Can I come here ?"

Kyoko hanya mengangguk. Aku menunduk dan menatap wajahnya, mencoba mencium lembut bibirnya. Dia menerimaku. Ciuman yang pelan, lembut dan singkat. Tapi cukup. Cukup untuk perpisahan malam ini. Masih ada besok. Masih ada dua minggu lagi. Masih ada selamanya.

"Mata ashita... Oyasumi.." bisikku. Kyoko geli mendengarku berusaha bicara bahasa Jepang. Dia pasti tahu aku baru mempelajarinya akhir-akhir ini.
"Mata ne..." bisik Kyoko sambil membuka pintu café. Aku berjalan dengan sangat lambat keluar, perlahan, sambil melambai dengan enggan. Kalau bisa, aku ingin berada disana selamanya.

------------------------------------------

image10.jpg

"Nah ini dia" sapa Ilham saat aku masuk ke dalam apartemennya.
"Ini dia apaan"
"Ini dia orangnya yang bikin rame-rame di medsos"
"Kirain apaan"
"Anak-anak angkatan kita mendadak pada ngontak gue Ya, nanyain elo... Haha"
"Terus lo jawab apa Ham?" tanyaku.
"Gue jawab setau gue aja... Gue bilang itu emang deket sama lo. Gak lebih gak kurang" jawabnya.
"Haha..."

Heboh. Satu foto Instagram membuat heboh. Fotoku dan Kyoko, di depan patung Hachiko, dimana Kyoko menggamit lenganku dan membuat tanda V dengan tangannya. Komentar semakin banyak dan like semakin banyak. Grup whatsapp Hantaman semakin ribut.

"Kalian berisik amat sih. Isi grup ini cuman 5 orang. Dan dari tadi sore ampe sekarang udah kayak ratusan mesej, topiknya ituan terus" ketikku di grup.
"Abis lo pacaran ama orang Jepang sih" jawab Anin.
"Siapa namanya Ya?" tanya Stefan.
"Kyoko"
"Kode JAVnya berapa?"
"Bangsat"
"WKWKWKWK"
"Ai masih trauma sama elo tuh Fan. Minta maafnya yang tulus dong, kasih dia apa gitu buat bayar kengehean elo..." ketikku panjang.
"Gue kasih aksi ranjang aja kali ya?" jawab Stefan asal.
"Lu lagi ngomong ama kakaknya ini....... -_-; "
"Kakaknya apa pacarnya?" ledek Stefan.
"Kontol" jawabku pelan.

"Bang. Ai masih pacaran sama yang baru ini?" tanya Sena mendadak.
"Masih"
"Anu, gue kan jadi sering diajakin makan ama Mamanya Bang Arya, dan makan sama Ai juga... Gue jadi falling in love Bang..." ujar Sena.
"Elu mah emang gampangan Sen" balas Anin.
"Tapi ini cantik banget, kalo makan lucu gitu....."
"Lo kira komeng lucu?" celetuk Stefan.
"Ih serius Bang.."
"Pacarin aja gih" komentarku.
"Tapi kan dia punya pacar..." keluh Sena.
"Santai aja. Arya aja yang pacaran lama ama Karina udah pasti incest kan tuh sama si Ai" canda Stefan.
"Lama-lama gak lucu Fan" balas Anin.
"Muka lu tuh gak lucu" ledek Stefan.
"Wkwkwkwk.... Ribut mulu kayak FPI kalian" ledek Sena.
"Kayak situ gak suka ribut aja di grup" komentarku.
"Halo kakak ipar"
"Jiakakaka"

Hantaman. Di satu sisi aku sangat kangen dengan mereka. Andai saja mereka semua ada bersamaku disini. Pasti aku tidak akan homesick. Tapi masa iya segitunya sampai tidak ada perasaan homesick? Orang bilang, rumah itu bukan soal tempat dimana kita lahir, bukan soal tempat dimana kita tumbuh besar, dididik dan semacamnya. Rumah itu tempat dimana kita merasa nyaman. Tempat dimana kita merasa pas dan cocok, sesulit apapun juga. Rumah. Pikiranku atas rumah terombang ambing antara Radio Dalam dan Mitaka. Radio Dalam selama 30 tahun ini adalah hidupku. Jakarta. Dengan segala kesemrawutan dan kekumuhannya. Mitaka, baru dua minggu, dan bahkan aku tidak tinggal disitu, dengan kerapihan, kesunyian, kelembutannya, dan Kyoko. Kyoko seperti Mitaka.

Tenang. Canggung. Dengan segala ketidak sempurnaannya Mitaka membuatku terbius akan tempat itu. Keanggunan Inokashira park. Keramaian namun rapihnya Stasiun Mitaka. Perasaan tenang yang ada disana. Semuanya. Semuanya membiusku.

Dan Kyoko adalah Mitaka.

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd