Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 1 (racebannon)

Menurut Kalian, Siapakah "Bastardverse" Best Couple?

  • "Aku" & Dian (The Lucky Bastard)

    Votes: 12 7,5%
  • "Aku" & Nica (The Lucky Bastard)

    Votes: 2 1,3%
  • "Aku" & Anggia (The Lucky Bastard)

    Votes: 41 25,8%
  • Arya & Kyoko (Matahari Dari Timur)

    Votes: 51 32,1%
  • Anin & Zee (Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%
  • Stefan & Semua yang dia tiduri (Matahari Dari Timur)

    Votes: 23 14,5%
  • Amyra & Dipta (Amyra)

    Votes: 6 3,8%
  • Gilang & Saras (Penanti)

    Votes: 2 1,3%
  • Gilang & Tara (Penanti)

    Votes: 3 1,9%
  • Bryan & Tika (Amyra)

    Votes: 1 0,6%
  • Rendy & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 14 8,8%
  • Adrian & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%

  • Total voters
    159
  • Poll closed .
Bimabet
Gilak. Ga nyesel buka thread ini. Thanks update annya hu, nuhun pisan
 
Terima kasih banyak Om @racebannon, updatenya Poll Abis.

Tetap Semangat Om race, cerita yg selalu ditunggu kelanjutannya.:semangat:
Sukses selalu RLnya dan selalu sehat. :mantap:
 
2 kali deg degan nungguin cerita yg udah pernah gw baca,
fuck
rasanya kayak keledai...

tapi gapapa..
cerita bagus ini... :D

good job, Race.. :beer:
 
Selamat Pagi Selamat Berhari Minggu dan Tetap Semangat. :semangat:
 
Selalu lucu kalo ada dialog di grup hantaman

Thanks update nya om
 
suka deh, ama kelakuan malu-malu meongnya Kyoko.
ayo suhu, updet lg yg banyak d hari libur ini..!
 
MDT SEASON 1 - PART 19

------------------------------------------

latte_10.jpg
https://ci5.*********************/proxy/nrmHGcstKsj8rwka1xPH5PXXsayd9Z8J5XGSPeY4V0p_hjZ7ESmuZbAoopRPjdKMHXh_-1-8OSf2Un5bp5YqMYODfbis09EXP9wp=s0-d-e1-ft#http://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/glitch23.jpg

Minggu, Mitaka, jam istirahat café. Aku memperhatikan Kyoko yang sedang melahap Lemon Cake di depan mataku, di sebuah cake shop di Mitaka. Mukanya berseri-seri setiap melihat makanan manis. Hebat sekali anak ini tidak gemuk maupun diabetes. Tapi pasti butuh energi banyak untuk kemana-mana menggunakan kaki dan mengelola café.

Cake. Sweets. Cookies. You name it. Aku jadi ingat saat ke Harajuku, waktu kami masih super canggung sekali. Setelah aku membeli sneakers titipan Kanaya, dia meminta izin untuk membeli gulali kapas yang besar, lebih besar ukurannya dari kepala manusia. Aku memperhatikannya makan sambil jalan waktu itu. Menggemaskan sekali. Saat itu aku tidak tahan, rasanya ingin menyentuh tangannya terus. Dan kini aku bisa melakukannya. Sepertinya hanya gandengan itu yang sangat berarti untukku.

Besok. Latihan pertama. Rencananya memang kami akan mengenalkan lagu baruku di tengah jam session. Lebih tepatnya sebelum di jam session sesi dua dimulai.

Sementara Ilham sedang berjuang mengedit Videoku. Sebenarnya ada perasan tidak enak, karena aku selalu menghabiskan waktu bersama Kyoko, mengunjungi Mitaka sementara Ilham, kalau tidak kuliah atau mengerjakan project kampus, dia mengedit Videoku. Tapi bisa apa aku? Tugasku di videoklip itu sudah selesai. Sekarang tinggal tugas Ilham, tugas yang ia dengan sukarela melakukannya. Dia tidak mengeluh, malah tampak menikmatinya. Dia berkata, bahwa aku tenang saja, nanti pasti akan beres sebelum Rabu. Dan kalau bisa aku jangan lihat dulu, biar sama-sama surprise.

"Kyoko..."

"Hai" jawabnya sambil masih menyantap Lemon Cake itu.
"Wednesday, will you come with us?"
"Yokohama? Badi and Soul?"
"Yes"
"Want, but... Café can't close... Have to be at café" senyumnya kecut. Oh iya, karena Kyou-Kun sudah pasti ada di Body and Soul bersamaku, maka dia tidak bisa datang ke Yokohama.

"Sowwy...." Keluhnya.
"It's okay" senyumku sambil mengacak-ngacak rambutnya.

------------------------------------------

800-mi10.jpg

Sudah mau jam 5 sore. Café akan segera buka. Aku berpamitan ke Kyou-Kun dan Kyoko, sekalian berjanji untuk datang besok, latihan untuk acara rabu. Kyoko mengantarku sampai ke pinggir jalan.

"I hear your song" bisik Kyoko sambil memakaikan syal kepadaku. Syal yang sama. Syal abu-abu itu. Dia bilang tadi kalau udaranya sepertinya akan makin dingin sore ini, dan tampaknya aku harus memakai syal.
"So?" tanyaku sambil senyum.
"Good. I like it..." balasnya, dengan tangannya masih bergantung di syal yang kupakai.

"Matahawi dawi timu... What's that meaning?" Artinya apa, maksudnya kali ya, grammarnya hancur.. Haha.

"Sun, from east"

"Easto? Higashi?"
"Yes"
"Sanraisu?" tanyanya.
"Maybe?"
"Song about japan ka?" tanyanya polos.

"About you"

Kyoko diam. Menahan senyum dan malu. Lagi-lagi mukanya berubah jadi merah. Dan sungguh, aku tidak ingin beranjak dari dirinya. Tidak ingin sama sekali rasanya pulang ke Yokohama. Pulang ke tanah air. Pulang ke Radio Dalam. Tapi...

"Mata Ashita..." bisikku.
"Mata Ashitane..." balasnya sambil tersenyum manis dalam malunya dan canggungnya.

------------------------------------------

image10.jpg

"Itu yang bikin mereka seneng sama cowok non jepang Ya"

"Oh gitu ham?" tanyaku dengan bodohnya sambil memakan bento minimarket di dalam apartemen Ilham.
"Emang di Jepang gak harus cowok duluan yang mulai dalam sebuah hubungan, tapi pada dasarnya emang budaya malunya kenceng sih, jadi suka awkward-awkward ga jelas kalo orang baru mulai pacaran.... Nah kalo cowok non Jepang kan lebih ekspresif, apalagi orang Indonesia...." Jelasnya panjang.
"Jadi siapapun kalo ketemu cewek Jepang mereka langsung suka?" tanyaku makin tolol.
"Ya enggak lah bego... Lo kayak umur lo bukan 30 aja..."
"Ho.."

"BTW Ham.... Bisa minta tolong gak..." mohonku mendadak.

"Apaan?"
"Gue udah banyak ngerepotin tapi...."
"Udah santai aja... Apa emang?"
"Bisa tolong telponin beberapa restoran ini gak?" aku memberinya handphoneku dan disana sudah tertera nama restoran dan nomer telpon mereka.

"Buat? Ini semua di Mitaka ya?"
"Buat.... Reservasi...." aku tersenyum malu.
"Reservasi? Kapan?"

"24 Desember... Malem?"

"Christmas Dinner??? Lo kan gak natalan Ya?" kaget Ilham.
"Orang Jepang kan juga ga natalan kan harusnya.... Tapi gue googling, katanya ini kebiasaan mereka pas malam natal.... Ya kan?" senyumku bodoh.

"Ah gue tau ini arahnya kemana... Emang bener sih kalo couple biasanya dinner pas malam natal... Tapi lo tau kan kalo ini kebiasaan yang diikutin sama hampir semua orang di Jepang? Jadi gue gak janji bisa dapet atau enggak...." muka Ilham agak masam.
"Sorry ham... Tar kita ke Odaiba deh... gue traktir Gundam mau?" tanyaku.

Ilham mendadak tersenyum.

"Kalo gitu gue mau"

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

dsc09710.jpg

Capek. Ternyata susah jadi Front man. Memberi komando pada orang lain ternyata sangat sulit. Sulit sekali rasanya. Apalagi ada kendala bahasa di Yoichi dan Kyou-Kun. Untung Janus selalu membantu. Bisa gila pasti kalau tidak ada dia. Kami telah selesai latihan, pukul 5 sore, hari senin. Latihan hari pertama. Capek rasanya mengulang-ngulang lagu yang sama beberapa kali. Tapi aku ingin menjadi sempurna.

"Capek?" tanya Janus dengan logat belandanya.
"Yes, Oom" aku memanggilnya Oom akhirnya, karna usianya sudah tua dan dia selalu enak diajak bicara.

Kyou-Kun dan Yoichi sudah berlalu. Kyou-Kun ada show lagi dengan Yoichi entah di ujung Tokyo yang mana. Janus menemaniku sebentar, mengobrol dan meminum kopi kalengan.

"Oom... I want to ask something.."
"Sure, please" ia mengelus-ngelus jenggotnya yang sudah memutih itu.

"Aah... How does marrying a japanese woman feels like?"
"What?"
"Ehhmm.. .Gimana rasanya nikah ama orang Jepang? Is there anything special? Like, how to treat them ?"
"Ha?"
"Ya... " aku menyengir seperti orang bodoh. Muka Janus tampak aneh melihatku.

"HAHAHHAHHHHHAAAAAAAAHAHHA" tawanya meledak.

"Oom?"
"HAHHHAHHAHAHAHHAHAHHAAAAAAAA"
"Why are you laughing?"
"AAAHAHHAHAHAHAHAAAAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"

"You Silly!" teriak Janus.
"What?!?"
"It's all the same! Women? Semua sama Mas Arya.... Hahahhaha...."
"I.. I mean..."
"No.. Listen. You don't need any tips in dating or marrying any woman from any country. Just treat them all the same. With respect. Dengan hormat. Understand?" senyum Janus masih menahan geli.
"O.. Okay..."

------------------------------------------

800-mi10.jpg

Tolol. Kenapa makin hari rasanya jadi semakin tolol ya? Semua pertanyaanku jadi makin aneh, bagaikan anak baru gede yang baru pertama kali pacaran. Ilham sudah memastikan bahwa ada satu restoran yang akhirnya setelah dia telpon berkali kali dari awal, available. Untunglah ada orang yang batal reservasi disana. Dan sekarang aku takut. Takut Kyoko sudah punya rencana. Takut batal. Aku baru akan mengajaknya nanti mungkin, setelah showcaseku selesai di Body and Soul Yokohama. Entah mengapa. Rasanya gugup mengajaknya sekarang. Aku mungkin sedang lebay-lebaynya.

Aku kini ada di cafe milik Kyoko dan Kyou-Kun lagi. Kyou-Kun sedang tidak ada, karena sedang ada jadwal manggung. Kyoko sendirian yang mengurus cafe. Ingin aku membantu, tapi aku takut merusak ritme geraknya. Lagipula hari ini tidak terlalu ramai. Ah... Bisa atau tidak ya, kalau misal aku tinggal dan bersama Kyoko disini, tapi ngeband juga tetap lanjut bersama Hantaman. Andai ada pintu kemana saja. Andai aku bisa teleport. Andai dilema itu tidak ada. Tentu aku mungkin tidak akan segugup dan segalau ini.

Mungkin orang lain bosan, menunggu dan melihat orang yang ia sukai dari jauh, berkegiatan. Tapi aku menyukainya. Rasanya damai melihat keceriaan dia dan keanggunannya di tengah ke awkwardan dia yang tampaknya malah semakin menggemaskan.

Lusa. Showcase dan sehabisnya menanyakan ke Kyoko apakah dia free di malam natal. Sumpah. Rasanya mirip seperti mau nembak cewek. Padahal sudah kemarin. Bisa dibilang kalau memang ada apa-apa diantara kami berdua. Spark nya sungguh terasa. Aku yang biasanya santai dan easy going malah jadi suka blingsatan dan pikiranku terus tertambat di Mitaka. Mitaka. Mitaka.

Tak sabar aku menunggu cafe tutup, dan berdua ngobrol dengan bahasa campur-campur dengan Kyoko sambil melihat dia mempermainkan kucing judes yang gendut itu. Kodama. Seperti biasa, aku beralih ke media sosial kala sedang idle seperti ini.

"Mas..." Ai menyapaku.
"Yes"
"Aku putusin kali aja ya ni cowok hahaha..."
"Loh kan baru bentar pacarannya..."
"Tauk, orangnya gak sensitif banget sih... Aku lagi bete-bete habis banyak rapat mau curhat dianya cuma dengerin aja gak pake komen. Paling cuma ngomong 'Ya namanya juga kerja' "
"Lah... Apaan tuh"
"Tauk... Pusing =("

Oke, beralih ke... Kanaya akhir-akhir ini tidak banyak bicara... Hmm.. Ya sudah lah, lewat dulu.

Ah, ramai sekali grup Hantaman. Ada apa lagi nih... Ternyata ada foto, rundown acara Cheryl. Aku melihat foto itu.

19.55 - Opening
20.00 - SoulTempo
20.45 - Break
21.00 - The XYZ
21.45 - Break
22.00 - Hantaman
22.45 - Break
23.00 - Frank's Chamber feat. Special Guest
23.45 - Break
00.00 - Dying Inside My Heart
00.45 - After Party till Drop

Lantas aku melihat komentar anak-anak dibawahnya.
"Mampus enak banget jam mainnya d puncak gitu" komentar Sena.
"Gue pecahin palanya atu2" Stefan.
"Biarin aja napa sih" Anin.
"Serius, gue pecahin kepalanya..."
"Jangan men, lo ga kasian sama nama kita?"
"Sekalian"
"Jangan becanda gitu Fan...." Anin masih terlihat gak nyaman.
"Lo ada liat gue bercanda gak pas gue lempar tong ke kepalanya si kontol itu?" marah Stefan.
"Fan, serius nih..........." Anin mendebatnya.
"Kalo mau kita pulang aja abis Franks maen" aku memberi komentar.
"Ini dia si pemerkosa Jepang" canda Stefan.
"Serius, daripada berantem mending balik aja" lanjutku.
"Ga bisa, ini acaranya Cheryl, harus ada sampe beres!"
"Jangan egois dong........" Anin tampak tidak nyaman.
"Bang nanti ane bantuin berantemnya" komentar Sena.
"Lo jangan manas-manasin dong" aku menimpali.

"Udah lah. Tunggu aja pas kejadiannya... Gak suka gue liat orang sengak begitu. Lagian gue kan ngebelain elu Nin, kenapa elu yang sewot, tengkyu kek, apa kek?" kok malah jadi panas.
"Diem dulu aja deh... Ga enak ngomong panas begini" Anin tampaknya malas bicara.
"PUSSY"
"Dah ya... Inget umur lo Fan. Lo harusnya udah jadi bapak-bapak, tapi malah pengen berantem ama ABG..." Anin ingin mengakhiri pembicaraan tampaknya.
"PUSSY"

"Udah ah, mending ngomongin yang laen. Stefan dah minta maaf sama Ai belom?" selaku
"Udah"
"Belom yang tulus kan?"
"Udah kok tulus"
"Eh serius...."
"Tulus harus gimana sih, harus gue bawain bunga, ajak makan di mana, terus gue tidurin gitu?" tanya Stefan.
"Monyet"
"Kok malah dikatain gue?"
"Kagak bisa serius ya ngobrol sama elu..." keluhku.
"BTW BOKEP DAH DIBELIIN BELOM?"
"gak tau"
"UDAH BELOM?"
"gak tau"

Capek juga menanggapi semua kehebohan yang mereka buat. Aku hanya bisa tersenyum melihat kelucuan mereka dan intrik-intrik kecil yang selalu ada dalam tubuh kami selama 7 tahun lebih kami bersama.

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

guitar10.jpg

"Arya, bangun sayang..." Kyoko membangunkanku. Di kamarku. Dia memakai kaos bandku yang tampak kebesaran, tanpa bawahan, hanya celana dalam.

Aku kaget.

"Jangan buru-buru bangunnya, tar pusing..." bisiknya sambil memelukku.
"Tapi?"
"Tapi apaan? Kok mukanya kayak gitu sih ke istri sendiri?"
"Istri?"
"Ga inget kita kawin di Jepang?" Kyoko menunjukkan cincin di jarinya, dengan mukanya yang menggemaskan dan selalu ingin kucium itu. Terus apa? Kenapa kayak gini.

"Nambah adik yuk buat anak kita..." bisiknya. Lho. Apa ini? Kenapa Kyoko jadi agresif? Bahasa Indonesia yang lancar? Kyoko mendadak membuka celanaku. Lalu menduduki penisku dan menggesek-gesekkannya dengan hebat. "Keluarin di dalem yaa" ucapnya manja dan nakal. "Masukin cepetan, aku udah basah...."

"Apaan ih?"
"Kok gitu... udah gak nafsu lagi sama aku ya?" Kyoko merajuk.
"Sejak kapan kamu bisa ngomong indonesia??"
"Sejak aku nikah sama kamu...."
"Apaan nih!"

DEG

DEG

Bangun.

Sial.

Apa tadi.

Oke.

image10.jpg

Gue di apartemen Ilham.

Mimpi apa tadi. Tadi bukan Kyoko sama sekali. Gila, itu sama aja kayak menghina kesucian Kyoko dimataku. Dapat ilham darimana mimpiku bisa seperti itu. Shit. Jam 3 pagi. Mendadak perutku bunyi. Lapar. Aku memutuskan untuk kencing ke wc, dan ketika aku kembali lagi ke futon, rasa lapar yang tiba-tiba itu makin menjadi. Aku melirik ke Ilham yang sudah berguling dengan konyolnya di atas bunk bed. Mungkin aku harus ke minimarket.

Aku memakai jeans, dan jaket kulitku. Lalu keluar dan turun tangga, melawan dingin yang menggigit tulang.

Aku memilih makanan dingin di minimarket dan kopi kalengan. Lagi. Lalu ke kasir, dan membayar dengan uang receh, lalu menunggu makanan dinginku dipanaskan dengan cepat. Setelahnya aku kembali ke apartemen, mendapati Ilham masih tidur dengan nyamannya. Aku lalu mulai makan, sambil melihat-lihat beberapa foto yang kuambil dalam beberapa hari ini. Sejak foto bersama di depan patung Hachiko, Shibuya, kami selalu berfoto bersama. Kagok. Sudah kadung. Makan malam, lalu di beberapa coffee shop atau cake shop tempat dimana dia selalu terbius oleh nafsunya akan makanan manis.

Bisa gila aku dibuatnya. Terbius. Apakah datang kesini adalah pilihan yang salah? Karena semakin lama aku semakin melupakan hidupku di Jakarta. Semuanya jadi baur. Seakan-akan aku sudah lama tinggal disini dan sudah lama bersama dengan Kyoko. Seperti tidak pernah bersama dengan Karina, seperti tidak pernah rasanya mengalami kekerasan verbal dan mental dari Ayahku.

Gila. Ini sudah keterlaluan gilanya. Aku melamun sambil menatap kosong ke langit-langit. Membayangkan besok, lusa, dan semua hari yang tersisa di Jepang. Akan masuk ke Minggu ke tiga. Dan rasanya waktu berjalan semakin cepat. Waktu yang ingin kuhentikan setiap bersama perempuan bernama Kyoko Kaede. Perempuan yang dengan kurang ajarnya masuk ke dalam memoriku, mimpiku, dan berusaha menghapus semua luka yang terlalu lama tertutup akibat sikap masa bodoku.

Seperti Matahari yang muncul dan menghilangkan kelam.

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Waduh Om @racebannon, update di hari Minggu yang cerah. Fantastic :mantap:

Terima Kasih Updatenya Om race
Tetap Semangat, sukses selalu RLnya dan selalu sehat. :semangat:
 
Bimabet
MDT SEASON 1 - PART 20

------------------------------------------

fixedw10.jpg
https://ci5.*********************/proxy/nrmHGcstKsj8rwka1xPH5PXXsayd9Z8J5XGSPeY4V0p_hjZ7ESmuZbAoopRPjdKMHXh_-1-8OSf2Un5bp5YqMYODfbis09EXP9wp=s0-d-e1-ft#http://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/glitch23.jpg

Ini yang selalu kuidamkan bukan? Untuk bisa membuat setidaknya satu lagu. Bukan satu lagu bersama band ku, tapi satu lagu sendiri. Benar-benar sendiri. Dan dalam genre yang sebenarnya sangat kusuka. Dan rasanya gemetar. Untung Kyoko tidak ada disini. Bisa makin gemetar aku dibuatnya.

Aku menunggu dengan bodohnya di Body and Soul Yokohama, café tempat jam session pertamaku, sekaligus langkah awal perjalananku yang akrobatik di Jepang ini. Aku menarik nafas panjang-panjang dan berusaha memikirkan hal-hal lain di luar musik untuk meredakan keteganganku mempresentasikan musikku sendiri. Dan penyebab gugupku bukan Cuma itu. Videoklip yang Ilham buat, sedikit banyak juga berkontrsibusi, karena memang aku belum pernah melihatnya sama sekali.

Sudah pukul 7 malam. Acara biasa dimulai pukul 9 malam. Ilham sedang setting projector, ditembakkan ke sebuah screen kecil di dekat panggung, untuk preview videoklipku. Dan walau aku dalam balutan jaket kulit yang hangat, tetapi rasanya dingin. Karena gugup. Aku hanya membayangkan dua hal sekarang. Kejadian nanti di panggung, dan Kyoko. Kyoko. Aku ingat kemarin, setelah latihan di hari Selasa, aku seperti biasa mampir di café nya Kyou-Kun dan Kyoko. Itu menjadi hal yang rutin, menunggui café selesai beres-beres, lalu mengobrol sebentar dengan Kyoko, lalu pulang.

Aku masih ingat senyum manisnya dan ciuman kecil dipipiku.

“Good luck… Ganbatte ne” bisiknya saat aku akan pulang ke Yokohama malam itu. Aku hanya bisa tersenyum, mengacak pelan rambutnya dan melambaikan tangan. Mitaka. Tempat yang tidak ingin aku tinggalkan. Tempat yang menarikku kedalam. Lucu. Belum pernah aku merasa segalau ini sebelumnya. Satu-satunya perasaan yang sama, kutemukan saat aku dulu masih SMP. Cinta monyet. Anak kelas sebelah. Rasanya ingin selalu melihatnya, sampai rela menungguinya pulang ekskul hanya untuk sekedar pulang bersama. Gerakan-gerakan super canggung dan tolol. Bahasan-bahasan yang basi namun dipertahankan. Cinta Monyet.

“It’s okay to be nervous…” mendadak Janus Aartsen datang dan menepuk punggungku. Dia tersenyum dengan dalam melihat tingkah lakuku yang kaku.

Ilham pun datang menghampiri.

“Gue pikir elo gak bakal grogi-grogi gitu lagi… Bukannya dah sering banget ya manggung sama Hantaman?” tanyanya.
“Grogi sebelom manggung gue masih sering, biasa itu mah. Tapi kali ini rasanya beda.. Karena lagu sendiri, terus di tempat yang bahasanya masih gue asing, jadi rasanya bebannya bukan Cuma bawa pribadi diri gue doang, tapi kayak jadi perwakilan musisi senegara lo di mata orang luar gitu loh ham…” jawabku panjang sambil mencoba menyeruput kopi yang sudah mulai dingin itu.

Aku melirik ke panggung. Kyou-Kun dan Yoichi masih setting peralatan mereka. Sudah dibicarakan, rundownnya. Simple. Jam Session sesi pertama, lalu break, lalu aku masuk pas sesi kedua dimulai. Acaranya sendiri bisa dibilang candid, yang tahu bahwa akan ada rilis lagu baru, hanya manajer kafe dan kru kafe. Kata Kyou-Kun, di tempat ini biasa seperti itu. Jadi tidak begitu resmi, kecuali kalau memang lagunya sudah dibundel dalam bentuk CD, atau album yang sudah siap dilempar ke pasaran.

Tadi memang ia juga bertanya soal Album. Apakah aku mau membuat album penuh. Aku hanya bisa menjawab, nanti dulu. Satu demi satu dulu, sambil senyum dengan awkwardnya di depan Kyou kun.

“Ya, gue pasang kamera buat dokumentasi dulu ya?” Ilham pun berlalu dan mulai sibuk kembali. Aku berusaha meregangkan badan, sambil ditemani kopi yang mendingin dan Janus yang duduk di sampingku.

------------------------------------------

"KONBANWA MINNA SAN! KYOU-KUN DESU! JYA, HAJIMEMASHO!"

Tepuk tangan riuh terdengar di Body and Soul. Aku tersenyum dalam hati. Sebentar lagi saatnya. Jam session sesi pertama sudah dimulai. Kyou-Kun mulai memanggil beberapa orang untuk bergabung dengannya di panggung.

Pukul 9 malam. Ilham duduk di sebelahku, bersama Janus. Dan ada satu orang lagi yang benar-benar aku inginkan ada disini. Kyoko. Aku sengaja tidak memberinya pesan apapun hari ini. Pastinya dia juga mengerti kenapa. Aku sejenak ingin tenggelam dalam musik terlebih dahulu. Hari ini.

Musik sudah mulai bising di panggung. Aku berusaha meredam bising yang berdetak di jantungku. Bagaimana ya rasanya mempresentasikan lagu sendiri. Selama ini di Hantaman ada Stefan atau Anin yang aktif berbicara di depan mikrofon. Aku sudah terlanjur dikenal sebagai si Gitaris santai. Yang dengan senyum dan gerakannya yang santai terhanyut di panggung. Yang bisa dengan mudah bicara dengan siapapun. Yang tidak pernah membesar-besarkan masalah. Selalu tampil apa adanya di panggung, bahkan menghadapi fans-fans yang brutal sekalipun. Tapi di Jepang sekarang, entah kenapa aura canggung keluar dengan gilanya dari dalam diriku.

Nafas. Ya. Nafas. Aku lantas beralih ke handphone. Isi handphoneku selalu bisa meredakan keteganganku.

Ucapan semangat datang dari Ai. Juga anak-anak Hantaman bersahut-sahutan di grup menyemangatiku. Sementara itu Jacob sudah beres proses mastering, selesai pula dia menyiksa Sena di studio. Dia juga memberi semangat. Kanaya hanya memberi salam pendek untuk menyemangati.

Satu nama tersisa. Kyoko. Aku membuka history chat nya. Ada chat dari sekitar setengah jam yang lalu.

“Ganbatte <3” Aku lantas tersenyum dengan bodohnya, sendiri.

“I know what’s happening now” bisik Janus mendadak.
“What?” kagetku.
“Kamu falling in love ya Mas?” tanya Janus dengan logat belandanya.

Aku membuat muka aneh dan memandangi Janus. Dia tampak ingin tertawa melihat ekspresiku.

“See? Kemarin Monday you asked me how to treat Japanese woman.. Now you’re smiling alone seperti crazy person after lihat telepon… I know, I know…. People in love always looked like a fool” senyumnya.

Love? Love? Benarkah? Saat ini yang kurasakan adalah aku nyaman dengan Kyoko, dan ingin selalu bersamanya. Dan walaupun kami sekarang bisa dibilang sudah menjalin hubungan, tapi masih ada rasa akward aneh yang menyelimuti kami berdua. Tapi semua rasa awkward nan canggung itu malah membuatku semakin gregetan dan deg-degan saat bertemu dengannya. Aneh memang. Unik. Aku lantas menggelengkan kepala dan meminum air dingin yang tersedia di depanku.

“Gak banyak lo minum Ya? Tar pengen pipis pas manggung” celetuk Ilham mendadak.
“Tau ah”

------------------------------------------

maxres12.jpg

Ini saatnya. Aku menarik nafas dalam, melihat Janus, Yoichi dan Kyou-Kun sudah siap untuk memulai sesi dua di atas panggung. Ilham sudah stand by di kamera, dan laptop untuk memainkan konten videoklipnya ada dalam jangkauan dirinya. Projector sudah menembak ke layar, dan disana tertera tulisan :

“Arya Achmad – Matahari Dari Timur” lengkap dengan aksara jepang yang ada di bawahnya. Aku tidak bisa membacanya, tapi aku yakin betul bahwa itu adalah namaku dan judul lagu. Ilham yang membuatnya. Gitarku sudah terpampang di panggung, siap untuk dimainkan. Aku duduk dengan santai dan berusaha fokus pada 5 – 10 menit kedepan.

“Jya Minna san…” suara Kyou-Kun terdengar lagi di panggung. Dia lantas bicara dengan panjang lebar. Aku tak tahu arti jelasnya apa, tapi yang pasti ada kata Indonesia-Indonesianya dan kata-kata yang mendekati namaku disebut. Aku sudah hampir siap. Jaket kulitku sudah kulepas dan kutaruh di kursi.

Kyou-Kun memanggil namaku dan mempersilahkanku untuk bergabung dengan mereka di panggung. Tepuk tangan terdengar. Aku maju dan mengambil gitarku, lalu tersenyum ke arah penonton. Dengan gugupnya.

Nafas.

“Konbanwa” Dan langsung dibalas oleh penonton.

Nafas.

“My name is Arya, from Indonesia..”

Nafas.

“I was fascinated by Tokyo’s music scene… And Body and Soul, is the start of my journey in Japan” tepuk tangan lagi.

Nafas.

“And during my stay, I managed to compose a song”

Nafas.

"Please watch the video"

Nafas.

Ilham memainkan video yang sudah ia edit selama beberapa hari ini di laptopnya. Aku ikut melirik ke layar karena aku sama sekali belum melihatnya. Jangan sampai tidak sesuai seperti yang dia jabarkan ke diriku.

Nafas.

Sosokku mulai terlihat, di sebuah kereta, lalu bersambung ke muka bosanku yang sedang di halte. Tak berapa lama aku mulai terlihat naik ke dalam bis, dan berlalu. Sebuah tulisan di pojok muncul. Arya Achmad – Matahari Dari Timur. Suara orang yang berinteraksi di dalam bis terdengar. Suara langkah kaki pun terdengar. Gambar-gambar over exposure yang artsy mulai terbentuk di layar. Bagus.

"And please hear my song, Matahari Dari Timur..." lalu Kyou Kun melanjutkan dengan memberitahu judulnya dalam bahasa Jepang ke penonton.

Nafas.

Aku memberi aba-aba untuk memulai lagu. Yoichi tampak mulai menghitung ketukan.

Mulai.


maaf pakai lagu orang lain, tetapi feel yang diharapkan adalah feel seperti di lagu ini.

Intro drum dan keyboard masuk. Tak pakai lama langsung aku mengambil alih, sebagai main attraction. Melodi-melodi yang indah itu mengalir dari gitarku. Aku mendadak tidak peduli lagi pada sekelilingku. Hanya peduli pada gitarku. Dan suara yang mengalun. Lagu ini terasa hangat terdengar di telingaku. Mendadak semua ingatan tentang permulaanku disini terputar ulang di kepalaku.

Ochanomizu. Body and Soul. Mitaka. Kyoko. Semua. Terutama untuk Matahariku. Kyoko.

Semua notnya terasa tepat, terus mengalir dengan nyamannya. Tiba saatnya aku untuk solo. Ada beberapa fill in dari rhythm sectionnya. Aku kembali masuk. Semua notnya terdengar baik. Rasanya nyaman. Tidak pernah rasanya bermain gitar selancar ini. Semua gugup dan rasa khawatir hilang. Aku hanya fokus kepada telingaku dan gerakan jari tanganku. Bunyi-bunyian itu terasa mengalir dengan baiknya.

4 menit berlalu. Dan tepuk tangan membahana. Aku tersenyum dan ikut bertepuk tangan. Ilham mengacungkan jempolnya ke arahku. Kyou-Kun, Janus dan Yoichi tampak bangga. Akhirnya perasaan tenang muncul, setelah mendengar tepuk tangan para penonton dan senyuman mereka. Kyou-Kun terdengar seperti membangga-banggakanku lewat mikrofon. Dia menunjuk ke arah mikrofon yang ada di depanku setelah dia selesai berbicara.

“Minna, arigatou” ucapku yang disambut oleh tepukan tangan pengunjung. Aku lantas membungkukkan badan, sebagai rasa terimakasihku dan penantianku yang berakhir di malam ini.

------------------------------------------

hqdefa10.jpg

“KANPAI!” gelas kami beradu.

Janus – Bir. Kyou-Kun – Entah apa, yang pasti dia sudah mulai doyong. Yoichi – Bir. Ilham – Coca cola. Aku – Lemon tea. Selesai. Panggung telah kosong dan kami sedang menikmati minuman di Body and Soul, bersantai sambil merayakan kemeriahan tadi. Lewat laptop Ilham, lagu sudah di upload ke iTunes dan Spotify. Video pun sudah di upload dalam akun pribadiku. Di Instagramku juga sudah, di twit**ter sudah, dan facebook sudah.

Sementara di Jakarta, Anin lewat twit**ter Hantaman, instagram Hantaman, Facebook Page Hantaman, juga memberitakan kejadian malam ini dan menyiarkan video klipku dengan luas. Lega. Segalanya berjalan dengan baik.

“Good show man!” mendadak seseorang bule datang menghampiriku. Umurnya mungkin sekitar awal 40an. Tubuhnya tinggi besar dengan rambut pirang yang gondrong, garis muka yang keras dan kacamata tebal yang membuatnya terlihat sangat berpendidikan.
“Thank you…” Aku menerima salamnya.

“My name is Lars-Inge Björnson…” dia memberikan kartu namanya kepadaku.

Lars-Inge Björnson
Chief Executive Officer
A.E.U.G
(Axis Entertainment Utsunomiya Group)

Wow. Aku tahu label rekaman ini. Beberapa artis smooth jazz Jepang ada di bawah label ini. Aku baru tahu kalau boss-nya bule. “Hi, Arya Achmad…” sapaku balik. Aku memberikannya kartu namaku juga.

Arya Achmad
Sound / Recording Engineer / Guitarist
AAG Studio Radio Dalam

“Nice song by the way” pujinya.
“Thanks”
“Okay then… Now I have to go… See you later… Jya Minna…” dia berpisah sambil melambai ke Kyou-Kun dan Yoichi. Pasti kenalan mereka. Gila. Bosnya A.E.U.G. kebetulan ada disini, dan memberi kartu namanya kepadaku. Ini kenalan yang sangat berharga.

“Ayaaa! Drinkku!” mendadak Kyou-Kun yang sudah agak sempoyongan memberiku segelas bir. Gelas yang besar. Aku kaget. Aku memang bukan peminum. Tapi orang ini pasti sudah mabuk. Aku menangkap gelas birnya dan mengopernya ke Janus, yang langsung menaruhnya di meja. Lalu dia mengoperku gelasku yang berisi lemon tea. Aku meminumnya di muka Kyou-Kun.

“Goood! Drink! Drink! Good for you!” Mukanya sudah merah. Aku hanya nyengir saja. Tampaknya kejadian hari pertama akan berulang.

Janus membisikkan sesuatu ke Kyou-Kun dan Kyou-Kun mendadak duduk dengan manis. Aku bingung mendadak.

“Kata si Oom, dia nyuruh Kyou-Kun duduk, kalo mau duduk ditraktir minum ama dia” bisik Ilham kepadaku.
“Buset dah”
“Udah yuk pulang”
“Kayaknya gue nganterin deh Ham” balasku sambil senyum.
“Ngapain???” Ilham tampak kaget.
“Yah… Kan belum ketemu Kyoko hari ini…”
“Lu gila kali yah” dia tampak keberatan.
“Santai aja kali Ham..”
“Terserah sih, tapi lo juga butuh istirahat”
“Besok kan gak ada acara” aku tersenyum bodoh ke arah Ilham.

“Makanya besok gue pengen ngajakin elo ke Odaiba, katanya mau ntraktir Gundam” Ilham tersenyum jumawa.
“Ah gampang, besok pasti kesono”
“Yowes, terserah, tuh liat dia minum entah apaan lagi tuh, buset…”
“Jadi inget Stefan gue…” aku melihatnya dengan agak takut.
“Separah itu Stefan?”
“Lebih parah sih, tapi yang ini mendekati…”

------------------------------------------

ad10.jpg

“Niiisaaaan!” Kyoko tampak marah melihat aku dan Janus memapah Kyou-Kun yang sudah oleng berat. Kyoko mengomel dalam Bahasa Jepang dan mengambil tas Bass nya.

“Sowwy, Aya… “ Kyoko tampak gregetan dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia lantas berbicara dengan Janus dalam bahasa Jepang, masih sambil dalam nada marah. Kyou-Kun tidak bicara apapun. Dia diam dalam mabuknya. Mukanya sudah amburadul. Persis seperti Stefan. Dia pasrah dimarahi oleh adiknya sendiri. Aku dan Janus lantas berusaha memapah kembali Kyou-Kun masuk ke dalam rumah di sebelah café itu. Rumah kecil mungil nan asri. Akhirnya aku masuk juga ke rumah keluarga mereka. Menarik.

Aku dan Janus berhati-hati, berjalan agar tidak menyebabkan Kyou-Kun jatuh dan…

“HOEKKKKK”

Shit.

Badanku mendadak basah. Hangat. Bau. Aku pun mulai mual juga. Ah. Untung tidak kena celana.

“HOEEKKKKKKKK…..”

Sekarang kena celana.

Kyoko mendadak mengomel dengan marahnya dalam bahasa Jepang, menggerutu dan meracau. Entah kenapa ia malah makin terlihat menggemaskan… walau aku sekarang bau muntah dan… Jaket, Kemeja, dan Jeansku kotor oleh muntahan orang Jepang ini. Sial. Karma sepertinya karena aku waktu itu malah memfoto-foto Stefan yang berkubang di muntahannya sendiri. Nggilani, kalau kata orang Jawa. Kyoko mendadak masuk ke dalam dan tak lama kemudian muncul dengan membawa handuk kecil. Dia tampaknya ingin aku melap diriku sendiri.

Janus mengambil alih. Dia yang badannya lebih besar lalu membopong Kyou-Kun masuk ke dalam rumah, untuk kemudian menghilang.

Shit… Apa-apaan ini… Rasanya mual sekali. Aku terpaksa membuka Jaket Kulitku, lalu melap bagian tubuhku yang terkena muntahan sialan itu.

Tak lama Janus dan Kyoko keluar.

“Mas… I’ll go home ya… Take care…”
“But Oom…. “ aku tampak kecewa karena sepertinya Janus lepas tangan.
“Don’t worry, Dia sudah di kamar” Janus lalu mengucapkan salam ke Kyoko dan mendadak hilang. Aduh.

Tinggal aku dan Kyoko.

“Aya… So Sowwy” muka menggemaskannya kembali. Dia mengambil handuk kecil tersebut dan mulai berusaha membersihkan badanku. Aku pasrah saja. Mulai dari muka dan tanganku yang tak terlindung kain tampak berusaha ia bersihkan. Selesai membersihkan sebisanya, mendadak Kyoko malah menutup pintu dari dalam. Oke. Sekarang aku ada di sini. Di dalam rumah mereka.

“Aya…. You… ano… Take a bath oke? Dirty…” Kyoko masih tampak tidak enak kepadaku.
“Ah.. But… It’s late…” memang sudah malam sekali.
“Ah.. ettoo… It’s Okay! Ah.. I will find… clean clothes, fo yu…” mukanya tampak kasihan kepadaku.
“Okay then…”
“Your.. clothes… ano… I will wash, oke?”

Aku mengangguk dengan agak kesal. Tapi, entah mengapa rasanya membahagiakan. Mandi di rumah kekasih hatimu. Di rumah Kyoko. Seperti apa rasanya? Kyoko mendadak hilang lagi. Aku masih berdiri dengan awkwardnya disana, dengan pakaian masih penuh muntahan, dan tas gitar yang masih kutenteng. Bau. Tengik. Ya ampun. Apa saja yang dia minum tadi, kenapa begitu bau muntahannya?

“Aya, kam here…” Kyoko membawakanku handuk yang besar untuk aku mandi. Aku lantas panic, dan mulai membuka sepatuku dengan buru-buru. Setelah selesai, Kyoko lalu menawarkan untuk membawa tas gitarku. Aku memberikannya kepadanya. Dia lantas kembali masuk ke dalam dengan grasa-grusu, entah kemana, lalu muncul kembali lagi dengan senyum lucunya.

“Sorry to bother…” bisikku.
“It’s oke. Sorry for brother” balasnya. Dia dengan malu-malu lalu menggamit lenganku dan menunjukkan jalan ke kamar mandi, melalui tangga.

“Here.. Please… And wait for the clothes” ada ruang antara, diantara kamar mandi dan koridor rumah. Rumahnya dua lantai. Rumah mungil yang asri. Lantai pertama, berisi ruang makan, ruang keluarga/ruang tamu, Kamar Utama yang menjadi kamar Kyou-Kun dan dapur. Di lantai atas, ada kamar mandi, kamar Kyoko dan satu kamar kosong yang sepertinya menjadi gudang untuk café mereka. Mungkin itu dulu kamar Kyou-Kun sebelum orangtua mereka meninggal.

Kyoko lalu tersenyum dan berlalu.

------------------------------------------

https://ci3.*********************/proxy/ozkEa3zHRgGNhTx0DWNeCuX4r0GO7Cl-zaG4LBNJMT3gTuvnu6893Hs-_lp-4sV9BRrq7qqNHi5Rsrq31ToS01iQXVb9uiw=s0-d-e1-ft#https://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/410.jpg
Aku dengan bodohnya berendam di dalam bathtub kecil, ukuran badan orang Jepang. Tidak bisa bergerak, tidak bisa bersantai, tapi bisa berendam. Tadi aku sudah mandi menggunakan shower, aku memang sempat membaca bahwa kebiasaan orang Jepang adalah berendam setelah badan bersih. Jadi aku mencoba menirunya. Lagipula sepertinya aku akan tidur di sleeping bag di ruang keluarga atau di café. Mau tidur dimana disini? Tidak ada kamar tamu.

Dan sepertinya sudah cukup. Aku bangkit dari dalam bathtub dan mengeringkan tubuhku. Pasti baju ganti untukku sudah tersedia di ruang antara tadi.

Aku membalut tubuh bagian bawahku dengan handuk dan lantas keluar sambil menggigil. Lho. Kok tidak ada apa-apa? Aku lantas bingung, kemana aku akan kemana? Duh dingin sekali. Mana baju yang dijanjikan Kyoko?

“Ah sowwy…. “ Kyoko datang dengan malu, sambil membawa celana pendek dan kaos belel.

“Ano…. Kyou-Kun no Clothes wa… To small for Aya… So… I bring this… “ Dia tampak malu karena tidak bisa menemukan baju yang sepertinya cukup denganku. Aku menerimanya dengan senyum, lalu memeriksa ukurannya.

“This will do…” Aku menelan ludah, karena baru pertama kali ini aku dan Kyoko ada di ruangan tertutup berdua saja.
“Clothes okay?”
“It’s okay, Kyoko”
“Not small?”
“No…”

Dia berdiri dengan kikuknya di depanku.

“Jya.. I will prepare for Aya sleep…” dia tampak mengulum bibirnya, tak berani memandangku yang memang agak tidak appropriate untuk dilihat. Kyoko lalu berjalan perlahan. Dan…

“Kyoko…” aku tanpa sadar memegang tangannya.
“Nanika?” bisiknya lembut, sambil melirikku dengan senyum canggungnya.

Aku menatapnya dengan dalam. Melihat wajahnya yang kurindukan hari ini. Aku rindu kepadanya. Padahal baru kemarin kami bertemu. Aku mendekat. Dia tidak menghindar. Tanganku membelai lembut pipinya, menyentuh pipinya dengan perlahan. Dia menatapku dengan lembut, dan aura kegugupan terlihat jelas di matanya.

“Aya…” bisiknya.
“….” Aku hanya diam dan meraih lembut bibirnya.

Bibir yang dulu kucium. Bibir yang lembut, manis dan menenangkan. Dia menerimanya dengan pasrah. Kami saling beradu kasih, melepaskan sesuatu yang belum pernah kami lepaskan. Bibir kami beradu malam itu. Aku meraih pinggangnya dan mendekatkan badannya ke diriku. Bibir kami berdua terus bersentuhan dengan lembut, perlahan. Bisa kurasakan hasrat dan perasaannya di dalam ciumannya. Kami berdua menutup mata kami. Hanya ada Kyoko di dalam kepalaku. Hanya dia yang kurasakan sekarang. Ciuman ini sungguh tidak bisa dihentikan. Nafas kami beradu. Tak jarang hidung kami berdua bersentuhan dengan mesranya.

Aku tak bisa lagi menghitung berapa lama waktu yang kami habiskan, berdua, berdiri dengan awkwardnya, berciuman dalam cahaya malam Mitaka.

Bibirnya. Lembut, manis, tak bisa kugambarkan lagi dalam kata-kata. Nafasnya, lembut, menyentuh kulitku perlahan. Degup jantungnya terdengar dengan jelas, menjalar melalui kulitnya dan menjalar ke tubuhku.

Kyoko perlahan melepas ciumanku.

“Aya…”
“Yes?”

Kyoko lantas memegang pipiku. “Daisuki yo…” bisiknya. Apa artinya? Suki – Suka. Entah apa yang kupikirkan tapi.
“Me too…” Aku lantas mencium keningnya, menghirup wangi rambutnya dan membelai pelan rambutnya. Mendadak, Kyoko menggandeng tanganku, mengajakku berjalan perlahan, berpindah dari tempat itu. Kami menuju ke sebuah pintu. Ia dengan gugup membukanya.

untitl10.jpg

Sebuah ruangan yang kecil, besarnya kira-kira setengah kamarku di Jakarta, dengan lantai kayu yang hangat, serta dekorasi minimalis yang mengingatkan kita pada gerai Muji. Meja kecil di pojok, yang didiami laptop dan banyak peralatan tulis, serta kolase yang sangat imut berada di sekitar situ. Dan wanginya. Kamar itu wangi Kyoko. Kyoko lantas perlahan menutup pintu, dan menguncinya dari dalam.

Futon tebal yang sepertinya bekas ditiduri kemarin atau tadi, tergelar dengan rapihnya di atas lantai kayu.

“Kyoko…” aku meraihnya kembali. Dia menyambutku. Aku memeluknya dengan erat dan ciuman itu kembali terjadi. Ciuman yang romantis dan menggairahkan. Ciuman yang penuh hasrat dan sangat mesra itu.

Tanganku mendadak dengan otomatis menyentuh ujung sweaternya. Dia mengenakan celana jeans, dan kemeja polos dan dibalut sweater warna pink tanpa motif. Aku berusaha membuka sweaternya. Sambil berbisik ke telinganya.

“May I?” ia mengangguk perlahan.
“Aya..” dia menatapku dengan matanya yang berbinar.
“Yes?”

“Atashi wa… Anata no tame ni…”

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd