Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 1 (racebannon)

Menurut Kalian, Siapakah "Bastardverse" Best Couple?

  • "Aku" & Dian (The Lucky Bastard)

    Votes: 12 7,5%
  • "Aku" & Nica (The Lucky Bastard)

    Votes: 2 1,3%
  • "Aku" & Anggia (The Lucky Bastard)

    Votes: 41 25,8%
  • Arya & Kyoko (Matahari Dari Timur)

    Votes: 51 32,1%
  • Anin & Zee (Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%
  • Stefan & Semua yang dia tiduri (Matahari Dari Timur)

    Votes: 23 14,5%
  • Amyra & Dipta (Amyra)

    Votes: 6 3,8%
  • Gilang & Saras (Penanti)

    Votes: 2 1,3%
  • Gilang & Tara (Penanti)

    Votes: 3 1,9%
  • Bryan & Tika (Amyra)

    Votes: 1 0,6%
  • Rendy & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 14 8,8%
  • Adrian & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%

  • Total voters
    159
  • Poll closed .
MDT SEASON 1 - PART 25

------------------------------------------

Sore yang menuju gelap. Aku sedang ada di Chinatown, di Yokohama. Katanya, ini Chinatown yang paling besar di Jepang. Banyak aku mengambil foto disini, dan makan beberapa jajanan yang khas negeri Tiongkok sana, rasanya bahkan seperti bukan di Jepang.

3201_010.jpg

Aku tak lupa mengirim beberapa foto ke Kyoko, hasil perjalananku di Yokohama ini, beberapa tempat yang menarik aku kunjungi sendiri. Aku sengaja tidak berkunjung ke Mitaka hari ini. Tak adil rasanya terus mengganggu mereka dan pekerjaan mereka. Lebih baik aku sendiri dulu, menabung kangen ke Kyoko yang nanti akan kutemui lusa.

"So cool, aya ^_^" balas Kyoko setelah aku mengirimkan foto-fotoku di Chinatown.
"Have you been to Chinatown?"
"Long time ago... cant remember when" jawabnya.
"Next time go with me"
"Of course want, Aya :3"

Aku tersenyum sendiri melihat balasan-balasannya. Mungkin hal seperti inilah yang nanti aku akan hadapi jika aku sudah pulang nanti. Balasan-balasan lucu penuh emoticon dari Kyoko di media sosial. Dan lucunya aku sampai sekarang belum tahu alamat Facebook, Instagram atau twit**ternya. Aku sudah mencoba mencarinya dengan konyol lewat handphoneku. Tapi terlalu banyak nama Kyoko Kaede di Jepang.

Dan akibatnya aku makin tak sabar menunggu lusa.

------------------------------------------

image10.jpg

"Yooo...." Sapaku saat masuk ke apartemen Ilham.
"Eh..." Ilham tampak sedang pusing, di depan computer.
"Sibuk?"
"Iya, ini ada grup project, susah banget, karena ada 4 kepala yang ngerjain.... Jadi ide-idenya clash semua" jelasnya dengan muka mengkerut.

"Oh..." jawabku sambil membuka jaket kulit dan mulai berbaring bodoh di futon.

Ah. Besok sudah selasa. Tinggal Rabu, Kamis yang bisa dimaksimalkan. Besok pun aku tidak ada kegiatan yang pasti. Tadi Anin memaksaku untuk pergi ke Bandai Museum. Tapi karena sangat jauh di Tochigi sana, aku menolak walau ia merengek kepada diriku.

Jadi besok apa? Apakah jalan-jalan sendirian tidak jelas dan malamnya ke Kyoko? Atau tidak ke Mitaka, karena Rabu, seharian itu kami akan kencan dari jam makan siang sampai malam? Masih belum jelas. Sejak bertemu Kyoko, aku jadi tidak bisa membayangkan kegiatan lain selain ke Mitaka atau berkencan dengannya. Dan akhirnya aku bisa bosan juga disini. Untung ini minggu terakhirku.

"Ham..." tegurku.
"Ya?"
"Besok lu free gak?" tanyaku malu-malu.
"Free kalo selasa mah"
"Oh.."
"Kenapa? Keliatannya udah mulai abis ide ya mau ngapain..." tebaknya
"100 buat Ilham"
"Udah besok temenin gue aja bangun siang..."
"Terus?"
"Temenin gue belanja aja di sekitar stasiun"
"Belanja apaan?"
"Sabun, deterjen, dan lain-lainnya... hahaha" jawabnya
"Boleh"
"Biar latihan kalo lo mau mendadak tinggal disini"

Aku hanya menjawabnya dengan senyum dan meregangkan badan.

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

Karena hari selasa aku hanya di Yokohama, menabung energi, belanja kebutuhan apartemen Ilham dan bangun siang, maka hari rabu ini entah kenapa semangatku memuncak. Aku tidak sabar untuk segera bertemu Kyoko. Seperti biasa, seperti kencan sebelumnya pada saat malam natal dan ke Shibuya, kami janjian untuk bertemu di satu tempat.

Aku dengan excited dan tak sabar berada di dalam kereta, menuju daerah Sumida. Disitu ada Tokyo Skytree. Dan pemberhentianku selanjutnya adalah di Stasiun Ryogoku. Disana Kyoko katanya sudah menunggu. Tapi sebentar lagi aku akan datang. Dia menunggu di depan gerai donat yang terkenal di Jepang, katanya. Dan aku sudah tidak sabar sekali ingin menemuinya.

3064_010.jpg

Akhirnya. Ryogoku Station. Aku segera mencari gerai donat yang dimaksud setelah turun dari kereta.

Ketemu. Tapi mana Kyoko?

Aku bingung, karena biasanya Kyoko selalu tepat waktu, seperti orang-orang Jepang lainnya yang kutahu. Tapi tadi dia bilang dia sudah menunggu. Aku celingukan mencari sosoknya. Dengan tak sadar aku menengok ke arah toko donat itu. Pintunya terbuka, dan dari dalam, keluarlah sosok yang tidak asing lagi.

Kyoko Kaede dengan mantel dan syal, dan kantong kecil berisi donat. Sementara di mulutnya ada sebuah donat yang sedang ia gigit. Mata kami bertemu dan aku tak kuasa menahan geli melihatnya. Aku tersenyum lebar dan menyambut dirinya yang berjalan ke arahku dengan donat di mulutnya.

"Want?" dia menawarkan donat yang lain, yang ada di dalam kantong kertas itu. Aku menolak dengan menggelengkan kepalaku sambil tersenyum.

Kyoko hanya tersenyum menatapku sambil melahap donat yang terlihat sangat manis dengan topping berwarna warni yang lucu. Menggemaskan. Aku melihatnya bagai melihat anak kecil yang sudah lama merengek ingin membeli donat, dan baru sekarang akhirnya dia bisa merasakannya dengan memakannya begitu antusias.

Tiga donat yang ia beli sudah ia habiskan dan ia bergegas mencari tempat sampah.

"Okei.... Let's go..." bisiknya antusias sambil bergelayut di lenganku sehabis membuang kantong kertas itu. Aku menyambut antusiasmenya hari itu. Pertama tentu kami akan makan siang dulu.
"Eat first?" tanyaku.
"Okei... Where?"
"I don't know, you tell me" lalu Kyoko bingung mencari-cari dengan matanya sambil kami berdua berjalan bergandengan.
"There" ia menunjuk salah satu gerai burger khas Jepang yang dulu sempat booming di Jakarta. Ide yang bagus.

------------------------------------------

"Watashi, no namae wa... Arya desu...." aku mencoba mengucapkannya di depan Kyoko.

"Sugoi..." tepuk tangannya sambil tersenyum di hadapanku. Kami duduk berdua di Yokoamicho Park, sekedar bersantai sehabis makan siang. Kami mengobrol sambil memperhatikan suasana sekitar, dan tak jauh dari kami ada sebuah monumen dengan ornamen bunga yang luar biasa menariknya. Itu adalah monumen untuk memperingati korban serangan bom udara di Jepang saat perang dunia ke dua. Miris. Betapa perang sangat mengoyak-ngoyak dunia ini, dan Jepang, sebagai salah satu negara yang kalah perang, merasakannya dan rakyatnya ikut menanggung akibatnya.

captio10.jpg

Untunglah ini membuat mereka bangkit dan sekaramg mereka menjadi gemilang di dunia sebagai salah satu kekuatan ekonomi. Walaupun sekarang digoyang oleh Cina, India dan Korea Selatan.

"So.. Your turn" senyumku ke Kyoko.
"Okay" lalu ia menghela nafas panjang. "Nama.. Saya... Kyoko"

"Haha... Good.."

"Saya... Tinggaru.. Di... Mitaka"

"Almost there..." senyumku.

"Senanggu... Berekunaran... Denggan... An da.."

Kami berdua lantas tertawa setelah dia bersusah payah mengucapkan "Senang berkenalan dengan anda". Manis sekali reaksi tertawa gelinya mendengar dirinya sendiri mengucapkan kalimat dalam bahasa Indonesia dengan susah payah.

"Again?" tanyaku sambil menggosok hidungnya dengan tanganku.

"Ok... Aya first!" serunya sambil tersenyum lebar. Aku menghela nafas.

"Watashi wa, Arya desu.. Watashi wa Sanju-sai desu. Jakarta no Indonesia-kara desu... Kyoko no kareshi desu..." ucapku dalam geli.

"Hahaha...." Kyoko tertawa dengan malu saat dia mendengar kata "Kareshi" di kalimat itu. Alias Boyfriend.

"Now your turn!" dan aku menatap lekat ke wajahnya. Dia menarik nafas panjang.

"Saya, Kyoko... Umu.. Saya.. Tiga puru... Ta Un... Saya berasa... Dari.. Kota Mitaka zi Jyupang... Saya, pa cyaru nya... Aya... Haha..." ia geli dan mengulum senyumnya.

"Arya" aku membenarkan ucapan Aryanya.

"Aya"

"Aa..."

"Aa..."

"Errrr...."

"Errrrr"

"Ya"

"Ya"

"Arya"

"Aya"

Aku lantas mengacak rambutnya dan ia berusaha menghindar. Dia berusaha mati-matian menyebut "Arya" dan dia tetap tidak bisa...

"Try it slowly..." bisikku. Dia mengangguk dengan konyolnya. "Aaruuyaaa..." aku mencoba mencontohkan dengan logat Jepang yang dibuat-buat.

"Aaruuu...ya" tiru Kyoko.
"Ok... ARYA"

"AYA"

Dan kami berdua larut dalam tawa bersama. Seriously. I could do this all day with her.

------------------------------------------

skytre10.jpg

Kini kami berada ada di Tokyo Solamachi. Sebuah mall besar di bawah Tokyo Skytree yang berdiri menjulang di langit Tokyo. Suasana sangat ramai, mengingat ini akhir tahun. Mungkin mereka ramai mencari kado untuk tahun baru atau menikmati diskon yang ada. Dan aku disini dalam rangka mencari oleh-oleh untuk Ai. Aku pusing memperhatikan semuanya sambil menaiki eskalator.

Begitu ramai dan berwarna warni. Aku tadi sempat melihat daftar toko di directory. Ada Hello Kitty store, toko Ultraman, toko Bearbrick, Nanoblock, dan bermacam macam produk budaya populer Jepang lainnya. Tak ketinggalan juga toko-toko yang menjual pakaian tradisonal, cemilan khas, minuman keras... Dan replika senjata khas Jepang. Kalau aku belikan katana, pasti dipakai Ai untuk menggorok Stefan sampai anak itu kehabisan darah. Pasti Ai masih trauma akan kejadian foto penisku.

"So.... What to buy for Aya sister?" tanya Kyoko sambil menyelidik juga.
"Wakaranai..." jawabku tidak tahu.
"Aya sister like... Urotoraman?" tunjuknya konyol ke arah toko Ultraman, Nebula M77 disana. Aku menggeleng sambil tersenyum. Kyoko garuk-garuk kepala sambil ikut berjalan berputar-putar bersamaku.

Apa dong? Susah juga adikku ini.... Kalau saja dia jelas bilang mau nitip apa, mungkin tidak terlalu sulit mencarinya.

Kimono? Mahal.

Miras khas Jepang? Dia sama sepertiku, no alcohol.

Cemilan khas Jepang? Nanti aja beli di Bandara.

Katana? Ya masa. Ntar di cukai problem lagi.

Nanoblock?

Aku lantas menggandeng Kyoko ke toko Nanoblock. Sungguh pemandangan yang menggoda mata. Mainan balok mini yang menggemaskan. Aku melihat lihat beberapa model. Ada yang model bangunan, benda sehari-hari maupun binatang. Menarik sekali. Tapi tampaknya kurang cocok dengan Ai. Ini lebih cocok untuk Anin atau mungkin lebih cocok untukku sendiri. Dan aku menemukan Kyoko mengantri di kasir.

"What are you buying?" senyumku.
"Kore" dia menunjukkan nanoblock yang nanti ketika disusun akan berbentuk kucing. Aku tersenyum lebar melihatnya.
"Kodama?" tanyaku. Ia mengangguk dengan lucunya. Dan aku kembali menunggunya sambil melihat lihat sekeliling toko, dengan suara latar keramaian orang-orang di sekitarku.

"Oke... Come on, look another" bisik Kyoko setelah ia selesai membayar. Aku dan dia lalu berlanjut menjelajah lagi. Dan aku masih sangat bingung ingin memberi oleh-oleh apa untuk Ai. Kira-kira apa ya? Sudah pasti sesuatu yang girly, dan tidak musti bisa dipakai sehari-hari. Intinya harus barang yang mengingatkan dirinya bahwa kakaknya telah membawa oleh-oleh untuknya. Benar-benar habis akal. Masa aku mengoleh-olehinya berkardus kardus pocky dengan rasa yang macam-macam itu?

"A moment please..." bisikku dan menarik tangannya menuju kursi yang memang disediakan di dekat tempat-tempat seperti eskalator dan toilet. Pegal rasanya. Aku lantas duduk dan mengeluarkan handphone dari saku jaketku.

"Ai... Aku lagi di Tokyo solamachi nih...." aku menyapa adikku. Belum dijawab. Tokyo sudah menuju sore dan tampaknya sebentar lagi akan gelap. Aku menarik nafas panjang. Lalu kembali menyelidik sudut-sudut yang bisa kulihat oleh mataku.

"So... Aya... How can i help?"
"I don't know... I'm asking her now..." jawabku sambil menunjuk handphoneku.
"Aya's sister wa... What he like?"
"She" senyumku.

"Ah... Ano... She, what she like"
"She likes fashion, food, of course.. And...." jawabku mencoba menguraikan apa yang Ai sukai.

Kyoko mendadak memberi ide.

"She like doll?"
"Hmm.... Let me remember... When we were kids... She had this huge Hello Kitty doll....." jawabku sambil mencoba mengira-ngira besarnya boneka Hello Kitty yang dulu pernah Ai punya.

"Ah... Solamachi have Hero Kiti store..." mukanya tampak sumringah.

Ah benar juga, tadi aku melihatnya di directory. Kyoko lalu menarik tanganku dengan antusias dan membawaku membelah kerumunan manusia dengan pedenya. Aku kadang masih kagum bagaimana ia bisa berjalan begitu cepat memakai boots yang ber high heels seperti itu.

Tak lama kemudian kami sampai ke depan Hello Kitty store. Aku tertawa melihatnya. Satu toko yang dari ujung ke ujung penuh dengan pernak pernik tokoh kucing imajiner yang menggemaskan. Beberapa anak-anak terlihat disana, dengan orang tua mereka melihat-lihat barang. Dan ada segerombolan anak remaja yang tampaknya heboh dengan semua barang yang dipajang disana. Aku melirik ke Kyoko yang juga melirik ke arahku. Lalu aku menggandengnya masuk ke dalam.

Hello Kitty Store

Tak ingin berlama-lama, mataku tertuju pada sebuah boneka hello kitty yang berukuran kurang lebih 30cm, memakai kimono berwarna merah.

"Ini kali ya?" gumamku dalam hati, sambil memegangnya dan meilhat-lihat.
"Kawaii.... " bisik Kyoko di sampingku dengan mata berbinar. Aku menoleh kepadanya sambil tersenyum.
"I'll take this..." balasku. Kyoko hanya mengangguk, mengiyakan pilihanku. Dan aku bergegas mengantri di kasir. Kyoko mendadak berbisik kepadaku.

"Wait here Aya... I want to go to bathroom" aku mengangguk saja dan fokus ke antrian. Tak lama kemudian sampai pada giliranku membayar. Sang kasir menerima boneka itu dan berbicara sangat cepat kepadaku. Aku hanya memutuskan untuk tersenyum dan menyiapkan uangnya. Namun ada benda disana yang menarik mataku. Aku meraihnya. Menimbang-nimbang dan dan akhirnya, memutuskan untuk ikut membelinya sambil membayangkan muka lucu Kyoko yang pasti akan excited menerimanya. Setidaknya dalam pikiranku.

Setelah selesai, aku menunggu Kyoko di depan toko tersebut.

"Finish?" tanyanya dengan excited.
"Yes"

------------------------------------------

Kami duduk, entah menunggu apa. Yang pasti aku menunggu Kyoko menghabiskan eskrim yang sedang ia makan. Dingin-dingin makan eskrim, hebat. Kami duduk di kursi di dalam Solamachi, sambil aku menatap ke langit sore yang bersiap untuk gelap.

Lucu sekali. Makanan manis + Kyoko, teman baik. Hari ini sudah tiga buah donat dan satu eskrim yang dia lahap. Nanti ketika pulang pasti ada lagi. Entah dia mampir di gerai donat yang sama, atau sekedar menarikku ke cake shop dengan hamparan cake yang lucu-lucu. Itulah Kyoko. Kalau suatu saat nanti dia ke Indonesia, aku sepertinya sudah tahu akan mengajaknya kemana untuk memuaskan hasratnya akan makanan manis.

Matahari sore itu semakin menuju gelap. Karena musim dingin, maka tentunya malam datang lebih cepat, tidak seperti di negara tropis. Sekitar pukul 5-6 sore sudah seperti jam 7-8 malam. Aku masih menatapnya yang sedang lahap menghabiskan eskrimnya. Dan dari perbincangan tadi di taman, aku akhirnya tahu berapa usianya. 30. Memang agak tabu untuk orang Jepang membicarakan usia. Dan buatku, perempuan yang berusia 30 tahun ini terasa seperti anak berumur 13 tahun yang selalu malu-malu dan ceria dengan sama kadarnya.

"Jya... Come on... Go home? Or dinner?" tanya Kyoko manis dengan senyumnya yang khas setelah ia berhasil menghabiskan eskrimnya.
"Go home? How about go up?" senyumku sambil menunjuk ke atas. Aku bermaksud mengajaknya untuk naik ke Tembo Observation Deck. Lantai 350. Jauh di udara sana.

"EE?" Kyoko kaget.
"I want to see Tokyo from up there"

"Okay!" balasnya dengan semangat.

------------------------------------------

Aku dan Kyoko berada di dalam lift yang membawa kami ke lantai 350. Tembo Observation deck. Tadi kami sudah membeli tiket untuk berdua di bawah. Memang mungkin rasanya agak seram melihat Tokyo dari tempat setinggi itu, tapi aku ingin melihat transisi Tokyo dari terang ke gelap bersamanya, berdua.

p210.jpg

Tentunya tidak akan hanya ada kami disana, tapi kami pasti hanya fokus untuk berdua saja.

Lift sudah sampai. Dan sisanya adalah pemandangan yang luar biasa. Semua orang tampak takjub melihat hutan kota Tokyo dari atas sini, tak terkecuali kami berdua. Kutebak pasti Kyoko juga belum naik sampai ke atas sini.

"So high... Kowai..." bisik Kyoko dengan gelinya. Ya, aku juga takut, tapi bersama dengan Kyoko dan sepertinya keamanan di gedung ini pasti nomer satu. Kaki memang agak geli-geli ketika kami menghampiri pinggir observation deck. Kami sedang melihat Tokyo yang megah dari atas. Melihat lampu-lampu kota mulai menyala menggantikan cahaya matahari. Kyoko menggamit lenganku dan kami mulai berjalan ke sisi yang agak sepi. Mata kami tidak lepas dari pemandangan Tokyo yang sedang berganti dari terang ke gelap. Kami terdiam berdua, memperhatikan kelap kelip lampu yang perlahan muncul.

Mendadak semuanya seperti sepi. Rasanya hanya ada kami berdua disana.

"Aya"
"Yes?"
"Ano... Kore..." dia memberikan headphone kepadaku. Tapi hanya sebelah. Kyoko tampak tersenyum malu-malu.

"What's this?" tanyaku bingung.

"This is a song, i like very much. I want to hear with you and seeing Tokyo from here" senyumnya malu-malu, dengan muka agak memerah, dan setelah aku memakainya di salah satu telingaku, dia mengutak-ngatik handphonenya dan mulai memainkan lagu tersebut.


Ah, aku tahu lagu ini. Ini lagu Jepang lama, yang dinyanyikan oleh Tatsuro Yamashita. Aku menatap Kyoko dengan dalam, dan dia senyum-senyum sendiri saat intro lagunya mulai bermain. Ingatanku terbang ke beberapa tahun lalu saat aku sedang di Bandung.

"Jadi gini Ya, saya baru dapet Piringan Hitam anyar yeuh" Kang Bimo membuka pembicaraan sore itu, saat kami sedang istirahat dari rangkaian manggung keliling Jawa Barat.

"PH apa kang?" tanyaku.

"Ini, harta karun Jepang, Tatsuro Yamashita..." jelasnya bangga sambil memasang piringan hitam baru itu ke turntable. "Artis 80an, keren pisan suarana...."

Lagu yang waktu itu diputar persis, lagu ini. Dan waktu itu Kang Bimo menjabarkan liriknya kepadaku.

"Intinya, ini lagu ngegambarin perasaan berdebar-debar orang yang sedang jatuh cinta, keren teu..." jelasnya sambil menghisap rokok dalam-dalam. Pada waktu itu, rasanya mungkin tidak seperti sekarang. Tapi ketika dengan Kyoko sekarang, rasanya beda. Rasanya lagu ini membuat hatiku berdebar-debar, dan sepertinya Kyoko juga begitu.

"Tanoshii ne? Aya?" bisik Kyoko dalam bahasa Jepang sambil bersender kepadaku dan terus fokus mendengarkan lagu itu. Entah kenapa hati ini berdebar dan air mataku sepertinya ingin meleleh. Aku tidak ingin meninggalkannya. Aku tidak ingin berpisah dengannya. waktu sebulan seperti ini tampaknya terlalu singkat bagi kami berdua, sangat singkat. Sangat singkat sehingga ingin kuakhiri saja niatku untuk kembali ke Indonesia.

"Kyoko..."
"Hai?"
"I have christmas gift for you"

"Eh? Nani?" dia sepertinya kaget. Dia tidak mengharapkan apa-apa dariku, tapi malah dapat hadiah kejutan. Aku berusaha merogoh ke kantong plastik tadi dan mencoba mengambil benda yang tadi kubeli saat Kyoko sedang ke toilet. Mukanya tampak excited, persis seperti anak-anak.

Mendadak lagu berakhir dan berubah menjadi lagu lain, yang tampaknya masih lagunya Tatsuro Yamashita.


Deg.

Mendadak feelnya berubah. Dari yang tadi berdebar-debar dan excited, mendadak semua berubah menjadi sendu. Entah kenapa orang lain seperti menghilang. Seperti hanya ada kami berdua disini, diatas Tokyo Sky Tree, mendengarkan lagu ini sambil memperhatikan Tokyo dari langit.

15 menit di udara. Rasanya lebih terbang daripada kebiasaanku menerbangkan diri dengan dedaunan kering itu.

"Aya? Nani kore?" tanyanya sambil melihat kotak kecil yang kuberikan kepadanya.
"Open it" bisikku dengan geli.
"Nani?? Kawaii yoo.......... Haha.........."

Dia membukanya dan lalu malu sendiri. Sebuah jepit rambut, yang berbentuk pita Hello Kitty. Cheesy? Yeah. Ingin loncat rasanya dari lantai ini. Tapi hanya itu yang tadi kupikirkan. Tapi dia tampaknya gembira mendapatkannya dan tanpa ba-bi-bu lagi langsung ia pasang di rambut pendeknya yang lucu itu.

"Jya... Hero Kiti desu!" candanya kepadaku dengan muka memerah. Aku tertawa melihatnya, dan menatapnya dengan pandangan yang juga terhanyut oleh lagu yang kami dengarkan berdua. Kami mendadak diam. Berpandangan, dan saling menatap dengan canggungnya. Kami terbawa suasana.

Tokyo Skytree.

Tatsuro Yamashita.

Hello Kitty.

Dan semuanya hilang. Tidak ada lagi orang di sekitar kami. Tidak ada lagi kaca tebal dan dinding ini. Kami saling mendekatkan kepala dan akhirnya bibir kami bertemu. Sebentar. Hanya dalam hitungan detik. Dan kami pun kembali lagi ke dunia ini.

Sehabis ciuman kilat itu, kami saling menatap berdua, dengan latar belakang Langit Tokyo yang menjadi gelap.

------------------------------------------

Kenapa kami ada disini? Di depan sini. Harusnya kami sudah berjalan pulang. Tapi Aku dan Kyoko sedang menatap sebuah gedung lima lantai, dengan warna-warni norak muncul dari lampu di dalamnya dan suasananya yang tampak sketchy.

85791310.jpg

"COUPLE OK" tulis plang nya.

"SAME SEX OK"

"FOREIGNERS OK"

Aura mesumnya sudah tercium dari depannya. Kyoko dan aku berusaha untuk tidak bertatapan. Tapi dari tadi, kami tidak beranjak dari depan Hotel itu. Sejak turun dari Tokyo Skytree dan naik bis ke Stasiun yang sejalur dengan Mitaka Station, kami berdua tidak banyak bicara. Entah kenapa ciuman tadi membuat kami gelisah. Ciuman yang hanya beberapa detik itu membuat kami membayangkan dua kejadian yang telah kami lalui sebelumnya. Tentunya itu semua terjadi di kamar Kyoko. Ketika kami turun dari bis tadi, entah kenapa kaki kami malah tidak berjalan ke arah stasiun. Tapi mata kami berdua tertarik oleh deretan hotel yang agak-agak sketchy.

"Ano..." bisik Kyoko.
"I Know..." balasku menebak.
"...."
"Shall we? or not?" aku celingukan, melihat orang-orang tidak ada yang berusaha memperhatikan kami.

"Wakaranai..." ucap Kyoko sambil celingukan juga.
"Have you ever been to a place like this?" tanyaku dengan bodohnya.

"Rabuho? Nai..." Rabuho... kependekan dari Love Hotel.. Ya, orang Jepang membaca Love dengan logatnya menjadi "Rabu". Budaya Love Hotel yang terkenal itu. Dan entah kenapa nafas dan kaki kami membawa kami kesini. Aku masih membayangkan ciuman singkat tadi yang merubah arah jalan kami. Dari stasiun ke Love Hotel. Love Hotel yang selalu menjadi ruang privat bagi para kekasih untuk saling bergumul tiap malamnya.

"Aya..."
"Yes?"
"Go Home... Or..." bisiknya bingung. Akupun sama bingungnya.

"Well.... " jawabku dengan ragu. "Ah... come on..." Dan kami berbalik arah, mencoba menjauhi Love Hotel tersebut. Tapi kaki kami tidak melangkah. Kami lantas bertatap dengan aneh, mata kami berdua seperti tidak fokus.

Dan lantas kami berbalik arah lagi dan berjalan menuju Love Hotel tersebut.

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Wuahahaha apdetnya puanjang...
Tengkiu om RB telah mendengarkan jeritan hati para reader yg cem eek ini
:D

Gak sabar rasanya nunggu scene "the sexy kyoko". Ups...:Peace:
 
Kangen bacanya.walau udah pernah baca Ampe yang kedua, tetap aja ga bikin Bosen bacanya
 
Penasaran bagaimana Arya melamar Kyoko (eh, ada part tentang ini gak ya?) ;)
 
serius ini keren banget suhu rb, udah layak banget buat jd novel yg bisa d pajang d toko - toko buku ternama.. dan sayangnya saya ga sempet menikmati MDT versi original nya.. keep update suhu.. terimakasih ud ngasi bacaan bagus for free..
 
MDT SEASON 1 - PART 26

------------------------------------------

https://ci5.*********************/proxy/r4gYbeveH1Ygzao4LZr8eYA_GK7FsISw3A9T7ygs42-9EjOSoY3KqPWgh2yRmQ6rK7ODqP1uAe2Hdto5BByXLw9VkjIVgq_jQGACaw=s0-d-e1-ft#https://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/loveho10.jpg
58e5e310.jpg

Aku duduk dengan awkwardnya di dalam kamar. Kamar yang terlalu norak itu, berwarna warni dengan lampu berwarna neon yang membuat suasana tampak semakin mesum. Kyoko sedang di kamar mandi, sedikit bebersih dan mencoba memakai dalaman yang tadi disewa dibawah.

Ya, memang Love Hotel seperti ini biasanya menyediakan penyewaan kostum, maupun dalaman seksi, lingerie dan lain-lainnya yang mendukung kegiatan permesuman. Dan karena kami memutuskan untuk menginap Overnight, juga karena sekarang akhir tahun, ada promo gratis penyewaan underwear seksi. Aku tidak tahu underwear seperti apa yang Kyoko pilih tadi. Tapi bisa kulihat mukanya merah padam sehabis dia memilihnya. Tentunya karena aku tidak bisa bahasa Jepang, jadi semua hal yang berhubungan dengan resepsionis tadi, terpaksa Kyoko yang bicara. Dan tampaknya ia malu sekali melakukannya.

https://ci4.*********************/proxy/Fu2Be6SMxtqyaXUfcRjQ6dLDQpxn9IBGnNr3hmetTzj8u5IBncZRF_8NzCwzktcr_FbsIx8f0sjPo2hIcgXEE8BzAoPWyHDFFcnfQw=s0-d-e1-ft#https://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/inside11.jpg
love_h10.jpg

Dengan tidak sabar, aku yang sudah hampir telanjang, hanya menyisakan celana dalam saja menunggu Kyoko keluar dari kamar mandi.

Membayangkan Kyoko dalam balutan underwear seksi. Ya ampun, haha… Seperti apa nanti penampilannya. Penantianku yang mungkin baru kulewati selama 10-15 menit rasanya seperti selamanya. Aku mempermainkan pencahayaan ruang, mencoba meredupkannya dan merubah warna lampunya agar suasana semakin mendukung.

Dan.

Pintu kamar mandi terbuka.

https://ci3.*********************/proxy/2-J3jnobOlhOXEhlIPYaXMEOAXd92aPLk9fTpR1vAs3m74Vq8qciCKJuXZ5Vi_A_Bu6-hDy2TcWtd05lbUl_TJ92V30jmeM4dE4HLw=s0-d-e1-ft#https://i97.servimg.com/u/f97/11/85/95/77/glitch40.jpg
“Aya..” panggil Kyoko, dan mataku terbelalak. Dia berdiri disana, dengan balutan pakaian dalam animal print yang dengan sedikit ornamen bulu. Dia berdiri dengan tegak, menunjukkan buah dadanya yang indah dengan berani. Menyembul dengan sesaknya. Aku menelan ludah.

48c36f10.jpg

Sialan, rasa penantianku yang anxious malah berubah menjadi horny seperti ini. Kyoko lantas mendekatiku perlahan. Aku tertegun dan mencoba menggeser posisiku yang tadinya duduk bersandar di bedhead menjadi duduk di tepi kasur. Kyoko kini berdiri di depanku dengan pose menantang. Seperti bukan dia gesturenya. Tapi aku tetap tertegun.

“Aya like it?” tanyanya dengan muka serius, tapi bisa kurasakan mukanya memerah, mungkin malu.

“Of course…”

“What part of Kyoko body do Aya like?” tanyanya sambil ia mencoba meremas pantatnya sendiri. Tumben.
“Emm… “
“Do you like this?” Kyoko membalikkan badannya dan menarik karet underwear seksi itu hingga terdengar bunyi karet menepuk pantatnya. Wow. Tidak biasanya.

Aku hanya menelan ludah.

Mendadak Kyoko berbalik lagi, dan meremas buah dadanya sendiri. Dia meremasnya dengan muka yang binal, tidak seperti Kyoko biasanya. Atau biasanya seperti ini?

“This also like?” dia meremasnya dengan penuh penghayatan. Aku hanya mengangguk sambil melongo. Inikah Kyoko? Lalu ia bersimpuh di depanku, dan berusaha menarik celana dalamku turun. Aku mengiyakan saja, selain karena tertegun oleh tingkahnya yang mendadak bitchy. Penisku sudah tegak setegak-tegaknya.

Kyoko menatapnya dengan seksama. Lalu ia menjulurkan lidahnya dengan ekspresi yang agak aneh. Dan memang aneh. Seperti menahan sesuatu. Dia lalu menatapku dengan nakalnya.

“Aya-sama” Sama? Tuan?
“Yes?”
“Please do what you like to Kyoko”
“What?” tanyaku aneh. Seperti bukan Kyoko.
“Please do what you…” dia menarik nafas panjang. “Like to…”
“What’s wrong?” tanyaku melihat ekspresinya yang aneh.

Mendadak Kyoko merengut.

“Ngggg………….” Mendadak ia seperti merengek. Bibirnya mendadak manyun dan ekspresinya menjadi tidak karuan. Dia lalu malah memeluk pinggangku dengan buru-buru.

“What’s wrong Kyoko?” bingungku.
“Nggggg!!” kok seperti marah?
“Kyoko… Nanika?”
“……….”
“Kyoko”

“Kyoko cant”

“Sorry?” gak bisa apa maksudnya?
“Kyoko cant be sexy. I want to be sexy Kyoko” bisiknya dengan kesal.
“What for?” tanyaku bingung.

“I don’t want Aya sad because go home to Jakarta. I want to be sexy Kyoko to cheer Aya up.” Bisiknya dengan nada kesal.

“And?”
“Kyoko cant do it. Ah… Cant be sexy and cheer Aya”

Lho. Lho. Mikir apa anak ini? Apa dia masih ingat rengekanku waktu malam natal kemarin? Sehingga dia memutuskan untuk menghiburku dengan berpura-pura bertingkah seksi dan nakal? Tapi rasanya tadi aneh, aku terangsang sekali, tapi ini seperti bukan Kyoko. Ternyata dia juga sulit melakukannya. Tak heran. Aku mengelus rambutnya dan menariknya naik ke kasur. Dia lantas duduk di sebelahku, bersender ke bahuku dengan muka ditekuk. Wajahnya sudah kembali ke Kyoko biasanya, bedanya underwear seksi itu masih ia pakai.

“It’s okay Kyoko” aku memeluk bahunya.
“Why?”
“You don’t have to be sexy Kyoko.” Bisikku.

“But I want to cheer Aya” ulangnya.

“Just be the usual Kyoko…. “ Ya, walaupun sexy Kyoko tampak sangat menggoda, tapi rasanya awkward, seperti bukan dia. “I really like Kyoko as Kyoko… Don’t be someone else” bisikku sambil mencium pipinya.

Senyum tipis di tengah muka yang ditekuk itu terlihat. Dia memanyunkan bibirnya dan kakinya bergoyang-goyang. Aku tersenyum, dan mulai mencoba menciumnya untuk menenangkannya. Aku meraih bibirnya yang selalu berhasil menggodaku itu. Dan bibir kami bertemu, saling mencium dengan lembut dengan perlahan.

“Mmmhh…..” desahnya saat menerima ciumanku. Aku lantas mendorong pelan tubuhnya ke kasur, memeluknya dan kami berguling diatas kasur, saling mencium dengan lembut. Kyoko melepaskan ciumannya dan menatapku. Ia lantas mencium keningku dengan lembut.

“Aya so kind” bisiknya.

Aku Cuma tersenyum dan dengan tidak sabar, aku menciuminya lagi. Menciuminya dengan lembut dan hangat. Aku memeluk erat tubuhnya, merasakan kulitnya yang selalu membuatku memikirkannya. Kulit yang lembut, yang selalu ingin kujelajahi dan kuselidiki satu persatu seluruh sudutnya.

Lama kami berciuman, dan semakin kucium dirinya, aku semakin tak tahan. Dia begitu cantik, begitu lucu dan menggemaskannya. Semua tingkahnya seaakn ia lakukan hanya untuk menyenangkanku, atau entahlah. Tapi aku selalu merasa aman bersamanya, dan selalu merasa sangat menikmati dirinya. Menikmati ciumannya seperti sekarang ini.

Aku meraih kondom yang tadi kupersiapkan sebelum Kyoko keluar dari kamar mandi, dan berusaha merobek bungkusnya sambil berciuman. Agak sulit memang. Kyoko lalu melepaskan ciumannya dan mendorong tubuhku pelan. Aku lantas tertidur telentang dengan nyamannya di tengah kamar yang norak ini.

Kyoko lalu mencium dadaku. Dia bergerak pelan, dengan lucunya dan ekspresinya yang menggemaskan, ke arah pusarku. Dia sepertinya ingin membalas perlakuanku padanya. Dia lalu menggenggam penisku, dan meremasnya pelan, membuatnya tampak semakin tegang. Dengan lembut dia menyentuhkan bibirnya di badanku, merayap dan mengeksplorasinya. Dia tampak nyaman menciumi badanku. Hingga akhirnya ia sampai di hadapan penisku. Kyoko tersenyum malu ke arahku. Aku tertegun, tak membayangkan dia akan melakukannya.

Kyoko lalu mencium lembut ujung penisku. Menciumnya dengan gemas. Shit. Geli rasanya. Dia cium lagi, dan aku menelan ludahku. Dengan ragu Kyoko menatapku, memberikan tanda entah apa melalui raut mukanya tersebut. Dia lantas perlahan menciumi permukaan penisku dengan gerakan yang canggung namun menantang. Dia menciuminya perlahan, mencoba membuatku merasakan apa yang dulu ia rasakan melalui stimulasi-stimulasiku.

Mendadak Kyoko membuka mulutnya dan mencoba memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Aku hanya bisa menelan ludah begitu merasakan kehangatan di penisku. Merasakan lembutnya bagian dalam mulutnya, dan lidahnya yang sedikit bergerak di dalam sana. Kyoko meletakkan tangannya di pahaku, dan dia mulai menggerakkan kepalanya dengan perlahan. Perasaan geli merambat di tubuhku. Rasanya kakiku seperti mau copot.

Mungkin secara fisik rasanya tidak jauh berbeda, tetapi ini Kyoko. Kenikmatan visual dari pemandangan Kyoko mengulum penismu tidak ada yang bisa mengalahkan.

"Mmm?" dia menatapku dengan mata manjanya. Aku tersenyum balik dengan tidak fokus. Siapapun pasti tidak akan bisa fokus jika pacarnya sedang mengulum penisnya. Apalagi gerakannya yang agak canggung dan malu-malu membuatku lebih terangsang.

Aku bahkan tidak berani menutup mataku. Ditengah temaramnya kamar ini, aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kyoko masih terus mengulumku perlahan, mengurut penisku dengan bibirnya, membuatnya begitu tegang, sama seperti manusianya yang sedang kehilangan konsentrasi dan sangat terangsang olehnya.

Gila, di mataku Kyoko terus berusaha mengulum penisku dengan sabar. Pasti dia tidak ingin dirinya yang terus menerus distimulasi olehku.

"Ahh..." aku menggelinjang tak kuasa menahan rasa geli. Kyoko masih berkonsentrasi. Rasa hangat. Lembut dan basah di penisku benar benar membuat perasaanku tidak karuan. Pahaku mengeras, berusaha menahan perasaan ingin keluar. Kyoko tampaknua menyadarinya dari ekspresi mukaku. Ia lalu mengeluarkan penisku dari mulutnya. Nafasnya berat dan mukanya memerah, menatapku dengan manja dan mengundang diriku untuk menyerbunya.

"Aya like?"

Aku mengangguk perlahan, mencoba meredakan detak jantungku yang berdegup kencang. Kyoko tersenyum dengan bodohnya dan beringsut ke pelukanku. Dia lalu mencium pipiku.

"Daisuki" bisiknya.

Aku lantas tak tahan lagi, aku segera memakaikan kondom ke diriku sendiri. Kyoko menunggu sambil bersandar di badanku. Bisa kurasakan nafasnya di bahuku, gemetar, tampaknya pun ia tak sabar ingin segera bersatu denganku.

Selesai. Aku langsung berpaling ke Kyoko, menciuminya dengan panas. Kyoko pasrah kembali. Dia menerima ciumanku, dan memelukku dengan nyamannya. Tanganku bergerak kebawah, mencoba untuk membuka celana dalam itu.

"Mmmn... No Aya.."
"Why?" aku bingung kenapa dia tidak mengizinkanku membuka celana dalamnya.
"I still want you to look at sexy Kyoko" senyumnya malu. Aku tersenyum, dan bergeser. Dia ada di atas badanku, di dalam pelukanku. Kami masih tetap berciuman dan Kyoko tampak menggenggam penisku yang sudah berselimut kondom. Tampaknya dia hari ini ingin membalas semua yang kuperbuat padanya dua kali.

"Aya..." bisiknya.
"Yes?"
"Aya no need to work... Kyoko will" senyumnya malu. Dia lalu menyingkapkan celana dalamnya untuk memuluskan jalannya penisku mempenetrasi dirinya.

Dengan pelan ia berkonsentrasi. Tapi apakah dia sudah cukup basah untuk melakukannya? Penisku menyentuh bibir vaginanya, dan Kyoko dengan setengah mati mencoba memasukannya.

"Nnggh.... Ahh.. " penisku masuk ke dalam dirinya. Celana dalamnya agak mengganggu, tapi tidak apa. Setidaknya ada jalan yang bisa kulalui dan Kyoko memang terlihat sangat cantik dan seksi dalam underwear itu.

"Uunngh... Ahh.. Ahh... Ahhh....." Kyoko menggerakkan pantatnya maju mundur, bertumpu di tangannya yang ada di atas perutku. Ekspresi keenakannya sangat luar biasa. Dia menatapku dengan matanya yang penuh gairah, dan mulutnya terbuka, senantiasa mengeluarkan desahan yang membangkitkan gairahku. Tanganku menggenggam pahanya, dan perasaan ingin menerkamnya begitu kencang. Tapi aku ingin memberikan kesempatan pada Kyoko untuk membalas perbuatanku.

Kyoko terus bergerak, tidak mengizinkanku untuk berbuat apapun malam itu. Perasaan geli yang nyaman bergetar, merambat dari penisku ke seluruh diriku, dan pemandangan yang sungguh luar biasa berada di atas diriku. Kyoko dengan balutan underwear seksi tersebut.

Buah dadanya, walaupun dilindungi oleh underwear tersebut, tetap terlihat indah. Dan seakan akan ia akan mencuat keluar sewaktu-waktu. Betapa inginnya aku meraihnya dan menjilatinya, mempermainkannya seperti biasanya. Tapi ia masih asyik mempermainkan penisku. Masih asyik merasakan nikmatnya memberikan stimulasi yang gila kepadaku.

Dia terus berkonsentrasi dan berusaha sebaik-baiknya untuk memberiku kenikmatan dan menikmati diriku. Benar-benar tidak tahan aku melihatnya bergerak seperti itu, dimana buah dadanya berguncang dengan hebatnya, ekspresi kenikmatannya yang sungguh menggoda, dan desahannya yang benar-benar membuat penisku melilit.

"Ah..." Kyoko kaget saat aku menerkamnya. Aku bangkit dan meremas buah dadanya sambil mendorong tubuhnya agar aku bisa mengendalikannya. Posisi sekarang berbalik. Kyoko ada di bawahku, dan aku mulai menyerangnya sambil meremas payudaranya yang menggoda itu.

"Uhh... Uhh... Aya.... Aahhh....." Kyoko mengerang saat aku terus menyerangnya dengan segala tenaga yang kumiliki. Penisku terus kugerakkan di dalam vaginanya, melalui sela sela underwear yang ia pakai. Rasanya begitu lancar walau ada lapisan kondom yang menghalangi. Rasanya begitu nikmat menyetubuhinya. Karena reaksi badannya, gelinjangnya, getarannya, suaranya dan ekspresi manja nan canggungnya yang menawan. Rasanya begitu nikmat menyetubuhinya sambil meremas dadanya dan menciumi segala yang bisa kucium.

Aku kembali menjatuhkan diriku, lalu mencoba memposisikan badan kami miring ke samping. Mataku bertemu dengan matanya. Aku terus menggerakkan penisku sambil memeluknya erat. Kyoko tenggelam dalam pelukanku.

"Aya... Ahhh..."

Badannya seperti akan menggelinjang. Seperti akan orgasme. Aku menghentikan gerakanku dan malah menciumnya erat. Merasakan bibirnya yang lembut dan manis. Bau nafasnya yang membius dan kekenyalan kulitnya yang menggoda. Aku bisa gila, Kyoko membius dan memabukkanku. Kecantikannya di mataku tidak terkalahkan. Walaupun dia selalu malu-malu dan canggung, tapi dia selalu seksi di mataku, saat sekarang ataupun saat lainpun.

Aku lalu melepaskan diri dari pelukannya, dan bangkit. Aku meraih pinggangnya dan memposisikannya telungkup, lalu memeluk dirinya dari belakang. Kyoko mengerti. Sekarang dia telah menunggingkan pantatnya untuk diriku. Aku bersimpuh di belakangnya dan menurunkan celana dalam tersebut. Pantatnya begitu kenyal, dan memanjakan mata. Aku meremasnya dengan penuh nafsu, dan merasakan betapa lembutnya kulitnya. Di semua tempat lembutnya sama. Kemanapun aku menyentuhkan tanganku ke kulitnya, rasanya semua sama. Semua terasa luar biasa lembut dan halus.

“Uhhh……..”

Kyoko mendesah pelan saat aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya kembali. Aku menancapkan penisku dengan kuat, dan lalu bergerak maju mundur. Posisi seperti ini lazim disebut oleh banyak orang sebagai posisi doggy style. Tapi rasanya tidak seperti anjing yang sedang bercinta. Rasanya seperti Aku dan Kyoko sedang bersatu dalam posisi yang luar biasa merangsang ini. Pantatnya menumbuk pahaku, membunyikan ruangan itu.

“Uhh.. Uhh… Uhh… Uh.. “ Kyoko mendesah seiring tumbukanku. Aku meremas pantat dan pahanya seiring gerakanku yang makin lama ritmenya makin kencang. Bisa kulihat payudaranya berguncang dengan indahnya. Payudaranya masih mengenakan BH seksi itu. Ranjang kami bergoyang dengan nikmatnya mengikuti ritmeku.

“Ahh…….” Kyoko mendesah, merintih menyuarakan kenikmatan yang ia rasakan.

“Kyoko…” bisikku tak tahan. Posisi ini memang cepat stimulasinya.

“Uhhh?” tanyanya sambil melenguh.
“I… Almost…”

“Kyoko also almost…Ahh..” Badannya mendadak melenting, mengeras dan bergetar. “Ahhh…. Aya… Ah…” dia berusaha berontak. Aku masih menggenggam pantatnya dan kini memeluk pinggangnya. Aku masih bersemangat menggaulinya. Sebentar lagi. Sebentar lagi.

“Aya………” pantatnya tampak mengejang dan ekspresi mukanya sudah tidak karuan.
“Uhh……” desahku sambil merasakan kenikmatan yang sebentar lagi tercapai. Gila. Baru sebentar dalam posisi ini, tapi kami berdua sudah merasakan hal yang kami ingin rasakan dari tadi.

“Aaahhhhhhh………” Kyoko lantas menggelinjang pelan dan terkulai.

“Kyoko… Ahh..” selesai. Aku keluar. Di dalam. Tapi aman, karena aku memakai pengaman. Kyoko jatuh terkulai lemah, dan aku mengikuti gerakan tubuhnya. Aku menimpa tubuhnya dari belakang, belum ingin melepaskan penisku dari dalam dirinya. Aku menggeliat, berusaha memeluknya, memeluk badannya yang indah itu. Kami terdiam untuk sekian waktu, saling merasakan badan masing-masing, berusaha untuk bisa bersama selama yang kami inginkan.

Lalu ia beringsut menjauh. Kyoko lalu melepas penisku dan tidur telentang dalam kulitnya yang mendadak bercahaya karena keringat. Aku melepas kondomku dan langsung merebahkan diriku di atas tubuh Kyoko. Aku lantas mencium pipinya dan berbisik.

“I Love you…”

“Me too…” balasnya dengan muka lemas.

------------------------------------------

Aku duduk sambil bersandar bedhead, memainkan handphoneku, dan Kyoko sedang memeluk kakiku, tertidur di sebelahku. Masih dalam balutan underwear yang tadi. Aku memperhatikan ekspresinya yang damai. Dia begitu nyaman tidur sambil memeluk kakiku. Besok, kamis pagi kami akan pulang ke Mitaka. Rencana kami jam 6 pagi. Dan Jumat aku akan terbang ke Indonesia.

Berat rasanya meninggalkan Kyoko. Tapi dia meyakinkanku untuk tetap bersamanya, walau terpisah jarak. Dan aku sepertinya bisa menerimanya walau berat. Aku belum pernah berada di dalam Long Distance Relationship. Pasti sulit untukku, tapi aku akan berusaha.

Setelah selesai membalas semua pesan yang masuk dari tadi dan menyetel alarm, aku menaruh handphoneku di nakas sebelah bed. Gerakanku membangunkan Kyoko.

“Aya?”
“It’s allright, sleep again..” bisikku sambil mencium keningnya.
“You still wake?” tanyanya dengan muka masih mengantuk.
“Now I’m about to sleep”

Aku memikirkan kata-kataku tadi. “I Love You” apakah terlalu cepat? Setelah tiga minggu kenal, berhubungan, dan langsung mengatakan itu. Aku merasa agak aneh setelah memikirkannya ulang. Sound cheesy. Tapi suasananya seperti itu. Dan mungkin memang itu yang kurasakan. Ah. Intinya memang aku tidak bisa berhenti memikirkannya.

“Kyoko…” bisikku.

“Yes?”
“I promise, I will go to Japan again soon…”

“And Kyoko also want to visit Indonesia… to see Aya” bisiknya lemah.

Aku tersenyum mendengarnya. Dan dalam hati aku berjanji, akan membuat hubungan beda Negara ini berhasil.

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd