------------------------------------------
Tolol.
Tolol lo Ya.
Tolol.
Aku terduduk di atas futon. Menggenggam syal Kyoko. Syal berwarna abu-abu tua tanpa motif itu dari tadi masih ditanganku. Wangi sabun cuci. Tapi rasanya beda. Rasanya seperti ingin kumiliki selamanya. Apa-apaan ini. Aku tidak bisa tidur dari tadi. Rasanya beda, deg-degan. Aku menghirup wanginya lagi. Shit. Aku jadi ingat betapa malunya ekspresi Kyoko saat aku bilang dia cantik.
Mukanya memerah. Jelas terlihat karena kulitnya yang putih itu langsung bersemu merah. ******. Lalalala. Aduh pusing. Gak bisa tidur. Aku terus membayangkan Kyoko. Membayangkan saat tangan kami bersentuhan di Harajuku. Membayangkan lucunya dia yang selalu gemas melihat binatang di kebun binatang Ueno dan Inokashira. Membayangkan kecanggungan dan masalah bahasa yang selalu kami hadapi. Ah, andaikan aku bisa bahasa Jepang.
Jepang.
Gila, hampir dua minggu disini, rasanya sangat nyaman sekali. Apa karena aku melihat dari perspektif turis? Melihat bukan dari sisi penduduk? Melihat dari kulitnya saja?
Gak tau deh. Aku hanya bisa membayangkan kembali lagi naik kereta, makan dan jalan-jalan bersama Kyoko. Dan sekarang aku hanya bisa berbaring di futon dengan tololnya, memeluk dan menghirup wangi dari syalnya Kyoko.
------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------
"Jadi kayak videoklipnya Andien Ya" ujar Ilham, setelah ia menjabarkan apa yang ia pikirkan soal konsep videoklip ku.
"Yang di thailand?"
"Iya, sekitaran sini aja, kalo mau di taman yang gede banget gitu"
"Mitaka dong" komentarku pelan.
"Ga usah di Mitaka disini juga ada taman gede"
"Cuma kayaknya enak di Mitaka"
"Jauh Ya"
"Gapapa, Mitaka aja ya Ham" paksaku sambil senyum.
"Boleh sih, ntar ada footage lo di kereta dan bis juga berarti" senyum kecut Ilham terpaksa setuju akan ideku untuk syuting di Mitaka. Peralatannya cuma kamera DSLR. Dan talentnya cuma aku. Sisanya biarkan kreativitas Ilham yang mengedit dan meramunya menjadi satu videoklip yang pantas.
Entah kenapa harus di Mitaka. Dan tumben juga aku agak memaksakan pendapatku kali ini. Biasanya aku lebih mengalah. Mitaka. Dan aku juga tidak sabar, rilis singleku sedang direncanakan akan diadakan di minggu terakhir aku di Jepang. Tempatnya masih tentative, kemungkinan akan diadakan di tempat pertama aku mengawali perjalanan musikku di sini. Blue Note. Yokohama.
Besok.
Ya besok, hari pertama syuting videoklip ala-ala Ilham. Aku akan mengupload musikku ke itunes berbarengan dengan upload ke Youtube. Dan konyolnya sampai sekarang aku belum punya judul lagu. Belum ada judul yang rasanya pas di hatiku. Beberapa kupikirkan, namun sepertinya terlampau konyol. Pusing juga.
"Mas mas" Ai mendadak memberi pesan singkat
"Ya?"
"Ngobrol dong"
"Boleh" jawabku.
"Aku gak tau ini gimana harus ngomongnya, tapi gimana ya, kok rasanya sama yang baru sekarang gak enak" kesalnya.
"Gimana sih emang pertama ketemunya?" buset, gak ada seminggu kali pacaran.
"Jadi gini...."
"Gimana?"
"Ih aku mau cerita panjang"
"Yaudah silakan, hahaha..."
"Gak enak orangnya gak asik. Dikenalin temenku sih, terus dia main ngajak jalan main tembak kan yaudah aku pikir jalanin aja dulu."
"Terus?"
"Garing sih, orangnya terlalu serius gitu, kayak gak bisa becanda"
"Oo...."
"Tapi gimana ya?" bingung Ai.
"Gimana kenapa?"
"Ga tau, aku jadi kayak males pacaran dan ngejalanin hal-hal standar kayak gini. Pengennya langsung nikah aja... "
"Sama siapa..."
"Ga tau"
"Nah makanya, santai dulu aja lah ya?"
"Ga tau sih... Pengennya yang asik kayak Mas gitu hahahahahaha"
"Santai aja dulu lah... Lagian kamu gitu loh, ga akan ketipu sama cowok brengsek kan?" tanyaku diplomatis.
"Pasti"
------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------
Aku menenteng tas gitar di dalam kereta menuju Mitaka. Jam 8 pagi. Aku tampak berusaha cuek, dan berusaha tidak menggubris keberadaan ilham dengan kamera DSLR nya yang seperti memperhatikanku dari jauh. Aku ingat pertanyaanku tadi ke Ilham.
"Ham kalo footagenya kagak cukup hari ini gimana?"
"Besok syuting lagi, tapi lo pake baju yang sama ama hari ini ya" buset. Gak gatel tuh.
Seorang anak kecil yang duduk dipangku neneknya memperhatikan Ilham. Ia menunjuk-nunjuk ke Ilham dan neneknya berusaha untuk membuatnya duduk tenang. Seorang bapak tua dalam setelan jas dan mantel tampak asyik membaca berita lewat smartphone. Sekumpulan anak muda yang berambut warna-warni tampak senyum-senyum sendiri melihat smartphone mereka sambil saling menunjukkan entah apalah ke teman mereka. Seorang ibu muda yang berdiri setengah mengantuk dan anak balitanya. Warna warni. Aku tidak sabar ingin segera sampai ke Inokashira park. Ada scene yang kami rencanakan disana, aku bermain gitar sambil duduk di kursi taman, atau berdiri kosong entah dimana dengan gitar. Bisa-bisanya Ilham lah. Lebih susah bikin video klip begini ternyata. Kalau dengan Hantaman waktu album pertama dulu, bikin videoklip bisa sok-sokan gaya. Sok-sok an keras, main gitar awut-awutan kesana kemari.
Sekarang juga bisa sih, video klipnya main gitar awut-awutan. Cuma kok rada gak cocok sama konsepnya Ilham, jiahahaha.
------------------------------------------
"SIP, istirahat dulu!" teriak Ilham yang mengambil gambarku dari kejauhan di Inokashira Park. Lapar rasanya. Aku memasukkan kembali gitarku ke dalam tasnya. Dan duduk dengan bodoh di taman. Dari kejauhan aku seperti melihat sesuatu. Kucing gendut. Hitam putih. Sepertinya aku hapal dengan kucing itu. Kucing yang membangunkanku. Dia sedang berjalan malas dengan muka sinisnya.
"Beli makan yuk" ajak Ilham yang menghampiriku. Mendadak kucing itu hilang dari pandanganku.
"Boleh"
Aku lantas memeriksa handphoneku. Ada pesan. Dari Kyou-Kun.
"Shooting? Hungry?"
"Very Hungry" balasku. Wah, masa mau dikirim makanan?
"Wait food will come"
"Ham.. Kayaknya kita mau dibawain makan deh..."
"Oh yaudah, tunggu aja, siapa yang mau bawain?"
"Kyou-Kun"
"Bassist waktu itu?"
"Yoi"
"Baek bener" celetuk Ilham.
"Emang, tau nih, orangnya supel banget dan kadang suka SKSD, tapi biar lah haha" dan kami pun menunggu, tidak jadi membeli makan.
Akhirnya kami berdua duduk dan mengobrol sambil memperhatikan orang yang lalu lalang di taman itu. Tak jauh dari kami ada seorang dengan pakaian kerja bengkel sedang makan nasi kotak dengan lahapnya. Setelah makan ia langsung membereskan sampah yang ia buat sendiri. Dan ia pisah-pisah. Lalu dibuang ke tempat sampah yang beda-beda juga.
"Rapih bener ya orang sini" komentarku.
"Kebiasaan dari kecil, di Tokyo pemilahan sampahnya lumayan ribet padahal, gue dulu waktu baru-baru sering didatengin petugas ke apartemen karena suka salah buang sampah, sampah gue dibalikin hahahaha" senyum Ilham.
"Segitunya?"
"Iya. Dan hebatnya sampah-sampah yang non organik yang gak bisa di recycle, itu mereka jadiin bahan dasar pulau reklamasi" jelasnya.
"Serius lo?"
"Serius. Pernah tau Odaiba?"
"Ga tau Ham"
"Itu, yang ada patung Gundam segede aslinya"
"Oh tau... Pernah liat postingan Anin di FB soal itu" jawabku.
"Nah, itu kan pulau reklamasi daerah situ. Pake sampah bikinnya"
"Hebat"
"Coba deh perhatiin, negara-negara yang kalah perang dunia kedua, kayak Jerman ama Jepang, kan jadi raksasa industri gila Ya. Mereka bangkit dari kehancuran yang mereka bikin sendiri. Masa negara kita kudu ancur dulu yak kayak mereka biar bisa maju masyarakatnya...." keluh Ilham.
"Kalo bisa jangan sih" senyumku geli.
"Eh, itu... Lho" aku heran. Yang datang dari kejauhan bukan Kyou-Kun. Tapi Kyoko. Perlahan dia datang, sambil melambaikan tangannya ke arah kami. Tunggu. Kok dia? Tapi kok yang mau ngasih makanan tadi katanya Kyou-Kun. Kok.
"Ah Aya.. Hero.." Kyoko berdiri di depan kami sambil sedikit lega melihatku.
"Hallo... Food? For us?" tanyaku dengan muka senang.
"Ah ano... Sumimasen..." Kyoko tampak bingung melihat kami berdua disana. Ilham mengambil alih. Dia bicara dalam bahasa Jepang yang tak kumengerti pada Kyoko. Dan mereka berdua berbicara dengan singkat. Dan tampak Kyoko sepertinya sangat malu.
"Ya, gue makan dulu yah" Ilham lalu beranjak sambil tersenyum.
"Loh kenapa?"
"Dia cuma bawa buat elo" senyum Ilham.
"Maksudnya?"
"Alah.. pura-pura gak peka nih anak.. Deeh.." Ilham berlalu, tampaknya mencari makan. Tentunya mencari makan. Kyoko mendadak duduk di sebelahku. Lalu memberikan kotak yang ada di tangannya dengan malu-malu.
Aku menerimanya dalam gerakan perlahan.
Pelan pelan aku membuka kain yang menutupi kotak plastik itu. Kyoko seperti antara gugup dan khawatir takut makanannya mungkin amburadul selama perjalanan atau tumpah karena aku tidak hati-hati. Aku membuka tutup plastiknya.
https://ci4.*********************/proxy/RrETJymoPl3BhYIeUH-39iMuiNCbFgARudi49vb_lAjSr-9ntmPkZx_g74qTL3Ioa_wu_uPIoqt9ovPswc3-raw4-3AQw2tvyaMW=s0-d-e1-ft#http://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/karaag10.jpg
Lengkap. Nasi dengan serpihan rumput laut kering, dengan ayam goreng yang dipotong kecil-kecil, telur dadar, sayuran, dan buah-buahan. Besar sekali porsinya.
"This is for me?"
"For you" senyumnya malu.
"Seriously? You have eaten?"
"Aah I eat, before, so for you. All. please eat"
Semuanya buat diriku. Gila. Aku pun jadi canggung. Ditata dengan sangat manis dan lucu.
"You Cooked this?" tanyaku sambil bingung.
"Yes. all of them"
"Buset. Semuanya?" mak. aku keceplosan.
"Nanika?"
"No. I'm amazed" makanan itu masih terletak di pangkuanku.
Aku mengambil handphone dan memfotonya. Sangat instagrammable. Eh ada pesan dari Ilham. Coba kubuka.
"<3" hanya itu pesannya. Apaan sih. Kyoko mungkin cuma iseng saja, dia tahu dari kakaknya kalau aku ada disini, syuting. Tapi kenapa bawanya cuma sebiji buat diriku saja ya? Ah, coba kumakan saja. Enak.
"This is so good! Oishi!" pujiku.
"Ah, thank god you like it" dia tampak lega, dan menepuk dadanya. Seperti baru dapat undian. Aku tidak bisa berhenti memakannya. Makanan seenak ini, makanan rumahan khas Jepang. Gila, aku tak bisa berhenti makan, dan bisa kulihat Kyoko sangat senang melihatku makan dengan lahapnya. Dia tersenyum dibalik mantelnya. Udara dingin Tokyo di musim dingin ini terasa hangat oleh makanan ini. Makanan yang dimasak sendiri oleh Kyoko. Yang capek-capek mengantarnya di tengah jam istirahat cafe. Yang dimana ia bisa bersantai, mempersiapkan shift buka sore ke malam, tapi dia malah rela mengantar makanan ini dan melihatku makan dengan lahapnya.
Selesai. Kenyang sekali.
"Ah.. Aya.. this.. also for you" dia memberiku termos kecil, entah apa isinya. Teh. Teh hijau yang hangat. Membuat suasana makin hangat dan perutku jadi adem.
------------------------------------------
Ilham sudah datang lagi, dan Kyoko bersiap untuk pergi. Dengan telaten ia membungkus kembali kotak makan yang sudah kosong itu dengan senyum tipisnya yang manis.
"Jya, see you again, mata ne.." Kyoko lalu berdiri dan melambai dengan lucunya.
"Wait" seruku.
Kyoko kaget. "Your scarf" Kyoko lalu menepuk kepalanya. Tampaknya ia lupa menanyakan scarfnya. Aku mengambil scarfnya dari tasku. Dia mengulurkan tangannya untuk menerimanya. Tapi tidak. Aku ganti mengalungkannya di lehernya.
"Thank you" ucapku pelan. Kyoko hanya diam saja, tampangnya tampak canggung. Dia terlalu banyak berkedip detik itu. Kami berdiri saling berhadapan. Dia menatapku masih dengan kikuknya.
"Ehmm" Ilham batuk ringan sambil menahan geli. Kami berdua kaget. Kyoko lantas melambaikan tangannya, dan lalu berlalu dengan berjalan agak cepat. Bisa kulihat kulit putih di wajahnya memerah. "Arya" sahut Ilham. "Ya?" aku menatap ke mukanya yang geli.
"Buat orang Jepang yang malu-malu kucing, tadi tuh agresif banget hahahahahaha" tawanya.
"Agresif?"
"Lo makein dia syal nya"
"Terus kenapa?" bingungku.
"Dia salting bego"
"Gue kan cuma..."
"Itu termasuk agresif sih hahaha... Biasanya kalo udah pacaran baru begitu... Gila lo... Sumpah tepuk tangan deh..." tawa Ilham.
------------------------------------------
Agresif? Aku masih berpikir di perjalananku pulang ke Yokohama. Aku berdiri di dalam kereta yang agak padat. Dan Ilham masih mengambil footage diriku yang sedang berdiri di dalam sana. Sementara kepalaku isinya adalah flashback.
Kenalan yang tidak disengaja - Jalan di Inokashira Park - Ke Harajuku - Ueno - Datang terus ke cafenya - Syal - Makan siang yang dibawakan itu. Am I falling for her? Dan sebaliknya? Haha gila. Dua minggu. Hubungan apa yang bisa dimulai hanya dalam waktu dua minggu. Aku terus memperhatikan jalanan yang kami lewati, gedung-gedung, perumahan, toko-toko, orang lalu lalang. Kenapa mesti Kyoko? Kenapa mesti dia? Setelah sejauh ini kenapa mesti Kyoko yang mendadak ada terus di kepalaku? Dan kenapa tadi mesti Kyou-Kun yang bertanya? Apakah Kyoko terlalu malu untuk bertanya langsung padaku? Apakah disini mesti laki-laki yang selalu make a move duluan? Makanya ketika ada inisiatif dari Kyoko, dia menyuruh kakaknya untuk menghubungi karena tidak mau dibilang terlalu agresif? Bingung. Entahlah.
Kami akhirnya turun di stasiun terakhir, dekat apartemen Ilham. Kami mampir sebentar ke minimarket membeli makanan dan minuman.
"Cukup gak Ham footagenya?"
"Mesti gue liat lagi ntar, kalo gak cukup, shoot tambahannya besok ya? Lo gak ada kegiatan kan besok?" tanya Ilham.
"Gak ada sih, gue paling tinggal nunggu jadwal showcase gue, katanya bakal ada kepastiannya akhir minggu ini, kapan gue bisa rilis singlenya...." jawabku.
"Yowis, besok Mitaka lagi berarti, gempor gempor deh" senyumnya.
"Mudah-mudahan cukup"
"Amin"
Aku lantas mengantri bersama Ilham. Minuman ringan dan bento khas minimarket ada di tanganku. aku jadi teringat bento yang tadi dibuat oleh Kyoko. Rasanya jauh lebih enak daripada makanan minimarket ini. Jelas sekali.
"Untung lo gak minum ya Ya" bisik Ilham.
"Kenapa emang?"
"Kan disini gampang banget mau beli apapun ada di minimarket, pernah kedatangan temen gue tukang mabok, wah parah tiap malem teler.... Mana murah-murah lagi miras disini..." keluh Ilham.
Untung bukan Stefan ya yang kesini. Mungkin juga bisa langsung ditangkep polisi dia karena megang pantat cewek di kereta. Disini kejahatan apapun hukumannya berat banget. Polisinya ketat tapi manusiawi. Jadi ingat waktu kami manggung di Singapura. Otoritasnya ngehe. Apa-apa diresein. Supir taksinya rese. Beda, gak seramah orang Jepang. Walau ramah, mereka tetap kaku sekali dan taat peraturannya level dewa.
Orang kayak Kyoko gitu ke Indonesia bisa stress kali ya? Pikirku liar. Kalau dia tinggal di Indonesia, apa gak pusing? Gimana kerjanya? Di coffee shop? Coffeshop mana yang bisa? Hmm... Ibu rumah tangga?
Tolol. Ngapain sih mikirin gituan. Judul lagu aja belom ketemu. Kok mikir udah kejauhan gini.
Selesai membayar, kami lantas berjalan ke arah apartemen Ilham. Akhirnya suasana apartemen yang hangat. Aku curiga tidak bisa tidur malam ini. Pikiran-pikiran soal Kyoko dan soal judul lagu menghantuiku.
------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------
"Mmmhhhhhhh........" aku bangun, pagi itu. Masih jam 6 lebih di pagi hari. Susah tidur, bangunnya kepagian. Ilham masih tidur dengan lelapnya di bunk bed nya. Aku bangkit dan berjalan dengan malas ke arah kamar mandi. Buang air. Sempit sekali kamar mandinya.
Aku kembali merayap, dan mengambil handphoneku, mencabutnya dari chargernya. Aku mengintip ke luar. Masih agak gelap. Matahari masih malu-malu muncul. Maklum musim dingin. Aku melamun, sambil melihat-lihat history chat di handphoneku. Ai masih curhat soal cowok yang baru ini. Kanaya tidak sabar aku memberinya oleh oleh. Grup Hantaman isinya banyak bercanda. Stefan masih merengek soal video porno. Kyou-Kun, masih yang tadi.
Kyoko. Aku melihat foto profilnya. Foto ia sedang tersenyum tipis. Hampir seperti pas foto. Manis sekali. Aku melihat ke arah jalanan yang sepi, dimana sesekali ada orang berbaju rapih melintas, dan beberapa orang yang jogging membawa anjing mereka.
Perlahan terang itu mulai datang. Matahari muncul. Akhirnya aku tahu judul apa yang pantas untuk laguku ini.
"Matahari Dari Timur"
------------------------------------------
BERSAMBUNG