Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
CATATAN KEEMPAT
HERLINA MUTIA WIJAYATMOKO

H + 4 Jam, Cikarang - Jawa Barat

"Itu dia her, aku minta tolong sama kamu coba telpon pak David.. jelasin keadaan di Pabrik tadi sore tuh kaya gimana.. aku yakin mulangin para buruh tadi sore itu tindakan yang bener kok.. makin parah kondisinya! Banyak banget yang sakit!"

Suara suamiku yang sedang berbincang bincang di handphonenya membangunkanku yang ketiduran di sofa ruang tamu, aku memang sedari tadi menunggu dia pulang.

"Iya maka dari itu aku bilang coba kamu jelasin dulu ke Pak David, jangan main pecat aja dong dia.. Dia enak di luar negeri, ga tau gimana kacaunya keadaan di pabrik selama seminggu ini.. Yaudah tolong yah her? Ok makasih.."

Dengan sebelah mataku yang setengah melek aku melihat dia menyudahi pembicaraannya, mukanya terlihat stress, ia mondar mandir di ruang tamu hingga akhirnya mendatangiku di sofa.

"Sayang.. bangun yaangg.." Kata dia sambil berbisik ke telingaku. Aku nurut dan langsung bangun sambil ngucek mataku yang terasa berat. Suamiku lalu duduk disampingku dan mengusap mukanya beberapa kali.

"Kamu ko tidur di sofa? Ga tidur di kamar aja?" Tanyanya.

Aku senyum sambil menggeliat. "Sengaja.. Aku nungguin papah soalnya.." Jawabku sedikit centil.

"Nungguin kenapa?" Tanya dia heran.

"Buat ngasih ini sayaanngg.. " Jawabku sambil mengambil suatu kotak dari balik sofa. "Happy Birthday Suamiku tercintaa!!" ucapku sambil memberikan kado itu kepada suamiku dan menciumnya mesra.

"Waduuuhhh? Terimakasih sayaaanngg!" Dia terlihat kaget dan senang saat kuberikan kado itu, berbinar binar matanya melihat kado itu, ia buka kotak kado itu dan terlihatlah sebuah jam tangan yang menurutku sangat selera dia banget.

"Yaampuuunn.. bagusnyaa!!" Sahutnya sambil mencoba jam itu. Aku tersenyum melihatnya antusias begitu. Namun mukanya lalu terlihat bingung sambil mengecek jam itu.

"Loh ko?" ujarnya sambil mengetuk ngetuk jam tangan itu. "Ko mati sih jam nya? Ga ada baterenya ya?" Tanyanya padaku. Aku langsung panik, perasaan waktu aku beli tadi berfungsi ko.. Aku segera meraih tangan kirinya dan mengecek kondisi jam itu.

"Ini nyala kooo!!?" ujarku bingung kepadanya. Kulihat mukanya tersenyum, aahh! Dia bercanda! Ah sebeelll!

"HA, HA, ga lucu." Ujarku sewot sambil meraih remote TV dan mencoba menyalakan TV. Suamiku hanya tertawa saja kesenengan ngeliat istrinya berhasil ia tipu.

"Dapet uang darimana kamu beli jam bagus kaya gini yang?" Tanya dia.

"Prostitusi" Jawabku singkat. "Aku kan salah satu cewe open bo paling laku di Indonesia.." Aku melanjutkan becandaanku sambil mengganti ganti channel TV yang daritadi berita melulu.

Baguslah, kamu bisa bantu bantu bayar cicilan rumah klo gtu Jawab suamiku santai sambil mengecek hapenya seolah tidak menggubris becandaanku.

"Dasar kamuuu.. " ucapku memukul pelan dadanya. Sialan emang suamiku ini..

Kami berdua lalu menonton TV sejenak.

"Heran, daritadi channelnya berita terus.. Lagi ada kejadian apa sih? Tadi siang perasaan jalan sepi sepi aja.. " ucapku kepada suami.

"Ga tau nih.. semenjak virus itu, tiap hari kayanya kondisi makin ga jelas aja sayaang.. " jawab suamiku.

Aku langsung bergeser posisi jadi memluk pundak suamiku.

"Gimana kondisi pabrik sayang? Makin parah ya?" Tanyaku.

Suamiku menghela nafasnya. "Iya sayang.. Udah lebih dari 40% yang ga masuk hari ini.. gimana mau beroperasi itu pabrik coba.. ga ada yg operate mesin nya.. Mana ditanyain terus sama Pak David.. Dia enak cuma kontrol kita dari luar negeri, ga tau gimana parahnya kondisi disini.. " Keluhnya.

"Sabar ya sayang.. aku denger mau lockdown tuh.. Surabaya sama Jakarta.. jadi kan Pak David ga bisa marahin km lagi deh, kan lockdown keputusan pemerintah bukan kamu.." jawabku sambil mengecup pipinya.

"Oh ya? Jadi toh di lockdown? Bagus deh.." Katanya. Ekspresinya terlihat sedikit lega.

"Kamu tidur aja sana ke kamar.. udah malem nih.. aku masih mau teleponan dulu sm orang orang pabrik.. Makasih ya sayaangg buat kadonya" Kata dia sambil tetep ngecek hapenya. Aku mengangguk dan mematikan TV kemudian beranjak ke kamar untuk tidur.






H + 6 Jam

Aku terbangun oleh suara pecahan kaca dari luar rumahku, sepertinya dari rumah om bonny, tetangga samping rumah.

Ada maling kah di rumah dia?

Aku langsung bangkit dari kasurku dan berjalan ke arah jendela kamar yang menghadap ke samping rumah Om Bonny. Suasana diluar terlihat gelap, lampu jalan yang mati nyala mati nyala membuatku tidak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi.

Aku mendengar hapeku bergetar di kantong celana ku. Segera kuraih dan kulihat siapa yang nelpon. Mas Herry, rekan kerja suamiku yang tadi berbincang bincang dengan suamiku.. Ada apa ya?

"Iya halo Mas Herry, kenapa Mas?"

"Halo mba, suamimu kemana ya saya telponin daritadi? Ini ada situasi yang an- Tut Tut Tut Tut.."

Belom sempet dia berbicara banyak, pembicaraan kami terputus. Ada apa ini?

Dari luar kamar aku mendengar suara TV yang menyala. Sepertinya Suamiku lagi nonton TV? Aku lalu keluar dari kamar dan mendapati Suamiku tidak ada di ruang TV. Aku lalu mengambil remote TV dan akan mematikan TV saat kulihat tayangan berita yang sedang live.

"Seperti yang pemirsa bisa lihat, di belakang sana terdapat barikade militer yang telah dipasang TNI sejak tadi sore untuk menahan kemunculan pergerakan orang orang yang agresif tersebut di daerah Cikarang. Masih belum dapat diketahui apa yang menyebabkan mereka menjadi agre--

Awas awas ada truk bensinnya mau meledakk! Tiaaraapp!"

DUAARRR!!!!

Sebuah ledakan besar terjadi di TV dan di dekatku. Aku langsung menengok ke jendela dan di jarak yang tidak begitu jauh dari rumahku terdapat bola api yang cukup besar menyala menerangi malam.

Ledakan yang sama?

Aku segera memanggil dan mencari suamiku ke seisi rumah. Aku mulai panik saat suamiku tidak menjawab panggilanku. Dari kejauhan bisa kudengar suara sirene polisi meraung raung pergi. Saat aku sedang menuju ke dapur tiba tiba suamiku masuk dari pintu depan dan tergesa gesa mencoba mengunci pintu. Aku segera menghampirinya sambil kebingungan melihat tingkahnya.

"Sayang? Kamu ken-"

"Mamah, cepet ambil piso di dapur mah.. cepetaan! Teriaknya panik di sela nafasnya yang terengah - engah. Kenapa dia? Ada apa ini? Aku malah mematung bukannya menuruti perintahnya.

"Sayaang? Kamu kenap--"

"CEPETAN SAYAAANGG!!!" Perintahnya sambil teriak keras. Aku langsung tersadar dan segera pergi ke dapur. Kudengar bunyi seperti seseorang berusaha mendobrak pintu rumahku dengan keras sekali dan berkali kali

PRAANNGG!!!

Jendela ruang tamu ku pecah dan terlihat seseorang tampak memecahkannya dari luar.

"ASTAGFIRULLAH!!" Teriakku ngeri saat melihat orang tersebut tetap saja memukul mukul jendela itu dan terlihat tidak merasa kesakitan oleh beling beling yang menyayat tangannya.

Suamiku segera menghampiriku dan mengambil pisau yang kubawa. Ia segera mengacungkan pisau itu kepada orang di jendela tersebut.

"Om Bonny! Jangan masuk Om Bonny!" Teriak Suamiku. Aku masih kebingungan dengan apa yang sedang terjadi sekarang ini. Pintu rumahku juga masih didobrak.

"Ya Allah, ini kenapa papaahh??" Ucapku sambil berlindung dibalik suamiku.

"Ga tau mah.. aku juga ga tau kenapa.."

BRUAKK! Pintu rumahku didobrak..

"ASTAGHFIRULLAH YA ALLAAAHHH!!" Teriakku ngeri, tak sadar air mataku mengucur deras melihat keadaan ini

Tampak seorang wanita paruh baya masuk kedalam dengan langkah terseok seok, mukanya penuh darah dan setengah berteriak menghampiri kami. Istrinya Om Bonny?

"Tan.. tante saya tusuk nih!" Teriak suamiku sambil mengacungkan pisaunya. Si tante tidak mempedulikan ancaman suamiku dan terus menghampiri kami seperti ingin menyerang kami.

Suamiku dengan ragu ragu menyayat tangan si tante, namun seperti tidak merasa sakit dia tetap menghampiri kami. Ia meraih suamiku dan berusaha menggigit suamiku. Aku berteriak ketakutan sembari mencoba mendorong si tante menjauh dari suamiku. Suamiku yang panik akhirnya menusukkan pisau itu ke kepala tante dan barulah tante itu roboh.

Aku berteriak ngeri melihat istri om bonny terbujur kaku di lantai. Darah segar mengalir dari kepala istri om bonny ke lantai rumah kami

Belum sempat bernafas lega sedikit, sekarang giliran Om Bonny yang datang dari pintu dan mencoba menyerang kami. Suamiku langsung berusaha mencabut pisau yang masih menusuk si tante namun tidak bisa karena licin.

"Om.. Om.. Saya ga bermaksud nusuk istri om.. Om jangan mendekat!" Perintah suamiku. Om Bonny seperti tidak peduli dan tetap menghampiri kami.

DOR!!!

Sebuah tembakan tepat mengenai kepala Om Bonny dan Om Bonny langsung rubuh. Di ujung pintu, ada Mas Herry yang langsung menodongkan pistolnya kepada kami.

"Her Her! Jangan tembak!" Ucap suamiku sambil melindungiku. Mas Herry segera menurunkan senjatanya.

"Ayo cepetan keluar! Disini udah ga aman lagi nih!" Kata Mas Herry menyuruh kami masuk ke mobilnya. Tanpa banyak berkata - kata lagi, aku dan suamiku nurut lalu segera keluar dari rumah dan mengikuti Mas Herry ke mobilnya.

"Mau kemana ini kita Mas Herry?" Tanyaku saat kami semua sudah masuk ke dalam mobil, Mas Herry buru buru menyalakan mobilnya dan tancap gas.

"Kita ke Jalan Tol, Kata Polisi ada Pos pengungsian di deket pintu tol." Kata Mas Herry sambil melaju kencang keluar dari komplek rumahku.

"Kalian ga kenapa kenapa kan?" Tanyanya lagi sambil melihat keadaan kami.

"Iya ga papa." Jawab suamiku. "Kamu juga gapapa kan sayang?" Tanya suamiku menengok kepadaku, aku mengangguk.

"Pos pengungsi, Mas Herry?" Tanyaku bingung. "Ngapain kita ke sana? Ada apa sih ini?" Tanyaku lagi.

Di kejauhan terlihat ada sekeluarga di pinggir jalan meminta tumpangan kepada kami. Namun Mas Herry tidak memelankan laju mobilnya.

"Her her itu kasian mereka Her.. Ucap suamiku kepada Herry." Mas Herry menggelengkan kepalanya.

"Aku ga mau ngambil resiko.." Jawabnya.

Kami pun melewati sekeluarga itu. Kulihat muka putus asa keluarga itu saat mobil kami melewati mereka.

"Pak tolong paakkk!" Dari kejauhan aku bisa mendengar jerit tangis sang bapak yang sedang menggendong anaknya.

"Ini ada apa sih.. itu tadi Om Bonny sama Tante kenapa bisa kaya kesurupan gitu sih?" Tanyaku kebingungan.

"Aku ga ngerti juga sayang.. daritadi berita juga isinya kaya gtu terus.. Mereka berubah jadi kaya.." Jawab suamiku, dia ragu untuk menyelesaikan kalimatnya.

"Kaya anjing rabies tau ga? Brutal gtu.." Kata Mas Herry menambahkan.

Beberapa mobil patroli polisi terdengar melaju kencang dari lawan arah kami.

"Ah iya kaya rabies.." kata suamiku pelan.

"Iya tapi kenapa mereka bisa kaya gitu?" Tanyaku lagi.

Belom sempat menjawab pertanyaanku, Mas Herry menghentikan mobilnya.

Di depan kami terjadi kemacetan yang luar biasa parahnya, sepertinya semua mobil keluar dan menuju kearah yang sama. Mobil demi mobil mengekor di depan kami hingga terlihat sampai di kejauhan. Bunyi klakson terdengar dimana mana seperti meminta mobil paling depan untuk maju.

"Wah bangsaaatt!!" semua orang kepikiran yang sama.. Kata Mas Herry sambil mengumpat dan menggebrak setirnya.

Seorang bapak bapak dari mobil di depan kami keluar dan seperti marah marah sama antrian panjang ini.

"Woiiy buruan majuu!" Teriaknya kenceng. Ia lalu memasukkan tangannya ke mobil dan membunyikan klaksonnya.

Tiba tiba saja entah darimana muncul orang yang seperti rabies itu dan segera menyerang bapak malang ini. Aku menutup mulutku menahan kaget melihat orang rabies itu seperti memukul mukul dan menggigiti bapak itu. Tak lama kemudian muncul lagi beberapa orang rabies dan segera menyerang beberapa mobil di depan kami.

"Her her puter her cepet!" Ujar suamiku menyuruh Mas Herry.

Salah satu orang rabies itu melihat kearah kami dan segera menghampiri kami.

"Her ayo her! Puter balik!" Kata suamiku berteriak. Mas Herry segera tersadar dan memundurkan mobilnya dengan kencang dan memutar balik. Orang rabies itu semakin mendekatiku saat mobil sedang berputar balik dan berhasil memukul kaca jendelaku di sampingku. Aku spontan berteriak, untunglah mobil segera melaju kembali dan meninggalkan antrian panjang itu.

"Ah gila.. harus lewat mana lagi kita? Pusat Kota?" Gerutu Mas Herry yang terlihat putus asa. Saat mobil berbelok ke arah pusat kota, terlihat banyak manusia berlarian kemana mana, beberapa toko terbakar dan kepanikan terjadi dimana mana. Mobil kami berjalan pelan melewati pusat kota, tak jarang beberapa mobil polisi dan ambulans melewati kami dengan kencang, suara sirenenya yang mengaung ngaung menambah suasana menjadi semakin mencekam.

"Sayang aku takut.." Ucapku pelan kepada suamiku sambil memegang pundaknya.

"Iya sayang, aku juga.. Tapi kamu coba tenang aja yaa.." Ujarnya mencoba menenangkan, ia kemudian meraih tanganku dan menggenggamnya erat. Ia lalu menatapku dan membelai wajahku.

"Semua bakalan baik - bai--"

Sekilas dari ujung mataku aku melihat cahaya lampu yang mendekat dari samping.

BRUUUAAAAKKKKK!

Mobil kami tertabrak dan terlempar hingga berguling beberapa kali.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd