racebannon
Guru Besar Semprot
- Daftar
- 8 Nov 2010
- Post
- 2.074
- Like diterima
- 16.693
MDT SEASON 1 - PART 32
-----------------------------------------
"Radio FM Surabaya... Balik lagi disini bareng temen-temen Hantaman dari Jakarta..." ucap sang penyiar radio di depan microphonenya, di dalam studio yang dingin, kontras dengan kondisi di luar yang panas.
"Udah ada beberapa pertanyaan yang masuk nih dari pendengar... Terutama yang paling banyak ditanya... Ya Arya... Hahaha" tawa pasti terdengar di radio-radio orang Surabaya. Kami sedang ada di Surabaya di pertengahan Februari ini, ada manggung disana besok, sekalian safari ke beberapa radio. Acara hari ini adalah sesi akustik sekaligus wawancara ala-ala radio yang sudah pasti kalian semua hapal alurnya.
"Ini pertanyaan buat Arya nih"
"Yes" jawabku.
"Dari Mirna di Tegalsari, katanya apa bener Mas Arya punya pacar orang Jepang?"
"Ahahaha..." tawaku. Kru Hantaman yang lain melirikku. "Bener"
"Diceritain dong Mas gimana ketemunya..." goda si penyiar.
"Yah, ga ada hubungannya sama album kedua kita hahahaha" jawabku mengelak.
"Oh gitu ya" tawa si penyiar.
"Udah jawab aja" perintah Anin sambil senyum.
"Yah... Adiknya temen" jawabku agak menghindar.
"Sekarang ada pertanyaan lain nih dari... Siapa ini namanya, dari twit**ter, @wulan1996, katanya, siapa aja sih personil Hantaman yang udah nikah?"
"Gak bakal" jawab Stefan cuek di Microphone sambil menyeringai.
"Ah masa sih Mas Stefan..."
"Yang laen juga pada belom, tapi gue sih gak bakal" seringainya jahil.
"Kualat lo entar" celetuk Anin.
"Biarin, daripada elo kawinnya ama robot"
"Elo kawinnya sama kain pel" balas Anin.
"Jomblo jomblo ribut amat sih" bisikku ke microphone yang disambut dengan tawa penyiar dan para kru radio.
"Sombong si Anj..."
"Sopan nyet!" Anin menendang kaki Stefan pelan. Dan Stefan kaget serta meringis walau tidak kesakitan.
"Nah ini ada pertanyaan terakhir dari twit**ter sebelum lanjut ke lagu berikutnya ya, ini dari @irawanawanawan .... Kalau misal besok tau kalian bakal mati, dan kalian dikasih satu permintaan yang pasti bakal terkabul, permintaan apa yang paling pengen dikabulin... Dari Bagas deh coba.."
"Gak tau" jawab Bagas
"Mau jadi pilot Gundam" jawab Anin.
"Mau mendadak jadi pendeta biar gampang tobat" canda Stefan.
"Pengen teleport ke Jepang...." jawabku sambil menghela nafas membayangkan Kyoko.
--------------------------------------
"Cakep tadi penyiarnya, coba minta nomer telponnya, gue tidurin tuh..." seloroh Stefan di dalam mobil sewaan itu. Yang menyetir adalah Anin. Aku di sebelahnya, di belakang Bagas dan Stefan. Mereka duduk dengan tenang, walau Stefan selalu ribut seperti tadi.
"Bacot banget sih monyet" ledek Anin sambil menyetir dengan tenang.
"Berisik banget sih... Gue ngomong apa dikomentarin mulu"
"Suka suka gue dong"
"Jadi kita jemput Sena di hotel, terus makan siang dan cek sound kan malemnya?" aku mendadak bertanya sambil memperhatikan handphoneku. Mengirimkan foto-foto suasana Surabaya ke Kyoko.
"100 untuk Pak Achmad" jawab Anin sambil terus menyetir, mendekati lokasi hotel.
"Tuh si anak alay sepupu kalian" tunjuk Stefan ke arah lobby hotel. Dari jauh terlihat Sena melambai-lambai ke arah kami. Anin mengarahkan mobil itu masuk ke drop off dan berhenti. Sena berjalan dengan pelan ke arah mobil.
"Cepetan Kontol! Gue dah laper!" teriak Stefan sambil membuka kacanya. Orang-orang di sekitar melihat ke arah datangnya suara dan itu membuat Sena menjadi malu dan dengan setengah berlari menuju mobil untuk kemudian segera masuk.
"Gak usah pake teriak napa sih..." keluh Anin.
"Suka suka gue... Jalan cepetan!"
"Eh emang lo tau jalannya ke tempat makan kita Nin?" tanyaku.
"Santai... Udah googling tadi..."
"Kalo kesasar gue berakin elo..." bisik Stefan dari belakang.
"Berisik ih! Makin laper gue jadinya" keluh Anin.
"Abis lo gak dengerin gue sih... Kan gue suruh nyewa sopir..."
"Kebiasaan ada Mang Ujang lo jadi kolokan gitu sih" balas Anin.
"Kagak ada hubungannya... Biar gampang aja, ini bukan Jakarta tau...." sahut Stefan kesal.
"Biar hemat juga... Kalo kudu bayar supir tiga hari? Lagian ntar cek sound juga dijemput panitia... Paling besok juga ga kemana mana karena dah mulai acara.... dan besoknya pulang, udah" jelas Anin panjang lebar dengan nada sewot.
“Pelit amat..”
“Biar bayaran kita ga kepotong buat sopir tau…”
Aku diam saja dan memeriksan handphoneku kembali. Ada kiriman foto dari Kyoko. Foto selfie dirinya memakai mantel.
Betapa rindunya dengan suasana disana, pasti disana masih dingin, di bulan Februari ini. Betapa kangennya berjalan berdua di taman yang tenang, dengan Kyoko sambil memperhatikan anak kecil yang sedang belajar jalan atau belajar naik sepeda. Atau sekedar melihat tupai atau burung yang lewat di tengah dinginnya hari. Atau menemaninya berburu makanan manis di pelosok Mitaka.
Tapi pasti berat kalau aku meninggalkan seluruh kehidupanku disini. Tentunya karena hidupku adalah bersama Hantaman dan studioku. Tidak mungkin aku nekat kesana dan menumpang hidup di Kyoko, itu jadi benalu namanya.
Ada notifikasi pesan. Whatsapp. Coba kubuka. Dari nomor yang tidak kukenal ternyata.
“Siang bro….”
“Siang, siapa nih?” di foto profilnya terdapat foto turntable yang disorot lampu warna-warni.
“Pras”
“Oh, apa kabar…”
“Baik, nah gue dapet nomer elo dari Kanaya nih…” lanjutnya.
“Terus?”
“Iya, kita mendadak banyak materi buat rekaman dan mau ngerekam di studio elo… Sekaligus elo jadi produsernya, gimana?” tanya Pras dengan nada penuh harap.
“Wah menarik, tapi arahannya ntar mau yang kayak pas manggung di acara bulan lalu?” tanyaku balik.
“Pastinya… hahaha”
“Wah menarik, mau2..” jawabku dengan senang.
“Siap… Bisa ketemu kapan?”
“Paling weekdays besok ya? Gw weekend di Surabaya soalnya”
“Sip… ntar kabarin aja” sahut Pras menutup pembicaraan.
“Mantep”
Aku tersenyum dan membagi info itu ke teman-temanku.
“Pierre T mau rekaman”
“Oh ya?” Anin tampak kaget.
“Denger dari mana Bang?” tanya Sena.
“Gue barusan dikontak ama Pras, sekalian gue dijadiin produsernya katanya” senyumku.
“Serius tuh… Emang musik elektronik perlu rekaman di Studio?” tanya Stefan sini dari belakang.
“Kan belom tentu elektronik juga kali, lagian musik apapun butuh produser” jawab Anin.
“Gue nanya Arya kok elo yang sewot sih kuda”
“Kenapa sih selalu rese kalo gue yang nanya-nanya”
“Udah nyetir aja sana… Kalo kesasar awas.” balas Stefan gemas.
“Gue seneng sih ama musik mereka…” komentarku.
“Bedanya apa emang ama Maliq dan Soulvibe.. Kayak gitu-gitu aja” Stefan mencoba menilai.
“Cerewet aja nih orang, pas mereka manggung kemaren yang duluan joget situ” keluh Anin.
“Berisik! udah nyetir aja sana” dan mobil mendadak oleng karena Stefan mencubit puting Anin dari belakang.
“BANGSAT!!”
--------------------------------------
--------------------------------------
--------------------------------------
“Makasih ya Mas, keren tadi manggungnya…” Ketua Panitia acara menyalami kami yang sudah basah oleh keringat sehabis tampil.
“Sama-sama lho” ucap Stefan dengan muka sumringah.
“Itu dibelakang silakan kalo mau ngebir”
“Wah mantaaap” sorak Stefan dan Anin mendengar kabar baik itu.
Kami lantas berjalan ke ruangan yang sudah disediakan untuk kami di area backstage. Melihat botol bir dingin, Stefan langsung jelalatan dan langsung membuka botolnya untuk langsung ia tenggak. Anin juga, langsung menyambar sebotol, sedangkan Bagas duduk dengan kakunya dan langsung membuka handphonenya. Aku lirik layarnya. Lagi-lagi membuka laman berita politik. Aku hanya geleng-geleng kepala dalam diam.
Aku duduk dan menyalakan handphoneku. Ada beberapa pesan dari Kyoko. Temanya masih sama dan memang itu tema yang selalu kurindukan. Kegiatannya sehari-hari, ulah-ulah konyol kakaknya, kabar tentang Kodama, dan kemajuannya belajar Bahasa Indonesia. Dan sekarang jadi lucu. Dia mencoba chatting dan video call denganku dalam Bahasa Indonesia, sementara aku membalasnya dengan Bahasa Jepang, yang juga sedang kupelajari di Jakarta sana.
Ya, demam Kyoko terus berlanjut. Dan diam-diam aku juga sedang menabung lagi untuk next trip ke Jepang. Ditambah nanti aku akan jadi producer untuk Pierre T, itu artinya pundi-pundi uang akan bertambah untukku. Makin banyak yang bisa kuambil, makin banyak juga yang bisa kutabung untuk perjalanan selanjutnya bertemu dengan Kyoko.
“Permisi mas…” LO (Liaison Officer) kami mendadak masuk. “Ada wartawan yang mau wawancara, boleh?” tanyanya.
“Ntar aja deh… Capek” sahut Anin.
“Oh oke…”
“Cewek apa cowok?” tanya Stefan mendadak.
“Cewek mas…”
“Masuk!”
“Woi!” sela Anin.
“Diem lu bangsat, masuk aja gapapa”
LO kami mengangguk, dan sebelum dia menghilang, aku meminta kepadanya untuk membawakan minuman non alcohol untukku. Tak berapa lama wartawan itu masuk.
“Permisi…”
“Ayo-ayo duduk sini..” Stefan lantas menarik kursi mendekati dirinya dan mengajak wartawati itu untuk duduk. Lumayan cantik juga, pikirku. LO akhirnya masuk untuk membawakan minuman ringan untukku.
“Gak capek Mas abis manggung?” tanyanya ke kami semua.
“Lumayan sih” seruku sambil meminum minuman tadi.
“Ah enggak kok, santai, ini kan sambil istirahat” seringai Stefan. Aku sudah hapal seringai yang benar-benar berbau nafsu itu.
“Jadi gimana Surabaya, panas ya haha…..” basa-basi si Wartawati
“Lumayan, ini aja keringetan gini” jawab Anin ramah.
“Bisa kita bikin lebih panas lagi kok” sahut Stefan.
“Oh gitu… hehe…” senyumnya ke arah Stefan. “Nah, mulai aja ya mas…” dia mengeluarkan recorder dari tasnya dan mulai menyalakannya.
“Saya sudah denger album pertama dan kedua kalian, dan memang keliatan ada perbedaan, kalau di album pertama lebih ‘marah’ di album kedua ini lebih kalem, tapi lebih nyelekit liriknya… Apa bener?” tanyanya. Tampaknya dia sudah riset terlebih dahulu.
“Gak salah… Memang di album ke dua ini kita lebih milih-milih lirik kita karena range pendengar kita nambah, jadi banyak anak remaja juga, jadi kita berusaha untuk gak sekasar album pertama, walau tema yang diusung sama… Jadi mungkin kedengerannya lebih nyelekit karena bahasanya yang lebih sopan itu…” jawab Anin panjang.
“Lebih sopan sedikit sih” sahut Stefan.
“Nah ini yang suka bikin liriknya” tunjuk Anin.
“Oh gitu, dan dari segi sound lebih mateng juga ya?”
“Ilmunya orang itu udah banyak soalnya” tunjuk Anin ke diriku. “Secara komposisi juga lebih mateng karena disini proses bikin lagunya banyak bareng, gak Cuma sekedar ide-ide pribadi yang diusulin ke grup, tapi emang bener-bener kita bikin lagu-lagunya dari scratch”
“Dan disini gak Cuma unsur dari rock dan seattle sound aja kan pengaruhnya?” tanyanya lagi.
“Saya masukin banyak influence dari Jazz, terutama di solo gitar dan dinamikanya” jawabku.
“Ngomong-ngomong soal Jazz, selamat ya udah rilis single Mas…” serunya kepadaku.
“Makasih…”
“Saya beli lagunya hahaha…”
“Makasih lagi…”
“Dan nyambung sama singlenya Mas Arya, ada kepikiran gak, misalnya Mas Stefan gitu, bikin album solo….”
“Wah gak bisa saya jawab sekarang..” jawab Stefan.
“Haha, kapan dong?”
“Ntar aja di hotel gimana?” seringainya.
--------------------------------------
Aku sudah mandi malam itu, tidak nyaman rasanya berkeringat begitu deras tadi. Lengket badanku. Aku segera berpakaian dan bersiap untuk video call bersama Kyoko, sambil menunggu Anin dan Stefan yang melanjutkan sesi wawancara di Lobby Hotel. Tampaknya obrolan akan panjang. Aku permisi karena ingin mandi dan istirahat, sudah ada mereka berdua, sudah sangat mewakili Hantaman.
“Will contact you in a moment, ready?”
“15 menit… Belum menghidupkan notebook di kamar.” jawab Kyoko dalam Bahasa Indonesia yang grammarnya kaku. Aku mengeluarkan laptopku, dan sebelum sempat menyalakannya, aku melihat pesan masuk dari Stefan.
“Keluar dari kamar men” Aku dan dia memang sekamar.
“Kenapa?”
“Cepetan”
“Why?”
“Cepet ke kamar Anin ama Bagas aja”
“Why?”
“Gue lagi bawa wartawan tadi ke kamar, biasa…” aku bisa merasakan seringai khasnya terpancar dari layar handphoneku.
“Ah anjing ngembat cewek lagi…” keluhku.
“Ntar gue share fotonya”
“Gak perlu, gue keluar sekarang ya…” infoku ke Stefan. Aku menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuannya yang tampaknya tak berubah.
Aku menyambar laptopku dan keluar dari kamar, lalu mengetuk kamar Anin dan Bagas.
“Masuk” seru Anin dari dalam. Aku masuk dan menemukan Bagas sudah tidur seperti biasanya. Anin baru beres mandi, sepertinya akan segera menyusul Bagas. Aku menaruh laptopku di meja dan langsung menyalakannya. Aku sengaja menghadap ke kasur, dan membelakangi jendela agar tidak diintip oleh Anin.
“Mau webcaman ama pacar?” tanya Anin.
“Iya”
“Monggo, gue tinggal tidur aja ya, capek, tapi gila tuh orang, berhasil juga cewek baru lagi diembat..”
“Biasa Stefan mah…” balasku.
Aku segera login ke Skype, dan tanpa menunggu waktu lagi muka Kyoko muncul di hadapanku. Aku mematikan suaranya.
“Hi” ketikku.
“Why typing, we usually talk?” balasnya.
“Because I’m in my friend’s room”
“Aah… Baik..” ketiknya lucu.
“Jadi aku tidak bisa berlatih bahasa jepang bersama Kyoko” ketikku sengaja dalam kalimat yang baku.
“Tidak apa. at least we can see each other <3 Miss you!!” seru Kyoko dalam tulisannya.
Aku tersenyum, melihat ke arah ekspresinya yang masih seperti malu-malu menggemaskan. Sungguh kangen sekali, ingin bertemu dengannya.
“Today was tired”
“Lelah.. Hari ini lelah…” tulis Kyoko, melatih Bahasa Indonesianya.
“So, how’s Kodama? Kodama wa genki?” tanyaku.
“Kodama today so cute… I took a lot of picture of him because I see him sleeping in kitchen… I send the photo to your email. Please see ^-^” aku tersenyum.
“A moment please” Aku beralih dari skype ke web browser.
Dengan tak sabar aku membuka emailku. Dan ada satu email selain dari email Kyoko yang menarik perhatianku.
Inbox:
[email protected] – Kodama Photo
[email protected] – Recording with A.E.U.G.
Apa ini? dengan buru-buru langsung kubuka email yang dibawah email Kyoko. Dan langsung kubaca.
Dear Mr Arya Achmad,
I believe we’ve met before. My name is Lars-Inge Björnson from A.E.U.G. Long story short, our Board of Director have been listening to your single – Matahari Dari Timur. And they’re very interested in you.
On behalf of A.E.U.G. family, we invite you to join us as Recording Artist, and we could use your sound and recording engineering knowledge and skill for collaborate in some of our projects. We’re hoping to assist you to create a full-length album that embodies your music vision.
Mr. Kenichi Towa has agreed to act as your Executive Producer. All recording process will be held at one of our studio in Setagaya, Tokyo. We will cater your stay and living expenses during the album recording process.
We could talk about this issue whenever you’re ready. My skype account is bjornsonAEUG.
Best regards,
Lars-Inge Björnson
Chief Executive Officer
A.E.U.G
(Axis Entertainment Utsunomiya Group)
Fuck.
Shit.
Kenichi Towa. Tidak hanya di Jepang, tapi namanya terkenal di seantero dunia untuk urusan produser musik Jazz. Shit.
Kepalaku langsung berputar rasanya. Bayangan akan Kyoko mendadak memenuhi kembali kepalaku. Jantungku berdegup kencang melihat email itu. Aku gemetar. Tidak. Bukan karena urusan album. Tapi itu berarti aku akan bisa lama berada di Jepang.
Dan hanya Kyoko yang kupikirkan sekarang.
--------------------------------------
BERSAMBUNG