Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT [No SARA] Panah Asmara (True Story)

Bukan sensasi cerita bab selingkuh yang aku ambil disini, tapi pelajaran hidup tentang mencintai pasangan kita.
Bab 1 bener² luarbiasa quotes² cintanya.
Keren :tepuktangan:
 
Part 5
But I Can't Help Falling In Love With You


Aku masih memainkan rambutnya, sambil sesekali mencium kepalanya. Sementara Nira masih terlelap didekapanku. Kurasakan nafasnya pelan menyentuh dadaku. Nira tertidur setelah orgasme berulang-ulang. Aku masih ingat bagaimana dia terkaget-kaget saat aku melakukan oral untuknya. Oral sex yang selama ini dia enggan melakukannya, tapi justru itu adalah titik lemahnya. Aku benar-benar melahap habis vaginanya. Vagina itu membuatku bergairah, bulu-bulu tipisnya, tembemnya, aku benar-benar melahapnya habis sampai-sampai Nira meracau gak karuan. Dia benar-benar lupa diri. Tak lagi ada rasa canggung, bahkan beberapa kali dia mengucapkan kata-kata yang membuatnya istigfar.

"Bi jangan, itu kotor" Nira menolak saat aku mendekatkan wajahku ke vaginanya.
"Enggak hun, ayo dong, tangannya dilepas" aku berusaha meyakinkan Nira untuk melepaskan tangan yang menutupi vaginanya.
"Enggak!!" Bentak Nira. Aku tau dia penasaran, tapi dia juga gak mau aku melakukan hal yang menjijikan baginya.
"Yaudah, aku cium tanganmu aja yah" ucapku sambil meyakinkan Nira bahwa aku akan mencium tangannya yang masih berusaha menutupi vaginanya. Lalu kudekatkan wajahku dengan selangkanganya, begitu dekat dengan tangannya dan ketika akan kucium, kutarik tangannya dan lepas. Aku langsung melumat vaginanya yang tembem itu. Nira menggeliat, menggelinjang, mencoba menjauhkan wajahku dari vaginanya. Tapi posisiku sudah tepat, kurasakan hangat di bibirku, lalu dengan perlahan kujulurkan lidah dan menyapu bibir vaginanya, dari bawah, perlahan menuju klitorisnya. Nira masih saja meronta berusaha melepaskan kepalaku yang berada di sela kedua pahanya.
"Bi!! Jangan!! Pliss bi...ahhh....bii..aahh.." Nira memintaku berhenti namun disaat yang bersamaan, sapuan lidahku memainkan klitorisnya membuatnya merasakan nikmat yang selama ini belum pernah dia rasakan.
"Bii...jorok..isshhh...hhh..hmmm.."
Aku tidak memperdulikannya. Tujuanku hanya ingin membuatnya merasakan bahwa oral itu nikmat. Aku meraih payudaranya dengan kedua tangaku, sementara pahanya bertumpu ke bahuku.
Kumainkan kedua payudaranya dan itu semakin membuatnya melayang. Aku tau bahwa Nira sangat menyukai tiga hal. Ciuman, payudaranya dan klitorisnya. Kini aku fokus memainkan dua titik sensitifnya, klitorisnya kujilati dengan lembut tapi sesekali kuselingi dengan hisapan dan tekanan, lalu payudaranya kuremas dan kumainkan putingnya. Kurasakan sejenak bokongnya sedikit terangkat pertanda Nira semakin menikmatinya.
"Biiihh...aahh..hhmmpp..aasshhh" setiap desahan dan erangan yang terucap dari bibirnya membuatku semakin semangat. Sampai akhinya Nira tersontak kaget.
"Aahh..aah..terus bi..aah..aaaihh..asshh..
aaaaaaargghhhh...hmmm.." Nira orgasme. Kedua pahanya mencengkram dan menjepit kepalaku sampai-sampai aku tak bisa mendengar suaranya lagi. Tangan kanannya meremas tanganku yang masih memegang payudaranya dan tangan kirinya menjambak rambutku, menekan kepalaku seakan-akan dia ingin lebih dari sekedar jilatan.

Aku mendekatinya, menatapnya dari atas tubuhnya, melihatnya menikmati sisa-sisa orgasme yang baru diraihnya. Wajahnya memerah merona dengan peluh di sekujur wajahnya. Aku mencium keningnya dan Nira memejamkan matanya.
"Sungguh cantik wanita ini. Kekasihku, pacarku, istriku, ustazahku, sayangku" aku memujinya.
"Bi jahat!!" Protesnya sambil tersenyum lalu mendekapku dan melumat bibirku dengan buasnya. Aku akui, sekian banyak wanita yang pernah kucium, hanya Nira yang bisa membuatku betah berciuman lama.

Lama kami berpagutan, lalu kuremas payudaranya saat Nira meraih penisku, meremasnya perlahan dan menggesekkannya ke vaginanya.
"Jahat kenapa hun?" Aku menggodanya.
"Kenapa pake mulut, pake ini" ucapnya sambil tetap menggesekkan penisku ke bibir vaginanya.
"Mau?"
"Iya bi. Mau kontol bi ajah. Punya suamiku gak enak. Ayok bi masukin" Nira mencoba membuatku semakin bergairah dengan memuji penisku. Aku lalu menggesekkan penisku dan dengan perlahan aku arahkan kesela-sela bibir vaginanya, membenamkannya separuh, tapi Nira malah menekan bokongku dengan kakinya. Dan blessss!! Masuk. Mulut Nira menganga menikmati penisku di dalam vaginanya. Kuciumi dia, kuremas payudaranya sementara penisku menghujam dalam menyentuh mulut rahimnya.
"Bi..terus biiii...ah.ahhh..aah.." Nira memintaku untuk memuaskannya. Mengairi muara nafsunya yang selama ini tak mampu dibanjiri oleh suaminya. Nira yang tidak merasakan indahnya bercinta, saat inu sudah pasrah. Tak lagi dia perdulikan gamisnya, tak lagi dia tutupi auratnya. Bahkan dia melupakan suaminya, demi seorang yang dia sayangi. Seorang laki-laki yang memahaminya, Laki-laki gentle yang mau memberikannya kepuasan, Laki-laki yang bukan mahramnya namun dia inginkan untuk jadi imamnya.

Kami bercinta dengan hebat hari itu. Nira yang selama ini tertutup akhirnya melepaskan semua hal-hal yang dianggap tabu yang selama ini tertahan. Dia menjadi bebas dari belenggu tak kasat mata yang selama ini mengurungnya. "Kenapa Bi bisa enak gini sih?" Racau Nira disela-sela desahan nafasnya saat kugauli dia dengan posisi miring. Aku hanya tersenyum menatap wajahnya yang memerah menikmati orgasme kedua bersamaan denganku yang mengejang dan meremas pinggulnya.

Aku kemudian merangkulnya, sementara Nira melingkarkan tangannya memeluk leherku. Kakinya dinaikkan ke pahaku sehingga aku bisa merasakan vaginanya yang basah akibat orgasme. Kami bertatapan lalu kembali aku tersenyum. Nira memejamkan matanya sesaat ketika aku mencium keningnya dan membisikkan kalimat yang sama "aku sayang kamu huni".
"Gombal" jawabnya seraya menggit dadaku.
"Maaf, aku ingin menikahimu, tapi kamu masih bersuami" ucapku.
"Ish..bii. ngawur!"
"Lho? Apa salah? Aku mencintaimu, dan aku menginginkanmu"
"Aku punya suami"
"Ya ntar, kalo suamimu...."aku memikirkan kata-kata selanjutnya.
"Mati?"
"Enggak...kalo suamimu bosan misalnya" aku ngeles. Yang dibalasnya dengan pukulan pelan di dada. Aku merangkulnya, mencoba meresapi sekujur tubuhnya agar masuk kedalam badanku. Sungguh aku jatuh cinta dengan wanita ini.

"Bi,,kenapa Bi bisa enak sih?" Tiba-tiba Nira bertanya.
"Enak gimana?"
"Ya enak. Pas ML sama Bi kok enak yah?"
"Emang selama ini gimana?"
"Entahlah. Suamiku gak bisa seperti Bi. Dia kalo pengen ya langsung grasak grusuk maen tancap aja. Trus dia selalu minta aku di atas. Dia gak mau di atas. Dan kalo dia dah orgasme, dia langsung tidur"
Aku terdiam, mendengarnya. Hatiku sedih sekaligus protes. Sedih karena wanita yang kusayangi tak bisa dipuaskan oleh laki-laki yang harusnya memuaskan dia. Protes karena kenapa laki-laki amatir seperti dia harus mendapatkan wanita seperti Nira.
"Memangnya aku beda ya sama suamimu?" Aku merespon sekenanya.
"Bedalah. Bi tau kapan harus keluar, Bi gak mau kalo aku belum dapat. Bii selalu berusaha muasin aku" entah kenapa ucapan itu begitu nyaman terdengar. Sontak aku merasa seperti sosok berotot gagah perkasa di kemasan obat kuat.
"Emang Bi gak mau kalo cepat-cepat keluar?"
"Aku mau. Tapi ada hal lain yang kumau lebih dari sekedar orgasmeku sendiri hun" jawabku.
"Apa itu?"
"Melihatmu tersenyum dengan nafas memburu, wajahmu yang memerah merona dipenuhi peluh dan bahasa tubuhmu saat kau mencapai orgasme. Itu yang ingin kulihat"
"Ih,,bi gak ada ahlak. Masa senang liat saya dapet? Cabul!!"
"Hehehe huni sexy kalo orgasme"
"Ish...malu" Nira kemudian semakin mendekapku. Membenamkan wajahnya di pelukanku.
"Bi jahat" ucapnya kemudian
"Lho kok? Jahat kenapa?" Aku keheranan.
"Suka bikin aku malu sendiri. Aku kadang masih gak pede aja, masa iya sih aku masih menarik? Udah 29 tahun dan punya anak satu"
"Hei.."aku mengangkat dagunya lalu menatap wajahnya.
"Aku gak pernah melihat usiamu, aku tak peduli statusmu. Punya anak ataupun punya suami. Aku hanya melihatmu saja. Dan aku sangat menyayangimu. Andai dibolehkan, aku ingin berdoa agar suatu saat aku bisa menjadi suamimu"
"Aamiin....lho kok amin sih?" Nira tak sengaja mengaminkan ucapanku yang kemudian diiringi oleh tawa kami berdua.
Kami berpagutan kembali, dengan penuh nafsu, seakan kami sepasang pengantin baru, kami berguling bergantian menindih satu sama lain. Nira begitu lihai memainkan perannya dan akupun tak mau kalah. Baru kali ini aku menemukan wanita yang benar-benar meluapkan segala isi hati dan perasaannya kepadaku. Dia bahkan tak memberiku kesempatan untuk menarik nafas, aku akui aku kewalahan mengimbanginya berciuman. Tak lama kemudian Nira meraih penisku, menggesekkannya di vaginanya dan kemudian kami bercinta lagi. Tertidur lelap dipelukanku, kuciumi keningnya dan kuelus rambunya. Dalam hati aku protes kepada Tuhan, kenapa Kau pertemukan aku dengannya saat ini? Kenapa tidak dari dulu saja. Dalam protesku, dalam diamku aku berkata "Tuhan, aku tak bisa apa-apa selain mencintai ciptaanMu ini"

Bersambung...
 
Terakhir diubah:


Part 6
Tak Ada Logika


Pagi cukup bersahabat hari ini untuk menikmati kopi dan beberapa batang rokok. Aku sedang duduk santai menikmati sisa-sisa denyut nadi yang masih tinggi selepas bercinta dengan istriku. Kutinggalkan istriku yang tergolek kelelahan setelah qucky yang kami lakukan di dalam mobil sejenak sebelum aku berangkat ke kantor.

Aku membuka hp dan mengecek story whatsapp. Ada sebuah update di sana. Dari Nira. Sebuah potongan lagu dari Agnes Monica. Aku tau jika itu ditujukan kepadaku. Tak berfikir lama aku langsung mengomentarinya.
"Tak perlu logika. Karena memang dia datang semaunya" message sent.
Tak lama kemudian muncul pesan balasan darinya.
"Semalam hampir ketahuan" jawabnya.
"Ketahuan apa?"
"Suamiku. Semalam aku gak sengaja keceplosan nyebut namanya dengan kata Bi seperti saat bicara denganmu Bi"
"Wkwkwkwkwk dasar. Terus? Dia ngerespon?" Aku sedikit bangga mengetahui hal itu. Sebuah ketidaksengajaan yang menandakan bahwa aku sudah masuk ke dalam alam bawah sadarnya.
"Kaget dia. Dia nanya apa itu Bi? Babi? Trus aku bilang 'Bi itu bebi. Cocok gak kalo aku panggil kamu dengan bebi?' tapi dia bilang kalo 'itu bahasa orang barat, Ngapaen ikut-ikutan gaya mereka. Gak islami' dan dia gak bahas itu lagi" Nira menjelaskan kronologisnya kepadaku.
"Suamimu memang aneh. Dia banyak ikut kajian tapi terlalu kaku dalam memahami agama" ujarku.
"Iya, dia terlalu kaku Bi. Aku dilarang ini itu. gak boleh upload foto, gak boleh kemana-mana sendirian, gak boleh salaman, gak boleh ketawa keras-keras, malahan sempat dia gak bolehin aku kerja"
"Iya itu benar sih, beberapa. Tapi gak semua. Menurutku dia terlalu menelan semua itu mentah-mentah tanpa menyesuaikan dengan kondisinya"
"Maksudnya Bi gimana?"
"Kalo upload foto dan salaman memang benar itu sebaiknya dihindari, bahkan gak boleh sama sekali. Tapi wanita juga boleh kok bekerja, keluar rumah pun bisa disesuaikan dengan kondisinya"
"Iya Bi, awal-awal menikah, dia sempat ngelarang aku kerja. Katanya dia, istri tu sebaiknya di rumah, jagain anak. Sementara penghasilan dia gak cukup buat menuhin kebutuhan kami. Yaudah akhirnya dia bolehin aku kerja. Eh,,pindah wikipedia aja. Risih chat pake WA"

Kami lalu berpindah aplikasi. Menggunakan wikipedia seperti biasa untuk meminimalisir peluang kami ketahuan. Kami chat lagi membahas perikaku suaminya. Dan seperti biasa kami ghibah hingga tiba waktunya bagi Nira untuk berangkat ke sekolah. Menjalankan aktifitasnya sebagai ustazah bagi murid-muridnya, meninggalkan putri cantiknya yang masih berusia kurang dari 2 tahun bersama ibunya. Nira jarang menitipkan putrinya bersama mertuanya, dia lebih nyaman meninggalkannya bersama ibunya sendiri. Selain karena ibunya tinggal sendirian, Nira merasa kalau ibunya lebih telaten mengurus putrinya dibandingkan dengan ibu mertuanya.
"Bi, aku dah nyampe di sekolah. Sebentar lagi mau masuk kelas" tulis Nira di pesannya.
"Iya hun. Yang fokus ngajarnya. Jangan panggil muridnya dengan 'Bi' juga yah" godaku.
"Wkwkwkwk...enggaklah Bi. Yaudah aku siap-siap dulu yah Bi. Bi juga kerja yang bener, jangan modus-modus sama nasabahnya"
"Modus dong, biar dia mau jadi nasabah di kantor" aku menggodanya lagi.
"Berani modus, nekat mau nakal sama nasabah, aku sunat Bi ntar" ancamnya
"ntar gak bisa ngerasain yang enak lagi lho" tulisku.
"Biarin. Biar kita sama-sama gak bisa enak-enakan lagi. Eh,,tapi aku masih bisa pake lidahnya Bi kok" godanya lagi.
"Huni curang. Yaudah, sana ditungguin murid-muridnya. Jangan telat makan siang"
"Iya Bi"
Aku menutup wikipedia dan hendak memulai kerja tapi ada pesan masuk lagi dari Nira, dia mengirimkan sebuah foto. Foto sebuah gunting kuku.
"Bi berani nakal sama cewek lain, kusunat Bi pake jepit kuku ini.
"Ampuuun. Gak akan Hun. Logikaku sudah hilang untuk berani mencari yang lain. I love you hun"
"Love you too Bi. Assalamualaikum, suami orang"
"Waalaikum salam, istriku"
"Ish..mulut gak ada ahlak" protes Nira.
"Eh itu bukan mulut yang ngomong, tapi itu isi hati"
"Cabeeee!!" Nira kemudian menutup percakapan kami pagi itu dengan panggilan khasnya. Menyebutku cabe karena dia merasa aku seperti ABG Cabe-cabean yang sedang kehilangan logika karena cinta.

Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd