Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Nukilan Kehidupan

Status
Please reply by conversation.
Update lan
Ojo suwi2
Moso tumpakanne sumber kencono update meh koyo santoso xixixix
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
cerita kalau bagus , kok enak ya bacanya...
walau up date nya panjang tapi bacanya cepet...
hehehehe
 
Chapter 3
Resmi Cuyy, Mahasiswa

Aku baru saja pulang dari kampus. Hari ini ada briefing, pembekalan untuk kegiatan yang mulai besok akan aku jalani, apa lagi kalau bukan ospek. Kegiatan yang sebenarnya kalau bisa, ingin aku hindari. Sudah bukan rahasia lagi kalau kegiatan berkedok pengenalan kampus ini sering dijadikan ajang perpeloncoan dan pembodohan untuk mahasiswa baru. Nggak semuanya sih, tapi kebanyakan gitu.

Kenapa aku sebut seperti itu?

Karena gini, biasanya ospek dijadikan ajang para senior untuk balas dendam apa yang pernah mereka alami dulu. Dengan mengatasnamakan dirinya sebagai panitia, mereka kadang membuat keputusan atau aturan yang sebenarnya nyeleneh, nggak masuk akal, hanya untuk kepuasan mereka. Meskipun sebenarnya, mungkin sudah ada aturan yang jelas dari kampus, tapi para panitia kadang terlalu kreatif untuk menyelipkan poin-poin nggak penting.

Contoh sederhananya, para maba biasanya disuruh untuk membuat berbagai macam atribut ajaib, dan diwajibkan untuk memakainya. Alasannya sih, untuk penanda identitas, agar maba bisa dengan mudah dikenali. Tapi kampretnya, atribut wajib itu bentuknya aneh-aneh. Para maba yang memakainya jadi kelihatan seperti orang bodoh dan gila. Lha kita kan kuliah tujuannya buat dapat ilmu, jadi orang pinter, tapi baru masuk saja sudah disuruh berdandan layaknya orang tidak berpendidikan, atau malah parahnya, tidak berakal.

Yang lucunya, hal-hal seperti ini kadang malah menjadi sumber penghasilan dadakan untuk orang-orang di sekitar kampus. Mereka menyediakan berbagai macam atribut seperti yang diminta oleh panitia ospek. Harganya murah sih, jadi untuk yang malas membuatnya, tinggal beli. Dan yang lebih ajaibnya, atribut yang dijual oleh orang-orang itu, bisa sama persis dengan apa yang diminta oleh panita, baik itu dari bentuk, ukuran, warna dan sebagainya. Apakah itu sebuah kebetulan? Rasanya tidak. Terlalu kebetulan untuk disebut kebetulan.

Tapi sepertinya apa yang aku pikirkan itu tidak akan 100% terjadi disini. Dari briefing yang aku ikuti tadi, kami memang diwajibkan untuk membuat dan memakai atribut, tapi menurutku bentuknya masih wajar-wajar saja, tidak terlalu memalukan kalau dipakai. Bahkan panitia meminta kami untuk membuatnya di kampus, tadi siang, setelah selesai briefing. Jadi nggak ada ceritanya kami bisa beli di luar.

Kami tadi juga sudah dibagi menjadi beberapa belas kelompok, dimana tiap-tiap kelompok beranggotakan 12-13 orang. Masing-masing kelompok dibimbing oleh seorang pemandu, yang tak lain adalah senior kami. Pemandu di kelompok kami namanya Mbak Riska. Orangnya cantik, pembawaannya kalem. Dia orang asli Jogja.

Kelompokku terdiri dari 12 orang, 6 cowok dan 6 cewek. Dengan dibantu oleh Mbak Riska, kami sekelompok membuat atribut yang nantinya harus kami pakai. Mbak Riska juga banyak memberi tahu dimana kami harus mencari bahan-bahan untuk membuatnya.

Selain membuat atribut, kami juga diwajibkan untuk membuat yel-yel penyemangat. Katanya yel-yel itu nanti akan dilombakan, dicari mana yang terbaik. Aku sebenarnya malas berpikir untuk membuatnya, untung saja salah seorang di kelompok kami, Rudi, yang juga ketua kelompok, adalah orang yang cukup kreatif. Dia bahkan sampai membuat 3 yel, yang cukup panjang.

Selain ospek fakultas, ada juga ospek jurusan. Jadi, setelah pagi sampai sore sekitar jam 3 kami melaksanakan ospek fakultas, kami langsung mengikuti ospek jurusan. Disini kami juga harus membuat atribut. Tapi bedanya, jika di ospek fakultas masing-masing maba harus memakai atribut, di ospek jurusan cukup ketua kelompoknya saja yang memakai.

Karena jumlah peserta di masing-masing jurusan lebih sedikit, tentu saja jumlah kelompok dan anggota perkelompoknya juga lebih sedikit. Di jurusanku ada 10 kelompok, dan anggotanya 7-8 orang. Sekali lagi, pemandu di kelompokku juga seorang cewek, dan asli Jogja juga. Mbak Rini namanya.

Dari sekian banyak maba, ada 1 orang yang selalu satu kelompok denganku, baik itu di ospek fakultas ataupun jurusan. Namanya Anis, dan dia juga asli Jogja. Aku merasa banyak untungnya karena sekelompok dengan Anis, karena nantinya setiap hari kami diwajibkan untuk membawa beberapa makanan ringan. Sebenarnya makanan itu untuk kami sarapan, dan itu gampang nyarinya. Tapi jadi dipersulit karena mereka memberikan nama yang aneh untuk makanan yang harus kami bawa, jadi kami harus memecahkan dulu nama-nama itu sebelum membelinya. Kalau salah, jelas ada hukumannya.

Contohnya untuk hari pertama besok, wayang mabuk dan air minum enam T. Wayang mabuk mungkin kita akan langsung berpikir semar mendhem, dan memang benar. Sedangkan air minum enam T, kami sempat agak pusing juga mencari jawabannya. Tapi ternyata yang dimaksud adalah, angka 6 ditulis dengan angka romawi menjadi VI, ditambah huruf T di belakangnya, jadilah merk salah satu air mineral.

Karena Anis sekelompok denganku, aku meminta bantuannya untuk mencarikan apa yang harus kami bawa itu, dan dia menyanggupinya. Dia juga bilang padaku, kalau setiap hari selama ospek nanti akan menitipkan motornya di kostku, karena memang kami tidak diijinkan membawa kendaraan ke area kampus.

Hari ini cukup melelahkan juga, karena cukup banyak atribut dan tugas yang harus dibuat, sehingga menjelang petang aku baru sampai di kost. Tapi paling tidak aku sudah cukup lega, karena persiapan untuk besok sudah beres semua, tinggal menunggu apa yang aku titip belikan ke Anis saja. Malam ini aku ingin tidur lebih cepat, karena kegiatan ospek besok dimulai pagi-pagi sekali. Aku tidak ingin terlambat, karena aku malas saja kalau harus dimarahi, apalagi mendapat hukuman.

*****

Keesokan harinya, Anis sudah sampai di kostku. Pakaian kami sama, atasan putih dibalut jas almamater dan bawahan hitam, serta sepatu hitam. Bedanya, kalau aku pakai celana panjang, Anis pakai rok panjang. Anis juga sudah membawakan titipanku. Sebelum berangkat kami sempatkan untuk memeriksa atribut masing-masing, agar tidak ada yang terlewat. Setelah yakin semua beres, kamipun berangkat.

Awalnya kami hanya berjalan santai saja, karena memang jarak dari kost ke kampusku sangat dekat. Lagipula ini masih agak gelap, matahari juga belum menampakkan dirinya. Tapi begitu memasuki lingkungan kampus, sudah terdengar suara teriakan para panitia yang serba hitam. Maksudku, atribut yang mereka pakai semua berwarna hitam. Mereka dari komisi disiplin, alias komdis. Kami yang tadinya santai, mau tak mau mempercepat langkah, karena sempat kena semprot juga. Tapi mereka jadi agak kalem setelah melihat pita biru yang tersemat di jas almamater Anis.

Oh iya, kemarin waktu briefing para maba didata, siapa yang memiliki penyakit yang tergolong berat. Mereka kemudian diberikan pita dengan berbagai warna sesuai dengan sakitnya. Anis sendiri mendapat pita biru, yang artinya dia punya asma. Setiap mahasiswa yang memakai pita, nantinya akan ditarik dari tempat berkumpul di momen-momen tertentu, yang aku sendiri belum tahu momen seperti apa.

Pagi ini, kami dibariskan di area parkir fakultas sesuai dengan kelompok masing-masing. Setelah lengkap, sebagai penyemangat kami diminta untuk menyanyikan yel-yel yang kemarin sudah dibuat. Masing-masing kelompok tampak bersemangat, seperti ingin yelnya menjadi yang terbaik.

Kami cukup lama dibariskan disana, dengan diisi beberapa acara yang menurutku tidak terlalu penting. Kami juga sempat disuruh sarapan dengan makanan yang kami bawa sendiri sebagai tugas. Karena lamanya kami dibariskan, beberapa orang maba pun bertumbangan.

Setelah itu kami disuruh masuk ke gedung aula fakultas. Disana cukup banyak juga yang disampaikan, terutama pengenalan fakultasku. Di hari pertama ini, kami masih cukup fokus untuk memperhatikan apa saja yang disampaikan oleh pemateri, tapi lama-lama bosan juga jadinya.

Hal cukup seru terjadi beberapa saat sebelum makan siang, ketika Anis dan maba-maba lain yang berpita diajak keluar oleh pemandu masing-masing. Aku sudah bisa menebak sih apa yang akan terjadi. Dan benar saja, orang-orang berpenampilan serba hitam itu masuk dan langsung teriak-teriak. Sebagian besar kami pastinya kaget, dan langsung menundukkan kepala, seperti yang mereka minta.

Tapi kemudian ada salah satu maba, yang mungkin tidak terima langsung melawan. Bukan beradu fisik sih, karena memang dalam aturan ospek ini jelas tertulis adanya larangan adu fisik. Jadi maba itu dan para komdis, panitia yang pakaiannya serba hitam itu, hanya adu bacot. Tapi nggak lama, karena akhirnya mereka dipisahkan oleh sie keamanan.

Yaah, cuma segitu doang, padahal aku berharap lebih sih. Lumayan kan ada tontonan, hehehe.

Hari itu, kedamaian kami diganggu sebanyak 3 kali oleh komdis, sebelum ospek fakultas selesai dan kami menuju ke jurusan masing-masing. Di ospek jurusan ini jauh lebih santai, lebih enak. Kami diajak berjalan-jalan untuk melihat fasilitas jurusan, utamanya laboratorium dan juga sekretariat HMJ.

Ospek selesai menjelang maghrib. Cukup lelah juga sebenarnya, tapi aku tidak bisa tidur cepat malam ini. Masih ada tugas yang harus dikerjakan untuk besok. Kalau untuk makanan yang harus kami bawa, aku sudah pasrahkan sepenuhnya kepada Anis, dan dia sama sekali tidak keberatan. Tapi aku masih harus membuat essay dengan tema yang sudah ditentukan oleh panitia. Mau tak mau aku harus ke warnet dulu untuk mencari bahan. Essay-nya pun harus tulis tangan, tidak boleh diketik. Benar-benar menyusahkan.

Keesokan harinya, masih sama seperti kemarin. Anis datang pagi-pagi ke kostku, dan kami berangkat ke kampus bersama. Jalannya ospek juga tidak jauh berbeda dengan yang kemarin. Aku, dan mungkin maba yang lain, karena tidur cukup larut akibat membuat essay semalam, jadinya tidak terlalu fokus dengan apa yang disampaikan selama materi.

Dan masih sama seperti kemarin, ospek jurusan jauh lebih menyenangkan. Tapi tetap saja aku menggerutu. Mungkin yang lain juga begitu. Pasalnya, setelah mendapatkan tugas untuk membuat essay lagi dari fakultas, di ospek jurusan ini kami juga mendapat tugas serupa.

Haduuh, bikin satu aja udah pusing, ini malah disuruh bikin dua. Wuasyu!!!

Tapi ya mau bagaimana lagi, daripada dapat hukuman, males banget. Mau tak mau malam itu aku begadang lagi, membuat 2 essay sekaligus.

Ospek hari ketiga masih sama saja, tidak ada yang terlalu berbeda. Hanya saja di hari yang ketiga ini, para maba yang memakai pita sepertinya jadi lebih mudah tumbang. Entah kondisi mereka yang memang menurun, atau cuma akal-akalan mereka saja karena sudah mulai bosan dengan ospek.

Dan lagi-lagi kami mendapatkan tugas untuk membuat essay lagi, dengan tema yang lain lagi. Lama-lama aku jadi berpikir, sebenarnya buat apa sih kami disuruh membuat essay begini? Memang sih, tema yang diberikan ada hubungannya dengan bidang fakutlas kami, tapi untuk apa setiap hari harus membuat essay minimal satu lembar folio full bolak balik?

Jawaban yang ngehe aku dengar dari Mbak Riska di ospek hari ketiga ini. Ternyata itu adalah akal-akalan dari beberapa oknum panitia yang mendapat tugas dari dosen pembimbing mereka untuk membuat jurnal selama masa libur kuliah. Dan kami para mahasiswa baru yang masih lugu dan unyu-unyu ini dikorbankan untuk kepentingan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kami itu.

Asu tenan iki!!!

Coba Mbak Riska ngomong ini dari kemarin-kemarin, pastinya aku buat asal-asalan saja essay itu, dengan tulisan acak kadut supaya tidak bisa dibaca. Karena baru tahunya sekarang, ya percuma saja buatku, karena untuk besok sudah tidak ada tugas seperti itu lagi.

Ospek hari keempat, alias hari terakhir. Bisa dibilang ini hari yang paling santai. Dari pagi tidak ada komdis yang sejak hari pertama sudah menunjukkan kegarangan mereka. Bahkan selama 3 hari kemarin, banyak sekali dari maba yang hampir ribut dengan mereka. Apalagi sepertinya setiap hari komdis selalu berusaha mencari-cari kesalahan kami. Aku sih tidak peduli, karena tidak pernah bermasalah dengan mereka.

Satu-satunya momen yang bikin aku jengkel dengan komdis adalah saat salah satu dari mereka berdiri persis di depanku sambil teriak-teriak. Yang menjadi masalah bukan kata-kata yang dia ucapkan. Dia mau teriak-teriak juga aku santai-santai saja, karena di daerah asalku yang seperti itu sudah biasa. Yang jadi masalah adalah, bau mulutnya itu lho. Padahal masih ada jarak sekitar 30 cm yang memisahkan kami, tapi bau busuk yang keluar dari mulutnya begitu menyengat dihidungku, ditambah bau badannya juga yang membuatku ingin muntah.

Ini mereka berapa hari nggak mandi sih???

Ketenangan kami di hari terakhir ini agak terusik saat mulai beranjak siang. Ada beberapa rekan maba yang tiba-tiba menemui panita. Entah apa yang mereka sampaikan, tapi sepertinya ada hubungannya dengan perilaku komdis selama ospek berlangsung.

Awalnya aku tidak terlalu peduli, tapi kemudian sekelompok tukang protes itu bertindak layaknya provokator, mengajak kami untuk melabrak para komdis. Aku sih cuma tertawa geli melihatnya, tapi tidak disangka banyak sekali maba yang terpancing. Mungkin mereka juga masih menyimpan dendam pada para komdis.

Suasana jadi makin tak terkendali setelah ada yang melihat komdis berjalan di dekat kami. Mereka yang sudah terpancing langsung mengejar komdis itu beramai-ramai.

“Hey, ayo ikut!!! Mana solidaritas kalian???”

Seorang diantara tukang protes tadi kembali mengompori maba lain yang masih anteng-anteng saja. Jancuk lah, pakai bawa-bawa solidaritas segala. Tapi rupanya kata-kata itu membuat semakin banyak orang yang terpancing, hingga akhirnya mereka beramai-ramai mengejar salah seorang komdis tadi.

Ya sudah, mau tak mau aku ikut juga. Bukannya mau ikut ribut, tapi hanya menonton saja, karena ini yang aku harapkan sejak hari pertama ospek. Lumayan kan, ada hiburan, hehehe.

Kami akhirnya berkumpul di gedung yang dikhususkan untuk sekretarian HMJ dan UKM-UKM yang ada di fakultasku. Sepertinya orang yang dikejar tadi masuk kesana, tapi teman-teman maba tidak bisa masuk karena pintunya sudah terkunci. Mereka kemudian hanya berkumpul sambil berteriak-teriak nggak jelas.

Para panitia sampai kewalahan untuk menahan teman-temanku itu. Bukan hanya sie keamanan saja, tapi sie yang lain, termasuk ketua panitia yang berdiri dengan membawa pengeras suara, juga harus turun tangan karena banyaknya massa. Nggak cewek nggak cowok, kecuali yang sakit dan berpita semuanya memaksa masuk ke dalam gedung.

Aku sendiri celingukan kesana kemari, dan akhirnya mundur perlahan-lahan, mencari tempat yang cukup nyaman untuk berteduh. Selain aku, ada juga beberapa maba lain yang sepertiku.

“Tenang teman-teman semuanya, jangan anarkis!!! Sampaikan protes kalian dengan benar!!! Ingat, kalian ini mahasiswa!!! Orang-orang yang berpendidikan!!!”

Terdengar suara ketua panitia dari pengeras yang dia bawa, mencoba menenangkan teman-teman maba. Hahaha, kampret lah, baru masuk udah ‘diajari’ demo.

“Mereka itu bodoh atau gimana ya?”

Aku menoleh ke sebelah, ke arah sumber suara tadi.

“Bodoh gimana?” tanyaku.

“Ya lihat aja, mau-maunya disuruh kayak gitu.”

“Hahaha, entahlah. Aku juga bingung kok bisa mereka nggak sadar kalau ini cuma skenario.”

Ganti orang itu menatapku, sambil tersenyum.

“Iya. Sebelum ramai tadi, aku lihat orang-orang yang protes itu dipanggil sama beberapa panitia, kayak ngobrol gitu. Udah jelas kan, ini cuma skenario aja.”

“Ya udah, biarin aja. Kita nikmatin aja hiburan ini, hahaha.”

Kami hanya tertawa, tapi tentu saja tidak terlalu keras.

Hampir satu jam lamanya teman-teman maba ‘berdemo’, sampai akhirnya beberapa perwakilan dari mereka diijinkan untuk masuk ke gedung menemui komdis. Entah apa yang mereka bicarakan, mungkin tertawa-tawa juga di dalam.

Setelah setengah jam mereka keluar dengan beberapa orang dari komdis, mungkin semuanya. Disitu kemudian salah satu perwakilan dari komdis berbicara panjang lebar. Ya intinya cuma minta maaf sih, sampai akhirnya mereka saling bersalaman, berdamai. Absurd banget kan?

Tapi ya sudahlah, akhirnya ‘keributan’ itu berakhir dengan ‘damai’. Tapi ospek masih belum selesai. Masih ada satu satu acara lagi malam ini, inagurasi.

Dari gedung aula, kami para maba diminta untuk menutup mata menggunakan kain slayer yang memang diwajibkan untuk dibawa di hari terakhir ini. Aku tak tahu jelasnya seperti apa, tapi kemudian kami digiring menuju ke sebuah tempat. Aku merasa badanku dipegang oleh seseorang, kemudian diposisikan duduk bersila. Setelah beberapa saat kami baru diperbolehkan untuk membuka penutup mata.

Ternyata kami dikumpulkan di area parkir. Sudah ada sebuah panggung sederhana berdiri di depan kami. Entah kapan mereka membuatnya. Aku celingukan kesana kemari, ternyata kami didudukkan secara acak, tidak sesuai dengan kelompok masing-masing.

“Prana?” terdengar suara cewek memanggilku.

“Lhoh, Vidya?”

Ternyata aku duduk dekat dengan Vidya. Wah iya, selama ospek ini, jarang sekali aku bertemu dengannya. Bahkan kami sama sekali tidak berkomunikasi, mungkin karena sibuk mencari tugas masing-masing.

Kami tidak banyak ngobrol, karena acara inagurasi sudah dimulai. Aku rasa, ini adalah bagian terbaik dari acara ospek selama beberapa hari ini. Setelah ada sambutan-sambutan yang membosankan di awal, acara kemudian diisi oleh berbagai hiburan. Beberapa band yang katanya anak-anak dari UKM kesenian di fakultasku tampil menghibur.

Di sesi akhir, ada penampilan dari panitia yang selama ospek ini menampilkan kesan garang, yaitu para komdis. Disini mereka kembali meminta maaf, seperti tadi sore saat ‘didemo’. Yah aku sih tidak heran, karena dari awal sudah tahu kalau itu semua hanya skenario saja. Lagipula kesan garang mereka, teriakan-teriakan mereka bagiku sudah biasa. Hanya satu saja masalah yang aku tidak suka dari mereka, bau mulut dan bau badan mereka. Untungnya aku tidak terlalu sering berhadapan dengan komdis, hanya sekali saja selama ospek ini.

Acara inagurasi selesai sekitar jam 9 malam. Aku sudah sangat capek, tapi lega. Akhirnya ospek nggak penting ini selesai juga. Kenapa aku bilang nggak penting? Karena selain beberapa kegiatan di ospek jurusanku seperti mengenalkan laboratorium dan fasilitas lainnya, tidak ada hal lain yang membuatku terkesan. Yang ada hanya jengkel dengan tugas-tugas yang menyusahkan itu. Untunglah selama ospek ini ada Anis yang banyak sekali membantuku.

Begitu acara resmi ditutup, para maba mulai membubarkan diri. Aku masih celingukan mencari Anis, karena sudah beberapa hari ini kami pulang bareng. Dia harus mengambil motornya dulu yang diparkir di kostku. Agak kasihan juga sebenarnya kalau dia pulang malam sendirian begini, apalagi rumahnya cukup jauh. Tapi dia bilang sudah biasa, jadi tak perlu khawatir.

Lhah, khawatir? Lha emang aku ini siapanya Anis? Hahaha.

“Pran, nungguin siapa?” tanya Vidya, yang ternyata masih ada di sebelahku.

“Nungguin temenku Vid, dia nitip motor di kostku soalnya. Lha kamu kok belum pulang?”

“Iya entar dulu. Aku juga lagi nungguin Novi.”

“Novi? Siapa Novi?”

“Temen kostku, kan anak sini juga.”

“Oh iya tho? Enak dong ada temen kostmu yang sefakultas.”

“Lha emang di kostmu nggak ada yang sefakultas?”

“Nggak ada Vid, kebanyakan anak-anak fisip sama hukum.”

“Ya nggak apa-apa lah, kan jadi enak nambah luas pergaulanmu.”

“Iya sih, tapi kayaknya lebih enak kalau ada yang sefakultas.”

Kami masih ngobrol menunggu orang yang kami tunggu. Tak lama kemudian seorang cewek manis menghampiri kami. Ternyata dia adalah orang yang ditunggu sama Vidya. Akupun berkenalan dengannya. Tak lama kemudian mereka pamit, sedangkan aku masih menunggu Anis.

Cukup lama aku menunggu, tapi dia belum kelihatan juga. Salah kami juga sih tadi nggak janjian dimana gitu. Kalau udah gini kan jadi repot, mana udah malam lagi.

“Heh Pran! Ya ampun ditungguin dari tadi malah disini.”

Aku terkejut saat ada yang menepukku dari belakang. Ternyata Anis.

“Lhoh, lha kamu tadi dimana Nis?”

“Aku di nunggu di gerbang sana dari tadi. Lha kamu ngapain malah disini?”

“Yaa nungguin kamu tho yo.”

“Ealah Pran Pran, nungguin kok malah di depan panggung, nungguin ya di gerbang sana lah, piye tho?

“Hehehe, iya juga ya. Yo wes ayo pulang.”

“Yuk.”

Lhah iya ya, kenapa aku malah nungguin di depan panggung? Harusnya kan kayak Anis, nunggunya di dekat gerbang. Pantesan dari tadi nggak muncul-muncul, ternyata malah dia yang nungguin aku.

Sampai di kostku, Anis tidak langsung pulang, katanya mau istirahat bentar, capek. Iya juga sih, aku juga agak capek. Aku biarkan saja dia istirahat di kamarku, sambil kami ngobrol-ngobrol. Kebetulan kondisi kostanku juga agak ramai, padahal ini malam minggu. Yaah, berarti bisa disimpulkan, cukup banyak anak kost disini yang masih jomblo, kayak aku.

Tapi karena memang sudah malam, tak lama kemudian Anis pamit pulang. Sepenginggal Anis, aku sebenarnya sudah langsung mau tidur, tapi rasanya nggak enak banget, belum mandi. Setelah mandi, mau tidur, laper. Ya sudah, akhirnya cari makan saja yang dekat kost. Selesai makan, bukannya ngantuk, malah jadi seger lagi mata ini.

Berhubung banyak temanku yang ada di kost, jadinya kami habiskan malam minggu ini dengan begadang. Sebenarnya lebih banyak diisi dengan perkenalan, karena kami memang belum terlalu kenal satu sama lain, kecuali tetangga samping kiri kanan kamar saja.

Selain itu, kami juga saling tukar cerita pengalaman selama ospek ini. Cukup banyak juga cerita seru dari teman-temanku, tapi intinya mereka merasakan hal yang sama denganku. Mereka lega, karena ospek akhirnya selesai juga. Dan sekarang, bisa dibilang kami sudah benar-benar resmi menjadi mahasiswa.

Aku jadi tersenyum sendiri. Sekarang aku mahasiswa. Dan bukan sembarang mahasiswa, tapi mahasiswa di kampus biru, salah satu kampus terbaik di negeri ini. Kembali muncul dalam benakku pertanyaan yang beberapa bulan lalu sempat ada. Sekarang aku sudah bisa masuk, tapi mampukah otakku bertahan disini? Dan mampukah aku keluar dari jalur yang benar? Maksudku, keluar dengan menyandang status sarjana, bukan keluar karena drop out.

Yaah, semoga saja otakku kuat menghadapi kenyataan ini. Semoga aku bisa bertahan dengan baik di kampus ini. Semoga kelak aku bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Masih banyak ‘semoga-semoga’ lain yang sekarang ada di otakku. Dan aku berharap semua itu jadi kenyataan.

*****

to be continue...
 
Belum ketebak cew yg bkl deket ma prana, anis dan vidya blm ada yg berkesan.
 
Bimabet
Asli kersa banget nukilan nyaaaa.


Itu senior habiss makannn jengkol banyak kali prana
Kwkekek.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd