Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mimi dan Dunia Malam

Bimabet
Perasaan pernah baca ini di sini, tapi gua cari gak ketemu ketemu.
Tapi keren emang, lanjut dong.
 
Perasaan pernah baca ini di sini, tapi gua cari gak ketemu ketemu.
Tapi keren emang, lanjut dong.

Sama dengan cerita Dugem with ce mimi
di subforum sedarah

cerita itu sudah dihapus, dan ama TS dijadikan 1 di thread ini...
 
Semakin Terbuai



Tetapi peruntungan tidak memihak kami setibanya kami disana. Diskotik telah tutup karena ada keributan yang berujung razia yang terjadi.

"Aduh...bagaimana ini jadinya? Bete deh balik ke kost. Gua harus pindah kost kayaknya kalau mau lanjut begini terus. Kost yang kedap suara, biar gua pasang sound sendiri. Biar bisa lanjut terus." Aku mengeluh gusar kepada Jo.

Jo terdiam sejenak nampak memikirkan sesuatu.

"Sebentar yah ce. Gua usaha dulu." Kata Jo kemudian.

Ia lalu berlalu meninggalkanku yang menunggu didalam mobil kantor yang kubawa.

Sekitar 10 menit kemudian Jo kembali entah darimana.

"Ada room hotel ce kalau cece mau." Jo membuka percakapan hati-hati saat sudah masuk kedalam mobil.

"Tempatnya disebelah nih dekat. Didalam room ada house music berikut sound yang cukuplah kalau untuk kita lanjut. Tapi lumayan mahal harganya."

Aku berpikir sejenak.
"Memang berapa harganya?"

Jo menyebutkan sejumlah bilangan uang yang pada saat itu cukup lumayan juga.

"Aman gak?" Tanya ku lagi.

"Mudah-mudahan sih aman. Kan lumayan mahal tuh harganya. Biasanya kalau hotel yang lumayan mahal keamanannya terjamin. Lagian tadi didaerah sini baru selesai razia. Gak mungkin kayaknya akan ada razia lagi." Jawab Jo berusaha meyakinkanku.

Aku termenung berpikir kembali.
Pengaruh "I" memang masih terasa dalam tubuhku, dan aku masih ingin bergoyang lagi untuk menghilangkan perasaan gusar dan malu yang masih mengejar-ngejar dalam pikiranku.
Tapi aku merasa tidak pantas juga kalau kita hanya berduaan saja dalam kamar hotel,
Apalagi aku dalam keadaan kentang. Aku harus extra hati-hati menjaga nafsuku nanti.

"Ayo deh kita kesana. Tapi lu jangan keterlaluan yah ntar mesumin gua nya. Lu harus jagain gua. Cece lu nih." Setelah berpikir agak lama akhirnya aku menyetujui ajakan Jo.

"Sip." Jawabnya pendek sambil tersenyum.


* * *


Setelah menyelesaikan segala urusan administrasi kami pun masuk kekamar kami.

Kamar yang lumayan asri. Reseptionis tadi meyakinkan kami juga kalau mereka mempunyai banyak koleksi house musik terbaru dan kami bebas untuk memasang musik kencang-kencang didalam. Kamar ini dijamin kedap suara, jadi tidak akan mengganggu penghuni lainnya.

Memang masa akhir 1990an dan awal tahun 2000an tripping atau on sangat trend sekali. Dan semua pihak termasuk hotel berupaya mencari celah keuntungan dengan memberi fasilitas-fasilitas yang mendukung ritual tersebut.

Entah bagaimana juga Jo bisa tahu tentang tempat ini. Mungkin tadi ia bertanya-tanya pada orang-orang sekitar diskotik dan mendapatkan informasi dari mereka tentang tempat ini. Jo memang bisa diandalkan.

4 botol air mineral ditambah 2 minuman energy dalam gelas sudah siap dimeja rias kamar. Musik kami putar sesuai dengan volume yang kami mau. Selain lampu-lampu kecil di 4 sudut ruangan kamar, lampu lainnya aku padamkan, membuat suasana jadi remang-remang seperti didalam diskotik.

Tak lama kemudian tubuh kami mulai naik kembali. Aku bergoyang bebas kesana kemari memutari kamar berusaha melupakan kejadian tadi yang membuatku gusar.
Jo hanya bergoyang duduk ditepi tempat tidur sambil terus memperhatikanku dan tersenyum-senyum sendiri.

Setelah sekitar 30 menitan aku bergoyang berputar-putar dan merasa pengaruh 'I' terasa semakin naik dalam tubuhku, aku menarik Jo untuk ikut bergoyang bersamaku.

Jo berdiri dan mulai melayaniku. Perlahan-lahan kecanggungan kami sebagai kakak-adik mulai menghilang kembali dan kami mulai bergoyang seperti saat dulu dengan terkadang saling memeluk dan meraba tubuh, memancing dan menggoda gairah masing-masing.

Terkadang kami bergoyang berhadapan, kadang Jo memeluk ku dari belakang, bahkan kadang aku yang memeluk Jo dari belakang. Sampai kemudian disuatu kesempatan saat aku dan Jo bergoyang berhadapan sambil berpelukan erat aku merasa kalau ada sesuatu yang aneh pada diri Jo dibagian selangkangannya yang menempel erat pada selangkangku. Tonjolan keras penis dibalik celana jeansnya sangat terasa sekali, tak seperti biasanya.

"Lu gak pake cd yah Jo?" Tanyaku seketika saat ku menyadari apa yang aneh dibagian tubuh bawahnya.

"Ho oh." Jawabnya pendek sambil tersenyum.

"Sejak kapan?"

"Sejak dari tadi di diskotik lah. Cece gak sadar yah?"

"Gila lu. Berarti tadi sampe ngapain aja ama Thya tuh? Lu tadi pasti dah keluar yah ama dia?" Tanyaku lagi menyelidik sambil memandangi matanya mencari jawaban.

Tak kusangka Jo bisa mempunyai ide untuk seberani ini.

"Iya ngapain lagi, seperti biasa aja cuma pegang-pegang dan gesek-gesek aja. Blom sempat keluar koq, rasain aja celana gua gak ada basah-basahnya sedikitpun kan."

Aku merenggangkan pelukan sedikit dari tubuhnya. Tak sadar telapak tanganku turun meraba selangkangannya untuk memeriksa celananya.

"Iya yah. Kasihan donk lu dari tadi belom keluar."

"Ahh cece....geli kalo diremas begitu." Lenguh Jo. Wajahnya tamoak merasakan ke enakan.

"Gak apa-apa ce. Ntar juga kalau begini terus gak lama lagi Jo bisa keluar nih..hhh." Sambungnya lagi.

Aku tersenyum geli melihat ekspresi wajah Jo yang entah tampak merasa ke-enakan atau kegelian akibat ulah tanganku.
Tanganku keasyikan terus meremas-remas gemas penis Jo meresapi kekerasannya.
Gairahku birahiku pun mulai naik melihat bagaimana perilaku nakalku sendiri.
Ternyata seperti ini rasanya memegang penis.

"Kalo ce Mimi tadi ngapain aja ama ko Roby? Memang cece tadi dah keluar yah ama ko Roby?" Tanya Jo sambil sedikit terengah.

"Hhh...dia nakal Jo. Dia memang dah pengalaman kayaknya." Aku menjawab malas mengingat kejadian yang terjadi bersama ko Roby tadi.

Aku melepaskan tanganku dari penis Jo dan memeluk pantatnya.
Menempelkan penis Jo yang kemudian ku tekan-tekan dan gesek-gesekkan seputar selangkanganku mencoba mencari kenikmatan.
Semua kulakukan ber-sinkronisasi seiring dengan irama musik yang menghentak.

"Cece dipegang-pegang yah?" Tanyanya lagi dekat telingaku.

"Hhh.." Aku hanya mendesah sambil merapatkan pelukanku.

Walau aku tak mau, pertanyaan-pertanyaan Jo seakan memancingku agar kembali mengingat apa yang terjadi tadi bersama ko Roby.

Kutekan dan permainkan penis Jo pada selangkanganku untuk melepaskan gairah. Gairah untuk bergoyang dan gairah untuk orgasme.

Kurasakan kalau Jo mulai terpancing oleh gerakan-gerakanku.
Nafasnya mulai semakin berat.

Tiba-tiba Jo membalik dan mendorong tubuhku dengan agak kuat membuatku terhuyung kedepan. Untung ada meja rias didepanku.
Tanganku bertumpu menahan beban tubuhku pada meja rias. Posisiku menjadi menungging. Dan Jo langsung memelukku dari belakang sambil menempelkan penisnya kepantatku.

"Dipegang-pegang apanya?" Tanya Jo lagi sambil menundukkan wajahnya mendekat kepundakku.

"Hmmm...." Aku hanya terus diam sambil menggoyang-goyangkan kepalaku mengikuti irama musik.

"Dipegang ini nya yah?" Tangan kanan Jo tiba-tiba langsung menuju dadaku dan meremasnya.

"Ahhh...!" Aku terkejut dengan kenekatannya.

Tapi aku tak berusaha menghentikannya.
Ingatan akan sensasi nikmatmya ketika dadaku diremas oleh tangan laki-laki membuat tubuhku menginginkannya kembali.
Bibirku tidak sadar malah tersenyum seakan merasa senang akan keberanian Jo.

Kediamanku membuat Jo semakin berani. Dicondongkan tubuhnya hingga dadanya menempel kepunggungku sementara tangannya sekarang dua-dua nya
meraba dan meremas kedua buah dadaku. Panisnya terus digoyang dan tekan-tekan kepantatku yang empuk kuat-kuat.

"Dari dalam atau dari luar?" Tanya Jo lagi didekat telingaku.

"Dari dalam atau dari luar?" Tanyanya lagi dengan suara agak keras berusaha mendapatkan jawabanku. Kedua tangannya meremas kedua buah dadaku dengan kuat.

"Agghhh...!" Sakit dan nikmat kurasa menjadi satu pada dadaku. Tubuhku melenting dan wajahku terdongak.

"Dari...da..a..lam..!" Aku terpaksa menjawabnya pelan.

"Cece nakal yah ternyata....."

"Jo aja belum pernah dikasih pegang dada cece secara langsung." Katanya lagi terengah-engah.

"Seperti ini yah?" Tanya Jo lagi sambil memasukkan kedua tangannya secepat kilat kebalik tanktop dan bra ku sekaligus dari bawah. Meremas dua buah dadaku yang bulat langsung dengan gemas.

"Ahhh...Jooo.. nakal luuu..!" Teriakan tertahan keluar dari mukutku.

Tubuhku melenting dengan wajah terdongak keatas.

"Oohh..dada lu betul-betul lembut dan kenyal sekali ce.... Jo suka." Jo merayuku.

Dibelai dan diremas kedua dadaku terus menerus sesukanya.
Dan karena gerakan kedua tangannya yang kasar, tank topku perlahan terdorong semakin keatas mengakibatkan kedua dadaku terbuka tanpa penutup apa-apa lagi.

Kepalaku terus bergoyang kekiri dan kanan mengikuti irama musik. Mataku terpejam. Desahan dan rintihan silih berganti keluar dari mukutku. Aku semakin terlena akan kenikmatan yang diberikan oleh tangan dan penis Jo pada tubuhku.

Setelah beberapa saat Jo membalik tubuhku menghadapnya.
Saat tubuhku membalik Jo tertegun terdiam menatapi kedua dadaku.

"Cece...dada lu indah sekali ce." Katanya penuh kekaguman dengan suara yang berat.

Ekspresi kekagumanJo membuat diriku tersanjung. Aku tersenyum memandangnya dengan mataku yang mulai menjadi sayu.
Tanganku tak sadar membelai wajah Jo.

Dimajukan wajah Jo perlahan kedadaku.
Perlahan bibirnya menyentuh puting dadaku.

"Oohhh....Jo..o..o..!"

Tubuhku kembali melenting. Aku semakin membusungkan dadaku. Dan tanganku memeluk kepala Jo dengan gemas.
Jemari tanganku mengacak-acak rambut Jo, menekan-nekan kepala Jo kedadaku.

"Ahh...gila lu Jo..!"

"Berani lu Jo mesumin gua kayak gini...ahhh..... cece lu sendiri...hhhh...."

Aku terus menerus mendesah dan mengerang. Bahkan mulai berteriak-teriak.
Puting dadaku semakin menegang dan mengeras. Dan dadaku sudah penuh dengan air ludah dan bekas gigitan Jo. Tak sedikitpun bagian dadaku yang terlewat oleh mulutnya.
Tubuhku telah menyerah pasrah.


"Cece..!" Jo menggeram.

Tiba-tiba dipeluk dan angkatnya tubuhku. Aku pasrah memeluknya kuat dengan kedua tangan dan kakiku seperti anak kecil yang digendong.

Jo membawa tubuhku, dan merebahkannya ketempat tidur.
Karena pelukanku tubuh Jo ikut terjatuh menindih tubuhku. Terus diiciumi dan lumatinya puting dadaku. Tak puas-puasnya ia mengerjai kedua dadaku.

Sambil menciumi dadaku tangannya menarik tank top dan bra ku keatas.
Aku membiarkannya, bahkan aku mengangkat kedua tanganku keatas kepala memudahkannya melepas pakaian atasku.

Saat seluruh pakaian atasku telah terlepas dipandangi tubuhku dengan mata penuh kekaguman. Tangannya membelai lembut leher, dada, dan perutku.
Perlahan wajahnya mendekati wajahku.

"Tubuh cece sexy banget." Katanya terengah-engah.

Aku tersenyum sayu memandangi wajah Jo yang begitu dekat dengan wajahku. Tanganku membelai wajahnya perlahan. Wajah yang begitu teramat manis dimataku saat itu. Pandangan matanya membuat semua akal sehatku hilang. Otakku tak mampu untuk berpikir dan hanya bisa pasrah akan semua yang dilakukannya padaku.

"Terus tadi ko Roby megang-megang bagian mana lagi ce?" Jo memajukan wajahnya, menempelkan seluruh tubuhnya ketubuhku dan berbisik ditelingaku.

Aku terdiam tidak mau menjawab. Tanganku memeluk tubuh Jo meresapi kehangatan tubuhnya pada tubuhku.
Tapi kemudian diulangi lagi pertanyaannya berbisik sambil dengan sengaja sedikit meniup-niup dan menjilat, menggelitik kupingku.

"AaaHhh...jooo....!

"B..baaa...bawahnya." Akhirnya keluar juga suara dari mulutku pelan.

"Bawahnya apanya?" Tanyanya lagi memancing.

"Mmemek gua." Kataku lagi pelan sekali sambil berusaha menyembunyikan wajahku yang jengah.

"Kayak begini!" Tanyanya lagi sambil tangannya tiba-tiba bergerak menggosok dan menekan selangkanganku.

Tubuhku terlonjak dan menggelinjang geli.

"Aduhh....i..iya...hhhh....nakal lu Jo." Jawabku terengah-engah.

Jo merenggangkan pelukannya dan kembali menciumi dadaku. Sementara tangannya terus menekan dan menggesek selangkanganku.
Tubuhku menggeliat-geliat karena rasa geli dan nikmat yang terus menerus datang.
Mataku terpejam, wajahku kembali terdongak bergoyang kekanan dan kiri. Tanganku terangkat dan terpentang lebar meremas gemas seprai. Mulutku mendesah dan mengerang.

"Dari luar atau dari dalam?" Tanya Jo kembali sambil terus mengulum-ngulum puting dadaku.

"Hhh... Jooo...."

"Dari dalam atau dari luar?"

"Dari...dari...dalam..." Jawabku terpaksa.

Aku benci bagaimana Jo bisa memaksaku untuk mengatakan semua yang seharusnya tak aku katakan.

"Kayak begini?" Tanyanya lagi.

"Aaahhh.....Joooo...!" Aku setengah berteriak terkejut. Tubuhku mengejat sesaat.

Kurasakan vagina dan clitku sudah tersentuh oleh jari-jari Jo secara langsung.
Aku tak tahu secara pasti bagaimana, tapi Jo pasti sudah berhasil membuka kancing celanaku. Aku tidak berani melihatnya secara langsung. Mataku tetap terpejam dan wajahku masih tengadah keatas.

Aduh...akal sehatku sejenak memberikan alatm peringatan pada diriku.
Ini sudah tetlalu jauh.

Tapi...tapi...ini rasanya nikmat sekali...

Kurasakan vaginaku semakin basah, bahkan banjir oleh cairan kenikmatanku yang tak henti-hentinya keluar.
Pahaku malah semakin membuka dengan sendirinya seakan meminta Jo untuk memasukkan jarinya lebih dalam lagi ke vaginaku.

Peperangan terus terjadi dalam batinku. Antara mau dan tak mau.
Menginginkan terus dan menghentikan semuanya segera sebelum terlambat.
Semua semakin menyiksa pikiranku dan membuatku ingin menangis.

Andai saja laki-laki yang menghantarkan kenikmatan ini bukan adikku. Mungkin aku akan lebih mudah menerima dan menyerah.

Tapi ini...Jo...

Jo..adikku....

Apa yang kita lakukan sekarang saja sudah terlalu jauh melampaui kelakuan antara kakak dan adik.

Perlahan air mataku mengalir keluar.
Dan kesadaranku mulai pulih.

Ketika aku membuka mata ku melihat Jo sedang berusaha menurunkan celana jeans dan celana dalamku. Vaginaku sudah terbuka sempurna, celanaku masih tersangkut pada lututku.

"Jo sudah Jo....kita sudah terlalu jauh. Jangan sampai begini." Aku bangkit dan berusaha menaikkan celanaku kembali.

"Gak apa-apa ce. Jo cuma mau lihat." Katanya masih berusaha membujukku sambil terus berusaha menurunkan celanaku.

Nafasnya berat memburu dan matanya tajam menatap vaginaku tanpa memperdulikan yang lainnya. Akal sehatnya sudah hilang dikuasai nafsu.

Terjadi adu kekuatan antara aku yang berusaha mempertahankan celanaku dan Jo yang sudah dikuasai nafsu beberapa saat.

"Please Jo..ingat kita kakak-adik." Aku terengah-engah memelas berusaha bertahan dengan sisa-sisa kekuatanku.
Aku bahkan sudah mulai menangis sesegukan.

Cukup lama kami beradu kekuatan. Tenagaku sudah mulai habis dan aku mulai menyerah ketika tiba-tiba Jo melepaskan tangannya.

"Maaf ce...maafn gua. Jo sudah kelewatan." Katanya sambil terduduk terdiam. Nafasnya masih terengah-engah.

Aku segera merapikan celanaku kembali dengan masih menangis sesegukan.

Semua emosi bercampur menjadi satu.

Antara lega dan 'Kentang'.

Antara malu dan mau.

Aku hanya bisa menangis terus. Sampai kemudian aku jatuh tertidur.


* * *
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
" Nyarisss bung!,kalo sampe kejadian, besoknya pasti nyesel sangaaaatt!" :mami:
:papi: "Nyesel...kenapa ga dari dulu ajaaa ce mimi gw embat...."
Lanjut gaaaan!
 
cerita yg bikin tegang. pdhl udh baca wkt di trit sebelumnya tp kok msh tegang aja ya hehe
 
Bimabet
makin penasaran dengan kelanjutannya...

spoiler dr cerita yg lalu mimi pergi ama 2 cowo... sapa aja hu?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd