Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Menuju Puncak ( Ritual Sex di Gunung Kemukus)

Status
Please reply by conversation.
Chapter 7 : Jalu

Ternyata brankas yang dimaksud Bu Dhea tersimpan di sini. Lalu kenapa Pak Tris malah .emberikanku sebuah kotak besi tanpa kunci, padahal kotak itu terkunci. Apa Pak Tris tidak mengetahui keberadaan brankas ini karena kepatuhannya dalam mengagungkan ayahku sehingga dia tidak pernah membuka lemari di dalam kamar. Dia hanya membersihkan bagian yang terlihat. Kepatuhan yang luar biasa seperti yang diperlihatkan para abdi dalem keraton Jogja.

Karena alasan inikah selama belasan tahun ayahku bersembunyi di sini. Kepatuhan yang hanya ada dalam dogeng atau yang paling nyata adalah para abdi dalem di Jogja. Kepatuhan yang membuatku merinding aneh.

Tapi sekarang yang menjadi persoalanku bagaimana cara membuka brankas yang terkunci? Aku tidak tahu nomer kombinasinya. Kemungkinannya adalah nomer yang terpahat di kotak kayu pemberian ayahku. Tapi aku tidak mengingat nomernya karena saat tu aku beranggapan tidak ada gunanya dan sekarang aku memerlukannya. Sekeras apapun aku berusaha mengingatnya, hasilnya sia sia. Aku tetap tidak bisa mengingatnya. Lalu untuk apa aku menemukan brankas ini kalau aku tidak bisa membukanya.

Belum pernah aku seputus asa seperti sekarang. Perjalananku dari Bogor sia sia karena aku begitu bodoh tidak mengjafal angka yang terukir di kotak kayu. Mungkin saja itu benar benar kunci kombinasinya.

Aku menoleh ke arah Marni yang masih tetap berdiri mematung tidak berani duduk maupun menyentuh benda di ruangan ini. Seolah setiap benda yang berada di ruangan ini adalah benda sakral yang tidak boleh disentuh tanpa ijin.

Aku menghampiri Marni yang terlihat sangat berbeda. Biasanya dia selalu memancingku dengan kata kata cabul. Sekarang dia menunduk, mulutnya terkatup rapat. Tak ada lagi candaan cabulnya yang mampu memancing birahiku.

Aku mengangkat dagu Marni dan menatap wajahnya yang manis tidak membosankan untuk terus menatapnya. Matanya terpejam seperti perawan yang baru mengenal pria.

"Kamu kenapa? Kok diam saja?" tabyaku heran.

"Sejak kecil Marni dilarang masuk kamar ini. Ini pertama kali Marni masuk kamar ini, kamar yang dianggap sakral oleh ibu dan bapak." kata Marni mulai berani menatap mataku. Mata yang terlihat ketakutan. Keringat dingin tampak menempel di dahinya yang halus.

Aku menunduk mencium bibir Marni yang tebal agar ketakutannha hilang. Ternyata aku berhasil membuatnya rileks, Marni membalas ciumanku. Tangannya memeluk leherku. Kami berciuman cukup lama mencairkan ketengangan yang sama sama kami alami.

Perlahan aku membuka pakaian Marni hingga tubuhnya bugil. Payudara jumbonya terlihat sangat menggairahkan. Ada bau bedak bayi tercium dari dada jumbonya. Lembut aku mendorong Marni duduk di ranjang yang bertabur bunga melati. Aku segera membuka pakaianku. Aku meraih tangan Marni memegang kontolku yang sudah tegang berdiri dengan gagahnya.

Marni sudah tahu kewajibannya, dia langsung melumat kontolku dengan bernafsu disertai jilatan dan hisapan yang sangat ahli. Marni benar benar tahu memperlakukan kontolku. Dia melakukannya penuh dengan perasaan, seolah olah itu sebagai bentuk pengabdiannya kepadaku.

"Ennnak, Mar. Kamu pinter banget nyepongnya." kataku memejamkan mata menikmati kehangatan mulut Marni yang sedang mengulum kontolku. Dia mengeluarkan kemampuan terbaikknya membuarku meram melek keenakan.

"Udah, Mar. Nanti aku kelluar..!" kataku berusaha menyuruhnya berhenti, tapi Marni tidak memperdulikannya. Dia terus menghisap dan kepalanya bergerak mengocok kontolku. Ahirnya pertahananku jebol, pejuhku muncrat di dalam mulut Marni yang tanpa rasa jijik menelan pejuhku.

Marni tersenyum manis melihatku yang sangat menikmati orgasme di mulutnya. Dai menjulurkan lidahnya yang sudah bersih dari pejuhku yang habis ditelannya.

"Enak gak sepongan Marni, mas?" tanya Marni menggodaku. Wajahnya terlihat puas sudah berhasil menaklukkanku.

"Kamu gak jijik nelen pejuhku?" tanyaku heran melihat wajah Marni yang terlihat puas.

"Pejuh Mas Ujang enak." kata Marni, tangannya meremas dada jumbonya, memancingku untuk beraksi.

Tanpa menunggu dipinta aku mendorong Marni rebah. Aku beraksi meremas dan menghisap putingnya dan benar saja ASInya keluar deras. Dada yang subur menghasilkan ASI kualitas super. Anaknya pasti tidak akan kelaparan dengan produksi ASI yang berlimpah. Aku menghisapnya dengan lahap, merasakan ASI Marni masuk tenggorokanku.

"Hihihi, " Marni justru tertawa geli saat aku terus menghisap ASInya dengan lahap.

"Kok ketawa, Mar?" tanyaku heran menatap Marni yang berusaha menahan tawanya.

"Lucu, Marni punya anak segede Mas Ujang." katanya, bibirnya selalu tersenyum manis setiap kali bertatapan denganku.

Aku hanya tertawa kecil, entah kenapa aku sangat menyukai rasa ASI yang has dan sebentar lagi Ningsih dan Lilis payudaranya akan mengeluarkan ASI seperti Marni. Apa ASInya akan melimpah seperti ASI Marni? Karena menurut cerita ibu ibu saat aku berjualan Mie Ayam tidak semua ibu menyusui ASInya bisa lancar keluarnya. Kadang kala ada yang malah tidak keluar ASI. Semoga Ningsih dan Lilis ASInya melimpah.

"Mas Ujang kontolnya sudah ngaceng lagi..!" kata Marni takjub melihat kontolku sudah bangkit tanla kusadari karena terlalu asik dengan ASI Marni yang melimpah.

Aku membuka paha Marni agar mengangkang semakin lebar, saat aku akan menjilati belahan memeknya, Marni malah menutup memeknya dengan telapak tangannya.

"Jangan dijilat, Mas.....!" Marni menatapku dengan raut wajah memohon. Padahal saat pertama kali kami berhubungan sex dia tidak menolak saat lidahku bermain di belahan memeknya. Tapi kenapa sekarang dia melarangku.

"Kenapa?" tanyaku heran.

"Karena Mas Ujang anak Pak Gobang yang sangat kami hormati." kata Marni dengan wajah serius.

Ahirnya aku mengalah, kutarik pinggang Marni agar tepat berada di pinggir ranjang. Tanpa kuperintah Marni membuka pahanya selebat mungkin. Tanganya memegang kedua pahanya ke atas.

"Masukin, mas. Memek Marni sudah basah...!" kata Marni memohon.

Kontolku dengan mudah amblas ke ke bagian terdalam Marni yang mendesah lega. Perlahan dalam ritme yang kuatur sehalus mungkin kontolku bergerak leluasa. Menggapai setiap bagian terdalam yang selama ini belum tersentuh dan kontolku dapat menyentuhnya tanpa kesulitan. Jangkauannya lebih panjang dari yang dimiliki suaminya.

Apakah ini ritual atau nafsu, semuanya menjadi kabur saat tubuh terintim kami bersatu mencari kenikmatan dan saling memberi kenikmatan. Kenikmatan terlarang justru menjadi sebuah keharusan di Gunung Kemukus. Sesuatu yang tabu berubah menjadi hal yang biasa di sini.

"Mas, ennnak amat kontol kamu..!" Marni berteriak kecil saat kontolku bergesekan dengan dinding memeknya. Wajahnya sangat menikmatinya.

Hingga ahirnya Marni berteriak dan tubuhnya mengejak mendapatkan orgasme pertamanya yang dahsyat. Aku justru semakin cepat memompanya tanpa memberinya kesempatan beristirahat.

"Udah Mas, gantian Marni di atas..!" Marni berusaha memintaku berhenti namun aku tidak perduli. Aku yerus memompanya sehingga tubuhnya berguncang hebat.

"Ampun Massss, enak banget kontolnya...!" Marni berteriak histeris badai orgasme kembali melambungkan jiwanya untuk ke dua kalinya.

Ritual Sex ini semakin panas, aku berubah menjadi liar, keliaran yang tidak sewajarnya. Ada dorongan aneh dalam jiwaku untuk terus memompa memek Marni yang terasa semakin longgar. Aku merasakan pertemuan alat kelamin kami justru membangkitkan simpul simpul prana yang mendekam di 7 cakra utamaku, prana yang menyebar ke setiap sel sel di sekujur tubuhku.

"Ampun Mas, Marni gak kuat lagiii...!" rintihan Marni yang terus menerus mengalami orgasme yang berulang ulang membuatnya kelelahan. Tapi matanya terlihat berbinar bahagia.

Aku menarik tangan Marni agar duduk tanpa melepaskan kontolku dari memeknya. Aku menggendong Marni yang berpegangan pada leherku. Entah kekuatan dari mana, tubuh Marni terasa ringan sehingga aku dengan leluasa menggerakkan tubuhnya naik turun memompa kontolku.

Marni memeluk erat sehingga dada jumbonya menekan dadaku dengan keras. Kurasakan ASInya membasahi dadaku mengalir ke perutku.

Aku berjalan sambil terus menaik turunkan Marni memompa kontolku, ke arah meja rias. Ternyata ranselku sudah ada di atas meja rias, aku baru menyadarinya sekarang. Karena perhatianku tadi lebih tertuju ke brankas yang tersembunyi di dalam lemari.

Kusingkirkan randelku ke pinggir hingga jatuh, perlahan aku meletakkan Marni duduk di meja rias. Kembali aku memompanya dengan cepat dan semakin cepat saja karena aku merasa akan segera orgasme.

"Marrr, aku kelllluarrrrr..!" aku membenamkan kontolku hingga dasar terdalam memek Marni memuntahkan kandungan.pejuhku ke dalamnya.

"Marni jugaaaaa mas...!" teriak Marni, tubuhnya langsung terkulai setelah orgasmenya berlalu. Inilah pengalaman sex terhebat dan terliar dalam hidupku.

Aku menarik kontolku dari memek Marni. Lalu mengambil kursi dan duduk menghadap Marni. Kami sama sama terdiam setelah persetubuhan yang baru saja selesai.

*****

Aku bangun, ternyata Marni tidak ada di dalam kamar. Jam di dinding menunjukkan ang 7:30, berarti sekarang sudah malam. Nyenyak benar tidurku.

Aku teringat dengan brankas yang tersembunyi di balik lemari jati dan berpikir keras berusaha mengingat nomer yang terukir di kotak kayu, berusaha membayangkan setiap detil kotak kayu tersebuya Dan seperti tadi aku tidak bisa mengingatnya.

Kira kira nomer apa yang dipakai ayahku. Tanggal kelahiran salah satu anaknya, mungkin. Tidak ada salahnya aku mencoba salah satu tanggal lahir kami.

Aku mulai dari tanggal lahirku. 11 12 1973, ternyata tidak bisa. Aku coba dengan membulak balik angkanya tetap saja tidak bisa. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

Lalu tanggal lahir adik pertamaku, 10 04 1977, caranya seperti tadi. Kembali aku gagal membuka brankas.

Mungkin tanggal lahir adik bungsuku, 01 12 1979, hasilnya tetap sama. Aku memutar otak, berusaha berpikir. Mungkin tanggal lahir ibuku dan tetap gagal.

"Aku beri kamu nama Jalu" itu isi surat ayahku di dalam kotak, mungkin itu kunci untuk membuka brankasnya. Tapi tidak ada abjad di putaran brankas, hanya ada angka. Tapi tidak ada salahnya aku mencoba.

J adalah abjad nomer 10, A abjad nomer 1, L abjad nomer 12 dan U nomer kalau tidak salah nomer 15. Dan aku bersorak kegirangan saat pintu brankas terbuka. Aku terbelalak kaget melihat isinya. Aku menggosok mataku berharap apa yang aku lihat hanyalah ilusi. Dan ternyata penglihatannku tidak berubah.

Aku buru buru menutup brankas dan pintu lemari ketika mendengar ketukan pintu dan suara Marni meminta ijin untuk masuk. Rasanya aneh juga dengan perubahan sikap Marni yang sangat santun dan menghormatiku.

"Iya masuk, aku sudah bangun." kataku buru buru tiduran di ranjang.

Marni masuk dengan membawa namlan berisi nasi dan lauk pauknya, menyusul Bu Tris yang juga membawa nampan berisi air dan kopi. Aku benar benar diperlakukan sebagai tuan besar di rumah ini.

Bersambung......

Apdet pendek semoga bisa menghibur.
 
Chapter 7 : Jalu

Ternyata brankas yang dimaksud Bu Dhea tersimpan di sini. Lalu kenapa Pak Tris malah .emberikanku sebuah kotak besi tanpa kunci, padahal kotak itu terkunci. Apa Pak Tris tidak mengetahui keberadaan brankas ini karena kepatuhannya dalam mengagungkan ayahku sehingga dia tidak pernah membuka lemari di dalam kamar. Dia hanya membersihkan bagian yang terlihat. Kepatuhan yang luar biasa seperti yang diperlihatkan para abdi dalem keraton Jogja.

Karena alasan inikah selama belasan tahun ayahku bersembunyi di sini. Kepatuhan yang hanya ada dalam dogeng atau yang paling nyata adalah para abdi dalem di Jogja. Kepatuhan yang membuatku merinding aneh.

Tapi sekarang yang menjadi persoalanku bagaimana cara membuka brankas yang terkunci? Aku tidak tahu nomer kombinasinya. Kemungkinannya adalah nomer yang terpahat di kotak kayu pemberian ayahku. Tapi aku tidak mengingat nomernya karena saat tu aku beranggapan tidak ada gunanya dan sekarang aku memerlukannya. Sekeras apapun aku berusaha mengingatnya, hasilnya sia sia. Aku tetap tidak bisa mengingatnya. Lalu untuk apa aku menemukan brankas ini kalau aku tidak bisa membukanya.

Belum pernah aku seputus asa seperti sekarang. Perjalananku dari Bogor sia sia karena aku begitu bodoh tidak mengjafal angka yang terukir di kotak kayu. Mungkin saja itu benar benar kunci kombinasinya.

Aku menoleh ke arah Marni yang masih tetap berdiri mematung tidak berani duduk maupun menyentuh benda di ruangan ini. Seolah setiap benda yang berada di ruangan ini adalah benda sakral yang tidak boleh disentuh tanpa ijin.

Aku menghampiri Marni yang terlihat sangat berbeda. Biasanya dia selalu memancingku dengan kata kata cabul. Sekarang dia menunduk, mulutnya terkatup rapat. Tak ada lagi candaan cabulnya yang mampu memancing birahiku.

Aku mengangkat dagu Marni dan menatap wajahnya yang manis tidak membosankan untuk terus menatapnya. Matanya terpejam seperti perawan yang baru mengenal pria.

"Kamu kenapa? Kok diam saja?" tabyaku heran.

"Sejak kecil Marni dilarang masuk kamar ini. Ini pertama kali Marni masuk kamar ini, kamar yang dianggap sakral oleh ibu dan bapak." kata Marni mulai berani menatap mataku. Mata yang terlihat ketakutan. Keringat dingin tampak menempel di dahinya yang halus.

Aku menunduk mencium bibir Marni yang tebal agar ketakutannha hilang. Ternyata aku berhasil membuatnya rileks, Marni membalas ciumanku. Tangannya memeluk leherku. Kami berciuman cukup lama mencairkan ketengangan yang sama sama kami alami.

Perlahan aku membuka pakaian Marni hingga tubuhnya bugil. Payudara jumbonya terlihat sangat menggairahkan. Ada bau bedak bayi tercium dari dada jumbonya. Lembut aku mendorong Marni duduk di ranjang yang bertabur bunga melati. Aku segera membuka pakaianku. Aku meraih tangan Marni memegang kontolku yang sudah tegang berdiri dengan gagahnya.

Marni sudah tahu kewajibannya, dia langsung melumat kontolku dengan bernafsu disertai jilatan dan hisapan yang sangat ahli. Marni benar benar tahu memperlakukan kontolku. Dia melakukannya penuh dengan perasaan, seolah olah itu sebagai bentuk pengabdiannya kepadaku.

"Ennnak, Mar. Kamu pinter banget nyepongnya." kataku memejamkan mata menikmati kehangatan mulut Marni yang sedang mengulum kontolku. Dia mengeluarkan kemampuan terbaikknya membuarku meram melek keenakan.

"Udah, Mar. Nanti aku kelluar..!" kataku berusaha menyuruhnya berhenti, tapi Marni tidak memperdulikannya. Dia terus menghisap dan kepalanya bergerak mengocok kontolku. Ahirnya pertahananku jebol, pejuhku muncrat di dalam mulut Marni yang tanpa rasa jijik menelan pejuhku.

Marni tersenyum manis melihatku yang sangat menikmati orgasme di mulutnya. Dai menjulurkan lidahnya yang sudah bersih dari pejuhku yang habis ditelannya.

"Enak gak sepongan Marni, mas?" tanya Marni menggodaku. Wajahnya terlihat puas sudah berhasil menaklukkanku.

"Kamu gak jijik nelen pejuhku?" tanyaku heran melihat wajah Marni yang terlihat puas.

"Pejuh Mas Ujang enak." kata Marni, tangannya meremas dada jumbonya, memancingku untuk beraksi.

Tanpa menunggu dipinta aku mendorong Marni rebah. Aku beraksi meremas dan menghisap putingnya dan benar saja ASInya keluar deras. Dada yang subur menghasilkan ASI kualitas super. Anaknya pasti tidak akan kelaparan dengan produksi ASI yang berlimpah. Aku menghisapnya dengan lahap, merasakan ASI Marni masuk tenggorokanku.

"Hihihi, " Marni justru tertawa geli saat aku terus menghisap ASInya dengan lahap.

"Kok ketawa, Mar?" tanyaku heran menatap Marni yang berusaha menahan tawanya.

"Lucu, Marni punya anak segede Mas Ujang." katanya, bibirnya selalu tersenyum manis setiap kali bertatapan denganku.

Aku hanya tertawa kecil, entah kenapa aku sangat menyukai rasa ASI yang has dan sebentar lagi Ningsih dan Lilis payudaranya akan mengeluarkan ASI seperti Marni. Apa ASInya akan melimpah seperti ASI Marni? Karena menurut cerita ibu ibu saat aku berjualan Mie Ayam tidak semua ibu menyusui ASInya bisa lancar keluarnya. Kadang kala ada yang malah tidak keluar ASI. Semoga Ningsih dan Lilis ASInya melimpah.

"Mas Ujang kontolnya sudah ngaceng lagi..!" kata Marni takjub melihat kontolku sudah bangkit tanla kusadari karena terlalu asik dengan ASI Marni yang melimpah.

Aku membuka paha Marni agar mengangkang semakin lebar, saat aku akan menjilati belahan memeknya, Marni malah menutup memeknya dengan telapak tangannya.

"Jangan dijilat, Mas.....!" Marni menatapku dengan raut wajah memohon. Padahal saat pertama kali kami berhubungan sex dia tidak menolak saat lidahku bermain di belahan memeknya. Tapi kenapa sekarang dia melarangku.

"Kenapa?" tanyaku heran.

"Karena Mas Ujang anak Pak Gobang yang sangat kami hormati." kata Marni dengan wajah serius.

Ahirnya aku mengalah, kutarik pinggang Marni agar tepat berada di pinggir ranjang. Tanpa kuperintah Marni membuka pahanya selebat mungkin. Tanganya memegang kedua pahanya ke atas.

"Masukin, mas. Memek Marni sudah basah...!" kata Marni memohon.

Kontolku dengan mudah amblas ke ke bagian terdalam Marni yang mendesah lega. Perlahan dalam ritme yang kuatur sehalus mungkin kontolku bergerak leluasa. Menggapai setiap bagian terdalam yang selama ini belum tersentuh dan kontolku dapat menyentuhnya tanpa kesulitan. Jangkauannya lebih panjang dari yang dimiliki suaminya.

Apakah ini ritual atau nafsu, semuanya menjadi kabur saat tubuh terintim kami bersatu mencari kenikmatan dan saling memberi kenikmatan. Kenikmatan terlarang justru menjadi sebuah keharusan di Gunung Kemukus. Sesuatu yang tabu berubah menjadi hal yang biasa di sini.

"Mas, ennnak amat kontol kamu..!" Marni berteriak kecil saat kontolku bergesekan dengan dinding memeknya. Wajahnya sangat menikmatinya.

Hingga ahirnya Marni berteriak dan tubuhnya mengejak mendapatkan orgasme pertamanya yang dahsyat. Aku justru semakin cepat memompanya tanpa memberinya kesempatan beristirahat.

"Udah Mas, gantian Marni di atas..!" Marni berusaha memintaku berhenti namun aku tidak perduli. Aku yerus memompanya sehingga tubuhnya berguncang hebat.

"Ampun Massss, enak banget kontolnya...!" Marni berteriak histeris badai orgasme kembali melambungkan jiwanya untuk ke dua kalinya.

Ritual Sex ini semakin panas, aku berubah menjadi liar, keliaran yang tidak sewajarnya. Ada dorongan aneh dalam jiwaku untuk terus memompa memek Marni yang terasa semakin longgar. Aku merasakan pertemuan alat kelamin kami justru membangkitkan simpul simpul prana yang mendekam di 7 cakra utamaku, prana yang menyebar ke setiap sel sel di sekujur tubuhku.

"Ampun Mas, Marni gak kuat lagiii...!" rintihan Marni yang terus menerus mengalami orgasme yang berulang ulang membuatnya kelelahan. Tapi matanya terlihat berbinar bahagia.

Aku menarik tangan Marni agar duduk tanpa melepaskan kontolku dari memeknya. Aku menggendong Marni yang berpegangan pada leherku. Entah kekuatan dari mana, tubuh Marni terasa ringan sehingga aku dengan leluasa menggerakkan tubuhnya naik turun memompa kontolku.

Marni memeluk erat sehingga dada jumbonya menekan dadaku dengan keras. Kurasakan ASInya membasahi dadaku mengalir ke perutku.

Aku berjalan sambil terus menaik turunkan Marni memompa kontolku, ke arah meja rias. Ternyata ranselku sudah ada di atas meja rias, aku baru menyadarinya sekarang. Karena perhatianku tadi lebih tertuju ke brankas yang tersembunyi di dalam lemari.

Kusingkirkan randelku ke pinggir hingga jatuh, perlahan aku meletakkan Marni duduk di meja rias. Kembali aku memompanya dengan cepat dan semakin cepat saja karena aku merasa akan segera orgasme.

"Marrr, aku kelllluarrrrr..!" aku membenamkan kontolku hingga dasar terdalam memek Marni memuntahkan kandungan.pejuhku ke dalamnya.

"Marni jugaaaaa mas...!" teriak Marni, tubuhnya langsung terkulai setelah orgasmenya berlalu. Inilah pengalaman sex terhebat dan terliar dalam hidupku.

Aku menarik kontolku dari memek Marni. Lalu mengambil kursi dan duduk menghadap Marni. Kami sama sama terdiam setelah persetubuhan yang baru saja selesai.

*****

Aku bangun, ternyata Marni tidak ada di dalam kamar. Jam di dinding menunjukkan ang 7:30, berarti sekarang sudah malam. Nyenyak benar tidurku.

Aku teringat dengan brankas yang tersembunyi di balik lemari jati dan berpikir keras berusaha mengingat nomer yang terukir di kotak kayu, berusaha membayangkan setiap detil kotak kayu tersebuya Dan seperti tadi aku tidak bisa mengingatnya.

Kira kira nomer apa yang dipakai ayahku. Tanggal kelahiran salah satu anaknya, mungkin. Tidak ada salahnya aku mencoba salah satu tanggal lahir kami.

Aku mulai dari tanggal lahirku. 11 12 1973, ternyata tidak bisa. Aku coba dengan membulak balik angkanya tetap saja tidak bisa. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

Lalu tanggal lahir adik pertamaku, 10 04 1977, caranya seperti tadi. Kembali aku gagal membuka brankas.

Mungkin tanggal lahir adik bungsuku, 01 12 1979, hasilnya tetap sama. Aku memutar otak, berusaha berpikir. Mungkin tanggal lahir ibuku dan tetap gagal.

"Aku beri kamu nama Jalu" itu isi surat ayahku di dalam kotak, mungkin itu kunci untuk membuka brankasnya. Tapi tidak ada abjad di putaran brankas, hanya ada angka. Tapi tidak ada salahnya aku mencoba.

J adalah abjad nomer 10, A abjad nomer 1, L abjad nomer 12 dan U nomer kalau tidak salah nomer 15. Dan aku bersorak kegirangan saat pintu brankas terbuka. Aku terbelalak kaget melihat isinya. Aku menggosok mataku berharap apa yang aku lihat hanyalah ilusi. Dan ternyata penglihatannku tidak berubah.

Aku buru buru menutup brankas dan pintu lemari ketika mendengar ketukan pintu dan suara Marni meminta ijin untuk masuk. Rasanya aneh juga dengan perubahan sikap Marni yang sangat santun dan menghormatiku.

"Iya masuk, aku sudah bangun." kataku buru buru tiduran di ranjang.

Marni masuk dengan membawa namlan berisi nasi dan lauk pauknya, menyusul Bu Tris yang juga membawa nampan berisi air dan kopi. Aku benar benar diperlakukan sebagai tuan besar di rumah ini.

Bersambung......

Apdet pendek semoga bisa menghibur.
pertamax kah?
 
Sepertinya ujang terbelalak bukan liat brangkas tapi liat marni & ibunya datang bawa mampan tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh.

:pandaketawa:
 
Masih tanda tanya, isi brankasnya apaan hu.. ?

Maaf Om Yoed Marni digondol sama Om timo7.
Kemaren dia bilang pengen ASI doang, eh ga taunya dibawa sama orangnya huhuhuhu:gubrak:
Kata om ts, Marni hanya milik kang Ujang seorang, ujang gak rela bagi-bagi.
 
Bau bedak bayi marni emang bikin nafsu makin memuncak....

Ditunggu trisumnya bu tris ama marni hu...
 
Masih tanda tanya, isi brankasnya apaan hu.. ?


Kata om ts, Marni hanya milik kang Ujang seorang, ujang gak rela bagi-bagi.
Om Yoed brankasnya kita bagi dua aja, isinya emas batangan ama ratna mutu manikam.
Setuju. Ato bagi 3 sama Om Satria.
 
Om Satria Makasih updatenya ditunggu juga lanjutannya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd