Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Menuju Puncak ( Ritual Sex di Gunung Kemukus)

Status
Please reply by conversation.
Huuuu. Gmn mood suhu aja. Ane silent reader manut aje hehhehe
 
Chapter 4 : Bu Dhea Pengawas atau Budak Sex?


Ahirnya sampai juga di Solo setelah 12 jam berada di bis dan hanya turun saat makan malam. Lega sekali aku bisa berjalan dan merentangkan badanku agar otot otot di tubuhku rileks.

"Kita nyari penginapan dulu, istirahat dan mandi. Malam Jum'at Pon masih dua hari lagi." kata Bu Dhea berusaha mengambil alih rencanaku untuk menemui ayahku di Gunung Kemukus.

"Aku harus menemui seseorang di Gunung Kemukus." kataku berusaha menolak ajakan Bu Dhea.

"Kalau yang kamu maksud Kang Gobang ayahmu, dia tidak akan datang ke sana. Aku diutus untuk mengantarmu menemui seseorang di Gunung Kemukus." kata Bu Dhea tersenyum. Ditariknya ke arah pengemudi becak yang seperti memaksa kami untuk naik becaknya.

"Ke penginapan xxx, Pak
" kata Bu Dhea, mendahuluiku naek becak. Rupanya Bu Dhea hapal seluk beluk kota Solo. Terbukti dia menyebutkan sebuah nama hotel.

Terpaksa aku mengalah karena mungkin benar apa yang dikatakan Bu Dhea bahwa ayahku yang mengirmnya untuk mendampingiku.

"Aku seperti gigolo yang nemenin tante check in di hotel." kataku berbisik ke dekat telinga Bu Dhea saat becak yang kami tumpangi berjalan.

"Gigolo yang beruntung karrena dapet tante secantik dan sesexy Dhea." kata Dhea tidak mau kalah. Sekilas dia mencium pipiku.

Hampir 15 menit, ahirnya becak yang kami tumpangi sampai Penginapan yang dituju. Bentuknya seperti sebuah rumah besar peninggalan belanda yang disulap menjadi sebuah penginapan. Suasana sekelilingnya masih terlihat asri.

"Bu Dhea, kenapa tidak ngasih kabar mau datang?" tanya seorang pria tua yang tergopoh gopoh menghampiri kami. Dengan sigap tangannya mengambil tas yang kami bawa.

"Maaf Pak, saya datang mendadak tanpa rencana." kata Bu Dhea tersenyum kepada pria tua itu.

Kami masuk ke dalam penginapan. Resepsionis langsung menyambut kehadiran kami dengan wajah terkejut. Seorang gadsi yang terlihat masih muda.

"Maaf Bu, saya gak tau Bu Dhea mau datang." kata gadis itu. Ternyata Bu Dhea sudah dikenal di sini. Apa dia sering ke sini? Atau jangan jangan dia juga pelaku Ritual Sex di Gunung Kemukus.

"Gak apa apa, och ya pak, tasnya bawa ke kamar saya." kata Bu Dhea

"Kalau tas mas nya taruh dimana, Bu? " tanya pria tua yang masih belum beranjak dari tempatnya.

"Bawa ke kamar saya juga." kata Bu Dhea singkat.

Pria tua itu melirikku heran. Dia pasti menuduhku sebagai Gigolo yang sengaja dibawa dari Jakarta ole Bu Dhea untuk memuaskan hasrat sexnya. Gigolo yang beruntung, kata Bu Dhea. Tanpa sadar aku tersenyum membalas tatapan pria itu yang langsung per

Tatapan curiga juga terlihat jelas dari mata resepsionis. Aku mengedipkan mataku menggoda gadis muda itu yang tersenyum membalas godaanku. Rupanya Bu Dhea melihatku mengedipkan mata ke resepsionis. Dia menarik tanganku mengikuti Pak tua yang sudah berjalan lebih dulu.

"Jangan sembarangan godain cewek. Kamu punya daya tarik yang luar biasa sehingga banyak wanita yang bertekuk lutut padamu. Daya tarikmu melebihi ayahmu" kata Bu Dhea seperti cemburu.

"Masa sich, Bu?" kataku tidak percaya.

"Buktinya aku sampai tergila gila sama kamu." kata Bu Dhea sambil mencubit tanganku gemas.

Aku tertawa menganggap perkataan Bu Dhea hanyalah sebuah candaan untuk mencairkan suasana dan sedikit banyak dapat mengurangi keteganganku selama beberapa hari ini.

"Terimakasih, Pak.!" kata Bu Dhea sambil memberi uang tip ke Pak tua yang menerimanya sambil mengucapkan terimakasih. Pak tua membungkuk pamitan meninggalkan kami berdua di kamar.

Aku langsung merebahkan tubuh ke spring bed empuk. Nikmat sekali rasanya setelah semalaman hanya bisa duduk di dalam bis dengan gerakan terbatas.

"Kang Ujang gak mandi dulu baru setelah itu tidu.?" kata Bu Dhea sambil membuka pakaiannya hingga bugil sambi menghadap ke arahku.

Aku menatap kagum keindahan tubuh Bu Dhea yang putih mulus tanpa cacat. Buah dadanya sangat besar, hampir sebesar buah dada Marni yang sedang menyusui. Walau bentuk dada Bu Dhea seperti pepaya yang menggantung, tapi tidak mengurangi keindahannya.

Ada yang aneh dengan memek Bu Dhea, terahir aku melihatnya masih berbulu, sekarang bersih dari bulu. Mungkin sudah dicukur.

"Jembutnya dikemanain, Bu?" tanyaku menggoda Bu Dhea.

"Dicukur kemaren, biar kamu bebas ngejilatin memek Dhea." kata Bu Dhea balik menggodaku sambil mengelus memeknya yang tembem menggoda birahiku yang mulai terpancing melihatnya bugil.

Aku bangkit menarik tangan Bu Dhea yang langsung menindihku. Bibirku mencium bibir sensualnya dengan rakus. Bu Dhea membalas dengan bernafsu. Kami berciuman cukup lama.

"Nanti saja ya, Dhea belum mandi." kata Dhea setelah ciuman kami berhenti.

"Gak apa apa, Bu Dhea gak mandi juga masih harum, malah bikin nafsu. Kontolku udah ngaceng banget." kataku sambil meremas pantat besar Bu Dhea yang kenyal.

"Dasar anak nakal, " kata Bu Dhea menciumi leherku. Bahkan ciumannhya meninggalkan cap merah di leher. Hal yang tidak pernah dilakukan oleh istriku maupun Lilis.

Bu Dhea beringsut turun, lidahnya menggelitik pentil dadaku dan kadang digigit pelan membuat sekujur tubuhku merinding nikmat. Rrflek tanganku membelai rambutnya yang tebal sebahu.

"Geli geli enak, Bu.." kataku sambil meremas dadanya dengan tanganku yang masih bebas.

Setelah puas memainkan pentil susuku, Bu Dhea menyodorkan dadanya yang besar ke mulutku yang menyambutnya dengan bernafsu. Aku menghisap putingnya yang berwarna pink sambil meremas dadanya yang sangat besar.

"Anak ibu udah gede masih suka nyusu...!" kata Bu Dhea menggodaku dengan menekan dadanya hingga menutupi wajahku. Aku gelagapan tidak bisa bernafas. Dadanya yang besar ternyata bisa membunuhku.

Melihatku yang berontak tidak bisa bernafas, Bu Dhea tertawa geli. Dia beringsut ke bawah, tangannya terampil membuka bajuku dan juga celanaku hingga bugil seperti dirinya. Kontolku yang sudah berdiri terbebas dari belenggunya. Berdiri dengan angkuh di hadapan Bu Dhea yang menatapnya kagum.

"Kontolmu benar benar perkasa, bikin Dhe ketagihan." kata Bu Dhea, tangannya membelai kontolku dengan lembut.

Tidak berapa lama kontolku masuk mulut Bu Dhea yang hangat dan basah. Lidahnya bergerak liar menggelitik kepala kontolku. Benar benar wanita binal. Bu Dhea terlihat begitu menikmati kontolku yang hanya masuk separuhnya di mulutnya.

"Bu Dhea pinter nyepong, ennnak banget." kataku memegang kepalanya yang bergerak mengocok kontolku dengan cepat. Hingga ahirnya Bu Dhea menghentikan sepongannya lalu berjongkok di atas kontolku yang bergerak masuk memeknya yang ternyata sudah sangat basah.

"Katanya mau dijilatin memeknya?" tanyaku menggodanya.

"Memek Dhea udah gak tahan pengen dientot kontol kamu." kata Bu Dhea yang langsung memompa kontolku dengan liar.

Sebenarnya Bu Dhea itu datang menemaniku untuk mengawasi atau sebagai budak sexku? Persetan dengan itu. Jepitan memeknya terlalu nikmat untuk aku lewatkan begitu saja. Apa lagi goyangannya yang liar mampu memacu andrenalinku hingga puncaknya.

Tanganku meremas dadanya yang bergoyang kencang. Agak keras, tapi wanita itu tidak merasa kesakitan, malah seperti menikmati remasanku di dadanya yang tidak mampu tertampung seluruhnya oleh tanganku.

"Gila kontol kamu gede banget sampe mentok memek, Dhea." kata Bu Dhea yang sangat menikmati kontolku menerobos memeknya secara cepat dan bertenaga hingga ahirnya wanita cantik itu menjerit keras saat orgasmenya sampai.

"Gila, ennnnak banget kontol kamu..!" teriak Dhea. Tubuhnya mengejang beberapa saat. Setelah kenikmatannya berlalu, Dhe bangkit lalu menunggingiku. Sehingga aku bisa melihat lobang anusnya dan memeknya yang basah.

Bagaimana ya rasanya kalau kontolku masuk lobang anusnya seperti yang sering aku lihat di video porno dan buku porno yang aku baca. Belum sempat pikiranku semakin liar Bu Dhea berkata sedikit membentakku.

"Buruan Kang, entot Dhea dari belakang." kata Bu Dhea sambil tangannya mengelus memeknya yang sangat basah.

Aku segera bangkit, kontolku dengan sukses menerobos memek Bu Dhea, tanpa pemanasan aku mengocoknya dengan keras sambil meremas pantanya dengan gemas. Aku melihat kontolku yang basah oleh cairan memek sehingga bunyi saat kontolku menerobos memeknya sangat keras.

Lobang anus Bu Dhea seperti menggodaku untuk memasukinya. Entah apa senikmat saat kontolku memasuki memeknya atau tidak. Tanpa sadar jempolku menyentuh anusnya.

"Ampun Kang, Dhea keluar lagi....!" Bu Dhea tidak berusaha menahan suaranya agar tidak terlalu nyaring.

Buyar sudah keinginanku untuk merasakan lobang anus Bu Dhea yang sangat menggoda. Kulihat Bu Dhea tersungkur saat orgasmenya reda, otomatis kontolku terlepas dari memeknya. Aku yang belum keliar segera menusuk memek Bu Dhea yang tengkurang dan pantanya masiih tetap menungging.

"Kang, kamu gak mau nyobain lobang anus Dhea?" tanya Dhea membuatku terkejut.

Tanpa menunggu jawaban dariku, Dhea menyuruhku mengambilkan tasnya yang berada di meja. Aku sempat mau menolak, tapi rasa penasaran apa yang dilakukan Bu Dhea membuatku bangun mengambilkan tasnya. Kuberikan tas ke Bu Dhea yang duduk menerima tasnya.

Bu Dhea mengeluarkan botol yang berisi cairan dan tidak kutahu fungsinya. Bu Dhea memasukkan botol berisi cairan itu ke dalam lubang anusnya. Lalu kembali menungging.

"Ayo Kang, masukin kontol kamu ke anus Dhea." kata Dhea membuka belahan pantanya dengan posisi menungging.

Dengan perasaan ragu aku memasukkan kontolku ke dalam lobang anusnya yang sangat sempit. Aku mengalami kesulitan saat kontolku berusaha masuk anus Bu Dhea. Setelah berusaha, ahirnya kontolku dapat masuk memek Bu Dhea.

"Gila, Kang. Kontol akang gede banget. Perut Dhea sampe mules. Pelan pelan Kang." kata Dhea menoleh ke arahku. Wajahnya seperti menahan sakit dan sekaligus apa? Aku tidak begitu mengerti arti espresi wajahnya yang terlihat aneh.

Perlahan aku mengocok kontolku di lobang anus Bu Dhea, rasanya aneh dan tidak seenak saat kontolku menyodok memeknya. Dinding anusnya terlalu sempit dan kasar. Jauh dari kata nikmat. Cengkeramannya cenderung menyakiti kontolku dari pada rasa nikmat, ahirnya aku mencabut kontolku dari anus Bu Dhea dan kembali memasukanya ke dalam lobang yang tepat.

Aku tidak memperdulikan tatapan heran Bu Dhea. Aku memacu memeknya dengan cepat dan ahirnya aku bisa menggapai puncak orgasmeku. Kontolku menyemburkan cairan pejuhku cukup banyak ke dasar memek Bu Dhea.

Aku merebahkan tubuhku yang kelelahan setelai mengarungi lautan birahi. Seluruh tubuhku menjadi lebih rileks. Bu Dhea pun merebahkan tubuhnya di sampingku. Dia menatapku yang masih kelelahan.

"Akang gak suka main anal, ya?" tanya Bu Dhea.

"Qneh rasanya. Gak seenak memek." kataku jujur. Aneh sekali menurutku seorang lelaki menyukai anal.

"Kenapa ayahku mengirim Bu Dhea untuk menemaniku? Mengawasi semua gerak gerikku atau untuk menjadi budak seksku?" tanyaku. Aku berharap Bu Dhea mau berkata jujur setelah nafsunya sudah tersalurkan.

"Kang Gobang menyuruhku membawamu ke suatu tempat di Gunung Kemukus. Ayahmu menyimpan sesuatu di dalam brankas." kata Bu Dhea membuatku terkejut.

Brankas, apa nomer yang tertera di kotak kayu peniggalan ayahku itu adalah nomer kombinasi untuk membuka brankasnya? Kalau itu benar, berarti aku telah bertindak ceroboh karena meninggalkannya begitu saja tanpa berusaha menghapalnya.

Tiba tiba aku teringat Lilis membuka brankas warisan Pak Budi yang sudah menjadi milikku. Dan aku melihat kotak kayu peninggalan ayahku sudah berubah posisinya. Surat di dalamnyapun urutannya berubah. Apa Lilis juga mengetahui hal ini? Lalu apa isi dalam brankas ayahku yang disembunyikan jauh di Gunung Kemukus?

Tiba tiba ada yang mengetuk pintu kamar. Kami segera berpakaian dengan tergesa gesa.

"Tunggu sebentar." kata Bu Dhea. Melihat ke arahku yang sudah berpakaian lengkap. Bu Dhea pun sudah berpakaian lengkap. Dia merapikan rambutnya dan juga memakai bedak tipis untuk menghilangkan sisa sisa keringat. Setelah selesai, Bu Dhea membuka pintu. Ternyata pak tua membawa minuman dan makanan kecil.

Pak tua masuk dan meletakkan nampan berisi air dan makanan kecil di meja. Aku melihat Pak tua juga memberikan kertas ke Bu Dhea, entah apa isinya.

Bu Dhea membaca kertas pemberian Pak tua, selesai membacanya Bu Dhea menyerahkan kertas itu kepadaku.

Hati hati, ada yang mengikuti kalian sejak kalian sampai Solo.

Bersambung.....





******

sekedar pengisi waktu ahir pekan anda.
 
wih makin seru ajja nih cerita,...... tetep menyimak dan menunggu
 
Mantap hu...jadi semakin penasaran sama kelanjutannya...jgn2 dari bis dah diikutin tu si ujang..
:mantap::semangat:
 
Dikira bakalan nungguin seminggu lagi baru disambung. Thanks updatenya, sehat selalu buat suhu TS.
 
setuju deh sama om SATRIA .... biang nggak kejar tayang. Kl nggak keburu buru kan bs lebih dpt feel nya...okay om. Btw tengkyu dah apdet n lanjoeeet...
 
setuju deh sama om SATRIA .... biang nggak kejar tayang. Kl nggak keburu buru kan bs lebih dpt feel nya...okay om. Btw tengkyu dah apdet n lanjoeeet...
hehehe, kadang kadang pas lagi bikin cerita, suka kebawa emosi. larut dalam alurnya.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd