Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 1 (racebannon)

Menurut Kalian, Siapakah "Bastardverse" Best Couple?

  • "Aku" & Dian (The Lucky Bastard)

    Votes: 12 7,5%
  • "Aku" & Nica (The Lucky Bastard)

    Votes: 2 1,3%
  • "Aku" & Anggia (The Lucky Bastard)

    Votes: 41 25,8%
  • Arya & Kyoko (Matahari Dari Timur)

    Votes: 51 32,1%
  • Anin & Zee (Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%
  • Stefan & Semua yang dia tiduri (Matahari Dari Timur)

    Votes: 23 14,5%
  • Amyra & Dipta (Amyra)

    Votes: 6 3,8%
  • Gilang & Saras (Penanti)

    Votes: 2 1,3%
  • Gilang & Tara (Penanti)

    Votes: 3 1,9%
  • Bryan & Tika (Amyra)

    Votes: 1 0,6%
  • Rendy & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 14 8,8%
  • Adrian & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%

  • Total voters
    159
  • Poll closed .
Bimabet
MDT SEASON 1 - PART 45

----------------------------

airbnb10.jpg

"Mas, liat tuh" bisik Ai saat aku sedang menikmati sarapan pagi berupa bento khas minimarket dan kopi kalengan.
"Bodo ah" jawabku malas.

Zee dan Kyoko saling menunduk dan bersujud ke arah masing-masing, saling meminta maaf seperti layaknya yakuza yang salah nembak orang ke tuannya. Kata Sumimasen, Moushiwake Arimasen Deshita, Gommenasai dan lala-lala lainnya saling mereka lontarkan. Tampaknya menyesal sekali mereka berdua sudah membuat kehebohan tadi malam.

"Kan udah aku bilang aku gak suka miras... Tuh liat sendiri hasilnya" lanjutku ke Ai.
"He he he..." tawanya garing.
"Itu kalo mereka berdua samurai kayaknya langsung harakiri deh" kesalku mengingat kejadian semalam.
"Hus udah ah" Ai lalu bangkit dan jalan keluar kamar, meninggalkan aku di dalam kamar bersama dua orang perempuan yang jadi trouble maker semalam itu. Zee lantas menghadapku dan meminta maaf.

"Sorry for last night, won't happen again.. Promise" mukanya ditekuk tidak karuan.
"Hmm... Just... keep away from booze" jawabku singkat sambil terus makan.
"Okay..." dia lalu berlalu entah kemana.

"Aya..." Kyoko beringsut pelan ke arahku.
"Hmmm"
"Still mad?"
"Hmmm"
"Don't be mad.... Maafu..."
"Hmmm"
"Aya..." rajuknya sambil menarik-narik bajuku manja.
"Hmmmm...."

Kyoko memelukku dari samping dan tenggelam di pelukannya sendiri. Aku mengacak-ngacak rambutnya sambil mencium keningnya. "Don't overdrink again, please" bisikku. Kyoko mengangguk dan sepertinya menurut. Aku tersenyum tipis, walau masih kesal rasanya akan ulah mereka berdua. Dan sepertinya Stefan masih euforia atas rekaman video yang dia ambil semalam. Hari ini rencananya kami semua akan ke Mitaka, menyambangi cafe milik Kyoko dan kakaknya, sekalian berjalan-jalan kesana. Malam kami akan kembali ke Gravity Rock Bar untuk mengambil peralatan kami.

"Come" bisikku mengisyaratkan untuk menciumnya. Dia menyambut ciuman kecilku di bibirnya dan tersenyum dengan lucunya.

Masih jam 8 pagi, dan waktu berjalan begitu lambat karena kepalaku masih pusing.

----------------------------

"Asik sih, gue mau ke Musium Ghibli ya ntar Ham" seru Anin saat aku masuk ke kamarnya.
"Boleh..."
"Sayang Zee gak ikut"
"Anaknya tengsin abis tuh, kacau banget emang semalem" jawab Ilham.
"Parah" sahutku yang meregangkan badan di lantai. Kyoko dan Ai di kamarku, mengobrol, mengakrabkan diri sebagai sesama perempuan, apalagi mereka bisa dibilang calon ipar.

"Ahahahahaha" Stefan tertawa sendiri sambil menonton sesuatu di layar handphonenya, dengan handphone terpasang di telinganya. Pasti menonton hasil karyanya semalam. Dia tertawa tak henti-hentinya. Aku mengintip. Iya. Videoku yang dirubungi Kyoko dan Zee yang berantem gak jelas semalam. Dua orang perempuan itu bertukar hinaan, bahkan hampir main fisik. Dan berakhir dengan mereka hampir bermesraan. Dasar miras. Bikin gak santai.

"Masih pusing gue Bang" keluh Sena yang menggelepar di lantai juga.
"Gue liat kalian semua aja pusing" sahut Ilham, masih mengambil gambar kami.
"Zee suka kali ya ke tempat kayak Musium Ghibli gitu..." Anin membayangkan sesuatu di kepalanya.

"Dia udah hampir ke semua tempat yang lo bayangin disini, kecuali yang luar pulau ya" tawa Ilham sambil makan.
"Keren banget ya...."
"Dia nafsunya sama si Arya tapi Nin, lu kan dikatain semalem" tawa Stefan yang ternyata mendengar pembicaraan kami semua.
"Kan semalem pada mabok, wajar lah" Anin berusaha membela diri.

"Gue baru liat ada cewek segitunya nafsu ama si Arya... Pacar-pacarnya dulu aja kalo mabok juga biasa aja" Stefan entah kenapa masih tidak bisa move on dari semalam.
"Tipe yang kalo mabok jadi sange asal kali...." jawabku sambil menutup mata di lantai.
"Tapi dari pas Fuji Rock ngarahnya ke Bang Arya terus" celetuk Sena.
"Udah fix, dia demen ama si tai ini" kesimpulan Stefan.

"Enak jadi ada pacar cadangan ya Bang kalo Kyoko berhalangan" canda Sena.
"Gak lucu" jawabku pelan.
"Sejak semalem si kontol ini jadi gak asik" tawa Stefan.
"Hmmm"

"Kalo itu gue mah udah threesome semalem" tawa Stefan.
"Mampus gue threesome mah... Gak minat..."
"Asik tau"
"Emang pernah?" tanyaku ke Stefan.
"Mau tau?" tawanya.
"Enggak"

"Eh, sepupu lo dah hamil ya?" tanya Anin mendadak.
"Udah..." jawabku. Pasti ngomongin Dian dan suaminya.
"Anaknya cowok apa cewek?" tanya Anin.
"Ga tau, mereka ga pengen tau juga bayinya cowok apa cewek, udah jalan 6 bulan lah sekarang...." jawabku pelan.

"Kyoko gak lu hamilin?" tanya Stefan asal.
"Tar kalo dah kawin"
"Kapan?"
"Ada waktunya lah" jawabku malas, karena masih pusing karena semalam.

"Biar lo gak kesel tar malem kita ambilin aja deh alat-alat lo semuanya di Shinjuku, lo pacaran, gimana" tawar Anin melihat raut mukaku yang tampaknya masih kesal.
"Bareng aja, pacaran mah bareng kalian aja kali ya hahaha" tawaku. Sebenarnya lebih ke pusing dan lemas sih daripada kesal. Sudah seminggu full kegiatan, tidak ada lagi hari bermalas-malasan di Jepang kali ini, mana suasana begitu panas karena sedang musim panas.

Baru tiga gelas alkohol sudah pusing. Ditambah ***** semalam. Ditambah capek dan kesal karena harus menjadi pawang untuk Kyoko dan Zee. Aduh.

----------------------------

maxres13.jpg

“Jadi, kita mau dibawa napak tilas ke perjalanan cinta lo nih?” tanya Stefan jahil di dalam kereta.
“Bisa jadi gitu” tawaku.

Aku dan Stefan berdiri di dalam kereta, sedangkan Kyoko dan Ai duduk di depan kami. Sena, Ilham dan Anin berdiri agak mojok di gerbong yang sama. Bagas? Lupakan. Dia masih asyik sendiri. Sendiri di penginapan. Tidak tahu sedang apa. Tidak usah dipikirkan, supaya tidak makin pusing.

“Hebat juga ya dipikir-pikir, LDR itu susah loh”
“Gue juga ga nyangka bisa kayak gini Fan” balasku, dengan terus menatap ke Kyoko yang terlihat masih agak malu siang itu. Ai menguap dan melihat ke sekeliling.

“Dingin”
“Nani?” tanya Kyoko ke Ai. “Ding, Gin?”
“Yes… Cold..”
“Itu… Ano… Karena, di rua.. Atsui.. Panas… Jadi… Di daram, menggunakan Aikon…” Kyoko mencoba menjelaskan dengan Bahasa Indonesia yang tidak sempurna ke Ai.
“Aikon?”
“AC maksudnya, orang sini nyebutnya Aikon… Singkatan dari Air Conditioner… Haha” aku mencoba menjelaskan.
“Ooo…”

“Kalo musim dingin malah di kereta yang anget “ jelasku sambil menguap.
“Musim dingin sih elo pasti peluk-pelukan terus biar anget” canda Stefan.
“Peru… perukan?”
“Dakishimete….” aku mengartikan ke Kyoko.
“Haha…” Kyoko tertawa dengan manis dan menutup mulutnya. Aku mengacak rambutnya dengan gemas, sambil tersenyum tipis.

“Gue liat kalian lama-lama diabetes gila” keluh Stefan.
“Bilang aja ngiri” Ai menatap tajam ke arah Stefan yang berdiri di depannya.
“Gue juga bisa kok ngacak-ngacak rambut” balas Stefan sambil mengacak-ngacak rambut Ai.

“Ih, anak setan!” dan banyak orang mendadak melihat ke arah Ai. Dengan heran.

“Disini jangan ngomong keras-keras… ga sopan” aku mengingatkan.
“Ih tapi…” kesal Ai berusaha waspada akan gerakan Stefan yang selanjutnya.

“Berapa lama men ke Mitaka?” tanya Stefan mendadak.
“10 menit lagi nyampe…”
“Gue liat instagram lo, kayaknya lo banyak disini ya waktu desember kemaren?” tanyanya lagi.
“Iya kan kampung halamannya dia” aku menepuk kepala Kyoko.

“Aya…”
“Yes?”
“Watakushi no kami o midasanaide…” Jangan ngacak-ngacak rambut mulu dong, keluh Kyoko.
“Haha… Sore wa daijobu, watashi no ai…” Gapapa, my love, jawabku.
“Watashi no ai… Usoo” My love, bohong, ledeknya.
“Uso janai no…” gak bohong ah.
“Usoo…” muka Kyoko terlihat gemas.

“Ngomong apa sih si bangsat, pasti mesra-mesraan deh…” celetuk Stefan pelan.
“Bang… satt?” tanya Kyoko bingung kepadaku.
“We have to talk about Indonesian slang later…” jawabku ke Kyoko.
“Ih awas loh, jangan diajarin kata-kata jorok” sahut Ai kepadaku.

“Kalo dia bareng aku berarti dia musti ngerti apa yang Stefan suka teriakin dong dek…” aku mengangkat tangan dengan tololnya di depan mereka bertiga.
“Dan gue ga sabar sampe, udah laper banget” Stefan menutup pembicaraan kami di kereta siang itu.

----------------------------

ad10.jpg

“Please wait in a moment!! Food almost redi!!” teriak Kyoko dari dalam dapur. Kami semua duduk dengan manisnya di ruang makan, memenuhi ruangan itu. Beberapa gelas kopi dari café menemani kami. Kyou-Kun sedang di Café, masih jam buka shift siang soalnya, dan sekarang jam 12 siang.

“Pacar lu tuh sebenernya asetnya gede ya Ya” bisik Stefan.
“Sori?”
“Asetnya”
“Aset maksudnya…” aku bingung.

Stefan lalu menggunakan tangannya untuk mencontohkan gerakan meremas payudara.

“Aduh!” seru Stefan.
“Kurang ajar sama calon kakak ipar gue” Ai mengeluh dalam nada kesal. Sepertinya tadi dia menendang kaki Stefan di bawah meja.
“Bukan gitu, gue ngomong netral kok, kenyataan… Dan dia pake baju ga pernah ngepas badan, jadi bagusnya ga menonjol… Walaupun sweater yang dia pake sekarang bikin dia keliatan gemuk sih…. Dan bentuk mukanya kotak… Makanya pasti rambutnya pendek terus, kalo panjang keliatan aneh pasti” lanjut Stefan panjang.

“Sejak kapan elo jadi fashion expert” ledek Anin.
“Sejak cewek kecengan elo lebih nafsu liat si Arya daripada elo” ledek Stefan balik.
“Si anjing”
“Anjing juga”

“Jadi penasaran ane sama masakannya Bang…” Sena tampak celingukan melihat seluruh sudut rumah Kyoko.
“Enak kok”
“Kalo gak enak gue larang lo nikah ama dia” Stefan membuka mulutnya lagi.
“Lo ngomong gitu seakan-akan kayak besok gue ngelamar dia aja” balasku.

“Minna!! Wait, almost done!” Kyoko muncul lagi dari dapur dan kembali berjibaku ke dapur.

“Gak dibantuin mas?” tanya Ai.
“Tadi gak mau, tugas gue katanya”
“Siap amat jadi Ibu Rumah Tangga” sahut Stefan asal.

“Amin” mendadak semua orang kecuali aku mengucap amin. Aku celingukan di tengah mereka.

“Apaan sih” aku geli sendiri. “Jadi… Ntar yang ke Ghibli siapa aja?” aku berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
“Gue, Bang Ilham sama Bang Anin, gue demen ikut mereka, jadi banyak liat yang lucu-lucu” jawab Sena.
“Tar bareng aja sampe Inokashira, gue kangen ama taman itu” senyumku.

“Nostalgia first date si anjing” keluh Stefan.
“Elo sendiri mau kemana?”
“Ikut elo”
“Gak ada agenda sendiri gitu, ngilang tiba-tiba kayak di Harajuku?” ledekku.
“Gak ada… Paling gue ngejagain supaya adek lo gak ngerusak lo ama Kyoko kangen-kangenan…” tawa Stefan.

“Sial” Ai memicingkan mata galaknya ke Stefan.
“Kalian berdua makin mesra deh” ledekku.

“Ih” reaksi Ai geli.

“Aya… Onegai shimasu….” teriak Kyoko dari dalam dapur.
“Tuh, bini lo manggil” tawa Stefan. Aku berdiri dan segera menghampiri Kyoko ke dapur. Ada delapan set makan siang yang sudah siap. Aku terpana. Kyoko gila. Walaupun tidak seribet makanan restoran, tapi tetap saja, butuh effort luar biasa untuk memasak makanan dengan menu selengkap ini.

“I’ll ask them to pick these to the table” bisikku ke Kyoko.
“No.. They are guest.. Aya help..” senyum Kyoko.
“But this is so many… Guys!”
“Ssh!” Kyoko menepuk bahuku pelan. Tapi rasanya kaget, seperti anak kecil sedang dimarahi ibunya.

“Aya ga, watakushi o tasukete… Tomodachi wa okyaku sama ne..” senyumnya tegas. Sialan, sudah siap jadi ibu rumah tangga sepertinya dia.
“Okay…” Aku menyerah saat dia menyuruhku membantunya dan memperlakukan teman-temanku sebagai tamu.

“Ini guys…” aku datang membawa nampan besar dengan muka malas.
“Hahaha… Udah cocok jadi suami tertindas lo…” tawa Stefan melihatku membantu menyusun makanan di depan mereka.

“Ih ini visual makanannya menarik banget!” Ai tampak senang melihat semua warna warni yang ada di meja makan, mulai dari sayur terong, daging goreng, nasi entahlah, sup miso, telur gulung dan tahu jepang menghiasi meja kami. Selesai membantu Kyoko aku kembali duduk dan Kyoko pun duduk di meja makan.

“Jya minna, itadakimasu!” seru Kyoko mempersilahkan kami makan.

“Buset! cewek ini wajib lo kawinin!” seru Stefan, terkesima saat merasakan makanan masakan Kyoko yang aku sudah tahu rasanya pasti luar biasa enak.

“E? Ka-win?”
“Kekkon” celetuk Anin yang tampak kalap menghabiskan makanan di depannya.
“E… Ahahaha…” Kyoko tampak tersipu dan mukanya menjadi merah.

Aku dan Kyoko saling menatap dengan penuh arti, sambil makan. Seperti biasa, masakan Kyoko selalu enak. Selalu nyaman untuk dimakan. Mendadak aku melamun, membayangkan lusa, kepulanganku ke Jakarta lagi. Entah kenapa rasanya terlalu cepat lagi. Waktuku bersama dengan Kyoko hanya tinggal hari ini, besok dan lusa ketika dia mengantarku ke Bandara.

Resiko LDR. Kangen lagi, rindu lagi. Perut melilit lagi membayangkan Kyoko jauh disini. Membayangkan genggaman tangannya seperti biasa. Membayangkan tingkahnya yang menggemaskan. Aku mendadak menggerakkan kakiku ke arah Kyoko yang duduk di depanku, dan menyentuhkan kakiku di atas telapak kakinya. Kyoko kaget, namun berusaha tidak bereaksi. Dia hanya tersenyum tipis saat kakiku menyentuh ke kakinya, membelainya lembut di bawah meja.

Andai hari ini tidak akan berakhir.

----------------------------

ike10.jpg

“Enak banget tamannya” Stefan duduk di sebelahku di Inokashira Park, sementara Kyoko dan Ai sedang mengambil selfie di depan sebuah pohon. Entah pohon apa. Aku menikmati kebersamaan mereka, pokoknya.
“Banget” jawabku.

Sena, Ilha, dan Anin sedang ke Musium Ghibli. Kami menunggu mereka dengan maksud untuk menikmati musim panas di sekitaran Mitaka.

“Pacar lo keliatannya sering banget rubah-rubah model rambut ya?” tanya Stefan.
“Kepo amat sih”
“Biarin, gue tadi liat di rumahnya, foto dia banyak banget rambutnya beda-beda gitu, tapi pendek terus sih….. Ini sekarang kan lagi item, ada gue liat warnanya pirang di foto” tawa Stefan.
“Tau deh, orang Jepang seneng banget warnain rambut” tawaku.

“Kalo dia ngurusin, rahangnya kotak banget loh Ya” komentar Stefan lagi.
“Cerewet amat sih…” tawaku mendengar komentar-komentar Stefan.
"Soalnya gue kepikiran"
"Kepikiran apaan?"
"Kalo misalkan kalian kawin, aransemennya gimana?" tanya Stefan.

"Ah... Hmm...."
"Itu mesti lo pikirin"

Aku menerawang, melihat Kyoko dan Ai dari kejauhan. Mereka berdiri di pinggir kolam, entah melihat apa sambil mengobrol. Aku menarik nafasku, membayangkan masa depan yang mendadak tidak jelas.

"Gue gak mungkin tinggal disini" ucapku pelan.
"Bisa dimengerti, dan Kyoko juga keliatannya tipe cewek yang mau ngikut suami, tapi apa lo tega ngambil dia dari tempat yang senyaman ini dan taro dia di Jakarta?" lanjut Stefan.
"Paham... Disini dia ada penghidupan, pekerjaan, saudara, dan lain-lain..."
"Sering kejadian cewek asing yang ikut suaminya di Indonesia malah stress, di negara kita susah kalo mau kemana mana, transportasi umum parah, belom kalo dia gak ada sodara, mana orang Jepang kan? Bisa dibilang ntar dia abis kawin ntar bakal nurut banget sama elo, dan kalo stress gak ngomong ama suaminya..."

Iya, budaya keluarga di Jepang sangat Ayah-sentris. Istri pasti akan sangat berbakti pada suaminya. Makanya orang Jepang makin kesini makin malas menikah, mereka ingin bebas dari budaya yang apa-apa harus ayah, apa-apa harus suami. Di zaman modern ini, para perempuannya ingin lepas dari tekanan itu. Dan ketika seseorang memutuskan untuk menikah, mereka semua biasanya melepas kehidupan lama mereka dan berbakti total menjadi ibu rumah tangga. Oke, katakanlah menjadi ibu rumah tangga di Jepang, dan ada keluarga yang bisa jadi tempat bersandar kalau ada apa-apa. Tapi di luar negeri? Apalagi Indonesia?

"Gue gak mungkin bakal nyuruh dia jadi penurut banget sama gue Fan" aku mencoba berpikir.
"Elunya enggak, dianya gimana? Settingan dia gimana? Interaksi dia sama Kakaknya gimana? Kakaknya jadi -bokapnya- dia? Atau dia yang jadi -nyokap- buat kakaknya? Kalo elo kan keliatan jadi Bokap buat si Ai, terus lo selalu jagain dia, itu bagus, tapi itu pasti bikin Kyoko kalo nikah sama elo entar malah jadi submissive, keliatan banget kali dari sekarang... Sesimpel dari cara kalian gandengan aja, dia kayaknya susah banget buat dilepasin gandengannya dari tangan lo... Dan maunya nempel terus.." Stefan menjelaskan panjang lebar.

Sialan. Baru kepikiran sekarang.

"Gue bakal berusaha sih, untuk bikin dia nyaman kalo dia gue bawa ke Indonesia...." jawabku pendek.
"Gue bukannya nyumpahin ya, tapi gue cuma ngingetin, soalnya hal-hal kayak gitu juga yang bikin gue gak mau kawin" lanjut Stefan. "Coba liat dia, dengan nyamannya dia gerak di sini, dengan penghasilan yang steady di cafe itu, mandiri, gue takutnya kalo dia pindah ke Indonesia, terus jadi bener-bener bergantung sama elo doang, dia bisa stress lho Ya... Gak ada temen, gak ada keluarga, gak ada kerjaan... Inget kita temen-temennya elo, bukan temennya Kyoko"

Aku masih tertegun, melihat Kyoko dan Ai berjalan pelan menghampiri kami.

"Terakhir... Elo sama Karina dulu itu partner, biar dikata lo berantem mulu, tapi kalian setara. Kalo Kyoko, dia liat lo kayak... Suami gue, lebih superior dari gue, gue merhatiin selalu pas kalian bareng... Dia natap elo kayak apa, persis kayak gue liat nyokap gue kalo ngeliatin bokap gue.... Mudah-mudahan gak separah bayangan gue aja sih" senyumnya kecut.

"So... Kita mau keliling yuk... Kyoko tadi bilang banyak toko kue enak sekitaran Mitaka" senyum Ai.
"Come, Aya, Sutefan too" senyum Kyoko mengajak kami.

----------------------------
----------------------------
----------------------------

latte_10.jpg

"Menarik" Aku melipat tanganku sambil menatap Anin. Kami semua sedang duduk di cafe milik Kyou-Kun dan Kyoko. Kyoko ada di balik counter, sedikit membantu kakaknya walaupun dia sedang libur.
"Besok malem dia mau ketemu...." lanjutnya.

Ada satu label rekaman Jepang menghubungi Anin. Katanya perwakilan mereka melihat kami manggung di Fuji Rock Festival dan di Gravity Rock Bar kemarin. Mereka tertarik untuk mendistribusikan album kami di Jepang. Besok malam, mereka menawarkan diri untuk bertemu sekalian makan malam.

"Ini labelnya" Anin menunjukkan lambang perusahaan ke kami. Titan. Kantornya di Nakano.
"Gue belom pernah denger" sahut Stefan, sambil berpikir.
"Iya sama" aku ikut berpikir.
"Ketemuin dulu aja lah ya" Anin memberi kesimpulan.

"Iya, coba gue tanya Kyou-Kun deh" aku memberi sinyal tangan ke Kyou-Kun, memanggilnya.
"Yes?" ia menghampiriku dengan cepat.
"Have you heard about Titan? Music label?" tanyaku.
"Aaa... Yes.. yes... Small label, promote several good indie rokku band..." jawabnya.
"Hmm...."

"They contacted us, want to meet us" lanjutku.
"I sure it will be good" ucap Kyou-Kun positif.
"Yep..." aku masih berpikir. Bisa dibilang aku masih berpikir agak parno, setelah kejadian dengan A.E.U.G.

"Gue coba browsing-browsing, mereka emang baru mulai berdiri 5 tahun lalu sih" Ilham mencoba memberitahu kami.
"Kita liat besok"
"Lo masih takut ya Ya?" tanya Stefan.
"Takut orangnya ngehe juga" tawaku.

"Kalo ngehe kita gebukin aja" canda Stefan.
"Tai gebak gebuk, yang waktu itu berantem kalah siapa ya" ledek Anin.
"Kontol"

----------------------------

800-mi10.jpg

"Okay.. Mata ashitane..." sampai besok, bisikku ke Kyoko, di depan cafe itu, seperti waktu musim dingin kemarin.
"Jya... Ki o tsukete" hati hati di jalan, balasnya sambil menyentuh hidungku dengan jarinya.
"Ashita matsu koto ga dekinai..." aku tersenyum dan mengatakan kalau aku tak sabar untuk besok.
"Onaji..." sama, dia juga tak sabar dan dia tersenyum dengan manisnya padaku. Kami bertatapan lama seperti biasa sebelum berpisah.

Besok. Tiga hari bersamanya rasanya seperti mimpi. Dalam tiga hari ini sudah banyak petualangan yang menarik bersamanya. Terutama hari selasa. Dan detik ini, rasanya tak tahan untuk menciumnya.

"WOI!!! CEPETAN!! BISNYA BENTAR LAGI DATENG!!!" Teriak Stefan yang sudah berjalan jauh ke arah halte.
"Eh, bentar... Ok.. Bye Kyoko..."
"Bai Aya..." senyumnya melepas kepergianku hari itu.

Aku lantas berjalan dengan agak berlari, menyusul rombongan yang sudah mendekat ke halte.

"Udah gue bilang biar kita aja yang ambil peralatan elo..." Anin membuka pembicaraan.
"Gapapa lah, kan masih ada besok"
"Jangan di gas ya? Kalo di gas terus hamil ntar" celetuk Stefan asal.
"Tai"

"Jadi sekarang ke Gravity lagi?" tanya Ai.
"Iya"
"Awas jangan minum lagi ya kalian, ntar kacau lagi kayak kemaren" nasihatnya.
"Untung ga ada si Zee ya..." keluh Ilham.

"Parah banget ya kemaren..." keluhku juga.
"Alah, gue yakin kalo lo single itu diembat juga" tawa Stefan.
"Tai"

"Kok akhir-akhir ini yang lebih sering ngomel-ngomel elo sih" Stefan kembali tertawa melihatku bersungut-sungut.
"Tau... Trip Jepang kali ini heboh"
"Heboh lah jelas, direbutin cewek... Kacau nih kakak lo, makin lama makin sok kegantengan"
"Biarin, emang ganteng kok" jawab Ai cuek.

"Ih tuh kan, jadi curiga gue waktu si Kyoko nginep di kamar mereka, jangan-jangan saling ngembat nih bertiga" Stefan mulai berkhayal.
"Ga lucu" jawabku sambil melihat bis mendekati halte.

"Hahaha..." tawanya menutup pembicaraan kami.

----------------------------

BERSAMBUNG
 
Season 2 saya masih belum tahu mau post atau tidak

Cerita yg keren om @racebannon .. MDT itu cerbung favorit dah pada jaman old..

D season 1 yg paling greget saat mas epan dikejar2 grupies jepang nya dan aya ngelamar mbak kyoko di bandung..

Untuk yg season 2 dipost ulang juga dong om @racebannon .. ilangin aja si tokoh itu ganti mas epan mungkin jadian sama Ai terus nikah dan jd good man, mungkin bisa sama greget nya dgn kisah aya dan tokoh itu..

Lanjutkan om sampe tuntas..semangat om..
 
Benar2 Mantap Om racebannon:top:
Hari ini sudah dapat 5 part, updatenya Om race,

Selalu sehat Om, Sukses selalu menyertaimu dalam bekerja dan berkarya.
 
Cerita yg keren om @racebannon .. MDT itu cerbung favorit dah pada jaman old..

D season 1 yg paling greget saat mas epan dikejar2 grupies jepang nya dan aya ngelamar mbak kyoko di bandung..

Untuk yg season 2 dipost ulang juga dong om @racebannon .. ilangin aja si tokoh itu ganti mas epan mungkin jadian sama Ai terus nikah dan jd good man, mungkin bisa sama greget nya dgn kisah aya dan tokoh itu..

Lanjutkan om sampe tuntas..semangat om..

Ai kawin sama Zul, ada di cerita penanti
 
Karakter2nya emang tak tergantikan MDT,, saya sih berharap ada new version MDT 2 om walau endingnya sudah ketebak ai nikah sama zul tapi konflik2 menuju itu masih menarik digali

:ampun:Thanks update nya
 
MDT SEASON 1 - PART 46

----------------------------

“Jadi, kita kan ada tiga modem, satu dibawa kalian” aku menyerahkan modem itu ke Ilham, Anin dan Sena yang akan berangkat ke Tochigi, untuk melihat Musium Bandai. “Satu lagi buat pasangan yang lagi berbahagia ini, balik dari jalan berdua pasti kalian berdua jadian” aku memberikan satu modem ke Stefan dan Ai.

“Kok nyumpahin sih” keluh Ai.
“Itu doa tau” tawaku.
“Aminin aja” ledek Anin ke Stefan dan Ai.

“Emang mau pergi kemana sih kalian?” tanyaku ke Stefan dan Ai.
“Ga tau, ikut orang ini aja, aku gak mau ganggu kalian berdua” tunjuknya ke aku dan Kyoko. Kyoko sudah ada di Ochanomizu pagi ini. Masih jam 10 pagi.
“Cari bokep yuk ke sex shop” ajak Stefan mesum.
“Males” balas Ai dengan muka bete.

“Satu lagi gue yang pegang ya modemnya…. BTW, Bagas mana?” tanyaku bingung.
“Tadi pagi sih keluar, dia bilang ke gue mau jalan, terus pas gue belom sempet nanya udah ilang” bingung Anin.
“Tapi dia tau kan ntar jam 8 malem kita ketemu orang Titan?” heranku.
“Tau, dia bilang pasti dia dateng….”
“Kalo ilang gimana tu anak?” tanyaku.
“Ga usah khawatir sama dia mah, kayaknya di dalem tubuhnya ada GPS alami...” Anin berusaha menenangkanku.

“Yaudah deh…. Ntar ketemu lagi disini jam 6 sore ya, ada 8 jam, puas puasin dah kalian” aku melambaikan tangan kepada mereka semua.
“Selamat pacaran ya Mas” Ai mulai berjalan menjauh dengan Stefan.
“Kamu juga ya…” tawaku yang disambut juluran lidah Ai.

“And… They’re gone” bisikku ke Kyoko saat mereka sudah terlihat makin jauh.
“So… what now?”
“We stick to our plan… Tetap dengan rencana kita” aku menggenggam tangannya.
“Okei.... ” jawab Kyoko pelan sambil tersenyum lucu.

----------------------------

airbnb10.jpg

Jam 2 siang. Aku berbaring telanjang di futon, dengan bertumpu ke tumpukan bantal, memperhatikan acara TV Jepang yang tak kumengerti sama sekali. Kyoko, dengan telanjang juga, berbaring di sampingku, bersender kepadaku. Kedua kaki kami saling terkait, badan kami menempel dengan nyamannya.

Rencana kami berdua di hari kamis ini adalah pura-pura pergi.

Sementara teman-teman dan adikku berkeliling di hari terakhir sebelum pulang besok, aku dan Kyoko sudah merencanakan ini. Diam berdua di penginapan, menikmati kebersamaan seharian. Tanpa gangguan. Tanpa kemana-mana, kecuali tadi ketika makan siang.
Tadi pagi sampai sebelum makan siang kami sudah berhubungan seks, tentunya. Sekarang kami sedang menikmati siang yang sepi ini. Sehabis pulang makan siang, mendadak kami kembali bergumul di kasur, bersiap untuk melanjutkan persetubuhan kami. Tapi di tengah foreplay dan setelah kami saling menelanjangi, mendadak kami hanya ingin bermesraan saja.

Bergumul dengan pelan, sambil mengobrol melepas kangen, lantas membicarakan beberapa kemungkinan tempat-tempat yang ia ingin datangi kalau nanti dia ke Indonesia. Tak lupa kami saling bercerita hal-hal seru yang mungkin terlewat ketika kami sedang video call. Aku menceritakan panjang lebar tentunya tentang kejadian heboh perkelahian Stefan dengan anak aneh dari DIMH itu. Tak lupa menceritakan detail tentang teman-temanku di luar Hantaman, seperti Jacob, Kanaya, Frank’s Chamber dari Bandung dan beberapa musisi lain yang kukenal dekat.

Dan suara di TV mendadak membuyarkan obrolan kami.

“Ano hito ga, nani o itta no?” aku menanyakan apa yang dikatakan oleh news anchor di siaran berita itu.
“Orang itu… birang… Ano…. Mmmm…. Ekonomi… daram, pemerintahan… Shusho… di Naikaku yang… sukarang… Ba-nyakku… mundapattokan… Kritiku.. dari.. Diet..” jawab Kyoko, terbata-bata karena kalimat yang dia gunakan lumayan kompleks.
“Shusho?” tanyaku.
“Puraim Minister” oh, perdana mentri.
“Naikaku?”
“Cabinet”
“Diet?”
“Ano… Kokkai? “ jawab Kyoko sambil tersenyum aneh.

“Kokkai?” tanyaku lagi.
“Ah… Indonesia-go nya.. apa, ya?” tanya Kyoko sambil menggaruk kepalanya.
“Hmmm….. Kurang belajar”
“Hmmm… anata mo…” ledeknya.

“Apa sih…” Aku mendorongnya sehingga dia sekarang berada dalam pelukanku, kami lantas berciuman dengan eratnya, saling memagut bibir dengan nyamannya. Andai saja aku diberi waktu seminggu untuk bermesraan seperti ini. Pasti tidak akan pernah cukup juga.

Nyaman rasanya memeluk tubuh telanjangnya, dan rasa halus dari kulitnya benar-benar terasa. Kami berdua berciuman dengan intens, dan sepertinya Kyoko menyadari bahwa ada bagian tubuhku yang mengenai pahanya. Bagian tubuh yang mendadak mengeras kembali karena dirinya.

Kyoko lantas meremas penisku yang tampaknya sudah mampu berdiri lagi.

“Kore nani?” ini apa, bisiknya sambil meremas lembut penisku.
“Kyoko sekarang nakal” bisikku.
“Haha…” tawanya sambil beringsut, menuju ke penisku tanpa aba-aba.

“Uhhmmm….” desahku ngilu saat penisku masuk ke dalam mulutnya. Aku bisa melihat dengan jelas Kyoko dengan perlahan menggenggam penisku, lantas mengulumnya dengan gerakan yang lambat. Ia menutup matanya, tampaknya berusaha membangun mood. Untung juga bekas pergumulan kami tadi sudah dibersihkan, jadi aman.

“Mmmnnn..” desah Kyoko saat penisku keluar masuk mulutnya dengan indahnya. Dia menggunakan lidahnya untuk menstimulasi penisku saat berada di dalam mulutnya. Udara yang keluar dari hidungnya, menambah rasa geli ketika mengenai kulitku. Tangannya tidak bergerak, hanya sebagai pemandu arah penisku di dalam mulutnya.

“Kyoko…” bisikku keenakan. Kyoko masih dengan sabar mengulum penisku yang sudah basah itu. Aku makin tenggelam di atas futon itu, dengan stimulasi yang pacarku berikan. Dia lalu melepasnya dari mulutnya dan mengocoknya perlahan dengan tangannya.

“Mmhhh…….. Aya like?” tanyanya.
Aku hanya mengangguk pelan sambil menatapnya lemas. Penisku makin tegang karena menatapnya. Menatap tatapannya yang manja. Mendadak ia mengocoknya dengan kencang.

“Kyoko… ahh….” Spermaku lalu keluar di tangannya. Beruntung tidak ada yang mengenai mukanya. Hanya sedikit, karena kami sekitar setengah jam yang lalu baru saja selesai berhubungan seks.

“I will clean it up” serunya sambil bangkit, memperlihatkan tubuh telanjangnya yang luar biasa seksinya dan mencari tisu yang entah ada dimana. Tak lama kemudian setelah dia membersihkan tangannya di kamar mandi, ia kembali sambil membawa tisu untuk membersihkan penisku. Dia lalu kembali bersimpuh dan membersihkan penisku dengan telatennya.

Mendadak ucapan Stefan kemarin terngiang-ngiang di kepalaku. Soal bagaimana Kyoko adalah tipe yang melayani suami. Dan kalau nanti kami menikah dan pindah ke Indonesia, sudah pasti dia akan ikut. Dan kalau dia ikut, berarti dia meninggalkan seluruh kehidupannya disini. Dan ketika banyak aspek di kehidupannya sekarang yang menghilang, dia pasti akan stress. Jika dia stress, dia tidak akan bahagia, tapi pura-pura bahagia demi menyenangkan suami. Aku tidak ingin seperti itu. Aku harus memastikan kalau ia benar-benar bisa dibawa ke Indonesia, seiring dengan berjalannya waktu.

“Kyoko” aku memanggilnya yang sedang membuang tisu ke tempat sampah dan mengambil air minum. Dia masih telanjang bulat.

“Yes Aya?”
“Kyoko want to go to Indonesia?”
“Kyoko mau perugi ke Indonesia..” jawabnya dengan nada ceria.
“Tapi di Indonesia, chikatetsu wa nai, basu wa warui….” menjelaskan kalau di Indonesia tidak ada jaringan kereta listrik secanggih disini dan bisnya jelek-jelek.

“Daijobu… Tetapi.. Di Indonesia… ada Aya” senyumnya sambil mendekat dan mencium bibirku pelan. Aku tak kuasa mendengarnya dan memeluknya. Di satu sisi mungkin itu jawaban yang menyenangkan, tapi aku tidak mau rasa sayangnya ke diriku membuatnya banyak mengorbankan sesuatu yang menjadi aspek penting dalam hidupnya. Baiklah, kita lihat nanti ketika giliran dia ke Indonesia, seperti apa reaksinya dia disana.

“Apakah, Aya, sedang… Berupiki?”
“Ah, ie… Gak mikir apa-apa kok” senyumku.

“So… Wait for Kyoko go to Indonesia, OK!” senyumnya dengan manis, tanpa mampu menebak jalan pikiranku. Aku tersenyum saja dan mencoba memeluknya. Memeluknya erat, dengan badan kami berdua begitu polos di dalam kamar itu. Tidak ada batas diantara kami berdua hari ini, banyak waktu tersisa untuk kami berdua habiskan dengan benar-benar maksimal.

----------------------------

latte_10.jpg

“Kita berempat aja kan?” tanyaku di tengah malam yang sudah mulai gelap, saat kami berjalan ke tempat yang di janjikan, dekat dengan penginapan kami di Ochanomizu sana.
“Ya…” jawab Anin agak gelisah, karena ini pertemuan pertama kami dengan pihak Titan.
“Tapi orang Jepang itu seneng bener yak ngopi, ngafe, apa entahlah, banyak amat kafe deket stasiun” celetuk Stefan sambil celingukan. Bagas diam saja. Entah bagaimana dia kembali dengan selamat. Dan tidak ada yang tahu dia pergi kemana saja tadi.

“Itu bukan sih?” aku menunjuk sebuah Coffee Shop yang terlihat terang benderang di ujung jalan.
“Iya, itu coffee shopnya” jawab Anin sambil melihat handphonenya. “Orangnya dah nunggu disono, kita telat, lima menit, hahaha”

Aku senyum saja mendengarnya, karena memang orang Jepang sudah pasti tepat waktu. Jadi tidak heran kalau orang yang sudah berjanji untuk menemui kami sudah sampai di tempat. Kami lantas masuk ke Coffee Shop itu.

Ada seorang pria muda yang memperhatikan handphonenya duduk sendiri di meja yang lebar. Sepertinya orang itu. Anin lalu menghampirinya.

“Sumimasen… Titan kara desuka?” sapa Anin, memastikan apakah dia benar dari Titan atau bukan.
“Ah.. Hai… Konbanwa…” ujarnya sambil bersalaman. Kami lantas menyapanya dan satu persatu kami duduk di meja tersebut.

“Ah oke… My name… Ano… Shigeo..” Shigeo memperkenalkan dirinya. “Now we wait, for mai Bos. Sori, She’s always late” telat? Orang Jepang telat? Mungkin orang ini tidak seJepang itu. Tapi kalau mengingat Kyou-Kun yang pembawaan SKSDnya sama sekali tidak seperti orang Jepang, dia pun selalu menghindari telat. Aku jadi penasaran dengan Bos-nya Titan. Malah mungkin jangan-jangan bukan orang Jepang seperti si sialan Lars itu.

“So… Japan, good?” tanya Shigeo mencoba berbasa basi. Anin malah menanggapinya dengan Bahasa Jepang yang begitu lancar, jauh lebih lancar daripada Bahasa Jepangku. Shigeo lantas langsung lega, dan mereka berdua terlibat dalam sebuah percakapan basa-basi yang akrab dalam vocab, grammar dan lain-lainnya yang sudah terlalu advance untuk kuikuti. Rasanya tidak sabar untuk segera belajar Bahasa Jepang lagi, agar aku bisa bicara selancar itu.

Dan 15 menitpun berlalu.

Bos-nya Titan belum menampakkan batang hidungnya juga.

“Gila, ini sih dia gagal banget jadi orang Jepang” bisikku ke Stefan.
“Gue udah ngantuk, gila tau tadi adek lo” jawabnya asal.
“Kenapa Fan?”
“Masa ga mau gue ajak masuk ke sex shop?”
“Ya ilah… ya wajar lah tolol”

“Maksud gue biar ngerti gitu, terus karena tarik-tarikan malah diliatin orang” tawa Stefan.
“Kampret lu emang” balasku.
“Nah, karena malu akhirnya dia pura-pura berani masuk kan” lanjutnya.
“Terus?”
“Naah, ini bagian yang lucu, karena dia geraknya kaku gitu gue tarik aja, maksudnya mau bawa dia liat-liat rak video bokep”

“Lo emang bangsat ya” tawaku sambil geleng-geleng kepala.
“Terus dia kan jalannya ogah-ogahan, sambil bingung gitu ngeliatin isi sex shop... eh, nabrak rak yang isinya dildo” tawanya puas.
“Anjir”
“Terus dia kan yang nabrak, jadi dia balikin itu dildo-dildo dan nyusun lagi di rak hahahahahaha” cerita Stefan dengan bangga.

“****** lu. Terus, lo gak bantuin?” tanyaku.
“Ya enggak lah, gue videoin malah, nih liat”

Aku geleng-geleng kepala sambil menahan tawa, melihat Ai sedang menyusun tumpukan kotak dildo. Kasihan, hancur dia dikerjain Stefan disitu. Dasar setan, seneng banget ngegangguin adikku.

“Hati-hati ntar dibales sama…”
“Ya, liat tuh!” Stefan menunjuk ke arah pintu masuk. Seorang perempuan cantik masuk ke dalam Coffee Shop dan langsung menuju ke counter. Dia tampak memesan sesuatu.

“Cakep banget yak, MILF MILF gitu kayaknya…” tawa Stefan. Perempuan itu berambut panjang, dengan riasan tipis yang elegan, menggunakan Blazer ringan berwarna coklat dan atasan berwarna gelap, dengan celana kanvas berwarna abu-abu muda dan high heels warna merah menyala. Hidungnya mancung dan garis mukanya tegas. Usianya mungkin sekitar 40-an tahun.

“Yummy abis kayaknya nih tante” Stefan melihatnya menunggu di counter. Tak lama kemudian pesanannya selesai dan dia mengambil gelas plastik itu dan… Berjalan ke arah kami. Shigeo lantas berdiri dan memberi hormat.

“Ah, Shacho.. Konbanwa” dia memberi salam ke perempuan itu. Shacho, artinya direktur.
“Konbanwa, suwatte…” jawabnya tegas, menyuruh Shigeo duduk. Shigeo langsung duduk dengan cepatnya.

“Hi guys…” senyumnya dibalik kecantikannya.
“Ah? Hi” jawabku dan Stefan berbarengan. Anin menundukkan kepalanya. Bagas hanya diam.

“So… You’ve met Shigeo…” lanjutnya dalam Bahasa Inggris yang sangat lancar.
“Yes.. And you.. are?” tanya Anin.
“Kairi Yamakawa… Nice to meet you” logatnya terdengar seperti orang Amerika. Dia mengeluarkan kartu nama dari tasnya dan membaginya ke kami.

Titan Music Group
Yamakawa Kairi
Managing Director

Wow. Managing Director. Kami terkesima membacanya.

“And I’m also the owner” senyumnya membanggakan diri.
“Ah, Hi, My name’s Anin, this is Bagas, Stefan and Arya” Anin memperkenalkan kami. Dia memang selalu bertindak sebagai spokesperson kami untuk urusan-urusan yang serius.

“Okay, so… Maybe you guys are amazed with my english, rite?” tawa Kairi.
“Yeah…” sahut Stefan sambil menyeringai.
“I was born in the U.S, Seattle to be exact… And I grow up there, stay there, and now finally i resides in Japan” senyumnya.

Wow. Dia lahir, besar dan tumbuh di Seattle. Pantas Bahasa Inggrisnya begitu lancar.

“English is my first language. Japanese is my second language, because, of course, my parents are Japanese… Haha” tawanya.
“Wow Seattle… “ Anin tampak terkesima.
“Yes… And I was there, when the Grunge Revolution started” senyumnya.

Kami semua melongo.

“And I used to worked at Sub Pop, until Five years ago” jelasnya. Wow. Dia pernah kerja di Sub Pop? Sub Pop adalah label yang menaikkan nama Nirvana, meletakkan para pentolan Grunge seperti Soundgarden dan Pearl Jam di konstelasi musik dunia.
“What brings you here? I’m wondering” aku bertanya-tanya.

“Okay, My dad was working at Uwajimaya, an asian supermarket chain, originated in Seattle. He and my mom left Japan and worked there. And then I was born in Seattle. Long story short, they divorced and my mom went back here…. And then my father passed away when I was in college, and the five years ago, my mother also gone… So… I went back here, for her funeral and eventually start to see some of local bands playing during my stay here… Some are pretty cool, but no label interseted in them… And then, boom.. I suddenly set up this company and accommodate them… And now I'm here..” jelasnya panjang lebar.

Gila. Keren banget si Tante Kairi.

“With the help of my ex-husband, we moved to Japan, and then Titan now considered as one of the leading Indie music label in Japan” ucapnya bangga, walau agak sedikit ekspresi getir terlihat dari wajahnya ketika dia menyebutkan "ex-husband".
“Janda…” bisik Stefan.
“Diem lu” bisikku balik.

“Yes?” tanyanya ke Stefan.
“Ah… No… Nevermind”

“Shigeo, kitsuen shitsu arimasuka?” tanyanya ke Shigeo, menanyakan smoking area.
“Ah hai… Arimasu… Achira, Shacho…” jawab Shigeo dengan sangat sopan, menunjukkan letaknya.
“Shall we move there? Some of you are smokers, right?” tanyanya.

“Allright..” seru Stefan senang. Kairi menatapnya dengan tajam. Kami lantas pindah ke area merokok. Kairi, Anin dan Stefan kini leluasa menyalakan rokok mereka. Shigeo masih tetap mengekor Kairi dengan submissivenya.

“So, you’re Stefan right? I’ve seen you at Fuji Rock Festival, you’re pretty wild, haha” pujinya.
“Oh, thanks..”
“But compared to Cobain… hmm…” sial. Dia pasti sudah pernah melihat Kurt Cobain hidup di atas panggung.
“Have you seen him live?” tanyaku.

“Of course, and he’s a God. I was only 19 back there. And I stood there, in front of the stage, seeing him, alive, kicking, singing, screaming….. All hell breaks loose” ceritanya. Kami bertiga melongo, kecuali Bagas. Kairi sudah pernah melihat Kurt Cobain hidup di atas panggung. Dan dia menceritakannya dengan ringan.

“Crazy” ucapku sambil menggelengkan kepala.
“Arya, A.E.U.G. says hi” tawanya
“What?”

“I’ve heard of the rumour… Of course.. That you deny their offer, because they want you to leave this band… I’ll tell you what… That limp-dicked guy named Lars can suck eggs” ucapnya kasar.
“Haha….” aku tertawa aneh, karena Kairi sangat gamblang dan keras untuk ukuran orang Jepang. Wait. Dia tampangnya saja yang Jepang. Jiwa dan pembawaannya bule banget.

“Titan’s not complicated like them. We are simple. We only have one rule… We grow together” jelasnya bangga. “And now let get down into business… Shigeo?” Shigeo lantas mengeluarkan beberapa dokumen dari tasnya.

“You guys can read this later…. And our offer is simple… We just want you to repackage your latest album for Japanese market. And that means… You should add two new songs in this album..." Ia mengambil nafas. "One new song, in English or Japanese, and do an English or Japanese version of your numner one single from this album. You can record it anywhere, even Indonesia, I don’t care as long the quality of the recording is good..” jelasnya.

“And believe me, your recording are awesome… The sound engineer is a genius” pujinya.
“And it’s him” tunjuk Anin ke arahku.
“No wonder… A.E.U.G. had such a crush on you, I heard” tawanya.

“And, after we added that two songs, what next?” tanya Anin.
“And we produce your album and vinyl, distribute it, and we share the profit. Simple. You record it by yourself, you send it to us, we produce the CDs and vinyls, we distribute…. As simple as fuck” jelasnya.
“And this document is…” tanya Anin lagi.

“Business proposal, please read it. Don’t make any decisions now. Take your time. You have all the time in the world in your hand” senyumnya sambil membuang asap rokok dari mulutnya. “And if you have any personal grudge against Lars, Arya, we make sure it will serves him right” tawanya. Sepertinya pernah ada apa-apa antara Titan dan A.E.U.G.

“Keren abis Ya si tante” bisik Stefan, masih kagum pada Kairi.
“Berisik anying” balasku.

"And so... That's all... We catch up later.... Please email me for any questions.." senyum Kairi menutup pembicaraan malam itu.

----------------------------

airbnb10.jpg

Kami semua makan dalam hening, di kamar penginapan. Kyoko dan Ai tadi membeli beberapa bento khas minimarket sebelum kami pulang untuk makan malam kami. Pemikiran yang sama pasti ada di dalam kepala kami semua. Tentang kesempatan album repackaged ini.

"Kyoko... Onegai.." aku menunjuk botol minuman ringan yang jaraknya jauh dari tempatku duduk. Kyoko dengan sigap mengambilkannya untukku dengan senyum khasnya. Aku bisa lihat Stefan memperhatikan gerak-gerik kami berdua. Benar. Dari tadi dia menungguiku makan dengan memperhatikanku lekat-lekat, layaknya seperti istri yang berbakti, menunggui suaminya makan.

"Gohan o Tabeta?" tanyaku ke Kyoko. Dia hanya mengangguk pelan dengan senyumnya yang khas. Aku jadi ingat sewaktu dia membawakanku bekal di Inokashira Park, saat aku sedang kesini sendiri bulan Desember lalu. Dia memperhatikanku makan dengan seksama, memastikan bahwa aku makan dengan tepat, lalu setiap aku menginap di rumahnya, pasti dia membuatkan dan membawakanku sarapan yang sangat layak. Dan aku ingat bagaimana dia begitu semangat menemaniku mencari oleh-oleh untuk Ai, juga bagaimana dia berusaha menjadi "seksi" saat di Love Hotel. Dia melakukannya untukku pasti, tapi bagaimana dengan dirinya? Apakah dia tipe perempuan yang selalu akan berkorban untuk pasangannya?

Aku ingat, ibuku dulu, belum mau makan malam kalau ayahku belum pulang. Padahal jam pulangnya selalu tidak pasti. Iya, aku tahu aku bukan pria brengsek seperti ayahku, tapi aku tidak ingin Kyoko berkorban terlalu banyak untukku. Membayangkan dia pindah ke Indonesia, meninggalkan hidupnya yang nyaman disini. Hmm....

"Guys?" Anin memecah konsentrasiku.
"Ya?" aku menyahut dan saling bertatapan dengan Stefan dan Anin.

"Ini kalo kita ambil oke gak sih?"
"Oke kayaknya" Stefan menerawang.
"Kita bahas di Indonesia aja gimana, kita kan masih harus packing malem ini..." usulku.

"But Aya... Packing suda seresai...." jawab Kyoko mendadak.
"Eh?"
"Tadi.. Ano..."

"Kyoko nanya aku, packing gimana, aku bilang belum, dia bilang mau bantuin sekarang, barang-barang Mas udah rapih..." senyum Ai awkward. Aku menelan ludah. Kalimat-kalimat Stefan di Inokashira Park terbayang-bayang terus di kepalaku.

"Tapi bener sih, bahas di Indonesia aja..." lanjut Anin, memecah bayangan di kepalaku.
"Iya" jawabku dengan Stefan serentak, dan kami semua melanjutkan makan kembali dalam hening.

“Kyoko setelah ini akan pulang?” tanya Ai dengan Bahasa Indonesia yang benar-benar lancar.
“Ah, yes… Kyoko.. Akan purang”
“Jangan” senyum Ai mendadak.
“Eee??” Kyoko kaget.
“Nginep disini aja, pulangnya abis nganter kita besok ke Bandara, aku masih pengen ngobrol-ngobrol, ya?” pinta Ai dengan muka penuh harap.

“Ano…” Kyoko melirikku, entah memintaku untuk menerjemahkannya dalam Bahasa Inggris/Jepang, atau mungkin meminta persetujuanku.
“Koko ni tomaru… Ai chan to Hanasu.. Ikanaide hoshi…” bisikku, menyetujui ide Ai agar dia tidak pulang malam ini.
“Ano…. demo… Oniisan wa…” Kyoko tampak khawatir akan Kyou-Kun.

“Watashi wa Kyou-Kun ni hanashimasu…Daijobu..” aku mengatakan kalau aku akan bicara dengan Kyou-Kun agar dia bisa menginap lagi disini. Kyoko tampak tersenyum lega, begitu juga dengan Ai.

----------------------------

800px-10.jpg

“Adek lo keliatannya seneng banget ama Kyoko” Stefan membuka pembicaraan saat kami berdua sedang ke minimarket, membeli makanan ringan dan minuman.
“Dia emang suka banget mengakrabkan diri sama keluarga, terutama kalo cewek juga… Lo tau kan sepupu gue yang dokter? Itu kalo bareng sama Ai lengket tuh berdua. Lengket banget” komentarku.

Kami lantas mengantri di kasir dan segera membayar. Di luar minimarket, Stefan berjalan dengan cepat ke arah sebuah taman kecil dan menyalakan rokoknya. Aku menyusul Stefan kesana. Aku duduk di sebelahnya dan lantas membuka minuman ringan yang kubeli tadi.

“Besok kita pulang ya” giliran aku menyambung pembicaraan.
“Gila seminggu ini… Banyak banget yang kita lewatin” sambung Stefan sambil menghisap rokoknya.
“Lo tadi kemana aja?” tanyanya.
“Jujur apa bohong?” jawabku ambigu.

“Gue tebak kayaknya lo gak kemana-mana, pasti seharian di kamar berdua doang sama pacar lo” tawa Stefan.
“Kok tau?”
“Di kantong sampah kamar lu ada kondom”
“Tai, usil banget sih?”
“Gue curiga, makanya pas ga ada yang liat gue iseng ngintip” Stefan tersenyum ke arahku.

“Yah, wajar lah, kan besok juga udah pisah lagi” senyumku.
“Keliatan banget tadi ya…”
“Keliatan apaan?”
“Pas lo masuk kamar, sepatu lo langsung di rapihin sama si Kyoko gitu…. Dan dia langsung buru-buru nyiapin makanan buat elo…” Stefan menatapku tajam.

“Gue juga kepikiran soal itu… Gue gak masalah kalo dia kayak gitu sih Fan, Cuma gue takut ntar dia setuju pindah ke Jakarta, terus dia tersiksa disana hanya buat nyenengin gue doang… Gue gak pengen lah dia tersiksa…”
“Gimana ngetesnya coba? Lo gak akan tau sebelom dia pindah soalnya” Stefan menerawang jauh ke langit Tokyo.
“Dia mau ke Jakarta katanya, beberapa bulan lagi kali, belom tau tanggal pastinya Fan…”
“Liburan? Beda itu mah sama menetap”
“Yah… Liat entar lah…” jawabku diplomatis.

“Paham… Kadang gue iri liat orang-orang yang bisa settle gitu sih… Gue gak bisa.. Haha” tawanya.
“Dicoba dong, tuh adek gue nganggur” balasku.
“Enggak Ya…”
“Enggak gimana, lo pikir gue gak merhatiin kalian berdua selama di Jepang ini?”
“Biasa aja ah…”
“Denial, gue rela kok kalo lo demen sama dia…” aku tersenyum kepada Stefan yang sedang beranjak ke tempat sampah untuk mematikan rokoknya.

“Susah buat gue untuk move dari temen jadi lover…” tawa Stefan. “Buat gue Ai tuh miniaturnya elo, ibarat elo ada dua, Cuma dia bentuknya cewek… Gak lebih dan gak kurang, makanya gue demen recokin, kayak gue ngerecokin elo”
“Salah dong gue” aku hanya tersenyum sambil melihat ke jam tanganku. Masih jam 10 malam.
“Salah”

“Yah, padahal gue udah seneng kalo lo pacaran sama adek gue, Gue pengen dia punya pacar yang asik” sahutku.
“Jijay… Gue dibilang asik sama elo… Aneh bener” Stefan duduk kembali dan menyalakan sebatang lagi.
“Ya seenggaknya gue kenal sama orangnya lah, kadang khawatir juga liat dia cepet bener gonta ganti pacar, kayak gak pernah cocok sama cowok gitu” keluhku.

Stefan hanya tertawa mendengarnya dan lantas berkesimpulan.

“Banyak amat yang lo pikirin, satu-satu dulu deh, kayak misalnya soal kita dan label ini, terus lo masih harus ngerjain album orang lagi kan pas pulang”
“Iya, dan cepet abisin rokok lo Fan, gue ga sabar untuk ngabisin malam terakhir gue sama Kyoko”
“Bentar, abis ini lo boleh abis-abisan sama dia semaleman ini, tapi apa gak capek, pasti tadi siang ngewe ga brenti-brenti” tawanya.
“Bukan bego, gue Cuma pengen ngobrol doang…”

“Haha”

----------------------------

BERSAMBUNG
 
Gile, yang nulis pasti kecapean nih..
Butuh effort untuk banget ngelanjutin MDT 1 apalagi pake tempo yang kayak gini..
:pandajahat:

Istirahat dulu lah, salam buat Jonny Quest
 
Gile, yang nulis pasti kecapean nih..
Butuh effort untuk banget ngelanjutin MDT 1 apalagi pake tempo yang kayak gini..
:pandajahat:

Istirahat dulu lah, salam buat Jonny Quest
Ha , kan tinggal copas bos
Tapi di tread aselinya, update rutin sminggu 3 kali dg editing kwalitas gini sdh termasuk luar bìasa produktif. .
 
Ada yang diedit lagi sih, beberapa ceritanya ada penyesuaian supaya konsisten dengan penanti, amyra dan serial baru yg bakal tayang abis mdt 1 sama penanti beres. Sama image2 nya kebanyakan baru semua.

Kalo MDT yg versi dulu, bisa dibaca dimana ya oom?? Saya cari2 di search gak ada, di gugling, nemu tapi pas di klik link malah error..
 
MDT SEASON 1 - PART 47

----------------------------

airbnb10.jpg

Aku terbangun dan segera bangkit. Lantas aku berjalan pelan ke arah kamar mandi dan melakukan ritual buang air kecil di tengah malam itu. Kyoko dan Ai mungkin sudah tertidur dengan pulas. Masih teringat tadi, kami bertiga mengobrol dengan serunya, terutama soal masalah Ai dan percintaannya yang tidak pernah mulus.

Selesai buang air kecil, aku lalu menghampiri meja dan mengambil botol minum, untuk menenggak beberapa tetes air mineral yang tersisa.

“Aya?”
“Kyoko? You wake up?”
“Can’t sleep…” bisiknya dalam kegelapan kamar.

“Why?” aku menghampirinya dan duduk di sebelah dirinya yang sedang berbaring di atas futon cadangan. Kyoko lalu duduk. Dia memakai T-shirt cadanganku dan celana pendekku sebagai baju tidurnya.
“Be-shokku… Aya purang… Kyoko already miss u…” aku melihat ekspresi sedihnya di tengah kegelapan malam.
“Sini…” panggilku agar dia kembali berbaring, tapi sekarang menggunakan pahaku sebagai bantalnya.

“I just…. want to be with Aya, forever.. seramanya…”
“Zutto anata to issho ni?” aku mengartikannya ke Bahasa Jepang. Kyoko mengangguk, menatap mataku dengan penuh harap.

“Kyoko…” aku berbisik kepadanya, takut membangunkan adikku. “Do you ever think about us getting married? Me and you… Kekkon?” tanyaku kepadanya.
“Mochiron…” tentu saja, jawabnya.
“Watashi mo…” aku lantas mencium keningnya pelan.

“But… I afraid Aya, osorete… Because I’m afraid it’s to fast for Aya and Kyoko….” jawabnya dengan tatapan sendu.
“It’s okay… Atode.. sore ni tsuite hanasu….” aku mengatakan agar kita membahas soal ini di lain waktu saja.
“Demo… Karau…. Nanti… Aya mengajak Kyoko untuk… Kekkon… Married… Watakushi wa junbi ga dekite iru…” dia akan siap untuk dinikahi, katanya.
“Jya… Kalau sekarang, masih banyak yang harus dipikirkan, kan?” tanyaku ke dirinya.

Kyoko mengangguk sambil tersenyum.

“And now… Ima… Mou nemukunai” tawanya pelan.
“Sekarang tidak bisa tidur?” tawaku balik.
“Yes…”
“Watashi mo, Aku juga tidak bisa tidur jadinya… “ bisikku ke Kyoko. Kyoko lalu menarik badannya untuk bangkit dengan menggunakan bahuku sebagai tumpuannya. Dia lantas bersandar di badanku dan mencium pipiku dengan lembutnya. Aku membalasnya dengan mencium pipinya juga. Andai kami tidak harus berpisah lagi. Andai kami bisa menghentikan waktu dan menjadikan momen ini selamanya.

----------------------------
----------------------------
----------------------------

2430_110.jpg

Haneda, pagi hari menjelang siang. Kami sebentar lagi akan mengantri di counter maskapai penerbangan yang akan membawa kami pulang ke Indonesia. Teman-temanku dan adikku sedang berkeliling melihat-lihat gift shop dan tempat-tempat lainnya untuk memuaskan rasa penasaran mereka akan terminal keberangkatan di Haneda.

Tinggal aku dan Kyoko yang duduk berdua, dikelilingi oleh berbagai macam koper dan alat-alat musik. Kami berdua mengobrol apapun yang bisa diobrolkan. Tidak seharu pada saat aku pulang pada waktu trip pertamaku ke Jepang. Terlebih karena semalam kami berdua tidak tidur, mengobrol sampai pagi. Bahkan kami sempat jalan ke Minimarket subuh-subuh, membeli makanan karena lapar, bahkan kami sempat berciuman dengan sangat lama di tangga penginapan, sebelum masuk kamar, saking kami takut untuk membangunkan Ai yang tidur.

“Meiwaku na josei…” tawa Kyoko. Perempuan yang mengesalkan, artinya.
“Yep… For three years… Watashi wa baka desu..” tawaku. Iya bodoh, aku baru saja menceritakan soal Karina ke Kyoko. Terpaksa kami bongkar-bongkaran soal mantan. Gara-gara Stefan, memperhatikan aku dan Kyoko yang tampak begitu mesra, dia lantas bercanda ke arah kami. “Dulu pas sama Karina gak segininya lo…” dan dia lupa kalau Kyoko agak mengerti ucapannya.

Jadi tadi aku menceritakan panjang lebar soal Karina, bagaimana interaksi kami, sampai sekarang. Kyoko juga tak mau kalah, dia cerita soal kejadian pada saat dia Senmon Gakkou dulu, ternyata dia pernah dijebak cowok, dibikinmabuk, untung diselamatkan kakaknya, lalu cerita soal teman kakaknya yang mendekatinya tapi tak jelas, karena malu-malu kucing. Tapi tampaknya hidup Kyoko memang agak sepi dari lelaki, terlebih karena dia sangat fokus mengurus café dengan kakaknya. Tak heran sehingga perempuan yang luar biasa manis dan cantiknya ini masih single ketika usianya memasuki kepala tiga.

Tapi bukankah orang Jepang memang begitu? Terlalu fokus pada pekerjaannya sehingga banyak yang lupa mengurus kehidupan pribadi mereka? Beruntung mungkin bagi Kyoko, ketika ketertarikan kami berdua semakin jelas, dan pada akhirnya kami berpacaran sampai sekarang, dia terlihat sangat nyaman menjalaninya. Dan lagi-lagi aku takut untuk membayangkan dia ada di Jakarta untuk selamanya, mencabutnya dari rasa nyaman yang dia rasakan sekarang.

Jika dipikirkan lagi, aku tidak masalah dengan aransemen pacaran yang seperti ini.

Aku pernah pacaran dengan orang yang tipenya seperti Karina, yang tampaknya memposisikan dirinya denganku sebagai partner. Ada juga yang seperti Kyoko dulu, yang tipenya ‘melayani’. Semuanya tidak masalah. Hanya saja, aku khawatir jika nanti kondisinya tidak baik untuk Kyoko, dalam artinya suasana Jakarta yang terlalu stressful, aku takut ia memaksakan dirinya. Dan karena aku menyayanginya, tentunya aku tidak ingin dia tersiksa sedikitpun. Tapi untuk pindah ke Jepang sekalipun, itu adalah pilihan yang sulit untukku. Aku kerja apa disini? Studio musikku bagaimana? Dan di sisi lain, aku tidak mungkin menjilat ludah sendiri lantas bekerja sama dengan A.E.U.G. Bisa gila itu namanya. Dan tidak sehat sama sekali.

Pilihan yang sulit untukku. Untuk Kyoko sepertinya tidak. Tampaknya dia berusaha untuk siap akan ajakan apapun dariku.

“Kyoko…” aku melihat tajam ke arahnya.
“Yes?”
“I know it’s hard to be separated again… But… Knowing that you always care for me… “ aku kehilangan kata-kata mendadak dan memeluk bahunya. Kyoko menyenderkan kepalanya ke badanku.

“I know Aya… We will meet again… Remember, we will be Aya and Kyoko forever” senyumnya. “Kyoko sayang Aya… Dan Aya tunggu Kyoko… Nanti Kyoko akan perugi ke Jakarta… Promise” ucapnya terbata-bata. Aku malah curiga dia akan lebih lancar Bahasa Indonesia dibandingkan dengan aku berbahasa Jepang.

“Kayak film drama…” Stefan mendadak datang sendirian sambil membawa bungkusan minuman keras. Dia lalu mengambil kopernya dan memasukkan barang itu di kopernya.
“Iri ya?” tawaku melihatnya.
“Kagak…”

Kyoko hanya tersenyum kecil memperhatikan tingkah Stefan yang blingsatan memasukkan botol itu ke kopernya yang isinya amburadul. Kyoko lalu bangkit dan berjongkok di sebelah Stefan.

“Here.. I help..” Dia tampak berusaha membantu Stefan menata koper yang isinya kacau itu. Stefan menyerah dan membiarkan Kyoko membantunya. Tak lama kemudian, botol itu dengan aman masuk ke dalam koper. Stefan bingung dan heran kenapa bisa, koper yang amburadul itu mendadak jadi rapih.

“Dasar, ibu-ibu” Stefan bingung dan kemudian mengunci kopernya. Kyoko hanya tertawa saja. “Udah Ya, bawa Kyoko ke Indonesia aja sekarang, masukin koper” candanya.
“E? Masuk… koper? Koper wa…”
“Koper.. Nimotsu” tawaku.
“Ahaha… Please do” balas Kyoko sambil tertawa ke arah kami berdua.

----------------------------

“See you again…”
“See you again Kyoko….” Ai dan Kyoko berpelukan dengan erat, menuju detik-detik perpisahan kami.

“BTW liat, itu jijik banget deh” bisik Stefan, menunjuk Ilham dan Anin yang berpelukan juga, dan tidak lepas-lepas.
“Homo” ledekku sambil tertawa.
“Berisik” balas Anin, tanpa melepas pelukannya ke Ilham.

“Salamin buat Zee ya” lanjut Anin, masih tanpa melepas pelukannya ke Ilham.
“Gila gue ngeliatnya” Aku menggelengkan kepala sambil mengalungkan ransel di badanku.

“So… Goodbye again” bisik Kyoko yang tak ragu-ragu menarik tanganku dan memeluknya.
“See you when I see you” senyumku sambil mencium keningnya.

Perpisahan kali ini terasa lebih ringan daripada sebelumnya. Tentunya karena rasa rindu kami sudah terpuaskan dalam empat hari ini. Ditambah lagi Kyoko sudah berjanji akan ke Indonesia. Dan juga melihat interaksi adikku dan teman-temanku dengan Kyoko, semuanya terasa cocok dan pas. Tak sabar rasanya ingin membawanya ke lingkunganku di Indonesia nanti.

“Bye Aya, see you again…. Mata aitai ne…”
“Mata aitai…” aku memeluknya dengan erat.

Sampai bertemu lagi, di Indonesia.

----------------------------
----------------------------
----------------------------

54168810.jpg

“Ngantuk” Anin menguap dengan keras sambil memasukkan barang-barang ke dalam taksi. Dua buah taksi berderet, satu untuk aku dan adikku, satu untuk Anin, Bagas dan Sena. Stefan sudah dijemput oleh Mang Ujang tadi. Dia langsung ngacir. Katanya ingin segera tidur di rumah. Dan akupun merasa begitu. Penerbangan yang lama dan kebosanan di perjalanan membuat aku merasa sangat lemas. Tapi kemacetan di hari jumat malam ini masih menanti kami.

Hampir kasihan aku melihat bagasi taksi yang akan dinaiki tiga orang saudara sepupu itu, karena penuh sesak dengan tas gitar dan koper-koper yang besar. Yang bagaimanapun aransemennya, selalu ada satu koper yang ketinggalan di luar, jadi harus dibongkar berkali-kali agar bisa masuk dengan nyaman.

“Kemana pak?” tanya supir taksi setelah aku dan Ai sukses memasukkan barang-barang ke dalam taksi.
“Radio dalam”
“Oke pak…”

“Bye guys, sampe ketemu senen!” aku dan Ai melambaikan tangan ke Anin, Bagas dan Sena yang masih mengatur barang bawaan mereka yang sebegitu banyaknya, hasil belanja Anin disana. Untung tidak ditahan oleh orang cukai tadi. Jadi aman.

Aku dan Ai duduk di kursi belakang dengan muka capek.
“Gila ya mas” komentarnya sambil bersandar begitu saja di bahuku.
“Pasti, besok sabtu minggu gak bangun ini”

“Habis dari luar negeri ya pak?” tanya supir, sok akrab.
“Iya…” balasku mencoba ramah.
“Bulan madu pak?”
“Eh?”
“Enggak pak… kita adek kakak haha” tawa Ai mendengar kesimpulannya.

“Eh, maaf Bu… Sangkain suami istri” jawabnya aneh.
“Ah biasa itu mah…”

----------------------------
----------------------------
----------------------------

guitar10.jpg

“Morning Aya ^-^” pesan selamat pagi Kyoko yang kulihat dengan telat. Sudah jam 1 siang di hari sabtu sekarang. Kepalaku masih berat, badanku masih pegal dan koperku belum di bongkar. Masih sangat capek sekali. Aku bangun dan mendapati suasana cerah di luar jendelaku.

Aku melihat ke grup Hantaman, sudah mulai ramai rupanya.

“Kalau kata gue, mendingan senen aja Fan, kan sesuai dengan jadwal latihan kita” sahut Anin.
“Mending hari libur tau, bisa ngundang anak-anak Bandung, atau pas jadwalnya Kanaya gak gawe, jadi enak” balasnya.
“Nah itu kan susah ngatur waktunya… “ keluh Anin.

“Atau mau di pub aja” Sena mencoba menengahi.
“Masa tumpengan di Pub? ya di studio lah kontol…” Stefan menggagalkan usaha Sena.

“BTW gue dihubungin ama pihak TV nih, mau diundang ke talkshow kita…” Anin memberi info baru, bahkan kepastian tempat dan jadwal untuk syukuran saja belum ada.
“Talkshow yang mana nih?” tanya Stefan malas
“Yang malem-malem, yang pembawa acaranya mantannya sepupunya si Arya” tawa Anin.

“Oh, boleh tuh… Gue penasaran sama si Karen soalnya” Stefan terlihat bahagia.
“Baru dua minggu lagi sih”
“Bebas”

“Eh mau tumpengannya di studio?” tanyaku mendadak di grup.
“Iya” jawab Stefan

“Udah nanya belom Kanaya, anak-anak Bandung, sama temen-temen kita yang laen bisanya kapan? jangan main nentuin tanggal aja” lanjutku sok bijak.
“Wah kontol nih orang, udah diomongin dari tadi diatas, dibaca dong bego dari atas!!” hardik Stefan.

“Eh sori baru bangun”
“Sora sori, ngewe terus sih di Jepang, jadi lemes!!”
“Situ juga ngewe di Jepang”
“Kan gak tiap hari”
“Tai”
“Kontol lu Ya”
“Elo yang kontol”
“Elo”
“Elo”

“Gimana kalo….. Rebo dah… Gue dah nanya Kanaya tadi, katanya rebo malem bisa doi…” Anin mendadak memotong percakapanku dan Stefan.
“Anak-anak Bandung?”
“Bisa… Aman… Paling ketiga DJ itu tuh, salah satunya kan ada yang jadwalnya rebo…”
“Skip dah, kalo ga bisa ya udah…” sahutku.
“Anin hebat ya kalo ngatur-ngatur jadwal, gerak cepat, giliran buat ngejar cewek, susah bener sampe ceweknya ilfil dan malah nafsu sama gitaris kita tercinta” ledek Stefan.
“Kampret lu” umpat Anin.
“Tapi emang dia demen kan ama si Arya, come on Nin wakakakaka”
“Asu”

“Maaaaaaaaas” Ai mendadak masuk ke kamar dan menarik narik tanganku.
“Aduh… Apaan sih”
“Aku lagi ngobrol sama Kyoko, lucu deh”
“Apanya yang lucu?”
“Kucingnya Kyoko”
“Bukannya kemaren di Jepang dah liat?”
“Tapi ini tolol banget fotonya, menggelepar kayak karpet gitu di kamarnya” tawa Ai.

“Aku seneng kamu bisa akrab sama dia tapi” tawaku.
“Iya lah… Enak diajak ngobrol, orangnya baik banget, cocok banget dikawinin mas… Perhatiannya luar biasa dan dia demen banget bersih bersih… Kalo dibandingin sama tuan putri satu itu aduh… Jauh banget”
“Karina maksudnya?”
“Iya… sama Karina aku gak nyambung banget, orangnya susah diajak bercanda, kalo Kyoko tuh kayak mau dengerin apapun yang kita ceritain gitu…. Dan cantik banget menurutku orangnya… Ah.. Punya kakak ipar cantik…” Ai melempar badannya di kasurku dan menggelepar-gelepar seperti ikan sekarat.

“Seneng sih dengernya… Makan yuk, laper…” aku mengajaknya makan.
“Tapi gak ada makanan”
“Mama gak masak emang?” tanyaku bingung.
“Mama kan tadi pagi pamit, ada arisan keluarganya Papa di Cibubur…”

“Nyetir sendiri?”
“Yah, mas tau lah mama gimana…. Dia masih istrinya Papa sampe sekarang” muka Ai terlihat tidak enak.

Ingatanku lantas kembali ke Kyoko. Dan aku berusaha melupakan omongan-omongan Stefan soal membaktikan diri pada suami. Ibuku seperti itu. Bahkan dengan ayahku yang begitu brengseknya, dia masih berbakti dan ‘menurut’ pada suami. Aku bahkan bergidik membayangkannya. Tidak, tidak mungkin kondisi Kyoko akan separah itu, aku bukan ayahku, aku bukan dictator dan tidak pernah berbuat semauku sendiri. Ngeri membayangkannya.

“Jalan aja yuk makan di luar” senyum Ai masih dengan muka ngantuk.
“Masak aja gih kamu”
“Males”
“Kan bisa masak”
“Tapi males… Ah, coba ada Kyoko ya… enak banget masakannya waktu itu” Ai menerawang, membayangkan masakan Kyoko yang memang luar biasa enak itu.

“Tar kalo kesini, kamu minta masakin aja” tawaku mendengar Ai membayangkan masakan Kyoko.
“Bisa…. kangen banget sumpah sama Jepang ya, pantesan Mas Arya waktu itu galau banget keliatannya” tawa Ai.

“Ntar kalo aku kesana lagi kamu kuajak deh…”
“Jatah cutiku taun ini dah abis… Gara-gara Soundrenaline dan kemaren” tawanya.

“Taun depan kalo gitu…”
“Masih lama, sekarang aja masih tengah taun….” keluhnya.

“Haha, kita tunggu aja ya… Yang pasti sekarang mesen gojek aja, aku males keluar” jawabku.

----------------------------

BERSAMBUNG
 
Mantap

Thanks update nya om

Ceritanya barunya kasih bocoran cast nya dong om, kalo saya sih berharap hantaman cast nya walaupun nggak pake judul MDT lagi
 
Bimabet
Mantap

Thanks update nya om

Ceritanya barunya kasih bocoran cast nya dong om, kalo saya sih berharap hantaman cast nya walaupun nggak pake judul MDT lagi

hehehehe, dinanti aja. Pastinya masih ber setting di bastardverse dan masih ada penampilan dari tokoh2 kesayangan kita (Arya, Kyoko, Stefan, Anggia dll)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd