Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 1 (racebannon)

Menurut Kalian, Siapakah "Bastardverse" Best Couple?

  • "Aku" & Dian (The Lucky Bastard)

    Votes: 12 7,5%
  • "Aku" & Nica (The Lucky Bastard)

    Votes: 2 1,3%
  • "Aku" & Anggia (The Lucky Bastard)

    Votes: 41 25,8%
  • Arya & Kyoko (Matahari Dari Timur)

    Votes: 51 32,1%
  • Anin & Zee (Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%
  • Stefan & Semua yang dia tiduri (Matahari Dari Timur)

    Votes: 23 14,5%
  • Amyra & Dipta (Amyra)

    Votes: 6 3,8%
  • Gilang & Saras (Penanti)

    Votes: 2 1,3%
  • Gilang & Tara (Penanti)

    Votes: 3 1,9%
  • Bryan & Tika (Amyra)

    Votes: 1 0,6%
  • Rendy & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 14 8,8%
  • Adrian & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%

  • Total voters
    159
  • Poll closed .
Bimabet
part2 yg gak banyak ss malah kok jauh lebih nendang ya hu? biarpun baca ulang emosinya dapet bgt:ampun:
 
Melek mata MDT sudah tersedia, Mantap Om @racebannon, :top:

Selamat Pagi Selamat Hari Sabtu dan Selamat Berlibur.

Terima Kasih Om race updatenya memikat membuat hati terpikat.
Sukses selalu RLnya dan sehat selalu.
 
Hajar terus , walauoun udah sempet baca tapi makin asyik aja baca ulang lagi , gas terus sampai mdt tamat
 
MDT SEASON 1 - PART 35

--------------------------

sebstu10.jpg

“Gimana?” teriak Raditya di mikrofon.
“Udah oke, gak usah take lagi” balasku.
“Serius?”

“Serius, udah ada empat versi di verse yang situ, kalo lo mau sekali take lagi bayar lagi lho” candaku yang disambut tawa Pras dan Mukti yang duduk di sampingku. Raditya sedang di dalam, take vocal untuk lagu keempat yang mereka rekam.

“Udah beres, paling besok kita kesini lagi” sahut Pras.
“Ditunggu, abis kalian ini masih ada yang mau recording lagi tar sore” jawabku.
“Siapa?”
“Band anak mahasiswa gitu lah”
“Bukan elo kan produsernya?” tanya Pras.
“Bukan lah hahaha……” tawaku. Mereka hanya menyewa studio saja.

“Yowes, kita jalan dulu…” sahut Mukti
“Woi… Gue masih di dalem studio!” teriak Raditya dari dalam.
“Kita tinggalin aja” tawa Pras.

Aku tersenyum, sambil melihat handphone.

“Kyo no gogo” pesanku tadi pagi, saat dia menanyakan kapan aku bisa video call. Siang ini.
“Yes Aya, Kyoko bisa ^-^” jawabnya dengan manis. Aku menarik nafas, siap untuk membicarakan semua yang terjadi dari sejak email itu aku tunjukkan ke teman-temanku. Stefan masih belum kembali ke grup, dan grup masih sepi.

----------------------------------

guitar10.jpg

Jam 1 siang. Aku menatap Kyoko panjang di layar komputerku, sesaat setelah aku menceritakan semua kejadian pertengkaran antara aku, Stefan dan Anin. Mukanya tampak khawatir, dia pasti mengkhawatirkanku. Dia tampak menarik nafas panjang untuk menimpaliku.

“Aya…” sahutnya.
“Yes?”

“So, Aya already think about the decision?” tanyanya dalam bahasa Inggris yang amburadul.
“Sudah.. Sudeni…” jawabku.

“So?” senyumnya dengan manis.
“I decided to record the album here, but the mastering and distribution will be by A.E.U.G…. I will talk later to them about this…. Hope they can understand... It's usual in this bussiness”
“So Aya will go to Japan or no?” tanyanya.

“I will, but tidak selama seperti yang kita bicarakan kemarin… Demo, sugu ni nai… Saisho ni rokuon… Koko…” jawabku, menebak reaksinya. Artinya kurang lebih, tidak dalam waktu dekat aku akan ke Jepang, rekaman dulu disini.

Kyoko lantas tersenyum.

“I understand… I think it’s better like that… Aya’s friend is important. Kyoko can wait. Kyoko bisa tung-gu” senyumnya.
“Hontou?” tanyaku. Benarkah? Apa dia tidak kecewa karena rencana kami untuk bersenang-senang berdua batal?

“Yes… Teman Arya sudah se-pe…ti keruaga… Kazoku… Aya still upset?” tanyanya dengan senyum. Dia tidak begitu bisa menyembunyikan raut kecewanya, tapi tampak sorot matanya sangat tenang, dan aura besar hati terpancar dari layar komputerku. Aku tersenyum balik.

“Mochiron…” tentu saja. Tentu saja aku masih ada rasa kesal karena kejadian kemarin..
“It’s okay… Best friends fight. Teman baikku… pasuti… beke..rahi… Demo… sa-ring… me, ma.. afuu…”
“Memaafkan?” tanyaku sambil senyum. Maksud yang kutangkap dari perkataannya, pasti teman baik akan berkelahi di beberapa saat tertentu, tapi pasti saling memaafkan lagi.

“Ah.. that’s the word… So, Aya will talk to Aya’s friend?” tanya Kyoko.

“Yes….”
“When? Itsuka?” tanyanya sambil senyum.
“Ano…..” aku bingung.
“Haru.. Cepatto…”
“Harus cepat?” tanyaku balik mengkonfirmasi
“Iya” senyum Kyoko manis.

“But Aya….” lanjutnya. “Kyoko feel a little disappoint because Aya cant be here for long time like we plan. But Kyoko understand… I understand that Aya friend in the band is also important. Dari curita… Aya, mereka oranggu… baikku… Good friend… So Aya must also think of their feeling. Sorera o kizutsukemasen…” pesan Kyoko dengan manisnya.

Sorera o kizutsukemasen… Jangan menyakiti mereka.

“Ok….” jawabku pelan.
“But I miss you a lot” Kyoko menjulurkan lidahnya ke arah webcam.
“Miss you too…..”

“Aya…” sahut Kyoko.
“Yes?”
“Aya ta..hu apa yanggu.. paring Kyoko rindukan?” tanya Kyoko.

“Apa?” senyumku.
“Anata to Yoroimasu” mukanya terlihat malu.

“Yoroimasu?” tanyaku.
“Haha….” Kyoko tertawa. Aku membuka handphoneku lantas melihat artinya di google translate.

“Yoroimasu… Cuddling?” tanyaku. Cuddling, bermesraan.
“Hai…” senyum Kyoko dengan malu dan menggigit bibirnya sendiri. Sangat menggemaskan. Sungguh kangen rasanya pada dirinya.

“So, Kyoko will wait? Matteimasuka?” tanyaku.
“Mochiron!” tentu saja. Dan Kyoko melemparkan ciuman virtual ke layar computer.

----------------------------------

Entah kenapa rasanya hari ini begitu gugup. Aku memperhatikan jam tanganku di tengah les Bahasa Jepangku. Tak sabar rasanya melihat handphone, memeriksa kabar dari Kanaya soal keberadaan Stefan. Katanya kemarin Stefan sempat main ke Pub sebentar, bawa cewek. Tapi tak lama disana. Kata Kanaya, air mukanya entah kenapa agak lebih kalem dari biasanya, tidak sejahil dan seasal biasanya.

Aku pikir aku akan langsung mengajaknya bicara disana.

Tak sabar, aku ingin segera menemui Stefan disana. Jika ada. Dan setelah itu, membalas email, untuk membuat janji bicara dengan pihak A.E.U.G. Aku yakin mereka akan membalas proposalku dengan baik. Seperti banyak musisi Indonesia lainnya yang bernaung di label internasional, hal seperti itu sudah wajar. Tentunya kemarin tidak terpikir karena aku terburu euforia dan Stefan terburu emosi.

Detik demi detik terasa merambat begitu lama, dan dengan tidak sabar akhirnya pelajaran hari ini selesai sudah. Aku memeriksa handphoneku. Dan info dari Kanaya membuatku sumringah.

"Stefan lagi ada disini, buruan... tar keburu balik dia" infonya.

Dan aku dengan kalang kabutnya lantas membereskan buku-bukuku, lalu berjalan dengan cepat ke parkiran motor. Tak lama setelah itu aku memacu motorku dengan kecepatan tinggi ke arah Pub. Di dalam pikiranku yang terpikir hanyalah bagaimana caranya meluruskan ini semua.

Di tengah ramainya cahaya lampu malam Jakarta, aku mengemudikan vespaku dengan sedikit blingsatan. Aku tahu, kalau aku terlambat, aku harus menunggu lagi kabar dari Kanaya soal Stefan. Karena mendatanginya langsung di rumahnya atau menghubunginya secara langsung mungkin agak tidak bijak, mengingat betapa reaktifnya orang itu.

Dan.

004df610.jpg

Akhirnya aku sampai. Setelah mengunci helmku di motorku, aku lantas berjalan dengan buru-buru ke dalam Pub. Terlihat jelas aku celingukan, tampak seperti sedang mencari orang.

"Arya!" teriak Kanaya.
"Eh"
"Lagi di WC" bisiknya sambil menghampiriku.
"Dia duduk di?"
"Di bar, lo gimana?"

"Yang penting ketemu dia dulu" jawabku sambil membuka resleting jaketku.

Aku lalu duduk di ujung bar. Menunggu dengan tidak tenang, beberapa menit menunggu Stefan buang air rasanya seperti beberapa jam. Hingga lalu kulihat sosoknya duduk tak jauh dariku. Aku bisa merasakan nafasnya agak berubah ketika dia melihat diriku di ujung matanya.

Aku bangkit dari tempat dudukku, lalu berjalan dengan langkah pelan cenderung merayap, mendekati Stefan yang seperti tidak ingin melihatku.

"Fan" tegurku sambil mendekat.

"Bentar... Jangan disini... Disono" dia menunjuk meja dan kursi yang agak tersembunyi di pojok. Stefan lalu menyalakan rokoknya dan menyambar gelas bir yang menemaninya dari tadi. Aku mengikuti langkah pelan dan gontainya ke meja yang ia tunjuk.

"Ngomong" perintahnya dengan nada tegas, saat aku sudah duduk berhadapan dengannya.
"So... Gue udah ngobrol ama keluarga gue dan Kyoko"
"Jadi?"
"Mungkin lo udah denger dari Kanaya"

"Untungnya gitu, kalo enggak gue udah siram elo pake bir sekarang" ucap Stefan dengan muka kesal, sambil menghisap rokoknya dalam-dalam. "Dan elo main kucing-kucingan ama gue, gak bisa apa hubungin gue langsung?"

"Gue kenal elo, makanya gue gak mau ganggu elo Fan" jawabku.
"Maksudnya gue emosian?"
"More or Less"
"Anjing"
"Gue harus jujur sama elo... So dengerin dulu"

"Silakan" ucapnya dengan cuek.

"Gue udah mutusin untuk rekaman disini, baru mastering dan promosi disono...."
"And then?"
"Jadi gue cuma bakal sebentar disana"
"Kayak Budjana gitu?" tanya Stefan.
"Iya"

"Kenapa gak kayak gini dari kemaren, kenapa kemaren kayak pengen langsung terbang ke Jepang?" tanya Stefan mencecarku.

"Sori, euforia..."
"Oke... Pacar lo?"
"Dia udah ngerti, dan dia bilang temen-temen gue berharga banget, jadi jangan kecewain mereka"

"Jijay"
"Yah......" aku mengangkat bahuku.

"Oke, paham. Tapi lo harus ngerti posisi kita Ya. Kita selama ini ada di bawah bayang-bayang elo. Lo bisa dibilang gerak di dua dunia musik. Skill lo gila. Jejaring lo di dunia musik lebih banyak. Pengetahuan lo soal Sound sama Recording hebat banget, jadi liat email kemaren, yang kepikiran sama gue cuma satu. Anjing, dia bakal ninggalin temen-temennya yang sampah ini" jelas Stefan panjang.

"Gak kayak gitu men"

"Bentar, dan karya lo diakuin produser kelas dunia. Ditambah pacar lo orang Jepang. Se enggak Jazz nya gue, gue tau lah A.E.U.G.... Banyak musisi Jazz Jepang yang besar namanya gara-gara label itu... Yang ada di pikiran gue cuma kita terkatung-katung ngaudisi gitaris yang udah pasti ga lebih jago dari elo... Lo bisa bayangin kan sakit pantatnya gue pas liat email itu?" tanya Stefan setelah mencecarku.

"Paham"
"Dan gue pribadi ngerasa kita gak punya daya apapun buat nahan elo... Jadi gue snap" lanjutnya.
"Paham"

"Paham-paham mulu" kesal Stefan.
"Iya, maksudnya, saat lo ngerasa ga bisa ngapa-ngapain lagi kan biasanya orang jadi defensif kan Fan"
"Gitu kira-kira"

"So we're good?" tanyaku.
"Maybe"
"Come on...." bujukku.
"Ada syaratnya...."
"Yaitu?"
"Lo kasih liat gue video lo ngewe ama pacar lo" ucapnya bercanda, masih dengan muka sinis.

"Tai" jawabku pelan.
"Sorry man" ucap Stefan sambil mematikan rokoknya.
"Gue yang sorry" balasku.

"Temenin gue mabok malem ini"
"Siap" jawabku sambil tersenyum tipis.

----------------------------------
----------------------------------
----------------------------------

guitar10.jpg

Minggu yang lelah. Rangkaian pertengkaran dengan Stefan dan segala cerita setelahnya memang melelahkan. Stefan belum kembali lagi ke grup tapi. Dia bilang, dia mau menunggu Anin datang padanya untuk bicara baik-baik sepertiku. Memang orangnya baik, walau mesum dan ngaco, cuma pride-nya dia agak kegedean. Makanya harus hati-hati pendekatannya.

Aku sedang bersiap, menyalakan skype, lengkap dengan catatan soal tawaran dari A.E.U.G. yang sudah kubuat. Aku sudah berjanji untuk video call dengan Lars-Inge Björnson. Proses bargaining ke depannya yang akan menentukan masa depanku tentunya. Keputusanku sudah bulat, yakni rekaman disini dan baru akan proses mastering dan distribusi di Jepang sana. Makin kesini memang makin mudah, ada email, dan segala macam bisa dilakukan remote, tidak harus rekaman di tempat lagi, walaupun mereka sudah menawarkan untuk melaksanakan rekaman di studio mereka di Tokyo sana.

Pukul 5 sore waktu Indonesia. Berarti jam 7 malam waktu Jepang. Baiklah. Kita tunggu panggilan Skype dari orang itu, Lars-Inge Björnson.

Ketika waktu sudah menunjukkan jam 5, panggilan itu masuk.

Aku mengangkatnya dengan muka sumringah.

"Hi there" sapa Lars. Mukanya dengan jelas berada di layar komputerku.

"Hi..." sapaku balik
"How r' you doing?"
"Fine, hope you're also fine" balasku dengan ramah. Dan Lars mengiyakan.

"So... Let's get into bussiness" Lars tertawa.
"Okay..."
"So, when are you available? I'll book a flight for you" senyumnya dengan seringainya yang besar.

"Haha, listen, i'm still producing an album for a band here..."
"Okay..." dia berusaha mendengarkan dengan seksama.
"And I think I will do the recording here in Indonesia, then the Mastering, we can do it at your studio..." jelasku.
"Wait"

"Yes?"
"Recording, in Indonesia?"
"Yes, why?"

"Are you kidding?" bingung Lars.

"Of course not... Budjana did that with an American Label" jawabku.
"But we already sorting out some of best players here to join your album..." keluh Lars.
"With all due respect sir, but we here in Indonesia we also have a lot talented and skilled players" senyumku.

"It doesn't make sense... And how can Towa-San oversee your work?" tanyanya lagi, mempertanyakan posisi Kenichi Towa.

"Email?" jawabku.
"He's an old school guy, he doesn't have any email...." balas Lars.
"Somehow we can make it work, right?"

"Listen here... We offer you a recording opportunity... Not Mastering opportunity..." ucapnya tajam.
"But..."
"And we simply can't follow your term.... Why could you pass on something big like this?" sela Lars.
Tunggu. Aku tidak menolak offernya, kenapa dia langsung menyimpulkan kalau aku menolak offernya? Aku hanya bilang bahwa aku ingin proses recordingnya di Indonesia.

"Mr Björnson.."
"Call me Lars.."
"Ok... Lars, listen, My band still needs me here, we're just released our second album, and there's a lot upcoming gig for us..."

"Listen... Listen..." Lars memotongku. "Your band is good, but not great" lanjutnya. Dia mungkin sudah mendengarkan beberapa materi Hantaman di internet.

"Pardon?" mendadak dahiku berkerut.
"You're bigger than this, Arya... If your band blocking you from this big opportunity, then leave it... Right?" ucapnya tajam.
"Sorry but i don't think I could leave the band..." ucapku pelan.

"Arya... your guitar playing, your composition, is far more great than a mere grunge band... You guys sounds the same! Pearl Jam, Soundgarden, Alice In Chains, even your band, you guys sounds the same!!! You're not an angry teenager anymore... Grow up.. Stand for yourself... Be something" ucapnya dengan nada melecehkan.

Kaget.

Aku kaget. Bisa-bisanya orang yang kerja di industri musik melecehkan jenis musik lain. Setahuku orang-orang seperti Lars harusnya memiliki taste yang luas dan berpikir lebih holistik soal musik. Aku merasa terhina. Sumpah. Band-band besar seperti Pearl Jam, Soundgarden maupun Alice in Chains dihina juga olehnya? Oh my....

"So?" tanyanya.
"Sorry..." jawabku pelan.
"Sorry for what?"

"Sorry i couldn't work with someone like you" senyumku.
"Grow up, Arya... This is reality"
"And sorry Lars, the reality is far wider than your insight...."
"Just let me now whenever you change your mind" ucap Lars dengan muka mencibir.

"I won't... Bye"

Dan aku cepat-cepat mematikan window Skypenya. Selesai sudah. Aku sudah tidak berminat lagi untuk rekaman dengan A.E.U.G. kalau CEO nya meremehkan bandku, terutama jenis musik yang dimainkan oleh Bandku.

Aku marah. Aku merasa pengorbananku untuk memikirkan tawaran dari mereka sia-sia, belum lagi soal pertengkaran yang terjadi kemarin itu. Mereka mungkin hanya ingin menjadikanku entah apa, ladang uang untuk pasar Indonesia mungkin? Atau apapun, tapi etika bisnis Lars-Inge Björnson dan A.E.U.G. kurasa kasar.

Aku membuka handphoneku, mengirim pesan yang menceritakan soal pembicaraan yang menyebalkan ini ke grup Hantaman, Stefan, Kyoko, Kanaya, dan Ai. Lalu aku menutup handphoneku. Aku ambil kotak tupperware yang sangat berharga isinya untukku. Untung sudah restock.

Aku menyalakan air purifier, aku siapkan deodorizer. Aku buka kotak tupperware itu, kuambil sejumput, kuhaluskan daun keringnya. Kulinting dalam kertas rokok. Kubakar.

Persetan. Aku membatin sambil menghisapnya dalam-dalam.

-------------------------------

BERSAMBUNG
 
Lars dan A.E.U.G. lewat. Tinggal bicara dgn Kyoko, yg pasti harus menunda mimpi indahnya, bertemu Aya...

Konfliknya halus dan dalem... Keren!
 
MDT SEASON 1 - PART 36

----------------------------------

guitar10.jpg

Badanku lemas dan pegal. Aku berbaring malas di kasurku sambil mengetik pesan ke Kyoko. Sudah sekitar sebulan lebih lewat dari kejadian-kejadian gila berkisar tawaran rekaman ke Jepang itu. Kini suasana kembali normal. Stefan sudah kembali ke grup whatsapp tentunya, dan suasana kini hangat kembali, kembali penuh cercaan, cacian dan gambar jorok di dalam grup.

Kyoko makin lama bahasa Indonesianya makin lancar, dan bahasa Jepangku pun membaik. Setidaknya secara tulisan. Namun dalam pembicaraan kami secara verbal di video call, bahasa yang kami gunakan masih bercampur-campur tak jelas seperti biasa. Kini keseharianku yang penuh dengan manggung dan pekerjaan di studio sekarang dilengkapi oleh Kyoko yang selalu menemani lewat dunia maya.

Progress album Pierre T sudah berjalan setengahnya. Kerja keras kami berjibaku di studio mulai menunjukkan hasilnya sedikit demi sedikit. Band electrofunk dengan pengaruh tokyo city pop dan french house itu kini sound nya semakin terbentuk. Dan aku tidak sabar untuk memperdengarkan hasil akhirnya ke Kyoko, pasti dia suka jenis musik seperti itu.

Malam itu, setelah manggung yang melelahkan di Bogor, aku duduk dengan malas di atas kasurku, sambil memasang headphone di handphoneku, menunggu Kyoko menyalakan Skypenya. Aku biasanya menggunakan Skype di komputer. Tapi kali ini tidak ada salahnya untuk mencoba menggunakan aplikasi Skype di handphoneku.

"Aya, tunggu Kyoko sebentar. Kyoko baru saja selesai mandi" pesannya dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
"Daijobu... Matteimasuyo...." balasku, mengatakan bahwa tidak apa-apa dan aku akan menunggu.

Aku dengan iseng melihat-lihat ke grup Hantaman yang semakin penuh dengan saling hina dan ledek meledek. Aku hanya menggelengkan kepala saja sambil tertawa tanpa suara, sambil lalu kembali ke line. Dan Kyoko akhirnya memberi pesan pertanda bahwa ia sudah siap.

"Hai... Ready" aku lantas dengan tidak sabar langsung menghubunginya via skype di handphoneku. Tak berapa lama muka Kyoko memenuhi layar handphoneku.

"Konbanwa Kyoko" sapaku sambil senyum.
"Suramat Maram Aya...." senyumnya sangat menggemaskan.

"Baru... Ano... Pu ranggu... Dari Ano... Doko ka?" tanyanya, aku baru pulang dari mana.
"Bogor kara" dari Bogor.
"Aaa..... How was the show?" tanyanya lagi.
"Good.... But can’t sleep last night" jawabku.

"Why? Ke na pa?"
"Anata no koto o kangaete iru..." jawabku sambil senyum.
"Usoo...." balasnya dengan gemas.
"Hontou... Sabishii desu...." jawabku sambil menahan tawa.

"Aya... Miss you too" jawabnya dengan muka cemberut.

Ya, gombal memang. Aku mengatakan aku tidak bisa tidur memikirkannya, lalu dia menjawab apakah aku bohong? Aku jawab tidak. Soalnya kangen. Sumpah. Geli. Tapi dengannya terasa tepat. Terasa tidak dibuat-buat.

Tapi memang bohong, haha. Aku tidak bisa tidur karena Aku terpaksa tidur sekamar dengan Anin dan Bagas. Dan dua orang itu ngorok bersahut sahutan. Kemarin malam harusnya aku sekamar dengan Stefan di Bogor. Tapi Stefan terlalu sibuk meniduri perempuan lain lagi di kamar kami. Entah apa yang perempuan-perempuan itu lihat dari Stefan sampai mereka semua selalu sukses ditaklukkan olehnya. Dan, seperti biasanya lagi-lagi aku harus menyingkir memberi ruang untuknya beraksi.

"Maaaas.... Masuk ya...."
"Woi!" teriakku saat Ai mendadak masuk ke dalam kamarku, dengan dandanan seperti habis ngedate.

"Aku putuuuuus" teriaknya tidak karuan, dengan ekspresi muka seperti baru bebas dari penjara.

"Dare? Si a pa?" tanya Kyoko di telingaku.
"My sister... Adik..." jawabku.
"Ai chan?"
"Yes... She just broke up...."
"Aa? Daijobuka?" tanya Kyoko, mempertanyakan apakah kondisi Ai baik baik saja. Ai lalu dengan seenaknya merayap di kasurku dan duduk bersandar di bahuku.

"Hallo Kyoko" lambainya ke kamera. Kyoko melambai balik dan tersenyum padanya. Aku dengan sinis menatap Ai dan memberi tanda dengan mataku agar dia segera pergi. Tapi tampaknya gagal. Karena dia mengambil sebelah headphoneku dan memasangnya di telinganya.

"Kyoko.... How are you my sister in law?"
"E??"
"Hahahahaha...." tawa Ai. Iya, memang bukan sekali ini saja Ai mengganggu video callku dengan Kyoko. Tapi Kyoko selalu tersipu malu setiap Ai memanggilnya dengan sebutan kakak ipar atau sister in law.

"Taihen..." ujarku mengeluh.
"Nanika?" tanya Kyoko
"Jooran" jawabku, artinya gangguan. Aku menjawab sambil melirik ke Ai.
"Aya... Iwanaide.... Jya Ai chan... Just broke up? So sorry to hear...." ya, Kyoko menyuruhku untuk membiarkan Ai. Dan sekarang mereka malah mengobrol.

"Don't be sorry.... I don't like him at all" senyum Ai.
"Ee?" kaget Kyoko.
"Yes.... Not like Kyoko, Kyoko is so lucky, have boyfriend like him" Ai lalu menarik pipiku dengan tololnya.
"Ee hahaha.... But i'm sure Ai chan will find good boyfriend" tawa Kyoko.
"Amen to that!" serunya disambut oleh senyum Kyoko.

"Kyoko" seru Ai.
"Yes?"
"When will you go to Indonesia? I want to meet you" senyum Ai sumringah.
"Still saving money, Ai chan...."
"I want to meet Mbak Kyoko..." senyum Ai.

"Nani? Emm... Ano... Mbakku?"
"That's what Javanese people call older women" senyum Ai. "Or big sister" senyumnya.

"Jawa? Bahasa Jawa? Jawa-go? For... Pang giru.. Ano.. Panggir perenpuan yang rebi tua?" tanya Kyoko.
"Oneesan" selaku masih dengan muka manyun karena Ai mendominasi pembicaraan. Oneesan artinya kakak perempuan.

"Aa.... But I'm not Ai's sister" senyumnya.
"You will be..." balas Ai.
"Ee?" kaget Kyoko.
"You will be my sister when you're marrying him" Ai menunjukku. Tepat di hidungku dengan jarinya yang lentik.

"Ano... Marry? Kekkon?" dari layar handphoneku aku bisa melihay ekspresi Kyoko yang sudah kuhapal. Mukanya memerah dan dia mendadak panik dengan lucunya, ketika Ai membicarakan soal pernikahan. Aku tersenyum saja dan malah membayangkannya. Kyoko pasti juga, makanya dia malu seperti itu.

"Naze? Kekkon shitakunai?" tanyaku. Kurang lebih artinya... Kenapa? Gak mau nikah? Tentunya aku menanyakannya dengan bercanda.

"Ayaaa...... Joodan o iwanaide…" muka Kyoko cemberut dengan lucunya. Jangan bercanda, katanya.

Aku tersenyum saja sambil menatap ke arah layar handphone dengan seksama. Ai lantas complain kepadaku. "Curang! Jangan pake bahasa Jepang dooong" aku hanya tertawa sambil menjitak kepalanya, yang disambut dengan tawa Kyoko dari Mitaka yang jauh disana.

----------------------------------
----------------------------------
----------------------------------

sebstu10.jpg

"Album lo gimana?" tanya Jacob yang kebetulan sedang menemaniku di studio, sambil aku mengedit beberapa lagu yang direkam oleh Pierre T.
“Album apaan?” tanyaku balik.
“Album solo lu itu lho…”
"Stuck" jawabku.

"Udah jadi berapa lagu? Kan sebulan kemaren lo bilang mau bikin album disini aja, persetan sama A.E.U.G...."
"Setengah lagu" jawabku dengan muka kesal.
"Tuh kan...." selanya.
"Berisik dah..."

"Anak-anak dah pada tau semua kan soal kasus lo sama A.E.U.G kemaren..." sela Jacob lagi.
"Hmm"
"Karina juga..."
"Ngomong apa lagi si anjing" tanyaku.
"Biasa Ya, lo ga mau denger pasti"
"Shoot me" tantangku.

"Dia bilang lo ****** karena ngelewatin kerjasama ama Kenichi Towa..."
"Emang ****** sih gue, udah tau dia kayak gitu dulu mau aja gue pacaran lama ama dia" balasku. Jacob cuma menelan ludah.

"Tapi apa lo gak sayang Ya?" tanyanya.
"Sayang sih... Cuma... Lo tau lah gue segimananya ama band ini, paham kan?" tanyaku balik.
"Paham sih.. Cuma lo ga bisa ketemu pacar deh" senyumnya mencoba membuat suasana jadi ringan.
"Yah, itu gue lagi nabung lagi, pengennya pas musim semi sih kesono, untung aja studio lagi laku... Lo juga dong, bikin album lagi sini, biar duit gue makin banyak" tawaku.

Jacob hanya tertawa dan mendadak handphoneku berbunyi.

Telpon Masuk. Anindito Widyatmo. Anin? Tumben nelpon.

"Halo Nin?" aku mengangkat telponnya.
"ALLAHUAKBAR" teriak Anin di telpon.
"Apaan sih... lo gabung FPI?" tanyaku kaget.
"Lo di studio kan malem?" tanyanya.

"Err... Iya, gue ga les Jepang malem ini...” jawabku dengan awkward.
"BAGUS!!!!" serunya dengan nada kemenangan yang aneh.

"Ada apaan?"
"Dah Arya!" telpon pun langsung mati.

"Anin?" tanya Jacob.
"Ho oh"
"Kenapa tu orang?" tanya Jacob lagi.
"Ga tau.... Kesambet setan kali... Mendadak Takbir gitu"

Tak berapa lama telpon masuk lagi. Stefanus Darmawan. Aduh... Stefan, ada apa lagi ini?

"WOI KONTOL!" teriaknya di telingaku.
"Apaaan" teriakku juga.
"Si Anin nelpon lo?" tanyanya.
"Iya"
"Dia juga nelpon gue, tapi ga jelas gitu kayak baru menang undian" jelas Stefan.
"Kenapa tu anak?" tanyaku.
"Mau kawin kali besok"
"Iya kali ya? Dia kan masih virgin" candaku.

"Eh Anin masih Virgin?" tanya Jacob kaget.
"Ssttt..." aku menyuruhnya diam.

"Fan, masih disitu?" tanyaku.
"Masih, gue lagi mikir nih... Apaan ya tu gorila buluk satu itu maksudnya tadi...." suara Stefan terdengar bingung.

"Dia suruh lo dateng ke tempat gue malem ini?" tanyaku.
"Iya, ah bangke, padahal gue baru janjian ama cewek buat dinner...." jawab Stefan.
"Mau lo pacarin emang ceweknya?" tanyaku.
"YA ENGGAK LAH ******, MAU GUE EWE!!"

"Astagfirullah itu muluuutt..." balasku.
"Udah dah. Sampe ketemu. Bye!! " dan telpon langsung berhenti begitu saja.

"Apaan sih?" tanya Jacob.
"Tau.... " aku menggelengkan kepala. "Eh, keluarin bass lo aja deh... Kita main musik aja biar ga pusing sama tadi...."

Jacob bangkit dan membuka tas Upright Bass nya yang tertidur di lantai. Aku mengambil Ibanez Artcoreku dan masuk ke dalam studio, lalu menyalakan amplifier.

"Lagu apa ya.... Body and Soul aja kali...." aku mendadak jadi ingat soal Jepang.
"Boleh" Jacob lalu membawa Upright Bassnya masuk ke dalam studio dan mulai membunyikan beberapa not.

"BTW... Anin beneran masih Virgin?" tanya Jacob dengan tolol.
"Udah ga usah dibahas.. Main ajalah kita..."

----------------------------------

"Mana si kontol?" tanya Stefan sambil merokok dengan tak sabar di teras studio.
"Tau, yang nyuruh ngumpul kan dia..." Aku melamun sambil chatting dengan Kyoko.

"Ah tai... tau gini ga usah dijabanin kali ya..... Eh, Cewek, sini dong!" teriaknya mendadak. Ai yang mendadak lewat di depan kami karena baru pulang dari kantor lantas memutar bola matanya ke arah Stefan.

"Apaan lo" jawabnya dari jauh.
"Gak pacaran?"
"Gue udah jomblo sekarang" jawab Ai lagi.
"Lah ini bukan pacar lo?" tunjuk Stefan ke aku.

Ai cuma berlalu sambil menjulurkan lidahnya ke Stefan dan menghilang.

Tak lama kemudian ada sosok berbadan besar yang tergopoh-gopoh masuk dari gerbang ke arah kami.

"Itu dia si buto ijo" komentar Stefan sambil menyalakan rokok lagi.
"Woi... Bagas mana?" tanyaku.

"Udah dia mah gak usah..." sahut Anin. Anin memang paling mengerti soal sepupunya, setidaknya lebih mengerti sedikit jika dibandingkan dengan kami. Bagas memang tidak pernah ikut dalam rapat band. Dia selalu iya-iya saja apapun keputusannya. Kalau kata Anin, dia disuruh nyemplung ke kolam neraka pun mau. Tadinya aku tidak percaya. Tapi setelah pengalamanku mengenal Bagas beberapa tahun ini dan kejadian gila dengan DIMH beberapa waktu lalu, aku bisa mulai paham dan mengerti soal Bagas.

"Kalo ini berita jelek gue sate si tai ini" kesal Stefan sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.

"NAH!!! JADI!!" teriak Anin sambil ngos-ngosan.
"Nafas Nin, mau minum?" Aku bercanda sambil menawarkan kaleng baygon yang tergeletak di dekat teras ke arahnya.

Anin mengambil nafas panjang. Sangat panjang, lebih panjang daripada manusia normal mengambil nafas panjang.

"Kita diundang main ke Jepang!!" teriak Anin dengan muka seperti habis menang lotere.
"SERIUS???" teriakku.
"Seriussssssss" balas Anin dengan mata membelalak.

"Mantap... Akhirnya gak cuman si bangsat ini yang bisa ngerasain memek Jepang!" sahut Stefan bersemangat.
"Nih liat gue print emailnya, Gue BACAIN!!" teriak Anin.

"Dear Mr Anindito Widyatmo
of Hantaman - Indonesia.
FUJI ROCK FESTIVAL 201X, which will be held on 28, 29 and 30th July at Naeba Ski Resort, Niigata, Japan invites you to be the part of the Festival. You will be playing at 28th July, Friday, at Field of Heaven Stage. The schedule is also attached in the email.
Please do not hesitate to contact us at this email for any enquiries. We also need to discuss about the flight, number of crews, riders and also accomodation. You will be accompanied by Ms. Chiaki (line id: chiakiFRF201x) as your Liaison Officer during the Festival.
Best Regards,
ROCK ON!!!
Masakazu Shimamura
Head of Comitee"

"ANJING!!!!" teriakku.
"LO BISA PUAS-PUASIN NGEWE AMA PACAR LO DISINI MEN!!!! KAN BIASANYA ORANG CAMPING DISINI!!!!"
"****** lu" tawaku.
“Sedia stok kondom banyak-banyak men… Atau lo hamilin aja!!!!" teriak Stefan.

"WOI!" teriak Anin.
"Ya?" jawab Aku dan Stefan bersamaan.

"Itu bahkan belom kabar paling baiknya!!!" sahut Anin.
"Jadi?"

"Gue bacain ya.... Fuji Rock Festival also invites... ZZ Top"
"Skip" teriak Stefan.
"Keren tau..." selaku.
"Shuya Okino live Band"
"Wih keren tuh..." sahutku.
"Dimmu Borgir"
"Boleh-boleh..."
"Bootsy Collins"
"Jadul ah" keluh Stefan.

"Bentar, ini tiga headliner utamanya....." Anin lalu menarik nafas panjang. "James Bay.... Sigur Ros... sama..."

"Sama siapa BANGSAT?" tanya Stefan penasaran.

"SOUNDGARDEN!!!"

"WOOOOO NAIK HAJI KITA!!!!!" teriak Stefan sambil lompat ke atas kursi. Aku melongo tidak percaya. Main di Jepang, sebagai Hantaman, kesempatan menonton Soundgarden live, dan... menghabiskan waktu bersama Kyoko. Gila. Aku menganggap ini sebagai karma baik. Karma baik karena aku tidak gegabah mengambil kesempatan dari A.E.U.G. kemarin. Ini gila.

"Mau berapa lama kita disana? Sebulan? Dua Bulan?" tanya Stefan blingsatan. "Sekalian kawin lo Ya disono!!!" teriaknya langsung ke mukaku.
"Ntar kita ngitung fee dulu disana bego!" teriak Anin masih dengan muka sumringah.
"Ah, mau berapa lama pun buat gue gak ngaruh! Ini terlalu gila men!" teriakku kesenangan.

"Dan pacar lo"
"Oh iya, pacar gue!" teriakku lupa.

"Apaan sih teriak-teriak lo pada" Ai mendadak menghampiri kami dengan penasaran.
"Jepang!" teriakku.
"Kenapa Jepang?" Ai bingung.
"Soundgarden!" teriakku lagi.
"Terus kenapa?" Dia makin bingung.

"EH APAAN NIH!!" teriak Ai mendadak saat Stefan memeluknya.
"Kita diundang ke Jepang BABY!!!" teriak Stefan ke telinga Ai.
"WAH!!! ASIK DONG!!! TAPI LEPASIN GUEEEEEEEE!!!" teriak Ai balik.
"GA MAU!" teriak Stefan.

"Ih nyebelin" Ai menjitak Stefan tanpa ampun dan dia langsung melepaskan pelukannya dari Ai.
"Lumayan kerasa dikit...." bisiknya sambil menyeringai kepadaku, dengan posisi tangan seperti sedang meremas payudara.
"Tolol" komentarku ke Stefan sambil menggelengkan kepalaku, dan Stefan pun menerima jitakan susulan lagi dari Ai.

"So... Siap pasti kan guys?" tanya Anin ke arahku.
"Always ready" senyumku sambil menggelengkan kepala tidak percaya.

----------------------------------

BERSAMBUNG
 
Japan ... Soundgarden. jadi keingat Chris Cornell. RIP Chris
thx suhu RB
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd