Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MDT - REVIVAL - SEASON 1 (racebannon)

Menurut Kalian, Siapakah "Bastardverse" Best Couple?

  • "Aku" & Dian (The Lucky Bastard)

    Votes: 12 7,5%
  • "Aku" & Nica (The Lucky Bastard)

    Votes: 2 1,3%
  • "Aku" & Anggia (The Lucky Bastard)

    Votes: 41 25,8%
  • Arya & Kyoko (Matahari Dari Timur)

    Votes: 51 32,1%
  • Anin & Zee (Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%
  • Stefan & Semua yang dia tiduri (Matahari Dari Timur)

    Votes: 23 14,5%
  • Amyra & Dipta (Amyra)

    Votes: 6 3,8%
  • Gilang & Saras (Penanti)

    Votes: 2 1,3%
  • Gilang & Tara (Penanti)

    Votes: 3 1,9%
  • Bryan & Tika (Amyra)

    Votes: 1 0,6%
  • Rendy & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 14 8,8%
  • Adrian & Anggia (The Lucky Bastard - Matahari Dari Timur)

    Votes: 2 1,3%

  • Total voters
    159
  • Poll closed .
MDT SEASON 1 - PART 50

----------------------------

Jam 5 pagi. Sudah berapa kali aku terbangun. Balasan terakhir dari Kyoko adalah balasan selamat tidur. Belum ada lagi kepastian soal tes kehamilan atau jam ke dokter. Setahuku dia akan ke Dokter sebelum shift jam buka pertama cafe. Hasil tes darah mungkin baru ada siang/sorenya. Aku menyarankan tes darah karena lebih akurat daripada tes urin, tapi dokter pasti ingin melakukan USG juga. Apapun lah. Aku ingin semuanya pasti.

"Aya... I was not able to use test pack... I'll tell you after the doctor..."
"Okay"

Shit.

Malah gak sempat tes urine di test pack dia. Sudah sejam aku menunggu jawaban sambil berguling-guling di kasur, tapi hanya jawaban itu yang datang.

Terpaksa aku bangun, dengan segala keengganan di kepalaku untuk berkegiatan, karena kepalaku sekarang sedang tidak ada di Jakarta. Tapi nun jauh di Mitaka sana, memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk dan terbaik soal status kehamilan Kyoko.

Gila kalau mendadak aku punya anak sekarang. Bisa jantungan ibuku. Walaupun dia pasti bisa menerima konsekuensi dan segala macam hal yang akan muncul sebagai akibat kehamilan itu, pasti itu menjadi hal yang merepotkan untuk seluruh keluarga. Keluarga intiku dan keluarga inti Kyoko. Kalau memang langsung ada anak, dibesarkan dimana? Apakah aku harus langsung menikah dengan Kyoko?

Benar-benar bulan Agustus yang membingungkan. Sudah jam 6 pagi sekarang, dan bagaimanapun aku harus memulai hari ini karena pagi-pagi para personel Pierre T akan datang untuk melanjutkan sesi rekaman mereka.

----------------------------

sebstu10.jpg

Aku sudah larut dengan pekerjaanku, dengan gelisahnya memperhatikan proses rekaman di studio. Kenapa pesan dari Kyoko belum ada juga? Harusnya sudah beres perjalanan dia ke dokter. Harusnya sudah ada kepastian soal kehamilannya. Apakah hamil atau tidak. Sedangkan aku disini di depan layar komputer, mempersiapkan track demi track dan mencoba menyelaraskan mereka masing-masing, saat orang di dalam studio mulai memainkan musiknya.

Sudah jam 9 di Jakarta. Artinya jam 11 di Jepang.

“Kyoko, let me know, OK?” pesan terakhirku. Belum ada balasan, bahkan belum ada tanda sudah dibaca.

“Ya, kok keliatan gelisah gitu?” tanya Mukti mendadak, sambil mempermainkan handphonenya.
“Ah?” bingungku mendadak.
“Si Pras jalan sama adek lo ya?” tanya Mukti pelan, sambil melirik ke arah Pras, di dalam studio yang sedang mengolah vokal.
“Iya”
“Sialan, keduluan” tawa Mukti.
“Ajak aja, jangan mau kalah” jawabku asal sambil terus memperhatikan layar komputer.

“Jangan lah, ga enak gue ama orang yang udah duluan” tawanya lagi.
“Hoo…”

“Bener deh elo keliatan gak jelas gitu, mikirin apa sih?”
“Enggak” senyumku aneh sambil
“Kayak lagi deg-degan nungguin apaan aja” selidiknya.
“Ah, nevermind, lagi banyak pikiran aja”

What. Pesan baru? Line? Sebentar coba kulihat.

“Aya…” Kyoko!
“Kyoko? How? Tell me…” jawabku buru-buru, dengan ditemani beberapa kejadian salah ketik dan hapus menghapus karena panik.

“Ano…. “
“Yes?”
“It’s okay… =)” senyumnya.
“So?”
“I’m not pregnant…”
“Thank God….” mendadak aku lemas, dan lega karena kali ini pasti benar.

“Doctor said I must be tired… And maybe stress” jelasnya. Tunggu. Stress kenapa, tired kenapa?
“Tired from what Kyoko? Are you okay?”
“Actually….. After Aya left Japan this Summer, I take another part time job at a chocolate shop…”
“What for?” aku mendadak bingung. Kenapa dia harus mengambil pekerjaan part time lagi? Apakah uang yang dihasilkan dari café tidak cukup? Apakah café tersebut mengalami kerugian yang cukup signifikan.

“Ano….”
“Is there any problem with the café?” tanyaku menyelidik.
“No”
“So? Why Kyoko must take another job?” saking intensnya percakapan ini, sampai kami lupa untuk menggunakan bahasa jepang dan bahasa indonesia.

“Ano…. I have to earn money quickly…” jawabnya.
“Why? You have problem? Please tell me…” desakku.
“No… I want to go to Indonesia as soon as possible…. So I take another job” jawabnya.

Shit. Dan kepalaku malah jadi pusing. Jadi Kyoko bisa dibilang telat mens karena mendadak kegiatannya berubah.

“It is everyday job? The Part-time?” tanyaku gusar.
“Only 3 days a week, Aya” jawabnya.

Tapi tetap saja. Menambah beban pekerjaan pasti membuat fisik dan mentalnya terkuras. Dan tampaknya ia juga tertekan dengan keinginannya untuk cepat-cepat bisa menabung untuk mendapatkan tiket ke Indonesia. Mungkin selama ini dari café bisa, tapi butuh waktu yang lebih lama. Jadi dia memutuskan untuk mengorbankan waktu luangnya dan tenaganya untuk kerja part time. Di toko coklat. Entah dimana, Mitaka mungkin, atau kalau di kota lain atau daerah lain, gila, kerja jam berapa sampai jam berapa dia? Apa Kyou-Kun tahu? Bagaimana ia membagi waktunya dengan pekerjaannya di café?

Mendadak kembali lagi, semua ingatan tentang percakapanku dan Stefan di Inokashira Park. Betapa Kyoko adalah tipe perempuan yang akan “mengabdi” bagi suaminya. “Menyerahkan diri” bagi pasangannya. Ini buktinya. Bukti lain lagi. Tidak ada yang menyuruh dia untuk cepat-cepat pergi ke Indonesia. Tidak ada yang menyuruh dia mengorbankan waktu luangnya dan tenaganya demi tiket ke Indonesia.

“Kyoko…. Don’t be too tired… Please consider your health” pintaku.
“It’s okay Aya, I can manage… This is for us, so I can visit you to Jakarta” jawabnya tenang.

Mungkin dia tenang, karena dia melakukannya dengan penuh kesadaran. Tapi mendadak rasa gusarku berpindah. Dari yang tadinya khawatir akan kehamilan, sekarang malah gusar akan sikapnya yang mengorbankan dirinya terlalu jauh.

“But promise me… If your period is not coming yet, you have to take a rest…” pintaku.
“Yes Aya…”
“Please… don’t be too tired.. I don’t want you to get sick or exhausted” lanjutku.
“It’s okay ^-^”

Aku menarik nafas panjang dan menelaah Agustus yang gila ini. Penuh dengan drama, sejak di akhir Juli kami semua pergi ke Jepang. Ingatan soal Naeba, Shinjuku, Kyoko, Zee, Chiaki, bahkan A.E.U.G. dan Titan memusingkan kepalaku.

“Arya” bisik Pras di telingaku.
“Hanjing!” kagetku.
“Lo bengong, tapi tombol stopnya ditekenin ama Mukti malahan” senyum Pras kecut.
“Oh.. Tengkyu…”

“Lo gapapa men? Masih pagi tapi keliatan aneh gitu” tegur Pras.
“Gapapa”
“Dari tadi loh, terutama pas liat hape, mukanya kayak abis liat setan gitu” bingung Mukti sambil melihat mukaku lekat-lekat. Sedangkan Raditya dari tadi merokok di luar, jadi tidak sempat memperhatikan muka anehku.

“Ah. Nevermind… Lanjut” aku mengelak dan berusaha mengembalikan konsentrasiku ke pekerjaan.

----------------------------
----------------------------
----------------------------

Jadi setelah dua minggu telat, akhirnya tamu bulanan Kyoko datang. Dan katanya sakitnya melebihi biasanya. Tentu saja. Disaat tubuh ada perubahan, pasti menghasilkan penyesuaian yang tidak biasa. Dian, Ai tentu bernapas lega mendengar berita baik itu. Jadi mungkin lain kali, ponakan yang sebenarnya untuk dia akan datang.

Di hari rabu, akhir Agustus itu, aku sedang duduk termenung dengan Stefan di teras Studio. Waktu sudah menunjukkan pukul 6.45, kami sedang menunggu Bagas dan Anin untuk berlatih rutin bersama. Lagu baru dalam bahasa Inggris sudah kami selesaikan dengan penuh semangat. Tinggal proses rekaman ulang single utama kami saja, dan itu harusnya tidak makan waktu lama. Pertengahan September pasti semua materi siap kirim ke Jepang.

Anin memberitahu kami, tadi siang, bahwa ada beberapa hal penting yang harus dibicarakan. Dan kami penasaran. Sangat penasaran.

“Capek?” tanya Stefan
“Banget”

“Gue gak bisa ngebayangin kalo Kyoko beneran hamil” seringainya.
“Bisa mampus gue, mendadak terbang ke sono” jawabku.
“Makanya pake kondom, bego”
“Iya” jawabku pelan dengan agak kesal, karena semua orang berkata seperti itu.

“Gawat pacar lu tapi sih…. Masih part time dia?” tanya Stefan dengan curiga.
“Iya…”
“Masa Cuma gara-gara mau ke mari doang? Gak bisa apa nabung dari penghasilan cafenya?” tanya Stefan sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.

“Dia bilang ke gue, kalo untuk trip Indonesia mau total pake duit part-time… Kalo duit café buat hidup dan lain-lainnya katanya….” kesalku.
“Bener kan kata gue”
“Iya tau Fan, gak usah diingetin terus kenapa” kesalku lagi.
“Si kontol, diingetin malah nyolot.. Musti lo kasih tau terus tuh, biar gak segitunya dia”

“Iya…”

“Halo kawan!” Mendadak pria botak berbadan besar dengan T-Shirt dan Jeans nya menghampiri kami.
“Ini dia si raja kera” ledek Stefan ke Anin.
“Sepupu lo mana?” tanyaku ke Anin.

“Paling lagi di jalan, nah banyak banget yang mau gue obrolin ke kalian….” Anin langsung duduk tanpa menurunkan tas berisi bass dari pelukannya.
“Taro dulu kek basnya, ngerokok dulu kek, bikin kopi dulu kek, coli dulu kek, seneng amat dateng langsung nyerocos” ledek Stefan lagi.

“Ini si anjing selalu ya…” balas Anin.
“Lebih anjing siapaaaa coba”
“Gue anjing darimananya?” kesal Anin.
“Anjing abis dikebiri kalo elo mah” ledek Stefan.

“Maksudnya?”
“Lo abis dari Jepang ada komunikasi ama Zee?” tanya Stefan mendadak.
“Emmm….. Cuma ngeadd line sih…”
“Tuh kan, ga beranian, udah, dikebiri aja kayak Anjing gue… Gak ada gunanya elu punya titit kalo gitu mah” ledek Stefan.

Anin hanya merengut kesal dan bangkit, masuk ke dalam studio tanpa suara.

“Makin galau deh” tawaku.
“Semenjak kecengannya siapa itu, punya pacar lagi, dia langsung galau terus ya?” tanya Stefan.
“Anggia?”
“Iya”
“Sama Rendy lagi pacarannya” tawaku.

“Siapa Rendy?” tanya Stefan.
“Calon sutradara video klip kita” jawab Anin yang baru keluar dari studio, dan langsung membakar rokok.
“Eh, jadi ini salah satu yang mau lo obrolin?”

“Yes, gue udah kontak si Rendy, katanya mau banget, tapi ini pengalaman pertama dia jadi director, biasanya dia editor soalnya…. Tapi dia tastenya bagus, dan…”
“Iya lah tastenya bagus, kecengan lu di embat” tawa Stefan.
“Kontol!”

“Mendadak sekarang banyak yang teriak-teriak Kontol ya… Ntar kalo ada lagi mesti bayar ke gue sepuluh ribu sekali ngomong” canda Stefan, menggodan Anin.
“Hih”

Memang setelah lagu baru yang berbahasa Inggris ini beres, kami merencanakan untuk membuat video klip. Memang tidak masuk dalam perjanjian dengan Titan, tapi ini inisiatif kami sendiri.

"Dan jangan lupa, kita besok malem wawancara di TV..." Anin mengingatkan kami.
"Karen yang itu ya mantannya sepupu lo, yang bawa acaranya?" tanya Stefan.
"Ho oh" jawabku dengan malas.
"Penasaran gue" senyum Stefan sambil menerawang ke arah langit-langit.

"Katanya ga mau ngembat bekas pacar temen"
"Sepupu lo kan bukan temen gue, kenal aja enggak gue" senyum Stefan dengan aura mesum.
"Yaudah sok aja lo cobain" tawaku kering.

"Muka lo masih ancur banget sih Ya" tegur Stefan memperhatikan diriku.
"Siapa yang gak ancur, gue kadang malah sekarang suka gak enak gak enakan gitu sama Kyoko"
"Gara-gara part time?" Anin bertanya sambil menatap diriku lekat-lekat juga.
"Iya"

"Relain aja men, kan buat biar dia bisa ke Indonesia juga" senyum Anin teduh.
"Prosesnya kalo sampe harus ngorbanin waktu istirahat dan tenaganya itu yang gue gak suka" aku menarik nafas panjang.

"Tenang lah, gak akan selamanya juga kan dia part time? Wong namanya aja part time" senyum Anin canggung melihat perasaan kusutku tampil di wajahku.

"Eh tuh Bagas dateng, udah lah, kita latihan aja..." sahutku masih dengan muka malas.

----------------------------

"Jadi jangan lupa, besok kita langsung ketemu di stasiun TV nya aja... Acara jam 11 malem, kita jam 9 ada disana yak" Anin mengingatkan kami.
"Asik.... Penasaran gue sama anak-anak TV nya, pasti pada yummy banget" seringai Stefan mesum seperti biasa.
"Bener bener lu ye...." tawaku.

"BTW pulang ya" Bagas yang sudah lebih dulu bersiap untuk pulang tampak ingin segera pergi. "Oh iya, kalau bisa datang aja" dia menaruh sesuatu di atas meja dan lalu mendadak dengan cepat menghilang.

"Apaan tuh?" tanya Stefan bingung.
"YA AMPUN"

Anin tampak terpaku, saat dia mengambil dan melihat benda yang disimpan Bagas diatas meja. Raut mukanya seperti baru saja melihat setan alas kawin sama kambing pincang. Aku dan Stefan lantas mendekat, ikut melihat apa yang ada di tangan Anin. Dan kami mendadak kehilangan akal sehat.

Undangan pernikahan. Bagas. Desember ini.

WTF.

"Anjing" kaget Anin.
"Elu sepupunya bego, masa gak tau?"
"Gak tau" Anin masih kaget.
"Ahahaha kalah lo" tawa Stefan.

"Ini... ya ampun" aku pun tertawa. "Gila nih anak, kita dibalap semua, padahal dia paling muda, dan ini bener-bener kejutan paling aneh di tahun ini.... Kalah Fuji Rock Festival"
"Anjir..."

"Lo masih kayak ketabrak mobil gitu Nin?"
"Banget... Gue sepupunya tolool..."
"Hebring sampe sepupunya aja gak tau kalo dia mau nikah" aku menggelengkan kepala.
"Tapi agak wajar sih, kan masih.... 3 bulan lagi kan? Dan ini di tanggalnya akhir Desember men..." Stefan berusaha mewajarkan ini semua.

"Hebat sih tapi" tawaku.
"Dan sepupunya, 31 year old virgin... Tiap hari meratapi Zee, sama siapa tuh? Anggia?" ledek Stefan sambil menatap Anin.
"Tai ah"
"Mabok aja yuk?" bisik Stefan sambil menatapku dan Anin.

"Gih, gue mau tidur, capek lagian besok abis les Jepang gue harus langsung ngeluncur ke Trans"
"Kalo Arya ga ikut ga jadi" balas Stefan.
"Gue kan ga pernah mabok"
"Tapi lo bisa ngejagain kita, ngejagain cewek lo ama si Zee aja bisa" tawa Stefan.

"Bahas terussss... Bahassssss" kesal Anin sambil keluar studio dan menyalakan rokoknya.
"Ih ngambek"

"Gimana gak ngambek Fan... Lo ledekin terus-terusan sejak Anggia jadian ama Rendy, soal Zee lo ledekin mulu, terus sekarang dilangkahin si Bagas ga bilang-bilang" tawaku.
"Biarin, biar semangat"
"Ntar pundung.... Kasian tau"

"Eh tumben gak ada adek lo" tanya Stefan.
"Kayaknya ngelembur, tumben nyariin"
"Gapapa, pengen ngobrol aja"
"Pengen ngobrol?" aku menekuk dahiku, heran dengan niat 'pengen ngobrol' Stefan.

"Yaudah lah, gue nemenin si Gorila buluk itu dulu ngerokok hahaha"

----------------------------

Sudah kuduga, tidak jadi pergi ke Mega Kuningan untuk minum-minum. Aku tenggelam dengan Kyoko di pembicaraan dalam media sosial. Hal-hal seperti biasa, soal kegiatan sehari-hari, menemani dirinya yang tampaknya sebentar lagi akan tidur. Pemandangan biasa di jam 10 malam ini, aku duduk di meja makan dengan segelas teh panas di depanku.

Tapi ada yang tidak biasa.

"Lo mau pulang jam berapa?" tanya Ai ke sebelahnya.
"Ntar kenapa sih, ngusir?" jawab Stefan di sebelahnya.
"Kagak, biasanya abis latihan udah ngacir aja mabok"
"Lagi penghematan"
"Penghematan apa pengen ngobrol ama gue?"
"Suka suka gue dong"

"Bagas mau kawin ya? Duh ga ada gandengan nih ke kawinannya" keluh Ai.
"Aku ngarep si Kyoko pas ke sini sih, lumayan bisa bawa dia ke kawinan orang Indonesia" tawaku.
"Biar tau ya kalo kawin di Indonesia kayak apa" balas Ai.
"Iya"

"Seneng amat sih mikirin kawin" keluh Stefan sambil mengambil Martabak Manis yang dibawa Ai.
"Jangan ngambil banyak-banyak... Sisain buat nyokap gue!" Ai langsung menampar pelan tangan Stefan yang tidak berdaya melihat potongan martabak di tangannya jatuh.

"Daripada elu, kagak mau kawin" tawaku.
"Iya tau nih, pacaran aja susah, maunya nidurin cewek asal mulu" ledek Ai sambil melihat tajam ke arah mata Stefan.
"Elu juga sama" balas Stefan.

"Sama apaan?"
"Gonta ganti pacar mulu... Pasti sekarang udah bosen jalan ama Pras kan?" selidik Stefan.
"Udah enggak, udah males"
"Tuh liat, bedanya apa sama gue"
"Biarin"
"Makanya gue juga biarin aja kayak gini"

"Cocok" tawaku.

"Apanya yang cocok?" jawab mereka berdua bersamaan sambil menatap galak ke arahku.
"Haha"

Aku membentuk tanda hati dengan tanganku dan membingkai muka Ai dan Stefan dengan tanganku. "Cocok" aku mengulang kata-kataku.

"Nih cocok" mendadak sepotong martabak manis mendarat dengan tololnya di mukaku.

----------------------------

BERSAMBUNG
 
biasanya kan kalo acara konser music, ada band-band ato penyanyi pembuka tuh sebelum band utama. nah berhubung hari rabu ini band utamanya Penanti, gimana kalo dibuka dulu dengan MDT suhu?
ya se-updet dua updet lah, sbagai pemanasan.

:hore::hore:
 
Wowowowo... Akhirnya bisa. Baca mdt lagi.. So god.. Gile... Kontol deh jadinya wkwkkwkw
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd