Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 1 (racebannon)

Menurut Kalian, Siapakah "Bastardverse" Best Couple?

  • "Aku" & Dian (The Lucky Bastard)

    Votes: 12 7,5%
  • "Aku" & Nica (The Lucky Bastard)

    Votes: 2 1,3%
  • "Aku" & Anggia (The Lucky Bastard)

    Votes: 41 25,8%
  • Arya & Kyoko (Matahari Dari Timur)

    Votes: 51 32,1%
  • Anin & Zee (Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%
  • Stefan & Semua yang dia tiduri (Matahari Dari Timur)

    Votes: 23 14,5%
  • Amyra & Dipta (Amyra)

    Votes: 6 3,8%
  • Gilang & Saras (Penanti)

    Votes: 2 1,3%
  • Gilang & Tara (Penanti)

    Votes: 3 1,9%
  • Bryan & Tika (Amyra)

    Votes: 1 0,6%
  • Rendy & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 14 8,8%
  • Adrian & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%

  • Total voters
    159
  • Poll closed .
naaaah,,, gw kate juge ape,
lo brani braninya ama anak radio dalem,
nah, kimochi kimochi kan looo... :D

ini dia part yg paling gw kangenin.
 
MDT SEASON 1 - PART 22

------------------------------------------

https://ci4.*********************/proxy/MV5ArxrHwFT6zo4WPZcUOFQ6BoX3-t7ruYu48X9Sgs8dY1rOyDA-fhFxc6CQbl0LPttoGGgl9o4mlEa3ltGm_06ihIdgnFmp755Evg=s0-d-e1-ft#https://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/tokyot10.jpg
2007-010.jpg

"Akhirnya dateng juga dia" sambut Ilham dengan muka agak masam di Tokyo Teleport Station, Odaiba, Tokyo. Jam 1 siang. Telat 30 menit dari waktu yang dijanjikan.

"Untung gue ga musti ke kampus hari ini hahaha" tawa Ilham melihatku tergopoh-gopoh membopong gitar, masih dengan baju kemarin.
"Sori, abis bingung tadi jalannya kemana, nanya informasi dulu di kereta..."
"Santai, makan dulu yuk" ajak Ilham.
"Sip-sip"

"Eh si Kyoko ngapain ngomong gitu tadi pagi?"
"Ah?"
"Yang lo tanya ke gue..."
"Oh itu..." Aku mendadak nyengir dengan tololnya. Ilham langsung sadar.

"Oh... Udah-udah... gue gak mau tau..."

Aku hanya bisa tersenyum sambil mengikuti langkah Ilham berjalan mencari tempat makan yang ada disana. Dan semua mengalir seperti biasa, makan, selesai makan jalan kaki lagi. Jalan kaki di tengah udara dingin dan cerah di Odaiba. Kira-kira setelah berjalan 500 meteran, di depan mataku terlihat, patung robot putih yang gagah menjulang.

https://ci4.*********************/proxy/K_NefhAeK6ANKHKJFzdt4WXYRquX8Lcm6pLJUyLIdUIft7i3_j6ZWcOVcUEw_dEe5ZxiKKEpONlZEo8bji8ClEOlNRKw4SSiVm9WfQ=s0-d-e1-ft#https://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/maxres11.jpg
gftgun10.jpg

Anin kalau kesini pasti teriak-teriak dia, pikirku. Aku tersenyum melihat robot yang menjulang itu. Andaikan ia bisa bergerak seperti di anime, film atau game. Aku mengambil selfie bersama Ilham untuk menyombongkannya ke grup Hantaman, untuk menyombongkan diri ke Anin.

"Huwaaaa Iriiiii" teriak Anin seru di grup.
"Ih itu bisa dinaikin Bang?" Sena mendadak bertanya.
"Kagak bego, patung itu" tergus Anin.
"Ya, kok sekarang temen ngeseks lu jadi cowok arab sih?" tanya Stefan.
"Ini Ilham bego" sanggahku.
"Iya gue tau, jadi sama dia lo sekarang, cewek yang kemaren dimana? Buat gue aja ya?"
"Ngaco"
"WKWKWKWKWK BTW Kanaya nganggur dong? Boleh buat gue?"
"Terserah Fan...."

------------------------------------------

"Tengkyu yak atas bayaran videoklipnya" seringai Ilham sembari menenteng bungkusan yang penuh bersisi Gundam bermacam-macam jenis, terutama yang memang limited, hanya dijual di Gundam Front Tokyo saja. Gundam Front Tokyo adalah musium gundam, yang terletak di Mall Diver City, di lantai atasnya. Patung gundam yang tinggi menjulang itu ditempatkan di bagian depan Mall tersebut.

https://ci5.*********************/proxy/ryabLwEnPYv1Id8LzGhdqp4C4Yk8OhEwFw2Up1yMfpPgFjbAGtuzh0zG80HYLs5Ir-IcPuPpjIJV34SHrtn_AASB7k9lZnzwXzmadw=s0-d-e1-ft#https://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/gundam10.jpg
img_0510.jpg

"Eh" tegur Ilham.
"Kenapa?"
"Lo dah bilang ke Kyoko kan kalo ngajak Christmas Dinner?"
"Anjirrrr lupaaa" aku kaget dan agak gelisah. "Mesti ke Mitaka lagi nih gue..." keluhku.
"Lah, line aja gitu, mesti amat ngomong langsung ke dia?" tanya Ilham lagi.
"Oh iya... lupa gue... Yaudah deh..."

------------------------------------------

image10.jpg

Malam. Aku berbaring dengan santainya di atas futon apartemen Ilham. Masih pukul 7 malam. Aku memandang langit-langit, dan belum sama sekali mengajak Kyoko untuk christmas dinner. Memang aneh, sudah saling menyatakan, sudah kencan kemana-mana, sudah tidur bareng, tapi untuk mengajak christmas dinner saja masih canggung.

Mungkin karena waktu. Mungkin karena dibatasi waktu itulah kami berdua tidak leluasa, dan sangat berusaha untuk tidak membuat kesan jelek. Jujur, aku selalu ingin terlihat sempurna di depannya, begitu pula dengan dia pastinya. Jadinya entah mengapa aku seperti gugup mengajaknya. Ditambah lagi kepalaku hari ini terus memutar-mutar memori semalam dengan Kyoko. Sumpah, entah kenapa rasanya semalam seperti pertama kali melakukannya dengan siapapun. Aku masih takjub oleh kehalusan kulitnya yang luar biasa itu. Masih amazed oleh bentuk tubuhnya yang indah, bahkan dalam baju dalam terlihat sangat seksi. Semua itu tertutupi oleh gaya berpakaiannya yang sopan dan bajunya yang cenderung longgar, selain karena sifat dan sikapnya yang malu-malu dan manis.

Aku akhirnya memberanikan diri. Kubuka line. Kuklik chat history dengan Kyoko.

"Safe trip to Yokohama back Aya! :3" pesan terakhir dari dirinya.

Okay, I got this.

"Kyoko?"
"Hai"
"BTW, are you free on christmas eve?" tanyaku.
"Eve? nani? Free?"

Oh iya. Direct aja Ya, jangan muter-muter pake bahasa Inggris.

"I booked seats in restaurant for us, Christmas Dinner, can you go with me?" Mungkin dengan bahasa yang lebih simple seperti ini dia lebih mengerti.

Menunggu. Menunggu. Dan menunggu.

"Of course want, Aya. :3"
"Okay... Se you tomorrow !"
"See u <3"

Yes... Berhasil, Natal, hari Minggu, berarti, pada hari sabtu kami akan jalan untuk Christmas Dinner. Belum apa-apa aku sudah geli sendiri oleh tingkahku tadi.

Aku berbaring dengan santai di futon, menikmati kemalasan ku malam itu, sedari sore tadi. Sejenak menutup mata, mengistirahatkan kaki, menikmati kesunyian dan suara ilham yang sedang sibuk di depan komputernya. Entah sibuk apa. Aku menatap langit-langit, dan merasa penuh. Kakiku masih terasa pegal, walaupun aku sudah terbiasa jalan dengan ritme yang agak cepat seperti orang-orang disini. Terimakasih berarti untuk Kyoko yang dengan sabar selalu mau agak memperlambat jalannya saat kami bergandengan, dan lama-lama toh aku bisa juga catch up dengan ritme berjalan masyarakat disini.

Tidak ingin rasanya membayangkan pulang ke Indonesia, dan hidup tanpa Kyoko lagi. Memang jaman sekarang ada teknologi yang pasti akan memungkinkanku untuk selalu berhubungan dengannya, tapi bagaimana kedepannya? Ini berbeda dengan pasangan konvensional yang bisa bertemu ketika ingin, bisa membicarakan hal-hal pribadi secara privat tanpa perantara teknologi, yang pasti akan lebih sulit daripada bertemu langsung. Bagaimana kalau nanti kami bertengkar, yang namanya pacaran pasti ada pertengkaran. Ataukah memang aku harus mengakhiri hubungan ini ketika aku pulang nanti? Atau aku jangan pulang? Pilihan jangan pulang terdengar sangat bodoh. Begitu juga pilihan untuk mengakhiri hubungan. Aku ingin mengenalnya lebih jauh lagi, ingin bersamanya terus rasanya.

"Laper gak Ya?" tanya Ilham mendadak.
"Lumayan"
"Cari makan yuk" ajaknya.
"Minimarket lagi?" tanyaku sambil menarik otot-otot tangan dan kakiku.

"Cari Yakitori mau?" ajak Ilham
"Apaan tuh..."
"Ya itu kalo di Negara kita mah sate ayam"
"Boleh" jawabku sambil menguap.

------------------------------------------

https://ci4.*********************/proxy/xTB3Jhi_BFUmAZDfC4buf2StcLvpRCWeZwKvdEoQu7305K8eDirrTBHqA1uTxGrLLxZ4-BNxPUNFAlpmfrFVxBJehl19LhTX2JLjYw=s0-d-e1-ft#https://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/japan-10.jpg
japan-10.jpg

Aku duduk dengan Ilham di hadapan panggangan yang tidak malu-malu mengeluarkan asap dan bau daging ayam yang terpanggang dengan nikmatnya. Luar biasa. Aku pernah makan yang seperti ini memang di Jakarta. Tapi entah kenapa yang ini rasanya lebih asli, lebih juicy dan lebih nikmat.

"Ini aman Ya, gak usah nebak-nebak lagi ada babinya atau enggak, wong ayam semua" ujar Ilham santai. Aku Cuma tersenyum sambil memperhatikan sekeliling, beberapa orang dengan setelan jas dan muka capek ada di kios itu juga, dengan gelas bir yang berdiri tegak di depan mereka. Aku selalu memperhatikan minuman mereka ketika makan. Kalau tidak kopi, bir. Kopi, bir. Mereka tampaknya jarang minum air putih.

"Oleh-oleh buat orang di Jakarta udah semua?" tanya Ilham mendadak.
"Tinggal adek gue sih...." Jawabku sedikit bingung, Ai harus dibelikan apa. Dia sempat bilang, sneakers saja, tapi dia jarang pakai sneakers, Cuma ketika olahraga saja. Jaket? Aku tidak tahu model jaket yang oke buat perempuan dengan dandanan feminin seperti adikku. Kalau Kanaya yang nitip jaket, gampang, jaket sport, jaket kulit, tapi kalau Ai? Mana bajunya sudah sangat banyak, jadi aku bingung kalau nanti beli dan ternyata ada model yang sama.

"Ke Tokyo Solamachi aja" saran Ilham.
"Dimana tuh"
"Tau Tokyo Skytree?"
"Tau, pernah googling...."
"Nah dibawahnya itu ada Mall, namanya Tokyo Solamachi, disana banyak toko oleh-oleh yang keren-keren..." jelasnya.
"Boleh dong anterin"
"Ajak pacar lo lah... Masa sama gue" senyum Ilham.

Oh iya... Hitungannya Kyoko sudah pacar ya? Kadang aku tak sadar, apa status yang menjelaskan hubungan kami berdua.

"Ham... Sorry kalo pertanyaan gue tolol" mendadak aku menelan ludah.
"Ya?"
"Emm... Temen lo pernah ada yang pacaran sama orang Jepang?"
"Ada... Tapi emang rata-rata orang Indonesia disini pacarannya kalo gak sama orang Indonesia lagi ya sama orang Malay atau Singapur..." jawab Ilham sambil menatapku.

"Karena perbedaan budaya?" tanyaku.
"Banget, kalo sama orang dari Asia Tenggara budayanya gitu-gitu aja. Yang susah sebenernya kalo cowok jepang yang pacaran sama orang asing..."
"Karena?"
"Mereka kan gak begitu ekspresif, dan disini, cowok itu harus dominan banget, walau beberapa ada yang gak kayak gitu... Tapi kebanyakan masih kayak gitu budayanya, cowok tuh harus nomer satu... Sedang di Indonesia kan gak gitu-gitu amat, di Indonesia Istri atau Suami sama-sama kerja, terus punya anak, dua-duanya punya karir bagus, itu biasa.... Kalo disini, perempuan yang karirnya bagus itu biasanya kalo gak nikah, ya milih untuk gak punya anak Ya..." jelasnya panjang.

"Karena?"
"Karena mereka kayak harus milih. Karir, atau anak, gak bisa dua-dua... Bukan apa-apa, budaya mereka yang bikin kayak gitu Ya, gak ada keharusan sebenernya.."
"Dan pasti yang pacaran ama orang Jepang itu cowok ya?"
"Iya... Tapi masih susah juga, apalagi kalo orang tuanya si cewek mulai rese, atau, si ceweknya yang ga mau nikah atau pacaran long term karena ngejar karir, atau mau nikah tapi gak mau punya anak, dan hal-hal semacamnya lah... Ribet" senyum Ilham sambil melahap yakitori.

"Hoo..."
"Tapi kalo elo sama dia kayaknya aman"
"Aman?"
"Haha....." tawanya kecil sambil menggelengkan kepala.

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

maxres13.jpg

Jumat. Satu hari sebelum Malam Natal. Aku sedang berjalan pulang sore itu dari Mitaka ke Yokohama, di dalam kereta, menuju stasiun tujuan. Aku berdiri di tengah manusia-manusia lainnya sambil melihat-lihat handphoneku.

Aku habis makan siang dan jalan-jalan sebentar bersama Kyoko di Inokashira Park. Makan siang yang luar biasa. Tentunya masakan Kyoko. Aku mampir di cafenya tadi, dan Kyoko memasakkan masakan untuk aku dan Kyou-Kun setelah Istirahat siang. Setelah itu aku mengajaknya jalan-jalan tanpa maksud apa-apa.

Pembicaraan yang terjadi masih sama, masih seputar hidup masing-masing, dan tadi aku memperdengarkan dia lagunya Hantaman seperti apa. Tentunya dia kaget. Karena dia pikir aku murni gitaris Jazz. Bukan, layaknya Alex Scolnick nya Testament, bersama grup aku bermain musik keras. Tapi jika sendiri, aku adalah musisi Jazz. Musisi Jazz yang tidak produktif, baru punya satu lagu. Tanpa album. Album yang mungkin akan aku coba kerjakan sendiri nanti ketika aku sampai Indonesia lagi.

Semua keinginanku untuk membuat album solo memang selalu terhalang oleh kesibukanku, mengoperasikan studio, baik untuk orang yang rekaman maupun orang yang latihan, mastering album orang lain, manggung bersama band maupun sebagai session player. Tapi karena saking sibuknya itu, malah keinginanku sendiri lama tak kuperhatikan. Dan baru ketika aku berada di Jepang seperti sekarang ini mendadak jadi satu lagu.

Karena bosan, aku lantas melihat-lihat handphoneku lagi, melihat foto-fotoku di Instagram bersama dengan Kyoko. Andai saja aku tidak harus pulang ke Yokohama tiap hari dari Mitaka. Andai saja aku tidak harus berpisah dengannya walau besok bertemu lagi. Dan andai dia bisa kubawa ke Indonesia.

Aku memperhatikan komentar-komentar disana. Ada yang menyangka itu istriku, ada yang menyangka aku ke Jepang mengunjungi pacar, ada juga yang beranggapan yang lain. Tapi kesemuanya tidak ada komentar negatif di foto-foto aku dan Kyoko.

Dan yang penting sekarang buatku adalah besok. Harusnya aku tidak segugup ini. Hanya tinggal datang berdua ke restoran, lalu memakan set menu yang sudah dipesan, lalu pulang. Sepertinya tidak ada cela untuk salah. Tidak ada ruang untuk kesalahan. Hanya makan bersama di akhir tahun.

Dan lagi-lagi, aku menemukan kehebohan yang sama di grup Hantaman. Dan nama grupnya sudah beda sekarang. Bukan "HANTAMAN" lagi. Tapi jadi "ARYA XXX KIMOCHI". Dan foto profilnya sudah bukan lambang band lagi. Tapi foto aku dan Kyoko. Foto aku bersamanya di salah satu cake shop di Mitaka, dengan muka Kyoko yang berseri-seri di depan cake pesanannya.
"Gue tau ini ulah siapa" aku membuka pembicaraan.
"Udah deh" balas Stefan.
"Udah apaan, yang mulai jail2 gini siapa coba"
"WKWK. Abis semenjak lo ke Jepang jadi heboh mulu... " Stefan menjawabku.
"Jadi kalo gue balik, ntar ga ada topik obrolan gitu?"
"Maaf Bang Arya" Sena menyela pembicaraan.
"Ya?"
"Kemaren Jacob ada dateng, terus... Dia bilang katanya Karina nanya2in dia mulu soal ente Bang..." lanjutnya panjang.

"Ah tokai" jawabku pelan.
"Mantan pacar lo pengen ngomongin lo dan elo cuma komentar tokai?" Anin berkomentar.
"Gue interograsi ah si Jacob..."

Aku lantas beralih ke Jacob. Sudah lama tak ada kabarnya, Karina malah datang dengan berita-berita tak enak seperti itu.

"Cob... Jacob..." sapaku.

Tidak ada jawaban. Mendadak kok rasanya kesal. Seakan-akan ada orang yang mengorek-ngorek bekas sampah makanan yang baru saja kita makan. Akhirnya perhatianku teralih karena keretaku sudah sampai. Aku lantas bergegas turun, berjalan dengan ritme cepat dan keluar dari stasiun. Lantas aku melanjutkan perjalananku dengan kaki untuk mencapai apartemen Ilham, dan memutuskan untuk mampir ke minimarket lagi, membeli makanan dan minuman untuk teman makan malam.

Tak butuh waktu lama untuk belanja, lalu aku sekarang sudah bersiap untuk masuk apartemen Ilham.

"Yoo.." sapaku.
"Eh dah balik" Ilham membalas tanpa melihatku, dia sedang fokus mengerjakan sesuatu di depan komputernya.

Aku duduk di lantai dan mulai membuka belanjaan sambil memeriksa handphoneku kembali. Masih belum ada jawaban. Tampaknya aku masih harus menunggu. Jujur aku sudah tidak pernah lagi memikirkan Karina. Tapi hal yang tadi diberitahu Sena memang mengganggu. Rasanya tidak nyaman, Karina entah kenapa usil sekali ingin mengusik dan mencari tahu hidupku sekarang? Aku sudah merasa tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan dia.

Dengan gusar aku melihat handphoneku lagi, masih dalam kondisi makan malam.

"Ya Arya?" Jacob menjawab.
"Nah, gue mau nanya sesuatu nih..."
"Aduh... Pasti soal Karina ya?"
"Iya lah... Lo ditanya apa sama dia?" tanyaku gusar.
"Gak usah dipikirin lah, lo tau kan dia suka rese..." jawab Jacob.

"Apa sih.... Kasih tau aja, Sena dikasih tau tapi gue enggak.... Hebat" kesalku.
"Yah...."
"Buruan ah"
"Jadi, dia nanya apa lo udah lama punya pacar lagi, gue jawab enggak. Terus dia nanya siapa itu yang suka ada di IG nya Arya sekarang. Gue jawab aja gak kenal, kayaknya ceweknya. Terus nanya ngapain elo ke Jepang, gue jawab aja Liburan abis capek bikin album ama Hantaman....." jelas Jacob.
"Apa lagi?"
"Terus dia nanya gue udah denger lagu lo apa belom.... Gue bilang udah..."
"Dia komentar soal lagu gue gak?" tanyaku kesal.
"Iya... Katanya... Terlalu easy listening, sloppy, kayak gak pake banyak perencanaan....."
"Kampret"
"Terusannya masih ada"
"Masih ada?" tanyaku masih dalam kondisi suasana hati yang buruk.
"Nah dia bilang, jangan-jangan lo abis putus sama dia jadi playboy, belum belum udah gonta-ganti cewek, pertama sama yang tatoan, terus pergi ke Jepang dapet pacar...."
"Udah-udah... gak mau denger lagi gue...."
"Maaf Ya..." sesal Jacob.
"Gapapa, gue malah jadi makin kesel ama dia... Untung udah putus!"

Aku mengunci layar handphoneku lagi dan melanjutkan makan dalam perasaan yang kesal. Karina. Seperti biasanya, sifat perfeksionisnya entah kenapa berevolusi jadi sifat usil, sampai-sampai sekarang jadi keterlaluan seperti ini. Pasti dia kesal karena aku ke Jepang tanpa dirinya, atau dia menganggap aku merebut mimpinya. Sudah lah.

Karina Adisti tidak penting untukku.

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
sik asik asik.. sik asik asik .:pantat:. siang2 dpt apdet. tengkiyu suhu.!
:victory:
 
eh ada polling.....
ane vote Arya & Kyoko (Matahari Dari Timur), sexnya tidak diawal-awal kayaknya bakalan indah kedepannya..... :sayang:
ga mungkin milih si aku, yang bingung dengan prasangkanya dia sendiri :|
 
Apdet gi dunk om
Serasa nge gantung trus ni klu baca karya nya om RB :D
 
Om @racebannon, saya sudah kehabisan kata2.
Bangun Tidur ada Update terbaru. Mau Tidur ada Update.
Sekarang Pulang Kerja sudah tersedia Update. Udah paling top. :top:

Terima Kasih Updatenya Om Race.
Tetap semangat dalam berkarya dan bekerja, :semangat::mantap:
 
MDT SEASEON 1 - PART 23

------------------------------------------

Coba kita hitung. Pertama, jalan-jalan yang tidak diduga ketika mesin kopi rusak, ke Inokashira Park. Kedua, Harajuku. Ketiga.. Ueno.. Lalu, beberapa makan bersama dan keliling-keliling Mitaka, lalu apalagi? Oh iya, official first date, Shibuya, jangan lupa sehabis itu masih banyak lagi jalan-jalan ringan lainnya, sekedar ke taman, makan, dan lain-lainnya.

Sudah banyak waktu yang kujalani sepertinya bersama Kyoko. Namun kenapa sekarang rasanya sangat gugup? Kenapa menunggunya di malam hari ini rasanya berbeda? Aku tidak pernah merasakan hal-hal seperti ini, dimana sudah beberapa kali jalan bareng beberapa perempuan, lalu masih excited untuk bertemu di pertemuan yang kesekian kalinya.

Rasanya disini seperti orang tolol lagi. Ya. Terpaksa aku ulang lagi kata-kata itu. Tolol. Memang itu yang terasa.

mitaka10.jpg


Menunggu dengan tidak sabar di stasiun Mitaka. Jam masih menunjukkan pukul 7 kurang 10 menit. Aku janjian dengannya jam 7 malam. Kyou-Kun dan Kyoko kemarin bilang, bahwa café tidak akan buka shift malam, karena semua orang pasti pesta natal, entah di rumah, di restoran, atau untuk yang punya anak kecil, di KFC. Ya, di gerai ayam goreng khas Amerika Serikat itu, orang bisa sampai antri bahkan reservasi untuk merayakan Christmas Eve disana.

Ini lucu. Aku hanya pernah datang beberapa kali ke acara natalan di rumah Stefan. Sisanya tidak tahu lagi. Maklum, aku bukan umat Kristen. Makanya merencanakan Christmas Eve Dinner untuk diriku sendiri dan Kyoko menjadi hal baru untukku. Dan memang budaya di Jepang begitu. Aku menduga akan turun salju malam ini, tapi tampaknya tidak. Desember – Januari bukanlah saatnya turun salju di Jepang. Walau mungkin di beberapa bagian di Utara, salju sudah datang. Dan Tokyo memang jarang bersalju. Daerah pinggir kota yang lebih banyak bersalju.

Masih lekat dalam ingatanku waktu aku menyengajakan datang ke pesta natal di rumah Stefan. Si liar dan si ngaco itu mendadak jadi anak baik di depan orang tuanya. Rambut gondrongnya yang biasanya awut-awutan ia ikat dengan rapih, dan senyumnya terkembang. Tata bicaranya lembut di depan keluarganya. Tapi kalau di depan kami, wah. Jangan harap kita bisa melihat hal yang sama. Dia berubah dari malaikat yang tadi menjadi setan. Setan yang super horny, super asal-asalan, dan super ngaco. Dan sekarang, hari ini, di grup Hantaman, foto profil grup berubah jadi foto mosaik diriku dan Kyoko, nama grup “HANTAMAN” yang sudah kurubah kembali seperti semula, sekarang sudah berubah lagi jadi “ARYA & KYOKO LOVE GROUP” sialan.

Waktu rasanya seperti lambat. Sekarang saja, masih pukul 7 kurang 7 menit. Aku menunggu Kyoko dengan tidak sabar. Memang orang Jepang selalu tepat waktu. Saking tepat waktunya, mereka bukan hanya tidak telat, mereka juga tidak pernah datang lebih awal.

Aku sedang malas membuka media sosial atau apapun, karena saking gugupnya.

Waktu demi waktu kulewati dengan memandang entah kearah manapun, sampai aku melihat siluetnya turun dari bus. Dan entah kenapa malah rasanya makin gugup. Kyoko melihatku dari jauh dan memberikan lambaian kecil padaku. Aku membalasnya. Aku menunggunya menyebrangi jalan dengan perasaan tidak menentu.

------------------------------------------

https://ci3.*********************/proxy/8VWUPykpN0efAgOI44F7DLEQesUbGwvZoe7mHbQeDbkftTKvNX5JOofPKxHnPMS74ncVXE2h8vTYxEKhnBRZlip_EPGlKICeL9psKQ=s0-d-e1-ft#https://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/front-10.jpg
pic66210.jpg

Aku memperhatikan Kyoko berbincang dengan waiter di restoran yang ramai itu. Setahuku, Ilham telah memesankan set menu, jadi kami tidak usah repot-repot memesan lagi. Waiter yang melayani meja kami benar-benar tidak bisa diajak bicara dengan bahasa Inggris. Jadi aku terpaksa menyerah dan Kyoko mengambil alih. Untung Ilham tadi memberikan pesan dalam aksara Jepang kepadaku dan menyuruhku memperlihatkannya ke waiter ketika kami masuk ke dalam restoran tadi.

Setelah waiter pergi, Kyoko mendapatiku memperhatikannya dengan lekat. Kyoko kembali tersenyum dan matanya kemudian menghindariku, melihat ke arah lain dengan malu.

"So... You have no plan today?" tanyaku.
"Nani? Plan? No.."
"What do you usually do at Christmas Eve?"
"Go to party with Niisan to.. Go with fren, from High Skool..." senyumnya.
"It is okay that I suddenly asked you for today?"
"No. Its okay. I'm happy yu ask me" jawabnya masih dengan senyum malunya.

Appetizer yang duluan keluar. Entah sup apa itu. Tapi tampaknya enak dan hangat. Aku benar-benar buta akan menu yang akan disajikan malam ini.

"So, Christmasu... Indonesia.. How celebrate?" tanya Kyoko mendadak.
"Ah.. Actually.. I don't know.."
"Don't know? Wakaranai?"
"Yes.. I don't celebrate christmas..." senyumku.
"Nanika?"
"I'm Moslem..."
"A? Moslem? Ah! Chotto ne..."

Kyoko memanggil waiter. Lalu entah mengapa dia tampak panik dan berbincang kepada waiter yang lama-lama air mukanya berubah menjadi ikut panik juga dan tampak tidak nyaman. Waiter tersebut lalu membungkuk kepadaku dan berusaha mengambil sup yang ada di hadapanku.

"Wait wait wait... What happened?" tanyaku bingung.
"Ano... Soup wa... using pork burosu...." jelasnya.
"Burosu?"
"Ano... ah.. chotto... " Kyoko tampak berpikir keras dan mengeluarkan handphonennya. Dia lantas mengetik sesuatu dan menunjukkannya kepadaku.

"Pork Broth" kaldu babi.

"Ahaha.... umm... It's okay... Daijobu" ucapku ke waiter yang masih bingung, melihatku bermuka biasa saja.
"Aya, nanika?" tanya Kyoko dengan muka masih khawatir melihat waiter tersebut mundur sedikit demi sedikit.
"Ummm... Actually I don't care about the food... I'm not a very good moslem.." senyumku geli.
"Not good?"
"Umm.... I'm okay with pork?" ucapku dengan sederhana.
"Demo... Niisan say that.. you dont drink... Moslem dont drink, right? So ano... I tot you also not eat pork" mukanya masih khawatir. Menggemaskan sekali.

"Kyoko.. I don't drink because i have another reason, but I'm okay with this, don't worry" aku berusaha menenangkannya dan menyentuh tangannya lembut, agar dia tidak panik lagi. Kyoko diam dan menghela nafas. Dia masih agak khawatir dengan kejadian tadi.

"Don't worry" ucapku.
"Okei..." senyumnya lega.

------------------------------------------

2aa96110.jpg

Ini yang paling Kyoko tunggu. Dessert. Matanya berbinar melihat potongan besar Red Velvet Cake dihadapannya. Aku tidak pernah bosan melihatnya selalu excited menghadapi makanan manis. Aku memperhatikannya lupa daratan melahap cake itu. Andai bisa kulihat selamanya. Andai minggu depan aku belum akan pulang. Andai ia bisa kubawa pulang.

“Not eating?” tanya Kyoko yang melihatku mendiamkan cake ku.
“I will” senyumku.

Dia tersenyum balik dengan canggung. Masih dengan canggung. Tapi tidak apa-apa. Hal-hal seperti ini yang membuatku lebih deg-degan sekaligus nyaman menghadapinya. Masih menebak-nebak, masih mengira-ngira. Namun aku sudah tau pasti dia juga nyaman bersamaku.

Kyoko terlihat seperti anak kecil di depan cake itu. Dia menghabiskannya perlahan dalam senyumnya, dan sepertinya terlihat hanya ada dirinya dan cake itu saat ini. Aku selalu melihatnya seperti itu setiap dia melahap makanan manis. Entah itu cake, cookies, permen, pudding, apapun. Dia selalu excited. Selalu tertarik. Binar matanya seperti anak kecil, hingga aku terbius melihatnya dan mendiamkan cake yang harusnya kumakan juga.

Mendadak dia menatap mataku dengan bodohnya. Sendoknya masih didalam mulutnya.

“Aya…”
“Yes?” senyumku.
“Why looking like that?” maksudnya mungkin kenapa ngeliatin dia kali ya?

Aku senyum.

“No.. nothing” dan mulai mengacak dan memakan kue bagianku. Mukanya berkerut, dia mungkin penasaran kenapa aku tidak segera memakan dessert dan malah memperhatikannya lekat-lekat.

------------------------------------------

Dingin, sepi, semua orang mungkin masih larut dalam malam natal mereka masing-masing, di rumah, di restoran, di tempat-tempat yang memungkinkan mereka untuk merayakannya, bertukar kado, bertemu teman. Aku melihat ke langit yang tenang, sambil menggenggam tangan Kyoko yang berselimutkan sarung tangan hangat. Kami sedang berjalan pulang, sehabis turun dari bis dan menuju café.

Malam ini mereka tidak buka. Kyou-Kun sedang menghadiri pesta natal. Entah dimana. Mungkin dengan teman-temen musisi ataupun yang lainnya. Kami mendapat tidak ada tanda kehidupan di rumah dan café.

“Ano… you want inside? Coffee or tea?” tawar Kyoko malu-malu kepadaku. Nafasnya berembun.
“Coffee will be nice” jawabku tanpa melihat wajahnya.

Kyoko lalu membuka pintu rumahnya, menyalakan lampu dan menggiringku ke meja makan. Aku duduk disana, membuka jaket kulitku sambil menunggu Kyoko menyiapkan kopi untukku dan dirinya. Aku membuka sarung tanganku sambil memperhatikan dapur kecil dan praktis itu. Jepang sekali. Tak lama kemudian, Kyoko mendatangiku dengan dua gelas kopi khas café mereka.

ad10.jpg

“Thank you” senyumku ke Kyoko yang duduk di disebelahku.
“Thank you fo’ you too Aya, taking me for tonight…”

Aku menghirup kopi itu dan bersender. Kadang memang aku masih merasakan pegal dan capek, karena begitu intensnya berjalan dan kemana-mana menggunakan transportasi umum di Negara ini. Kadang aku rindu dengan Indonesia yang lebih mudah kemana-mana menggunakan kendaraan pribadi. Apalagi aku pengendara motor, yang bisa dengan mudahnya beraksi di jalanan kacau Jakarta.

“Next week I will be going home” bisikku.
“Wakarimashita” jawab Kyoko pelan. Aku menoleh ke arahnya dan membuang nafasku.
“Nice knowing you”
“Me too Aya” Kyoko balik menatapku dan tersenyum sambil menyeruput kopinya.

“I want to taste Indonesia no coffee…” bisiknya mendadak sambil senyum.
“Don’t they sell it here?” masa sih gak ada yang jual kopi Indonesia di Jepang?
“Yes they sell. But better to taste in Indonesia I think”
“Please come then” senyumku.

Kyoko hanya tersenyum tanpa menjawab. Ada banyak arti dari senyumannya itu. Entah apa yang dia pikirkan. Ingin rasanya aku memboyongnya ke Indonesia tanpa banyak basa-basi. Tapi pasti akan aneh rasanya jika aku mendadak mengajaknya ke Indonesia. Yang aku tahu pasti, aku harus memanfaatkan waktuku yang tersisa disini dengan bersamanya sebanyak dan seindah yang kubisa.

Masih belum terlalu malam. Aku masih ingin bersama Kyoko. Tapi kami malah terdiam. Situasi yang aneh, padahal kami sudah sering berjalan bersama, bahkan aku sudah pernah menginap disini. Tampaknya kami sama-sama takut membuat kesan buruk karena minggu depan aku sudah pulang. Hal yang makin hari makin malas kulakukan. Aneh rasanya.

“So… Us…. Are you happy with us so far?” tanyaku mengkonfirmasi. Kyoko mengangguk dan tersenyum tipis. Entah mengapa rasanya seperti sulit bernafas. Dia menggigit bibirnya dan melirikku dalam diamnya. Aku menghabiskan tetes terakhir kopiku. Entah mengapa rasanya berat, rasanya jantung ini berdegup dengan kencang. Aku ingin bertemu dengan Kyoko di hari-hari biasaku. Aku tidak ingin melepasnya.

“I don’t want to go home” bisikku.
“But you must..” jawabnya. Tentu saja. Tidak mungkin aku menetap disini. Aku mendadak meraih tangannya yang diam diatas meja. Dia tidak menghindar dan tidak kaget pula.
“At least for tonight” balasku sambil bergerak pelan ke arahnya.

Dia menyambutku. Bibir kami berdua bersentuhan, nafas kami saling berbalas. Bibirnya yang manis menyentuh lembut bibirku. Memberikan perasaan yang membius dan waktu berhenti. Aku menutup mataku sambil merasakan bibirnya, dan dalam bayanganku tetap ada Kyoko. Tetap ada dirinya. Jemari kami berdua saling berkait, saling menggenggam seperti tidak mau lepas.

Kami berdua lantas melepas ciuman itu.

Kami bertatapan, dan saling menyentuhkan kening. Tanganku memegang lehernya dengan lembut, membelainya dan merayap menuju pipinya. Aku mempermainkan pipinya dengan jempolku. Muka Kyoko tampak memerah dan malu. Senyum canggungnya masih dengan manis menghiasi mukanya. Nafas kami berdua beradu dalam hening. Cuma suara nafasnya dan nafaskulah yang kudengar.

“I want you….” Bisikku.

------------------------------------------

untitl10.jpg

Terjadi lagi. Kamar Kyoko yang hangat itu menjadi tempat bagi kami berdua untuk melepas perasaan ini. Aku memperhatikan Kyoko melepas kancing kemejanya satu-persatu sambil duduk bersimpuh membelakangiku. Aku membelai pahanya dengan lembut dari belakang, memperhatikan jarinya melepas kancing dengan pelan. Kemudian saat kemejanya turun dan menyingkap bahunya, aku mendekatinya, memeluk pinggangnya, menciumi dengan lembut tengkuknya. Merasakan kulit badannya yang halus dan lembut di bibirku. Bibirku perlahan berpindah, menciuminya mulai dari tengkuk dan merayap ke bahunya.

Sumpah, begitu inginnya aku merobek rok dan stoking hitam yang ia kenakan sekarang. Auranya begitu menantang, menggodaku dengan segala sikap malu-malu dan manisnya itu. Tetapi sekarang, yang harus kulakukan adalah membuka bajuku, sambil menunggu gerakan berikut darinya.

Kyoko mengizinkanku menjelajahi tubuhnya lebih jauh lagi. Ia membuka perlahan kemejanya sambil tentunya mendapati dirinya keenakan dengan segala ciumanku di tengkuk dan bahunya. Semua bagian di tubuhnya yang pernah kusentuh dan kucium rasanya selalu sama. Lembut, wangi, kenyal, dan serba membius.

Dia tidak ingin banyak menunggu lagi sepertinya. Dia melepas BH nya sendiri, dan kemudian kedua buah payudaranya yang indah dan bulat sempurna itu terbebas dari kekangan. Tak pakai lama, aku meremasnya dari belakang dengan kedua tanganku. Aku mempermainkannya, meremasnya pelan, memijatnya dengan penuh kelembutan. Aku masih menciumi leher Kyoko dari belakang, memberikannya rasa nyaman dalam setiap kesempatan yang bisa kulakukan.

“Nnggh…. Aya.. Kimochi….” Bisiknya perlahan. Dengan segala kenikmatan yang dia tunjukkan kepadaku sampai saat ini, bagaimana mungkin aku tidak ingin menikmatinya?

Aku memijat payudaranya perlahan dari belakang, sambil menempelkan tubuhku di punggungnya yang telanjang. Aku menciumi lehernya, lalu merayap dengan menggunakan bibirku ke arah pipinya, dan dia menyambutku dengan menengok ke arahku, mempersilahkanku melumat bibirnya yang indah itu. Aku makin bersemangat meremas payudaranya, kami berciuman dengan panas, saling memagut dan saling menghisap, saling merasakan kenyamanan bibir masing-masing.

Kepalaku kosong. Yang ingin kulakukan sekarang hanyalah memikirkan cara untuk selalu bersamanya. Meremas badannya dengan lembut seperti ini, menciumnya dengan penuh gairah seperti ini, dan merasakan punggungnya yang lembut menempel di badanku seperti ini. Jari-jariku tidak kuasa, untuk memilin putingnya dengan gemas.

“Ngg…….” desahnya dalam ciumanku. Benar-benar seksi. “Nnnn….” Desahnya semakin menjadi karena aku tidak mengendurkan permainan jariku. Aku terus mempermainkan putingnya, memilinnya, mencubitnya dengan lembut, sambil sesekali terus meremas benda kenyal dan seksi itu. Seksi luar biasa. Halus, lembut, dan belum lagi kecantikannya terpancar dengan sempurna di saat-saat seperti ini.

Ya, perempuan terlihat sangat cantik apabila sedang tidak memakai apa-apa, atau sedang dalam situasi berhubungan seks seperti sekarang ini.

Aku melepas ciumanku dari bibirnya yang basah. Ekspresi keenakannya bercampur dengan nafasnya yang memburu membuat Kyoko terlihat makin seksi. Aku lantas melanjutkan kembali dengan menciumi bahunya, dari kanan ke kiri, sambil meremas terus buah dadanya yang penuh di tanganku. Aku lantas menyandarkan kepalaku di punggungnya, merasakan kulitnya yang halus lewat pipiku, dan dari tadi bisa kurasakan ada sesuatu yang bertumbuh besar di celanaku. Dia tampak tidak sabar ingin bersatu dengan Kyoko. Tapi aku masih nyaman meremas dan mempermainkan buah dadanya yang luar biasa indah ini.

“Aya… Ahh…. Ngg… Kusugattai….” Entah apa artinya.

Aku tidak henti-hentinya meremas buah dadanya. Sangat ranum dan lezat, sudah pernah kurasakan sendiri. Dan aku sudah tidak tahan lagi. Aku berusaha mendorong Kyoko untuk telungkup di tempat tidur. Tubuhnya menurut begitu saja, dan dia menyerah. Tanganku masih menggenggam buah dadanya, dan aku masih ingin tetap begitu. Aku menciumi lehernya dari belakang, dan dia menyerah begitu saja.

Karena posisi telungkup agak susah untuk tanganku bermain di payudaranya, aku memutuskan untuk berpindah ke tempat lain yang tidak kalah menariknya.

Aku mencoba membuka resleting rok Kyoko secara perlahan, dan Kyoko tampak menunggu, selanjutnya apalagi yang akan kulakukan padanya. Aku menurunkan Roknya, dan dia membantuku dengan menggerakkkan kakinya agar tidak menghalangi. Area kewanitaannya ditutupi oleh celana dalam yang serasi dengan BH nya tadi, tapi tak lama kemudian, aku yang terburu-buru membukanya juga.

Lalu kuremas dan kucium pantatnya. Yang lembut, indah, dan sangat halus. Aku ingin merasakannya selamanya. Saking empuk dan lembutnya, aku ingin membenamkan wajahku disana. Bisa kurasakan nafas Kyoko masih terdengar berat, dia pun memendam sesuatu, tetapi menunggu stimulasi dariku.

Sambil aku mempermainkan pantatnya, tanganku bergerak ke depan dan mencoba meraba daerah kewanitaannya. Damn. Sudah basah. Sudah lembab, sudah siap untuk melakukan kegiatan selanjutnya. Tapi tampaknya terlalu buru-buru. Aku ingin mempermainkannya, aku ingin merambah dan menjelajahi badannya terus menerus. Aku benar-benar terbius oleh keseksiannya yang semakin terpancar lewat gerakan canggungnya dan senyumnya yang manis, walaupun dalam posisi tidak nyaman seperti itu. Sesekali ia memang melirikku yang sedang mempermainkan dan menciumi pipi pantatnya. Dia tampak malu-malu melihatku dari sudut mata. Feromonnya entah kenapa tercium kuat dimana-mana. Sehingga kadang aku kelimpungan sendiri, bagian mana lagi yang harus kujelajahi. Tampaknya sudah kujelajahi semuanya, namun serasa kurang.

Kyoko mendadak beringsut otomatis, berubah posisi dari telungkup menjadi telentang. Tampaknya dia sesak dalam posisi seperti itu, terlebih karena ukuran buah dadanya yang mengganggunya dalam posisi telungkup. Aku memutuskan untuk menghampirinya dan menciumnya. Tapi tidak dengan jariku. Jariku tetap tinggal disana.

Jariku tetap meraba area kewanitaannya, berusaha mencari titik sensitif di tengah kulit dan dagingnya yang lembut. Jariku bermain, mencoba membelainya, mengelusnya dan bermain-main dengan nakalnya. Kyoko menikmatinya, terbukti dari desahannya yang tertahan oleh ciumanku.

Kami beradu nafas, beradu lidah dan bibir. Ciuman kami sungguh panas. Bibir kami saling memagut, beradu, dan basah oleh liur kami berdua. Lembut bibirnya membiarkanku masuk ke dalam dirinya lebih dalam lagi. Atau lebih tepatnya jariku. Jariku dengan nakal berusaha masuk dan menstimulasinya dari dalam.

"Nggg....." Kyoko merintih pelan di dalam ciumanku, saat jariku memasuki lubang vaginanya. Jariku terasa basah, terasa licin di dalam sana. Terasa hangat dengan nyamannya, organ tubuh yang membungkus jari tengahku itu. Aku lantas bergerak maju mundur, memainkan jariku dengan menyentuh dinding vaginanya.

"Nnngg... Ahhh...." Kyoko melepas ciumanku dan memilih untuk mengeluarkan desahannya dengan lepas. Mumpung tidak ada siapapun di rumah, mungkin. Aku semakin liar menggerakkan jariku maju mundur, mencabulinya dengan segala rasa cintaku padanya. Aku kembali meraih bibirnya, tanganku yang bebas lantas memeluknya dan meremas badannya. Kyoko menutup matanya, menerima semua rangsangan yang membuatnya kepayahan malam itu.

"Mmmmnnn....."
Aku terdiam mendengar rintihannya.
"Mmnnnn... Mnnn..."
Nafasnya semakin berat dari waktu ke waktu.
"Mmmm......."
Badannya tampak menegang.

Dia melepas lagi ciumanku. "Aya... Unnhh..... Yamete...." berhenti?

Aku melepas jariku dari dalam lubang vaginanya. Kyoko tampak kepayahan oleh gerakan jariku tadi. Mendadak ia memelukku dan membisikiku.

"Sowwy... So Ticklish... Kusugattai ne...." Oh rupanya kusugattai itu geli.
"It's okay" aku mencium keningnya dan lantas meremasnya dalam pelukanku.

"Shall we?" bisikku lagi, tak sabar melanjutkan malam ini. Kyoko hanya mengangguk pelan. Aku tidak akan menstimulasinya menggunakan jariku lagi. Aku siap. Aku lantas memeluknya dan berusaha membalik badannya agar memunggungiku sambil tiduran. Spooning. Aku suka posisi ini, karena aku bisa memeluk perempuan itu dari belakang dan menciumi bau rambut mereka. Kyoko berbalik, dengan tubuh telanjangnya yang indah, walau masih memakai stoking berwarna gelap di kakinya. Entah mengapa dia terlihat sangat seksi dalam kondisi seperti itu.

Kyoko sudah membelakangiku, dan aku memeluknya dari belakang. Satu tanganku mencoba meraih pahanya, dan sedikit membukanya. Dan aku berusaha memasukkan penisku dari belakang, perlahan, menuju lubang vaginanya yang lembut dan basah.

"Ahh..... Aya...." bisiknya keenakan. Aku lantas langsung menggerakkan pantatku dengan perlahan, menumbuk pantatnya dengan nyaman.

"Unng.... Uh.... Ahh........." Kyoko merintih seiring gerakanku menggagahinya. Aku memeluknya sambil menciumi rambutnya, rambut yang wangi dan bersih itu. Aromanya luar biasa. Aku terhanyut, dan dengan tidak sadar menciumi bagian belakang kepalanya. Penisku terus bergerak dengan lambat namun pasti. Kyoko pasti merasakan nikmat yang luar biasa, terbukti dari rintihannya yang meraung di telingaku.

"Aah.... Dame... Dame..." suaranya terus bergema di telingaku, memberikan stimulasi yang membuatku bersemangat untuk terus menggagahinya. "Aya..." bisiknya.
"Yes?" balasku sambil berkonsentrasi terus memompakan penisku ke dalam vaginanya.
"Daisuki..." senyumnya dengan manis, sambil mengeluarkan nafas-nafas berat yang penuh nafsu. Dia tampak malu mengatakan itu kepadaku, tapi dia pasti sudah tidak tahan lagi ingin mengeluarkan ekspresinya di hadapanku. Aku tersenyum mendengarnya, aku lebih fokus menggerakkan penisku untuk memberinya kenikmatan.

"Uuuhhh...."

Rintihnya keenakan, dan gerakanku juga semakin mudah. Dinding vaginanya sudah sangat basah dan licin, sambil memijat penisku dengan gerakan-gerakan alami yang hadir karena terangsang olehku. Reaksi badannya sungguh gila. Dia bahkan beberapa kali seperti bergetar, layaknya hampir orgasme saat penisku masuk dalam-dalam. Aku terlena dalam nikmat yang kurasakan, rasanya seperti penisku masuk ke dalam lubang licin yang elastis dan sempit. Dan pemilik lubang itu bergerak dengan responsif, bergoyang sesuai dengan irama diriku.

Pahaku beradu dengan pantatnya, menimbulkan suara yang menggoda, ikut bergema bersama rintihan, desahan dan suara-suara seksi itu membuatku semakin tak kuasa menahan pegal. Pegal yang timbul karena aku menahan spermaku agar tidak cepat keluar.

Aku mencoba mengalihkan perhatianku dengan semakin erat memeluknya, aku memeluk badannya, dan menggenggam tangannya, sambil terus memompakan penisku ke dalam vaginanya dengan gerakan yang semakin lama semakin kencang.

"Nnggg... Aya...." rintihnya dalam kenikmatan.

Aku merasakannya. jepitan lubang vaginanya terasa semakin kencang, tetapi semakin licin. Badannya sudah mulai mengeras. Menegang. Bersiap. Aku memeluknya dengan kencang.

"Uhhh....." mulai bergetar.
"Ahhh... Aahh.... Aaaaaaa......" suaranya bergetar saat ia menggelinjang dengan hebatnya. Pastilah stimulasi dari awal tadi membuatnya merasakan kenikmatan yang amat sangat dalam waktu yang tidak terlampau lama. Semuanya terasa tepat, apalagi tubuhnays ekarang sedang menggelinjang di pelukanku, dengan aku yang tak henti-henti menggerakkan penisku. Penisku terasa semakin kaku, mendapatkan stimulasi gerakan badannya yang menggelinjang tak tentu arah.

"Aya... " bisiknya dalam gelinjangnya. "Yamete.... aaahh...." tampaknya sudah semakin geli dan reaksi badannya semakin gila. Ia bergetar tak keruan di dalam pelukanku. Aku mencabut penisku perlahan dari lubangnya yang licin itu.

"Unnhhh........." leganya saat penisku keluar, dan selanjutnya nafas yang berat dan tubuh yang terkulai hadir dalam pelukanku. Nafasnya terengah-engah, penuh dengan rasa lega. Namun disinilah kekurangannya posisi seperti tadi. Aku belum mencapai orgasmeku. Kyoko tampak sudah lelah oleh kegiatan tadi, dan pasti tadi siang dia sudah melakukan kegiatan-kegiatan di cafe. Aku lantas bangkit, dan menciumi bibirnya dengan lembut.

"Aya... You haven't..." bisiknya.
"It's okay.."
"No... no.. No Okay...." Kyoko mendadak mendorongku, agar aku tiduran telentang di atas futonnya. Dia lalu mencium bibirku dengan lembut, dan tangannya lalu menggenggam penisku dengan nikmatnya.

"Mmmh...." rintihku saat dia mulai mengocok penisku perlahan, naik turun dengan gerakan yang luar biasa nikmat. Kami berdua berciuman dengan lembut, dan Kyoko yang mungkin sudah lemas, menstimulasi penisku dengan tangannya. Dia tampak tak ragu menggenggamnya, walaupun bisa kulihat dia agak malu melakukannya, terlihat dari raut wajahnya saat dia menciumiku.

Dia bersimpuh di kakinya, menciumku dengan penuh cinta, sambil terus menggerakkan tangannya melingkari penisku. Kocokannya pelan namun pasti. Aku hanya berbaring saja sambil fokus menciumnya.

Tak lama setelah itu, aku mulai merasakan geli di perutku.

"Mmh.. Kyoko..." desahku melepas ciumannya. Kyoko lalu bersandar kepadaku dan terus mengocoknya dengan penuh cinta.

"Uhg.." aku menegang. Spermaku mengalir deras dan membasahi tangannya. Kyoko melepas ciumanku dan mencium pipiku. Dia tampak ingin bangkit untuk bersih-bersih. Tapi aku menahannya. Aku menciumnya lagi perlahan, dan membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukanku.

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

untitl10.jpg

Aku terbangun, mendapati Kyoko yang tidur dengan manisnya di sebelahku. Aku telanjang bulat, terpaku di dalam ruangan itu, dan sekarang aku berusaha mencari bajuku yang entah bertebaran dimana. Kyoko tidur dalam daster tidur yang lucu, meringkuk dengan manisnya di balik selimut.

Aku meraih celana dalamku setelah berhasil menemukannya, memakainya dengan repot, dan mencari celana jeansku. Akhirnya dapat juga. Tinggal yang terakhir. T-Shirt ku. Untuk ke WC saja repot sekali tampaknya. Ah, akhirnya ketemu. Aku lantas mengendap, menyelinap, dan keluar dari kamar itu.

Pukul 3 pagi.

Aku dengan cepat menyelesaikan keperluanku di WC. Aku tidak tahan berada di suasana dingin sedingin ini. Aku langsung menyelinap kembali ke kamar Kyoko, dan melihat dirinya masih terkulai dengan manisnya di balik selimut.

Aku melepas kembali celana jeansku dan menyelam kembali ke balik selimut.

"Ngg?" Kyoko terbangun karena merasakan gerakanku. "Aya? Wake up?"
"No, I just came back from bathroom"
"Ah... Sleep again, still dark" bisiknya.

Aku lantas berbaring dengan lemahnya di samping Kyoko. Berbaring dengan bodohnya. Aku melihat punggungnya yang membelakangiku, dan auranya yang membuatku nyaman berada di kamar ini. Aku menerawang melihat dirinya, terkulai dengan manisnya, menggoda diriku.

Aku langsung memeluknya dari belakang, dengan sangat erat.

"Mmm? Aya? What happen?" dia kaget.
"......" aku terdiam dan memeluknya semakin dalam. Entah mengapa aku mendadak takut akan kepulanganku ke Jakarta.
"Aya?" Kyoko tampaknya bingung karena aku memeluknya dengan perasaan yang penuh, perasaan yang galau. Aku merasa tidak tenang akan masa depan kami berdua sepulangnya nanti aku dari Jepang.

"Aya? you squezze me........ Itai ne..." oh, mungkin pelukanku memang terlalu kencang.
"Kyoko..." bisikku sambil mengendurkan pelukanku.
"Nani?"

"I don't want to go home...."
"But you have sleep here tonight. You have to go home to Yokohama in morning" bukan itu maksudku. Bukan maksudnya aku ingin bergumul dengannya lagi dan tidak pulang ke tempat Ilham.

"I don't want to go back to Indonesia"
"Nani? Ano.... Ah.. You have to.. It's your home"
"You're my home" bisikku dengan egois.
"Aya...." muka Kyoko tampak khawatir dari sepenglihatanku.
".........."
"You have to go to Indonesia again.."
"No"
"Naze?"

"I don't want to leave you" suaraku berat. Entah kenapa aku tidak ingin melepas pelukanku.
"Aya.... " Kyoko berbalik menghadap ku, dia lalu melingkarkan tangannya di leherku, dan masuk dalam pelukanku.

"I want to be with you...." bisikku sambil melihat matanya tajam.
"Me too"
"That's why I don't want to go home to Jakarta" paksaku dengan egois.

Muka Kyoko terlihat sangat bingung. Dia tahu itu tidak mungkin. Dia tahu itu bodoh dan egois. Tapi terlihat bahwa dia sepertinya menginginkan hal yang sama. Dia mencium hidungku dengan lucunya, dan kembali menatap diriku lekat-lekat.

"Listen Aya... We can be still together... Netto to Line... Ok?" senyumnya dengan muka sedih seperti menahan tangis.
"But... I want you.."
"I want yu too"
"And I don't want to go..." mukaku seperti bergetar, seperti ingin meraihnya dan masuk ke dalam tubuhnya.

"Aya... I will remember you even after you go to Jakarta... We're still Aya and Kyoko together, even if you not in Japan anymore, oke?" senyumnya dengan manis, seperti ingin meredakan emosiku."And we will meet again, yakusoku?" mendadak ia mengacungkan jari kelingkingnya ke arah mukaku.

"Yakusoku?" tanyaku.
"Promise?" senyumnya dengan manis.
"......"

Aku mengulum bibirku, memikirkan banyak hal kedepannya. Tapi satu yang kuyakini, aku ingin ada Kyoko di masa depanku.

"Okay... Promise" jawabku sambil mengaitkan jari kelingkingku di jarinya.

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Naah, that's not going to happen
beneran gw penasaran bakal lo apain seluruh scene yg melibatkan si anchor.
sayang banget kalo semuanya ilang, trus klo diganti apa bisa semantap sebelumnya... soalnya, di MDT sesi ama si anchor yg jadi badai terdahsyat, bahkan sesi Stefan ama Chiaki aja jadi terasa gak ada apa-apanya.

Race, asli penasaran gw.
walau gw yakin apa pun yg lo bikin gak bakal bikin kecewa..

salut. :beer:
 
Om @racebannon, bener2 hebat, yg tadi aja belon kelar dibaca.
Update udah datang lagi, saya menjadi terhibur di sore yg melelahkan ini.:ampun:

Terima kasih Om race.:semangat::mantap:
 
Om @racebannon, bener2 hebat, yg tadi aja belon kelar dibaca.
Update udah datang lagi, saya menjadi terhibur di sore yg melelahkan ini.:ampun:

Terima kasih Om race.:semangat::mantap:

ya gimana? cuman tinggal copy paste aja kok. paling nyesuain gambar doang. cerita ini pernah tamat disini dan saya minta hapus karena alasan-alasan tertentu, yang pasti banyak orang udah tau kenapanya. Udah gitu saya mau beresin ini cepet-cepet walau cuman copy paste edit doang.
 
ya gimana? cuman tinggal copy paste aja kok. paling nyesuain gambar doang. cerita ini pernah tamat disini dan saya minta hapus karena alasan-alasan tertentu, yang pasti banyak orang udah tau kenapanya. Udah gitu saya mau beresin ini cepet-cepet walau cuman copy paste edit doang.

Masalahnya Om Race yg dulu baru sebagian terus keburu hilang dari peredaran.

Tapi tetap Om, Terima kasih banyak jadi bisa mengikuti lagi ceritanya.
 
Bimabet
MDT SEASON 1 - PART 24

------------------------------------------

untitl10.jpg

Sarapan? Sudah. Mandi pagi? Terlalu dingin rasanya untuk itu, tetapi sudah kulakukan, hanya sedikit membilas dan menyabuni diriku saja di shower, walaupun orang Jepang tidak biasa untuk mandi pagi. Pagi-pagi sekali aku akan pulang lagi ke tempat Ilham. Hari minggu yang dingin dan cerah di Mitaka. Aku memakai sepatuku sambil ditunggui Kyoko yang selalu tersenyum kecil melihatku.

"Ready to go" sahutku sambil tersenyum. Kyou-Kun sudah sibuk di café, mempersiapkan buka hari ini. Walaupun sekarang tanggal 25 Desember, tapi tetap saja, karena hari ini bukanlah hari libur di Jepang, semua tetap buka, kecuali kantor-kantor atau toko yang memang libur panjang.

"Ah, wait..." Kyoko sepertinya lupa akan sesuatu, lalu dia mendadak bergegas ke dalam, entah ke mana. Mungkin ke kamarnya kembali. Tak lama kemudian dia kembali dengan satu kantong kertas berukuran sedang di tangannya.

"What's this?" tanyaku.

"For Aya" senyumnya kecil sambil memberikannya kepadaku.

"Wow... haha.." aku membukanya dan disitu terdapat sebuah syal yang tampak hangat, berwarna hitam polos. Sudah pasti cocok dipakai dengan baju apapun. Aku mengeluarkannya dan lantas mencoba memakainya. Kyoko maju dan membantu memakaikannya. Mataku tiba-tiba terpaku pada satu detail di syal tersebut.

Ada bordiran huruf, kecil, hampir tidak terlihat. Huruf latin berwarna abu-abu. "A + K" dan ketika aku menatap Kyoko untuk bertanya, ia tampak malu dan mengulum senyumnya.

"What's this?" tunjukku ke huruf itu, pura-pura bodoh.
"Atashi to anata..." bisiknya. Aku dan Kamu.
"Aya plus Kyoko?" tanyaku sambil senyum.

Kyoko mengangguk sambil senyum. Senyum termanis di pagi ini.

Mendadak Kyoko maju dan mencium lembut pipiku. "Merry Kurismas Aya.." bisiknya. Aku membalas senyumannya dan mengacak rambutnya.

"Thank you... But.. I don't have any present for you..." ya, aku tak mempersiapkan hadiah natal apapun untuk Kyoko.

"Don Worry... Aya wa, this year kurismas present for me..." dan tangannya bergantung di syalku. Aku menatapnya. Bagi dia, aku adalah hadiah natalnya untuk tahun ini.

Lucky me.

------------------------------------------

maxres13.jpg

"Selamat Natal Fan!" seruku di grup Hantaman, yang judul grupnya sudah kembali lagi seperti semula.

"MAKASIH!!!!" jawabnya dengan antusias.
"Tinggal si Bagas doang yang belom ngasih selamat ke gue!" lanjutnya di grup.
"Percuma dia ga akan ngomong juga" sahut Anin.
"Tu anak kenapa sih, udah tujuh taun loh tetep aja ga akrab sama kita" keluh Stefan di grup.

"Biarin aja napa" jawab Anin.

"Eh... Elo pasti ngapa-ngapain nih malem natal sama cewek Jepang itu ya Ya?" mendadak Stefan lompat topik.

"Apa sih" jawabku.
"TUH"
"apaan"
"UDAH LAH BURUAN BALIK SINIIIII.... Disana lo mabok memek mulu pasti" candanya kasar.

"Ya kan jumat malem gue balik..." sahutku.
"Sampe sininya jam berapa?" tanya Sena.
"Kayaknya pas malem minggu"
"Lama amat Bang?"
"Emang transit di KL nya lama" jawabku.
"KL apaan bang?" tanya Sena polos.
"KONTOL LEMES" sahut Stefan.
"******... Kuala Lumpur Sen" selaku.

": ))))))))))))" tawa Anin.

"Ah, kangen becanda beneran ama kalian" aku lantas melemparkan diriku ke kursi yang mendadak kosong di kereta, perjalanan ke Yokohama itu.

"Bohong" balas Stefan.

"Masa bohong <3" aku membalasnya.
"Itu foto baru lu upload tadi pagi ya?" mendadak Anin bertanya.
"Foto yang mana?" tanyaku.
"Yang di restoran, Christmas dinner?" tanya Anin.

"Ho oh"

"Hah... udah kayak orang mau nikah aja lo bedua di foto2nya" sahut Anin.
"EH LO MAH IRI AJA, KUNYUK" ledek Stefan.
": ((((" balas Anin singkat.

Aku tersenyum melihat dinamika mereka. Jika ada salah satu faktor yang bisa membuatku tetap ingin pulang ke Jakarta, merekalah salah satunya, selain adikku dan ibuku.

Dan kini aku melamun, memperhatikan gedung-gedung dan rumah-rumah yang bergerak ditinggalkan kereta yang membawaku untuk ke Yokohama ini. Apalagi yang harus kulakukan dalam sisa hariku? Tinggal Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat Siang. Flight ku jam 11.00 malam waktu Tokyo. Haneda. Sampai ke Kuala Lumpur pagi hari, lalu baru flight lagi jam 5 sore waktu Kuala Lumpur. Gila, nanti di Kuala Lumpur ngapain?

Entahlah. Lebih baik aku memikirkan sisa hariku. Sebenarnya hutangku tinggal satu, yakni oleh-oleh untuk Ai. Dan sampai sekarang aku bingung juga, akan membeli apa. Kalau ditanyakan lagi, pasti jawabannya "Terserah mas aja". Jadi ya sudah, terserah aku saja. Dan aku sudah bertanya ke Kyoko, kapan aku akan bisa menculiknya lagi dari café.

Rabu, ia bilang. Jadi baiklah, rabu itu akan kumanfaatkan untuk mencari oleh-oleh untuk Ai di Tokyo Solamachi, sesuai dengan saran Ilham.

------------------------------------------

dsc05710.jpg

"So?" tanya Ilham sambil memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci. Kami sedang mencuci pakaian di coin laundry.

"Apanya yang so?" tanyaku malas, dan aku sedang melakukan hal yang sama.
"Kemaren gimana malem natalannya"
"Kepo amat sih jadi cowok" ledekku.
"Biarin, gue sering ditanya-tanya tau....." keluh Ilham sambil memasukkan koin ke dalam mesin cuci.

"Siapa yang nanya?" tanyaku balik.
"Anak-anak kuliahan lah"
"Cewek-cewek yang dulu ngefans sama gue ya"
"Cowok-cowok tau"
"Kok gak pada nanya di grup wassap aja"
"Itu bukan ngegosip namanya kalo nanya langsung" seringai Ilham sambil duduk di kursi tunggu, dan ia meraih majalah dalam bahasa Jepang yang sudah agak lecek.

"Haha, siapa aja yang nanya?" aku duduk di sebelahnya sambil membuka handphone.

"Siapa ya? Bram pasti, kepo banget dia, terus Rendy, sama siapa lagi ya?"

"Ngomong-ngomong Rendy, gue bulan lalu ketemu Anggia di Bali" celetukku.
"Haha, kecengan abadinya Rendy..."
"Iya, tau deh tu anak masih suka ama Anggia gak sekarang"
"Anggia kan udah punya pacar? Di IG kayaknya hot bener bedua tuh" komentar Ilham.
"Kepo amat sih kalian cowok-cowok" ledekku.
"Hiburan tau, apalagi ini kan anak-anak kuliahan sendiri" jawab Ilham tanpa memalingkan matanya dari majalah.

"Yah... tapi Anggia emang selalu jadi eye candy ya buat kita dari dulu..."
"Banget Ya... coba aja lo liat fotonya kalo lagi ngegym atau yoga di IG"

"Genit amat lo pada"
"Orang cantik..." jawab Ilham pelan.
"Apalagi rambutnya jadi pendek sekarang kan, gue yakin pasti makin banyak yang penasaran kalian-kalian" komentarku.

"Kalo gue sih kurang suka, tapi yang laen emang pada rame" jawab Ilham.
"Tapi kayaknya bakal kawin ama cowoknya yang sekarang"
"Kok mikir gitu Ya?" tanya Ilham.
"Ya dia udah umur berapa sekarang? 28? 29? Udah umurnya kali, pasti bosen dia dari dulu kan pacaran ga pernah awet sama cowok-cowoknya. Sekarang kayaknya bakal awet, kan waktu di Bali cowoknya ada juga" jelasku panjang.

"Gak heran sih..." senyum Ilham tipis.
"Lo kuliah disini emang ga ada cewek yang nyantol BTW?" tanyaku mendadak.
"Gantian sekarang dia yang kepo"
"Biarin hahaha...."

"Engga ada, males pacaran, guenya sibuk sana sini, tar aja kalo dah balik ke Indonesia, langsung kawin aja..."

"Ta'aruf gitu ya bro.." komentarku.
"Ga segitunya juga kali, cuman kalo ada yang emang cocok, gue langsung aja... Ga usah pake pacaran lama-lama... Tar ribet kayak si itu tuh..." Ilham mendadak berpikir keras.

"Oh gue tau kayaknya ini mau ngomongin siapa" jawabku.
"Nah iya, dia waktu pacaran sama si Adine liat deh... Kacau gitu nempel terus, sekarang, kawinnya ama orang lain..." komentar Ilham.
"Dia kawinnya ama sepupu gue Ham" seringaiku.

"Loh..."
"Elu kuper sih..."
"Enggak, gue gak tau dokter yang dia kawinin itu siapa, taunya sepupu elo???" tanya Ilham kaget.

"Kan kenalan pertamanya gara-gara dia ke rumah gue ngambil piringan hitam pesenannya, terus sepupu gue itu ada di rumah, kenalan deh...." Senyumku.

"Hooo......."
"Sempit ya dunia Ham?" tanyaku retoris.

"Banget"

------------------------------------------

image10.jpg

Oke, rabu sudah ada rencana, ke Tokyo Skytree bersama Kyoko. Dan aku sekarang stuck, memikirkan Senin, Selasa dan Kamis yang tersisa di agenda Jepangku.

Manggung? Sudah. Jalan-jalan kemana-mana bersama Kyoko? Sudah. Jalan-jalan sebagai turis sendiri maupun Ilham? Sudah. Ke kampus Ilham? Sudah. Syuting video klip? Sudah. Jujur saja aku kehabisan ide. Rasanya tidak enak mengganggu kegiatan Kyoko dan Kyou-Kun di café itu. Walau aku pasti akan mampir di hari-hari itu sekedar makan siang/malam disana. Atau juga berjalan ringan dengan Kyoko di kala istirahat siang.

Masih entah. Aku masih fokus tidur-tiduran sore itu di apartemen Ilham. Dan seperti biasa Ilham sedang fokus di depan komputernya, mengedit video-video yang entah itu proyekan atau project kuliah.

"Bosen" rengekku ke Ilham.
"Pacaran gih sana" balasnya tanpa melihatku sama sekali.

"Tadi malem kan udah, duh, senen, selasa, kemis gue ga ada kerjaan nih..." pusingku.
"Lo pacaran aja sana"
"Bah itu mulu jawaban elo" keluhku.

"Abis apaan lagi hahahaha......." Ilham tertawa dengan puas. Memang suasana malam ini agak lambat. Aku dari tadi tidur-tiduran sambil membalasi grup Hantaman, chatting dengan Ai dan memberi kabar pada ibuku. Tak lupa sekedar memberi emoticon-emoticon mesra ke Kyoko yang pasti ia balas walau lama.

"Gue gak enak aja kalo gangguin kerjaan dia ama kakaknya Ham"
"Jiah curhat dia"
"Ye malah diledek" tawaku dalam kesal.
"Abis situ kayak ABG" ledeknya.

Memang. Tak salah. Sudah lama aku tidak merasakan hati berbunga-bunga seperti ini. Rasanya seperti kembali muda. Tendang angka 0 dari usia 30 ku. Dan tambahkan angka 1 di depan. 13 tahun. Seperti berada di umur itu lagi rasanya. Berjuang memberikan kesan baik kepada wanita pujaan hati. Berhati-hati dalam bersikap dan berbicara. Tak lupa sok perhatian agar dia selalu merasa kalau kita ada untuknya. Itulah yang kurasakan ke Kyoko sekarang. Gila. Giliran terbang ke Negara lain, ketemu yang ginian.

Kenapa tidak bisa kurasakan dengan Karina? Atau bahkan Kanaya? Memang aneh rasanya.

Dengan Karina, aku merasa bosan. Bosan dengan segala keluhannya dan sikap perfeksionisnya yang mengerikan. Dengan Kanaya, aku merasa seperti teman saja. Tidak ada rasa bersemangat yang menggebu seperti Kyoko sekarang.

Ah sudahlah. Aku disisi yang lain masih pusing bagaimana nanti jadinya aku dan Kyoko setelah aku pulang ke Jakarta nanti. Sekarang aku pikirkan dulu saja kegiatan untuk Senin, minimal, agar waktuku tidak terbuang percuma disini.

Kembali lagi akhirnya ke handphoneku. Sudah lama tidak mengobrol panjang dengan adikku sendiri.

"Lagi ngapain liburan gini ?" sapaku mendadak.
"Lagi males-malesan di rumah, ama Mama abis beberes" jawabnya dengan cepat.
"Gak pacaran?"
"Males, aku mau istirahat di rumah aja"
"Gak diajakin jalan? Tanyaku.
"Diajakin, tapi males sumpah...."
"Haha..."
"BTW Mas makin mesra aja keliatannya" balasnya.
"Biasa aja ah"
"Dibawa kan ke Jakarta? Oleh-oleh menantu buat Mama?" candanya.

"Hus"
"Hahaha.... Lucu sih, Mas Arya ke Jepang malah dapet pacar... " sepertinya suasana hatinya sangat senang.

"Pengen deh kapan kesini lagi ngajakin kamu"
"Mauk :3" jawab Ai singkat.
"Kapan cuti?"
"Emang ada duit?" tanyanya.
"Tabungan liburan abis blas disini loh... Gawat..." keluhku.
"Emang gak nutup gitu hasil jual single di iTunes?" tanyanya polos.
"Belom nutup laaaahhhh... Gila, baru juga rilis berapa hari kemaren...." Jelasku.

"Enak banget ya si Kyoko itu, tau-tau dapet pacar mendadak yang datang entah dari mana" mendadak Ai melanjutkan ke topik itu. "Aku juga mau kalau tiba-tiba ada cowok kayak Mas Arya gitu yang dateng entah dari mana terus nembak aku... Kawin deh gak usah pake lama"

"Curcol nih ye" ledekku.
"Abis akhir-akhir ini cowok-cowok lagi pada gak asik....." keluhnya.
"Dibikin asik dong, tuh Hantaman kan ada yang masih nyisa"
"Gak mau ama mereka."
"Sena kalo gitu?" tanyaku bodoh.

"Ih bocah banget dia mah... Udah deh.. Aku Cuma mau yang orangnya gak ribet, gak sensian, gak cuek, simple, care, dewasa, ga pecicilan, bijak, lurus, manis, berhati besar, apa lagi ya...." Balasnya panjang sekali.

"Kamu nyari pacar atau nyari dewa buat dijadiin sesembahan sih?"
"Ngek" balasnya konyol.
"Dah kamu nyusul sini aja, kenalan sama Kyoko, kayaknya kalian bakal cepet akrab"
"Hebat, seakan-akan pergi ke Jepang itu kayak pergi ke Dharmawangsa" ledek Ai.
"Deket amat Dharmawangsa"

"Haha, keinget soalnya masih kebayang-bayang kawinannya Mbak Dian... Aku tuh pengen kawin kayak gitu, sederhana aja, yang dateng dikit, tapi mereka masih pake pelaminan ya? Aku kalo kawin gak pengen pake pelaminan loh... Kayak orang bule gitu walau bajunya masih tradisional"

"Kamu kok jadi ngelantur sih ?" balasku.
"Efek kangen ya gini"
"Kangen beneran emang?" tanyaku lagi.

"Udah mau sebulan tau situ ngilang, biasa ada yang suka tengah malem mendadak ngabisin makanan di lemari es :p" ups. Biasanya memang kalau habis menghisap hasil olahan tumbuh-tumbuhan itu kan memang suka mendadak jadi lapar.

"Jadi makanan gak ada yang ngabisin?"
"Abis sih :p"
"Kok inti kalimat kamu jadi gak ada gitu sih dek...-_-" bingungku
"Kan udah aku bilang kangen"
"Kalau aku bilang aku kangen juga jadi ngurang gak kangennya?" balasku.
"Enggak, malah makin kangen :p"
"Wkwkwk..."

"Ih, kayak Stefan, kalo iseng ngewassap aku suka pake wkwkwkwkwkwk, geli ih."
"Jangan di geli-geli, ntar kamu jadi suka" ledekku.

"Ih males... Gak suka aku sama cowok genit kayak dia, tatonya sebadan badan lagi... Mama pernah ngomentarin dia, katanya, itu orang apa kanvas ya, sebadan-badan lukisan"

"=))"
"Ih Cuma ketawa doang balesnya"
"Gitu-gitu baik banget loh orangnya" aku membela Stefan.
"Mentang-mentang dibeliin gitar ama dia terus melempem" ledek Ai.

"Itu bukan dibeliin, dia gantiin gitarku yang patah..."
"Oh iya lupa, tuh kan nyebelin kan dia.....>_< "
"Yah...." Aku menyerah. "Yaudah, aku tidur nih..."
"Masih siang kali mas..." komentarnya.
"Udah sore disini, ngantuk aku mau bobo-bobo lucu"

"Yee..."

Aku berpindah saja ke Kyoko, dan memberinya pesan singkat lewat Line.

"Hi.. I'm tired today, and I can't wait for Wednesday"
"Hi Aya ^-^ Please rest, cant wait to see you"
"I miss you already" balasku

"I miss you to. Always"

Always.

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd