Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT [No SARA] Panah Asmara (True Story)

Nira, layu sebelum berkembang πŸ₯€
But patah satu tumbuh seribu. Lanjutkan perjuanganmu suhu, sambil ane menyerap insight yg mungkin bisa ane terapkan.
 
Part 4
Wik wik wik wiwk


Aku sedang di toilet membersihkan penisku saat kudengar suara motor matic memasuki halaman rumah dinas. Aku tersenyum lalu membilas penisku. Nira sudah tiba. Terasa penisku mulai membesar membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

Kuhampiri Nira yang baru saja menutup pintu. Aku tersenyum menatap mata coklatnya, wajahnya tertutup cadar, hanya mata itu yang tersisa. Aku meraih tangannya, lalu kuajak masuk ke dalam salah satu kamar. Di rumah itu ada tiga kamar, tapi hanya satu kamar yg punya kasur. Nira melepaskan tas ranselnya lalu duduk di atas kasur. Akupun duduk disampingnya. Merangkulnya lalu mencium keningnya dengan lembut. Nira sedikit kaget
"Ih..Bi barbar sekali" nira sedikit mengelak saat ingin kurangkul lagi. Aku hanya tersenyum. Kubiarkan Nira melepaskan cadarnya, lalu dia membuka hijabnya. Hanya tersisa gamisnya saja. Sungguh cantik wanita yang sedang bersamaku saat ini.
"Jangan lepas dulu" aku menahan nira saat dia hendak melepaskan gamisnya.
"Kenapa? Aku bukannya mau bugil Bi. Masih ada baju dalam juga"
"Biarkan dulu, aku masih ingin menatapmu dengan pakaian itu, kamu cantik sekali" Aku memujinya.
"Mulai deh. Bikin malu ih" Pipinya memerah saat aku memujinya.

Kami lalu rebahan, dengan posisi Nira bersandar di lengan kananku. Aku mencubit hidungnya pelan, semantara nira masih memainkan perutku. Mengusapnya dan kemudian mencubitnya.
"Bii, bii tu cabul yah"
"Lho?"
"Iya, bisa-bisanya Bi ajak aku kesini. Dasar mesum" nira protes sambil merubah posisinya menjadi berada di atasku.
"Kalo mau balik, silahkan" Ucapku namun berlawanan dengan sikapku yang justru menahannya dengan melingkarkan kakiku di pinggulnya.
"Mmpph..." Aku terkaget saat nira tiba-tiba langsung menciumku dengan cepat.
Aku lalu membalas ciumannya, menyedot bibirnya. Kami berpagutan, kakiku masih saja merangkul pinggulnya, dan tanganku memeluk lehernya. Sementara Nira menjambak rambutku dan tangan kirinnya menyusup mencari putingku.

Sensasi geli di putingku membuat penisku mulai bertranformasi. Dari seukuran kue putu, perlahan dia membesar. Persis seperti tokoh Hulk saat dia dilanda rasa amarah. Membesar dan berotot.
Tanganku meraih dadanya, meremas dengan pelan dibalik kain gamis yang masih membungkus tubuhnya. Jariku mulai nakal mengimbangi jemari Nira yang sejak tadi memainkan putingku. Aku kemudian mengangkat baju gamisnya, tidak butuh waktu lama untuk membuatnya setengah bugil di depanku. Bajuku dilepasnya lalu nira mencium dadaku. Sungguh, demi Monalisa yang lukisannya sudah berabad, aku tersentak saat Nira tiba-tiba menjilati putingku. Geli tapi membuatku semakin bernafsu. Melihatnya begitu lahap menjilati putingku, aku teringat dengan seseorang yang sangat familiar, iya, aku teringat dengan Maki Hojo. Salah satu pemain video Jav.

Aku yang seakan diperkosanya, kemudian mencoba mengambil alih. Kubalik tubuhnya yang hanya dibaluti bra dan CD. Kutatap tubuh itu, tubuh yang malam itu bergetar di jok belakang mobilku. Sungguh indah. Badannya berisi, tidak langsing tapi tidak gemuk. Benar-benar sesuai dengan idamanku. Ku tatap matanya, lalu kuciumi lagi bibirnya, kali ini lebih panas. Kami berciuman seperti orang kehausan di padang pasir.
"Aah..bii" desah Nira saat tanganku menyelinap di balik branya dan memainkan putingnya.
"Hhmm..." Aku menghembuskan nafasku di lehernya, membuatnya mengangkat kepalanya seakan-akan memintaku untuk menjilati setiap lekukan garis-garis lehernya. Sungguh sempurna wanita yang sedang ada di depanku. Tubuhnya montok dan lehernya bergaris-garis. Kugigit pelan lalu Nira menahan kepalaku. Dia menggeleng memintaku untuk tidak meninggalkan bekas merah di lehernya. Aku tersenyum menyakinkannya bahwa aku tidak akan senekat itu meninggalkan bekas pada lehernya.
"Bukain hun" aku lalu menurunkan Cd yang selama ini menjadi helai kain terakhir yg menutupi tubuhnya. Nira mengangkat bokongnya sedikit membuatku lebih mudah melepaskan cd itu. Lalu dia meraih celana boxerku. Aku faham lalu kulepas celanaku. Kini kami telah menjadi sepasang manusia tanpa benang yang menutupi tubuh.


Mulustrasi payudara Nira kurang lebih seperti ini.

Kucium pipinya, sambil tanganku mencari titik-titik sensitid ditubuhnya. Kutemukan bahwa Nira sangat sensitif di bagian payudara. Aku menambah rangsangan di area itu. Membuatnya menggeliat bagai cacing kepanasan. Aku lalu berpindah dari wajah turun ke dadanya. Mencumbu kedua payudaranya bergantian, membuat Nira semakin mengacak-acak rambutku. Aku tau bahwa dia menikmatinya. Lalu kuperlama mulutku bermain di payudaranya sedangkan tanganku sudah memainkan vaginanya. Basah dan hangat. Kumainkan klitorisnya perlahan, lalu kutambah dengan sedikit tekanan membuat Nira tak tahan lagi
"Biiiiii...aarghh.."
"Kenapa sayang?"
"Aakk..akkuh...aaahh" Nira menggelinjang. Dia mendapatkan orgasmenya. Tangaku masih terjepit diantara kedua pahanya. Kubiarkan sejenak waktu buat Nira mengumpulkan nafasnya, lalu menatapku dengan tersenyum.
"Bi jahat" ucapnya lalu memelukku dengan erat.
"Enak?" Tanyaku
"He eh" jawabnya sambil terengah disela nafasnya yg masih berat.

Aku meraih air botol mineral di samping kasur. Memberikannya kepada Nira, lalu diminumnya. Saat nira masih minum, kuraih botol itu lalu kuciumi bibirnya, menghisapnya, mencoba mengambil air yang tersisa di dalam mulutnya. Airpun mengalir berpindah kedalam mulutku. Kutindih lagi badannya, dan Nira faham maksudku. Dibukanya kakinya lebar memberikan aku ruang untuk menyentuh vaginanya dengan penisku yang sudah sejak tadi mengeras. Kugesek, membiarkannya bersentuhan, dengan sedikit tekanan yang membuat pinggul Nira bergerak ke kiri dan ke kanan seakan-akan ingin mencari posisi yang pas agar penisku bisa masuk.

Kuraih penisku, kuarahkan ke lubang vaginanya. Efek orgasmenya masih berasa membuat vagina Nira sedikit sensistif.
"Masukin bi" ucapnya.
Lalu kutekan perlahan, hanya kepala penisku yang masuk. Membelah bibir vaginanya, hangat dan basah terasa.
"Aaahhh!!" Nira terkaget saat aku memasukkan penisku. Kutahan dan kubiarkan Nira menikmati penisku yang hanya masuk sepertiganya itu.
"Boleh hun?" Aku bertanya padanya. Ingin kudengar dengan jelas bahwa Nira menginginkanku.
"Iya bi. Masukiiinn..." Rengek Nira. Lalu kutekan dan blesss..!! Penisku lenyap ditelan oleh vaginanya yang empuk itu. Kurasakan dinding-dinding vaginanya menjepit penisku.
"Aah..." Desah Nira.


Sedikit aja masukinnya

Aku lalu menggerakkan bokongku perlahan. Sangat pelan sampai-sampai aku bisa merasakan bagian dalam vaginanya yang seperti bulu-bulu handuk itu memijit penisku. Keringat kami semakin banyak.
"Terus bi. Aahh...ah...hh.." Nira terus memintaku untuk menggenjotnya. Akupun semakin tak tahan. Terasa seperti akan segera ejakulasi, kutarik penisku. Lalu kuajak Nira berganti posisi, kuminta dia di atas. Dengan posisi di atas, membuatku lebih relaks dan bisa mengatur nafas, untuk memperlambat orgasmeku. Kulihat Nira, ustazah yang selama ini tertutup, yang dulu acuh, kini berada di atasku dengan peluh, payudanya bergoyang seiring tubuhnya yang bergerak maju mundur meraih kenikmatan bersamaku. Aku merekam semua kejadian itu dalam otakku. Aku berkata dalam hati, sungguh dzolim sekali suaminya yang menolak istri seperti ini. Aku bersumpah akan membahagiakan wanita ini. Jika suamimu mengabaikanmu, aku siap datang menggantikan posisinya.
Aku menghayal membayangkan menjadi sepasang suami istri dengan Nira. Sungguh bahagia sekali rasanya, hampir saja kukeluarkan spermaku di dalam rahimnya andai Nira tak orgasme dan menyadarkanku. Kutahan orgasmeku agar tak keluar karena penisku masih di dalam vaginanya.

Aku kemudian membalikkan badannya dan kutindih dia. Nira kini berada dibawahku. Kutatap mata coklat itu dan Nira hanya tersenyum.
"Aku mencintaimu, melebihi suamimu" ucapku ngawur.
"Jadikan aku istrimu Bi" ucapnya lebih ngawur. Lalu kami berpagutan lagi, penisku yang kelelahan karena tak kunjung meledak, kembali mengeras. Kuarahkan ke vaginannya dan segera kutekan hingga mentok menyentuh mulut rahimnya.
"Ugh..bii.." Nira kembali terkaget.
"Kenapa hun?" Aku khawatir jika Nira tak menyukainya.
"Itu mentok kayaknya"
"Iya, sakit?" Aku bertanya sambil menggenjotnya. Sungguh nikmat vagina ustazah ini.
"Enggak bi. Enak..terusin bii..ahh..ahh.." nira meracau menikmati setiap sodokan yang kuberikan. "Punyamu panjang Bi"
"Lebih panjang?" Aku memastikan apakah milikku lebih baik dari milik suaminya.
"Iya bi..ahhh..aahhh..trusin bi. Jangan berhenti...ahh..tapi lebih ramping. Punya suamiku besar tapi pendek..ahh.." Nira membandingkan penisku dengan milik suaminya. Aku merasa tersaingi mendengar kata-kata lebih ramping.
"Ah..huni...Lebih enak mana?" Aku penasaran dan bertanya di sela-sela nikmatnya jepitan vagina Nira.
"Ah..ahhh..enak punya Bi.. tehniknya jugaaaa aishh....aahh" Nira orgasme lagi. Tak peduli lagi, aku percepat gerakanku dan kulihat mata Nira memutih, dia mengejang, bahkan terasa pahanya menjepit pinggulku dengan keras. Aku semakin percepat gerakanku..ah ...ah..aghh...
Lalu ku tarik penisku dan kubiarkan menempel diatas vaginanya, sambil tetap mempertahankan genjotaku, aku orgasme diatas perutnya. Aku mengejang dan memeluk Nira dengan erat. Kami berpelukan, lalu berciuman.

"Hhhhhh...hhhhh...." Nafasku ngos-ngosan. Segera kuraih botol air mineral dan kuserahkan kepada Nira, stelah dia dia minum aku pun meminum air sampai habis.
Aku lemas...seperti janjinya beberapa hari yang lalu. Lalu kami tertidur.


Bersambung
 
Maaf terlambat updatenya suhu. Karena tadi ane harus nemenin chat Binor baru yang ditinggal maen domino ama suaminya di pos ronda.

Semoga update ini bisa membayar penantian dan rasa penasaran suhu-suhu sekalian. Nantikan update selanjutnya tentang Nira. Ane akan tetap update sampe kisah dimana Nira mengajak ane untuk udahan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd