Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Nina (Real Story)

Like it this story
Part 7



Akhirnya rangkaian liburan di puncak Bogor selesai, banyak cerita yang masih membekas terkait hubunganku dengan Nina salah satunya adalah saat Owner perusahaan ku bekerja mendukung hubungan kami, bahkan bersedia membiayai sebagian jika kami ingin ke jenjang yang lebih serius.

Hal tersebut memicu obrolan serius diantara kami tentang hubungan ini. Sampai pada kesepakatan kami akan serius dan memperjelas status menjadi berpacaran. Ada rasa bahagia, perubahan terasa lebih dari sebelumnya. Kami jadi lebih mesra, lebih menyayangi dan lebih perhatian. Nina sampai memperhatikan dan merubah penampilan ku yang sebelumnya acuh menjadi lebih rapi dan terlihat keren.

Akhir pekan ketiga dibulan Januari 2006 kami sepakat untuk bertemu keluarga Nina di Bekasi, seperti biasa menggunakan sepeda motor ku. Perjalanan terasa indah meskipun Jakarta-Bekasi selalu menemui kemacetan. Ini adalah kali pertama aku membonceng Nina sebagai kekasihku.

Ini juga pertama kalinya aku bertemu keluarga Nina, padahal kami berteman dari SMA tapi memang hubungan kami tidak terlalu akrab. Nina memperkenalkan ku sebagai pacar ke orang tuanya sungguh satu momen yang tidak bisa kulupakan seumur hidup. Obrolan ringan berlanjut hingga tidak terasa sore tiba. Kami memutuskan untuk pulang karena musim hujan memang masih tersisa.

Dan benar saja ditengah perjalanan hujan turun, kami berteduh tepat disebrang hotel (hotel melati yang murah). Muncul ide cemerlang.

"Gimana kalo kita ke hotel dulu sambil nunggu hujan?" Tanya ku kepadanya, sambil tersenyum mesum.


"Iya yuk, mumpung cuacanya enak" jawab Nina yang mengerti maksud ku.

Mungkin semua paham apa yang akan terjadi didalam kamar hotel seharga Rp 150.000 per malam.

Kali ini kami berinisiatif melepas pakaian masing-masing hingga tak tersisa sehelaipun. Dalam posisi telanjang kami merebahkan diri di kasur sembari berciuman mesra. Ku remas kedua bokong Nina yang sintal, sementara jemarinya meremas rambutku dengan sedikit menekan kepalaku agar lebih dalam kami berciuman.

Kemudian kepalaku bergerak menuju payudaranya yang indah, dengan putingnya yang berwarna merah kehitaman yang sudah mengeras, kujilati perlahan wangi parfumnya menambah gairahku. Bergantian dari kiri ke kanan kemudian kembali lagi berulang kali ku sapu semua permukaan payudara Nina sambil ku remas payudara yang sebelahnya.

Tanpa kusadari sedari tadi Nina menggenggam dengan sedikit menggosokan tangannya di batang kemaluanku yang sudah mengacung sejak pertama kami masuk kamar. Nina mengambil inisiatif untuk memberikanku oral, kali Nina begitu luar biasa aku tak paham darimana ia belajar sampai akhirnya aku tau kalo Nina sering menonton video porno di laptopku. Kedua pahaku didorong sehingga posisi mengangkang, dijilati buah zakarku hingga turun kebawah hampir menuju lubang anus. Aku terkejut dan sedikit kudorong kepala Nina karena aku tidak tega jika ia harus menghirup aroma tak sedap pada bagian itu. Walaupun harus kuakui itu terasa nikmat dengan sedikit geli.

Nina menaiki tubuhku dan mengarahkan batang kemaluanku masuk kedalam lubang surgawi miliknya. Entah bagaimana menjelaskan namun aku selalu merasakan eskalasi kenikmatan yang luar biasa dari sebelumnya. Nina selalu bisa membuatku bahagia. Cukup lama dengan posisi dia diatas

Nina berbaring disebelahku namun dengan posisi miring, dengan hanya memiringkan badanku kedudukan kedua kelamin kami menjadi semakin dekat. Dengan sedikit usaha aku memasukan lagi pada posisi tersebut, Nina sungguh pintar mengeksplorasi berbagai posisi. Meskipun posisi ini membuatku cepat lelah karena membutuhkan tenaga ekstra, akhirnya aku bangkit dengan lutut sebagai tumpuan ternyata ia juga membalikkan badannya agar membentuk posisi doggy-style. Posisi ini membuatku semakin tak kuasa menahan ejakulasi. Menyembur dengan dahsyat didalam lubangnya.

Permainan cukup memakan waktu yang terbilang lama. Hingga membuat kami berdua lemas dan tertidur pulas, saat tersadar jam sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB dan kulihat dari jendela hujan sudah daritadi reda. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang.
 
Part 8


Di perjalanan pulang Nina memelukku dengan erat karena udara sehabis hujan juga dingin, jalan yang basah mengiring laju sepeda motorku menuju kost. Aku mulai merasakan kantuk yang luar biasa, karena biasanya setelah kami melakukan aktivitas favorit kami langsung tertidur. Tak sadar aku mengalami kecelakaan, aku segera bangun dari motor dan kulihat Nina terkapar tak berdaya. Hatiku remuk sejadi-jadinya, namun aku berupaya mendekati dan membawanya ke rumah sakit secepat mungkin. Setelah beberapa klinik kami datangi menyerah karena luka yang dialami Nina cukup parah akhirnya kami menuju rumah sakit Omni Pulomas. Disana ia mendapatkan perawatan dan penanganan yang cukup baik.



Setelah para dokter dan perawat melakukan upayanya akhirnya Nina berhasil selamat. Namun aku dipanggil ke ruang khusus untuk dijelaskan sesuatu. Kira kira perbincangan kami seperti ini;



“Pak, apakah anda suaminya?” tanya dokternya.



Aku ingin mendengar apa yang ingin dokter ini ucapkan, maka ku jawab.

“Iya Dok, saya suaminya” jawabku



“Apakah anda mengetahui kondisi istri anda?” lanjut dokter



“Tidak Dok, ada apa memangnya?” aku bingung dengan pertanyaan dokter



“Saya mohon maaf tidak bisa menyelamatkan kandungan istri anda” dokter melanjutkan dengan nada yang gemetar.



Aku bingung harus menjawab apa?? Nina hamil, dan sekarang harus kehilangan janinnya??

Bingung, sedih, merasa bersalah, dan yang pasti aku marah pada diriku sendiri. Seandainya aku tidak melakukan dengan Nina, seandainya aku tidak memaksakan untuk pulang, seandainya aku memilih tidur dihotel busuk itu. Esok hari senin tidak mungkin aku bekerja meninggalkan Nina yang masih terbaring lemah di rumah sakit. Aku menelpon Bu Helen untuk meminta izin besok tidak bisa hadir ke kantor, setelah kujelaskan yang terjadi menimpa Nina. Ternyata Bu Helen terkejut dan segera menuju rumah sakit untuk melihat keadaan Nina. Aku duduk disebelah ranjang Nina, sambil menggenggam tanganya yang lemah. Aku menangis sejadi-jadinya sambil mengucapkan maaf, namun ia belum sadar betul apa yang aku maksud dan mengapa aku menangis.



Sudah dua hari aku dirumah sakit menemainya yang semakin hari semakin mebaik. Aku berusaha untuk tidak menjelaskan soal kandungannya. Akhirnya Nina diperbolehkan pulang dan dibekali beberapa obat salah satunya obat untuk wanita pasca keguguran. Bagaimana ku jelaskan kepadanya, apalagi jika Nina memilih untuk pulang dan beristirahat dirumah orang tuanya hingga keluarganya menyadari obat ini?? Gumamku dalam hati.

Namun aku sudah meyakinkan diriku, aku akan jujur kepada keluarga Nina dan keluarga ku mengenai persoalan ini. Apapun konsekuensinya.



Akupun lega ketika Nina memilih untuk pulang dan beristirahat di kost, dan ingin berdua dengan ku.

Apakah itu naluri seorang wanita setelah kehilangan bayinya, jadinya ia butuh kasih sayang dan ekstra perhatian pikirku dalam hati.

Untuk itu aku akan mengurusnya dengan baik, menjadikan ia ratu serta mencuarahkan rasa sayangku padanya. Aku memasak atau membelikan makanan yang ia suka ataupun yang ia mau, memijat kakinya setiap malam, menggosok punggungnya dengan minyak hangat. Nina selalu mengucapkan terima kasih kepadaku setiap malam sebelum tidur, lalu mengecup pipiku. Yaa, setiap malam.



Seminggu lebih Nina dirumah beristirahat, izin dari pekerjaannya dan izin dari kuliahnya. Aku tetap bekerja namun selalu kusempatkan untuk makan siang dikost bersama Nina. Setelah ia merasa tubuhnya jauh lebih baik dan mengatakan kepadaku bahwa ia merasa bisa mulai bekerja dan kuliah. Disaat itulah aku memberanikan diri untuk mengatakan apa yang terjadi kepadanya, seminggu lebih juga aku mengumpulkan keberaian itu. Dan menyusun kalimat mana yang pas untuk menyampaikan maksud. Setelah ku jelaskan semua, kami berdua menangis berpelukan dan pada momen ini aku mengucapkan janjiku kepadanya untuk pertama kali.



“Aku tidak akan pernah meninggalkanmu”



Semakin erat Nina memelukku, namun ia semakin tenang.
 
Cerita yang ada sedikit memilukan
Btw selamat ya, karena agan berjiwa besar untuk memberikan yang terbaik untuk pasangan.
 
Part 8


Di perjalanan pulang Nina memelukku dengan erat karena udara sehabis hujan juga dingin, jalan yang basah mengiring laju sepeda motorku menuju kost. Aku mulai merasakan kantuk yang luar biasa, karena biasanya setelah kami melakukan aktivitas favorit kami langsung tertidur. Tak sadar aku mengalami kecelakaan, aku segera bangun dari motor dan kulihat Nina terkapar tak berdaya. Hatiku remuk sejadi-jadinya, namun aku berupaya mendekati dan membawanya ke rumah sakit secepat mungkin. Setelah beberapa klinik kami datangi menyerah karena luka yang dialami Nina cukup parah akhirnya kami menuju rumah sakit Omni Pulomas. Disana ia mendapatkan perawatan dan penanganan yang cukup baik.



Setelah para dokter dan perawat melakukan upayanya akhirnya Nina berhasil selamat. Namun aku dipanggil ke ruang khusus untuk dijelaskan sesuatu. Kira kira perbincangan kami seperti ini;



“Pak, apakah anda suaminya?” tanya dokternya.



Aku ingin mendengar apa yang ingin dokter ini ucapkan, maka ku jawab.

“Iya Dok, saya suaminya” jawabku



“Apakah anda mengetahui kondisi istri anda?” lanjut dokter



“Tidak Dok, ada apa memangnya?” aku bingung dengan pertanyaan dokter



“Saya mohon maaf tidak bisa menyelamatkan kandungan istri anda” dokter melanjutkan dengan nada yang gemetar.



Aku bingung harus menjawab apa?? Nina hamil, dan sekarang harus kehilangan janinnya??

Bingung, sedih, merasa bersalah, dan yang pasti aku marah pada diriku sendiri. Seandainya aku tidak melakukan dengan Nina, seandainya aku tidak memaksakan untuk pulang, seandainya aku memilih tidur dihotel busuk itu. Esok hari senin tidak mungkin aku bekerja meninggalkan Nina yang masih terbaring lemah di rumah sakit. Aku menelpon Bu Helen untuk meminta izin besok tidak bisa hadir ke kantor, setelah kujelaskan yang terjadi menimpa Nina. Ternyata Bu Helen terkejut dan segera menuju rumah sakit untuk melihat keadaan Nina. Aku duduk disebelah ranjang Nina, sambil menggenggam tanganya yang lemah. Aku menangis sejadi-jadinya sambil mengucapkan maaf, namun ia belum sadar betul apa yang aku maksud dan mengapa aku menangis.



Sudah dua hari aku dirumah sakit menemainya yang semakin hari semakin mebaik. Aku berusaha untuk tidak menjelaskan soal kandungannya. Akhirnya Nina diperbolehkan pulang dan dibekali beberapa obat salah satunya obat untuk wanita pasca keguguran. Bagaimana ku jelaskan kepadanya, apalagi jika Nina memilih untuk pulang dan beristirahat dirumah orang tuanya hingga keluarganya menyadari obat ini?? Gumamku dalam hati.

Namun aku sudah meyakinkan diriku, aku akan jujur kepada keluarga Nina dan keluarga ku mengenai persoalan ini. Apapun konsekuensinya.



Akupun lega ketika Nina memilih untuk pulang dan beristirahat di kost, dan ingin berdua dengan ku.

Apakah itu naluri seorang wanita setelah kehilangan bayinya, jadinya ia butuh kasih sayang dan ekstra perhatian pikirku dalam hati.

Untuk itu aku akan mengurusnya dengan baik, menjadikan ia ratu serta mencuarahkan rasa sayangku padanya. Aku memasak atau membelikan makanan yang ia suka ataupun yang ia mau, memijat kakinya setiap malam, menggosok punggungnya dengan minyak hangat. Nina selalu mengucapkan terima kasih kepadaku setiap malam sebelum tidur, lalu mengecup pipiku. Yaa, setiap malam.



Seminggu lebih Nina dirumah beristirahat, izin dari pekerjaannya dan izin dari kuliahnya. Aku tetap bekerja namun selalu kusempatkan untuk makan siang dikost bersama Nina. Setelah ia merasa tubuhnya jauh lebih baik dan mengatakan kepadaku bahwa ia merasa bisa mulai bekerja dan kuliah. Disaat itulah aku memberanikan diri untuk mengatakan apa yang terjadi kepadanya, seminggu lebih juga aku mengumpulkan keberaian itu. Dan menyusun kalimat mana yang pas untuk menyampaikan maksud. Setelah ku jelaskan semua, kami berdua menangis berpelukan dan pada momen ini aku mengucapkan janjiku kepadanya untuk pertama kali.



“Aku tidak akan pernah meninggalkanmu”



Semakin erat Nina memelukku, namun ia semakin tenang.
setia menunggu kelanjutan ceritanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd