Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 1 (racebannon)

Menurut Kalian, Siapakah "Bastardverse" Best Couple?

  • "Aku" & Dian (The Lucky Bastard)

    Votes: 12 7,5%
  • "Aku" & Nica (The Lucky Bastard)

    Votes: 2 1,3%
  • "Aku" & Anggia (The Lucky Bastard)

    Votes: 41 25,8%
  • Arya & Kyoko (Matahari Dari Timur)

    Votes: 51 32,1%
  • Anin & Zee (Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%
  • Stefan & Semua yang dia tiduri (Matahari Dari Timur)

    Votes: 23 14,5%
  • Amyra & Dipta (Amyra)

    Votes: 6 3,8%
  • Gilang & Saras (Penanti)

    Votes: 2 1,3%
  • Gilang & Tara (Penanti)

    Votes: 3 1,9%
  • Bryan & Tika (Amyra)

    Votes: 1 0,6%
  • Rendy & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 14 8,8%
  • Adrian & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%

  • Total voters
    159
  • Poll closed .
Bimabet
lagi liat Tohpati di YouTube, kok berasa Arya ya?
 
gak sabar membaca waktu arya menggagahi kyoko pertama kali. hahaha kalau boleh minta tambahin dong om RB sex scene nyaaa
 
Berarti harus baca cerita TLB, MDT, Amira dan penanti dl baru bisa paham baca Bastardverse
 
Panduan untuk pembaca Bastardverse :D

snap_210.jpg
Anggia nya mana om? Susah kali ya bikin timeline nya...
 
MDT SEASON 1 - PART 16

------------------------------------------

"Lo ngomong apa tadi ke dia Ham?" aku mendapati Kyoko hanya senyum-senyum sendiri, melihat aku dan Ilham dengan lahap memakan makanan yang ia sediakan.

"Cuma ngomong masakannya enak kok" Ilham tampak menghindar. Siang itu, setelah syuting hari ke dua, Kyoko menghampiri lagi dan membawa makanan siang masakannya. Sekarang ia membawa dua porsi. Dia tidak enak pada Ilham kemarin tampaknya.

ike10.jpg

"Masa ngomongin masakan enak kalimatnya panjang gitu?" tanyaku curiga.
"Serius Ya"
"Kok ada suki-sukinya tadi di kalimat lo?"
"Iya maksudnya gue suka masakannya"

"Boong lo"
"Ahahaha" tawa Ilham melihatku risih gelisah sendiri.

Kyoko masih senyum-senyum malu sendiri setelah berbicara dengan Ilham. Tai nih. Pasti dia membicarakan diriku. Pasti. Pasti ngegosipin si Arya. Pasti. Gak mungkin enggak. Untung proses syuting ini sudah selesai. Tinggal Ilham edit, dan aku merem saja. Gak ngerti juga gimana caranya bikin videoklip. Mudah-mudahan hasilnya bagus. Tapi harusnya bagus, Ilham dari jaman kuliah senang sekali berkecimpung di dunia videografi. Tangannya stabil kalau megang kamera, seperti tripod. Tastenya juga bagus. Beberapa waktu yang lalu aku sempat melihat karya-karyanya di internet. Bagus. Artsy. Sudah sewajarnya dia lantas mengambil S2 yang berhubungan dengan bidang yang ia sukai. Di Jepang pula, ibarat Mekah untuk dia. Kiblat budaya populernya.

"Very delicious... Thank you" Aku menyerahkan kotak makanku yang telah kosong dan berterimakasih padanya.

"Eh, jadi rilis lagunya kapan?" tanya Ilham.
"Katanya sih rebo depan, pas minggu ketiga gue disini...." Jawabku.

"Oh, mau gue videoin juga sih, mayan kan dokumentasi buat elo Ya" balasnya sambil masih berkonsentrasi makan.
"Tapi tempatnya belom pasti..." lanjutku.

"Gapapa, yang penting gue bisa atur waktu kapan ngedit video lo, biar ga kecapean dan keteteran..." senyum Ilham.

------------------------------------------

800-mi10.jpg

Sehabis syuting, Ilham langsung pulang ke Yokohama. Katanya dia harus ke kampus dulu sore itu. Sedangkan aku lagi-lagi tidak ada kegiatan. Rekaman sudah. Judul lagu sudah ada. Syuting sudah. Manggung lagi baru rabu depan. Masih ada sisa beberapa hari yang bisa dipakai latihan, mungkin di senin dan selasa. Tapi... Sekarang bingung harus apa.

Aku yang idle akhirnya ikut ke café milik Kyou-Kun dan Kyoko. Mereka berdua sedang sibuk mempersiapkan untuk shift buka sore, jam 5 sampai jam 9 malam. Aku duduk di dalam café sambil bingung. Apalagi yang harus kulakukan? Nulis lagu lagi? Lagi tidak ada mood yang mendukung. Mengajak Kyoko keluar juga tidak mungkin, dia sedang sibuk. Jadi aku berdiam diri, sambil memeriksa handphoneku.

"Lo mesti terangin ke kita Ya" mendadak Stefan membuka pembicaraan di grup Hantaman.

"Terangin apa ya? Emangnya ada yang gelap?" jawabku bercanda.
"Gue penasaran itu bekel makan siapa yang ada di instagram elo"

"Bekel makan gue, kenapa?"
"Yang bikinin siapa? Gak mungkin Ilham kan?" mendadak Anin ikut nimbrung.
"Eh, kodok raksasa, diem dulu, gue lagi nanya si Arya!" bentak Stefan.
"Idih. Suka2 donk"
"Nah, balik lagi, siapa orang yang rela masakin buat si Arya? PASTI CEWEK!" tuduh Stefan.

"Suka-suka lu Fan.." balasku.

"Ini pasti kawan kita udah kena patil memek nipon. Gue yakin 100%. Ayo taruhan sama gue, seorang sejuta" lanjutnya.
"Ngapain sih taruhan, kata Bang Oma judi itu harom Bang..." Sena mendadak menimpali.
"Berisik lo kantong kencing, Arya jawabannya dari tadi gak bikin pencerahan" bentak Stefan ke Sena.
"Bang Arya, kapan pulang, Ai pacaran tuh, aku cemburu" Sena kembali menimpali.

"Eh, ini sesi tanya jawab gue sama Arya. ARYAAA! Jelasin itu siapa yang masakin lo bekel"
"Kalo gue bilang itu beli, percaya gak kamu sama saya, Stef-ANUS?" candaku.
"Beli gak pake kotak tupperware gituan!" bentaknya bercanda.
"Bisa aja, ini Jepang men, emangnya di rumah lo, Cempaka Putih?"
"Bohong lo... Kontol lo pasti udah keluar masuk lobang licin cewek jepang! Ngaku!"
"Ahahahaha" Anin tertawa.
"Jawab"
"Enggak Fan, aku kan anak baik-baik ;D"
"Dusta si Anjing!"
"Enggak lah, gue bukan penjahat kelamin kayak elo"
"AWAS YA, kalo sampe di instagram elo ada foto elo sama cewek, gue kirim foto titit lo ke adek lo!" ancam Stefan.

"Ahahah tolol, emang punya foto titit gue?" aku meremehkan Stefan.
"Nih"

BANGSAT.

Fotoku sedang tertidur di kamar hotel sewaktu konser di Jogja, sekitar setahun lalu. Aku sekamar dengan Stefan. Pantas paginya ketika aku bangun, selimutku sudah tidak melindungiku lagi. Rupanya si bangsat Stefan menggunakan malam itu untuk menurunkan boxer yang kupakai sebagai celana tidur dan mengambil foto alat kelaminku dengan jahilnya. Setan. Setan.

"WOI APAAN TUH!" aku membentak Stefan.
"Anjinggggg" komentar Anin.
"Wah rusak gue udah liat tititnya Bang Aryaaaaa" komentar Sena.

Bagas diam saja.

"AAHAHHAHAHHHAAHAHAHHAHAHAHAHAHAHA" tawa Stefan panjang. Aku juga jadi senyum-senyum dan geli sendiri bercampur kesal. Sialan. Anak ini harus dibalas setibanya aku di Indonesia dua minggu lagi.

"You seem happy?" Kyoko mendekat dan memberiku coklat panas. Aku kaget, dan berusaha menutup handphoneku, karena foto alat kelaminku masih terpampang disana. Bagaimana tidak, fotonya dilengkapi dengan mukaku yang tertidur dengan polosnya. Karena panik, handphonenya jatuh. Sialan. Untung jatuhnya tertelungkup, jadi Kyoko tidak melihat isinya.

"Aa? Chotto..." Kyoko berjongkok dan mengambilnya. Jantungku berhenti. Dia tersenyum dan memberiku handphoneku tanpa melihat layarnya. Untung! Untung! Aku langsung menerimanya dan mengunci layarnya. Gila. Semua gara-gara si setan bangsat satu itu.

------------------------------------------

maxres13.jpg

Tidak begitu lama sehabis café buka, aku pulang dan meninggalkan mereka dalam kesibukannya. Aku masih melamun di dalam kereta. Kenapa Kyoko mendadak menjadi begitu penting? Sepertinya dia yang selalu kupikirkan selama ini. Aku masih tidak menyangka pertemuannya bisa merubah suasana hatiku.

Kyoko Kaede. Adik dari Kyoshiro Kaede, alias Kyou-Kun. Kalau ditaksir dari tampangnya, mungkin sekitar akhir 20an atau awal 30an. Bentuk senyumnya lucu, seperti kucing yang sedang tersenyum. Kucing kartun lebih tepatnya. Gerak-geriknya yang agak canggung dan malu-malu sangat menggemaskan. Dan tampaknya ia senang dengan anak-anak. Setiap kami jalan dan ia berpapasan dengan anak-anak, dia selalu tertarik dan menunjukkan ekspresi gemas. Tinggi badannya sama seperti Ai dan Kanaya. Segitu lah. Bentuk tubuhnya tampak pas. Pas sama apa? Mikir apa? Gila. Baru kenal dua minggu. Apa apaan sih.

Oh, turun di stasiun ini. Awas. Misi pak.

Ah, akhirnya. Stasiun tujuan. Aku tidak sabar berbaring kembali di futon itu, juga mencuci baju yang sekarang kupakai di laundry koin. Rasanya lengket, walaupun udara cukup dingin dan aku tidak berkeringat. Tapi tetap saja, namanya baju kemarin. Tak sabar melihat footage editan dengan Ilham juga, tak sabar besok, tak sabar untuk semua. Dan aku menjadi sedih, mengingat dua minggu lagi aku akan segera terbang ke Indonesia. Rasanya begitu cepat. Jam Session, Membuat Lagu, Rekaman, Syuting Videoklip, Mengenal Kyoko. Semuanya berlangsung begitu kilat. Ini pasti mimpi. Mimpi yang aku harap aku tidak akan pernah bangun darinya. Andai saja bisa kutinggalkan hidupku di Jakarta sana dan mendadak tinggal disini untuk selamanya.

Tapi apakah itu mungkin?

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

image10.jpg

"Aya, show at Body & Soul Yokohama, 9 pm, Wednesday! I also book studio for rehearsal. Monday and Tuesday. Mitaka, both 3 pm. See you!" pesan singkat dari Kyou-Kun.

"Thanks man!" jawabku. Haha. Rasanya seperti punya manajer yang benar-benar bisa diandalkan. Semua begitu dia pikirkan dengan detail, dan aku kadang hanya tinggal ikut saja. Pagi ini Ilham ke kampus. Dan aku masih berbaring dengan bodohnya di atas futon. Dari tadi malam Ilham tampak mengerjakan semua yang bisa ia kerjakan. Rabu, dia akan mengusahakan video tersebut beres ketika rabu datang. Kurang dari seminggu. Apakah bisa jadi satu videoklip dalam waktu kurang dari seminggu?

Tadi malam Ilham menyuruhku menamai folder di komputernya, katanya biar proyek editing videoklipnya dibuka secara resmi. Akhirnya aku mengetikkan "Arya Achmad; Matahari Dari Timur". Dan lantas kami bersulang kopi kalengan dan minuman ringan. Aku pun berjanji kalau laman youtubeku menghasilkan uang berapapun, aku akan membaginya dengan Ilham. Dia setuju, walau tidak terlalu berharap.

Dan hari ini apa yang harus kulakukan? Fingering? Sudah tadi. Ke Mitaka? Apa aku terlalu sering mengganggu Kyoko dan Kyou-Kun? Aku coba improvisasi sendiri. Kugoogling apapun yang bisa kugooling.

Akhirnya aku tertambat pada sebuah situs yang berisi tentang tips belanja murah di Tokyo. Setelah lama menjelajah situs tersebut, akhirnya aku merasa mendapatkan pencerahan. Shinagawa, Tokyo City Flea Market Oi Keibajo. Tampaknya menarik. Bukan tidak mungkin aku dapat menemukan gitar murah atau peralatan musik yang bekas pakai dan harganya super miring. Baiklah. Dengan panduan Google dan semua yang bisa dilakukan, aku akan berangkat kesana. Sekarang bersiap-siap dulu.

------------------------------------------

03a98710.jpg

Aku menelan ludah.

Apa yang bisa kudapat dari sini? Basically ini sampah rumah orang lain yang dijual. Berlokasi di sebuah tempat parkir yang luas, yang disulap menjadi arena besar untuk orang-orang menjual barang bekas milik mereka. Perabotan, elektronik, LP, macam-macam, tapi sejauh mata memandang memang ini jauh daripada gembar-gembor yang ditunjukkan di internet. Dalam kepalaku juga tidak sekumuh dan tidak seasal ini barangnya yang dijual.

Tapi... Sudah sampai sini. Jadi aku akan berjalan-jalan sebentar, melihat dengan agak leluasa, mumpung aku tidak membawa gitar.

Berjalan dan berjalan, aku tidak menemukan apapun yang menarik. Aku tidak butuh gitar akustik bekas ekskul sma. Aku juga tidak butuh pajangan-pajangan rumah, tidak butuh mainan bekas, tidak butuh juga peralatan bayi yang tampaknya agak cukup laku disana. Onderdil mobil? Lewat. Onderdil motor? Ada yang menarik sih, tapi tidak ada yang cocok untuk vespaku... Oh iya! Vespaku lupa nitip ke Sena untuk dipanaskan. Nanti aja deh. Kita browsing lagi, mumpung sudah sampai sini. Tidak ada yang menarik sejauh ini.

Langkah kakiku akhirnya membawa diriku untuk mendekati salah satu lapak yang menjual peralatan audio visual bekas. DVD Player, CD Player, Tape Deck, you name it lah. Aku melihat dari dekat, tampaknya semuanya masih bisa berfungsi dengan baik. Orang yang suka mengkoleksi elektronik pasti suka ke lapak ini, pikirku. Perhatianku tapi teralihkan. Ada satu kotak plastik yang agak besar, dengan tutupnya bertuliskan "XXX 100 Yen"

Apa nih? Aku lalu membuka kotak itu, dan si penjual pun tersenyum menahan gelinya.

Damn.

Setumpuk DVD dan VHS Japan Adult Video. Sang penjual mendekatiku dan berbisik dalam bahasa Jepang. Mungkin artinya, kalau mau lihat pelan-pelan, tidak enak nanti kelihatan anak-anak. Soalnya tadi ada kata-kata "Kodomo" di dalam kalimatnya. Aku mengangguk saja dengan mulut terkunci. Aku melihat-lihat. Wow. Haha. Lengkap ini. Ada yang covernya perempuan memakai seragam sekolah digerayangi oleh banyak laki-laki. Ada juga yang ini, si perempuan terikat ala BDSM Jepang, atau Kinbaku, dengan payudara dijepit dengan jepitan jemuran. Lama-lama geli juga melihatnya. Ada juga VHS yang covernya perempuan muda berlumurkan sperma di wajahnya. Ini kalau Stefan lihat pasti diborong semua.

Aku melirik ke arah yang menjual. Orang itu mendadak menatapku, sambil lidahnya dimainkan, seperti seakan-akan sedang menjilati vagina. Aku tidak nyaman melihatnya.

Akhirnya aku mengambil lima buah yang covernya paling tidak rusak atau lapuk. Soal kualitas video nanti saja, sepertinya masih bagus. Aku langsung memberikan uang receh 500 Yen ke orang tersebut dan memasukkan belanjaanku ke ranselku. Agar tidak mencolok.

Si penjual berterimakasih dan aku segera berlalu. Pergi. Mudah-mudahan tadi aku tidak dikatai pervert oleh orang-orang disekitar situ yang sengaja atau tidak sengaja melihatku. Tapi urusan oleh-oleh Stefan, beres. Nanti saja kuberitahunya. Kejutan. Haha.

------------------------------------------

latte_10.jpg

"Irrashaimase... Ah! Aya... Sit.. sit" seru Kyou-Kun saat aku datang ke cafenya. Kyoko melambai dari dalam dapur dengan malu-malu. Aku duduk, dan tersenyum ke sekitarku.

"So.. Coffe? Tea? Chocolat?" teriak Kyou-Kun dari balik mesin kasir. Ia sedang melayani pelanggan yang membayar.
"Coffee" jawabku singkat. Sudah malam, jam 7.30 malam. Aku memutuskan untuk mampir sebentar kesini sebelum pulang. Memang melambung, tapi tak apa. Ada magnet yang menarikku kesini.

Tak lama kemudian kopi tersebut datang, diantar langsung oleh Kyou-Kun. Dia lalu duduk di depanku.

"Video how? Oke?" tanyanya dengan senyumnya yang lebar.
"Okay, now editing phase" jawabku.
"Can show on Wednesday?"
"I hope"
"Good! Ah, eat?" tanyanya kepadaku. Boleh juga.
"Sure, ah... How about your Frech Toast?" tanyaku.
"Oke!" Kyou-Kun lalu bangkit dan meninggalkanku. Aku tak sengaja bertemu mata lagi dengan Kyoko. Kami saling tersenyum dan dia tersipu malu. Dia terlihat sangat manis dibalik sweater warna kuningnya dan rambut pendeknya yang acak-acakan itu.

Aku kembali beralih sebentar ke handphoneku. Grup Hantaman ramai lagi. Rupanya hari ini habis technical meeting acara farewellnya Cheryl.

"Lo bilang apa Nin? DIMH main terakhir? Lo gak salah?" seru Stefan.
"Rundownnya begitu, Cheryl yang atur"

"Kok bisa! Gak hormat apa dia sama Bimo ama Wira?" Frank's Chamber, mereka memang main juga malam itu.

"Masalahnya, ini kan acara santai, yang dateng juga kita disuruh bawa temen-temen, terus, DIMH sebelumnya ada acara abis maghrib di Puri, yaudah, Cheryl juga bilang gapapa mereka main belakangan...." Jelas Anin.
"KONTOL" komentar Stefan.
"Udah biarin aja, gak rugi kan?" aku berusaha menengahi.
"Masih esmosi gue" komentar Stefan.
"Ini acara santai, Fan" balas Anin.
"Tapi masa Cheryl gak hormatin Franks? Walau sebenernya mereka main abis kita juga gue gak rela!"
"Justru tadi Kang Giting santai-santai aja"
"SOALNYA DIA GITING PERMANEN ******! Namanya aja Giting!" marah Stefan.
"Elo kok kayak ladang ranjau gitu si Fan, bisa meledak setiap saat?" tanya Anin.
"BODO"

Aku menggelengkan kepala melihatnya. Mendadak Kyoko ada di depan ku, membawakan French Toast.

"For you" ucapnya dengan malu sambil menaruhnya di meja. Aku tersenyum balik dan mulai memakannya. Malam ini cukup dengan ini. Aku sedang tidak minat memakan makanan berat seperti ramen atau bento lagi. Bisa sakit perutku lama lama. Aku kembali makan sambil memperhatikan grup Hantaman lagi di handphoneku.

"Udah Bang... yang penting bisa main di acaranya kak Cherryl..." Sena mendadak bunyi.
"ARYA! SENA NGINTIP AI MANDI!" seru Stefan.
"Gak mungkin, kamar mandi rumah gue imposibble buat diintip" jawabku.
"BERARTI LO PERNAH KAN NYOBAIN NGINTIP ADEK LO SENDIRI!"
"tai. Emang musti ya pake capslock terus" komentar Anin.
"BRISIK"
"elo yang berisik"
"SILENT AJA HAPE LO!"
"Hus udah ah... Kangen kalian guys! Gak sabar pulang" ucapku diplomatis.

"BOHONG. JILATIN AJA SANA TERUS MEMEK JEPANG"
"Astagfirullah, nak Stefan, bahasamu nak" balasku bercanda.

Mendadak aku kaget, beberapa orang masuk secara bersamaan ke dalam café. "Yoichi!" sapa Kyou-Kun. Ah, teman-teman Kyou-Kun. Mereka lantas duduk di tempat yang berbeda denganku, lalu Kyou-Kun melayani mereka dan mereka tertawa dengan senangnya. Lucu, jadi ingat kru Hantaman dengan segala candanya. Anin yang suka sok keren tapi agak culun, Sena yang polos dan kadang sok asik, Stefan yang sumbunya pendek, tidak pernah pakai otak, tapi setia kawannya minta ampun, dan... Bagas yang... Begitulah.

"Aya!" panggil Kyou-Kun.
"Yes?"

"After 9! Drink?" tanyanya sambil mengajakku. Tampaknya mereka akan minum-minum sehabis café ditutup. Aku menggelengkan kepala sambil menunjuk jam. Aku berpura-pura akan segera pulang setelah café tutup. Aku tidak ingin menyentuh alkohol lagi. Sake yang kuminum di Body & Soul Yokohama itu masih terasa rasanya di lidah dan tenggorokanku, dan aku bergidik karenanya. Apa yang menyebabkan orang suka dengan minuman seperti itu? Rasanyakah? Efeknya kah? Tak jelas. Aku bersyukur aku bukan peminum.

------------------------------------------

Tamu-tamu sudah beranjak pulang, dan Kyou-Kun memakai jaket tebal, siap untuk pergi minum dengan teman-temannya. Aku sudah berdiri dan siap untuk pergi juga. Aku menyaksikan tamu terakhir pergi, dan Kyou-Kun yang berlalu dengan teman-temannya. Setelah melambaikan tangan ke Kyou-Kun dan yang lainnya, aku bermaksud berpamitan pada Kyoko. Tapi tampaknya dia sibuk.

Dia sedang membereskan café itu sendirian. Dia mengangkat piring dan gelas dan menaruhnya di bak cuci. Setelah itu dia tampaknya akan mengelap meja.

"Kyoko" tegurku.
"Ah?"
"Do you need any help?"
"Ah... no no.. You go home, no need" senyumnya dengan manis.
"It's okay, I could wash dish, or sweep the floor" jawabku.
"Ah no.."
"Come on..." aku agak memaksa. Lagipula tidak apa-apa, aku juga sudah pernah membantu sedikit-sedikit kan? Kenapa ketika Kyou-Kun tidak ada, mendadak jadi tidak boleh? Aku berjalan pelan ke arah dapur, dengan tatapan tidak enak Kyoko mengawasiku. Aku mengambil sarung tangan karet, dan sabun cuci piring dan menyalakan keran. Aku lantas tersenyum ke Kyoko, meminta persetujuan terakhir.

Dia lantas menyerah dan tersenyum sambil mengangguk. Oke. Aku pakai sarung tangan karet, dan memulai mengerjakan cucian.

Aku mencuci sambil memperhatikan Kyoko. Dia sedang mengelap meja satu persatu dengan telatennya. Di tangannya penuh oleh lap dan semprotan pembersih. Dia menggosok tiap meja dengan perlahan, seperti menikmati irama kontemplatif yang muncul saat kita sedang membersihkan rumah. Setelah itu dia membiarkannya kering sebentar, dan berjalan ke arah dapur, untuk meletakkan lap dan semprotan pembersih. Ia lantas mulai menggeser meja untuk memenuhi pojok ruangan, setelah sebelumnya mengelompokkan dan menumpuk kursi.

Tak berapa lama ruangan itu terlihat seperti pada saat aku masuk ke dalam café itu dulu. Gesit juga kerja Kyoko. Aku terus mencuci piring-piring yang ada disana, dan sedikit demi sedikit semuanya berubah menjadi lebih bersih.

Proses terakhir akan dilakukan Kyoko, menyapu lantai dan mengepelnya. Pertama tentunya sapu terlebih dahulu. Perlahan dan masih dengan telaten, ia menyapunya, sedikit demi sedikit sampai ke ujung yang rasanya untuk orang lain malas melakukannya. Setelah selesai menyapu, ia lalu mengambil kain pel, kemudian menyiapkan tetek bengek lainnya seperti ember kecil dan cairan pembersih lantai. Lalu dia melakukannya dengan giat. Pemandangan yang entah kenapa membuatku santai. Kalau saja ini rumah kami, bukan café.

Tolol. Mikir apa lo.

Aku memperhatikan Kyoko kembali, sambil membereskan cucian piring dan peralatan makan lainnya. Aku sudah beres. Dan aku melepas sarung tangan karetnya, kemudian kembali memperhatikan Kyoko. Dia pun sebentar lagi selesai. Kami bertukar pandangan dan dia tersenyum kecil lagi dengan gerak tubuh yang awkward. Selesai sudah. Kyoko membereskan ember dan semua yang perlu dibereskan sebelum benar-benar menutup café.

Mendadak kucing gendut hitam putih itu muncul lagi. Dia dengan cueknya masuk ke dalam café, mencari tempat yang hangat mungkin.

"Kodama!" teriak Kyoko sambil mendekati kucing itu. Kodama tampak cuek, lalu membuang muka dan berjalan dengan pongahnya ke sudut ruangan. Oh begitu rupanya, tiap malam Kodama tidur disini. Kodama kemudian melingkar di pojok, di bawah meja. Kyoko berjongkok dan membelai Kodama dengan gemasnya. Senyumnya lebar, sampai giginya yang lucu itu terlihat dengan jelas. Aku tersenyum dan mencoba mendekati mereka. Aku berjongkok juga di sebelah Kyoko dan mencoba menyentuh Kodama.

Kodama melihatku dengan sinis dan malah berguling menjauh dengan pelan. Aku dan Kyoko tertawa, lalu saling memandang.

"Okay then, I'll go home" bisikku. Kyoko hanya mengangguk dengan lembut dan berdiri mengikutiku. Kami berjalan dengan pelan ke pintu, dimana Kyoko akan mengantarku keluar. Kyoko. Bau tubuhnya tercium lagi. Waktu mulai terasa berjalan lambat. Aku memperhatikannya terus. Tangan itu. Tangan yang ingin kuraih. Tangan yang sempat kusentuh di Harajuku waktu itu.

Detik berlalu terasa lama. Jarak ke pintu rasanya jauh. Tas ku di atas meja kasir juga terasa sangat berat.

Kyoko berhenti. Ada yang menghentikannya.

Tanganku. Aku meraih tangannya dari belakang. Menggenggamnya dengan lembut. Kyoko terdiam. Aku bisa merasakan nafasnya dan detak jantungnya yang mendadak berubah menjadi kencang.

Kami seperti terpaku, berhenti dalam waktu.
Aku menariknya perlahan.

Kyoko membalik badannya, dan kamu bertatapan. Jarak yang cukup dekat. Jarak yang cukup intim. Kami saling memandang. Nafas kami bertemu. Kami saling melihat dalam canggung.

"Aya.. ano... what happen?"

Aku diam. Sekarang hanya ada satu bahasa yang kumengerti. Bahasa bibirku. Aku memajukan kepalaku perlahan ke arah Kyoko. Dia diam saja, mukanya memerah mendadak.

Bibir kami lalu bertemu. Bertemu begitu erat. Aku tidak bisa membayangkan rasa seperti ini lagi. Rasa yang lembut, penuh pemgnharapan, dan membuat hati menjadi penuh. Kyoko. Matanya tertutup saat kami berdua berciuman dengan lembutnya. Minim gerakan, tapi semuanya terasa tepat. Sentuhan bibirnya sangat lembut, terasa manis, seperti kue-kue yang rapuh, yang terpajang di coffee shop, cake andalan mereka. Cake yang begitu kau sentuh dengan lidahmu ia meleleh di dalamnya. Rapuh, lembut, halus, begitu cepatnya cake itu meleleh sampai kau tidak sadar keseluruhan cake itu telah bercampur dengan sistem tubuhmu. Menghadirkan kebahagiaan, menghadirkan kenikmatan yang berbalut dalam tenang. Menipu indramu, mengatakan kau baik-baik saja. Mengatakan kalau kamu memang ditakdirkan untuk meraihnya.

Tangannya mendadak membelai pipiku. Kami masih berciuman dengan lembutnya. Aku mencoba meraih pinggangnya. Perlahan, mencoba memeluk dirinya. Tangannya terasa lembut di pipiku. Tangannya sangat halus, bagaikan seperti sedang berbaring di atas kasur empuk yang spreinya baru dicuci. Rasanya begitu tepat.

Aku lantas menarik badannya perlahan, menuju badanku. Tapi tangan Kyoko yang lainnya mendadak menahanku. Menyentuh dadaku dengan lembut. Aku kaget.

Ciuman kami terlepas. Kyoko membuang muka. Ekspresinya terlihat sangat malu. Kami terdiam. Aku mulai bisa merasakan mulutku agak mengering, dan rasa canggung menghantui kami lagi.

"Sorry..." bisikku. "I can't hold it..." Aku kembali meraih tangan Kyoko. Ia tak menghindar. Tapi dia menatapku dengan muka bersemu merah, ekspresi kaget, senang, dan malu bercampur. Apakah ini terlalu cepat? Baru jalan dua minggu.... Gila.

"I like you, Kyoko" bisikku.

Kyoko hanya mengangguk pelan. Dia menyentuh pipiku lagi. Lalu kami terdiam dalam hening yang cukup lama. Mata kami saling berpandangan. Seperti tak jemu. Canggung. Awkward. Kaku. Kikuk. Gugup. Takut. Tak pasti. Rasa-rasa seperti itu membuat kami berdua bingung. Lantas apa? Lantas apa yang terjadi sehabis ini?

"Late already..." bisik Kyoko. "You don't want to lose train, Aya" bisiknya.
"I know"
"Jya ne... Ki o tsukete..." bisiknya sambil menatapku dengan tatapan super kikuk dan canggung.

Goodbye? Sampai bertemu? Apa artinya?

Kyoko lantas melepaskan tangannya dari pipiku, dan menaruh tangannya di depannya, saling menggenggam. Menggenggam dengan anehnya. Aku mengambil ranselku tanpa berpindah posisi. Lalu perlahan merayap ke arah pintu. Aku menengok dan melihat Kyoko dengan awkward. Kyoko mengangkat tangannya dan melambaikannya perlahan sambil senyum, tapi matanya berkedip terlalu sering. Senyumnya pun entah, awkward, bahagia atau apa.

"Bai, Aya, See Yu...."

Aku mengangguk, dan berjalan keluar, menuju jalanan yang dingin dan sepi.

Jalan yang terasa lama. Terasa sangat lama menuju halte bus. Dingin. Sepi. Aku ingin bersama Kyoko. Ingin berdua dengannya seperti tadi, memeluknya. Kenapa sekarang aku malah pulang? Kenapa dia menginginkan aku pulang? Apakah dia tidak menyukaiku? Dia tidak membalas satupun kata-kataku. Dia diam saja, dan seperti mengusir secara halus. Apa ini? Apa dia tidak tertarik? Benar benar tidak tertarik? Pusing. Tapi dia tidak menolak ciuman dan sentuhanku. Apa maksudnya?

Halte.

Kosong.

Dingin.

Sepi.

Aku ingin kembali kesana.

Angin kembali menusuk diriku.

Kyoko.

Dan aku menatap bis yang datang dengan pandangan yang berat. Mitaka yang sepi, kutinggalkan sejenak malam ini.

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd