Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengalaman masuk SMA

Manakah karakter kesukaan anda? -tiga pilihan-

  • Aryo si anak baru masuk SMA

  • Rina yang baru sekali ana*

  • Bapak Aryo, tokoh tanpa nama

  • Tante bule yang misterius

  • Fahrissa kakak Aryo

  • Mama kandung Aryo yang kayanya doyan eksib


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.

re_semprot00

Adik Semprot
Daftar
13 Dec 2016
Post
138
Like diterima
122
Bimabet
maafkan nubi coba nulis cerita fiksi:ampun:Segala kesamaan mungkin disengaja, jika kurang berkenan mungkin bisa PM agar tidak ada PK diantara kita.
part 1,2,3,4 di halaman 1.
part 5
part 6
part 7 dan part 8 part 9
part 10 dan part 11 part 12

part 13 page-6 dan page 7
part 14 (2part) page 8
part 15 page 9


new update terbaru 15, 2 Feb

Part 1
POV Aryo orang pertama, tokoh utama, ganteng, tajir, tinggal di rumah lantai dua bertiga ama bapaknya.

Saat melihat pengumuman masuk SMA, aku cukup kecewa karena aku hanya dapet pilihan ke lima. SMA itu jelas bukan pilihan yang baik sebab aku mengisinya karena iseng saat bertanya sekolah kepada papaku. Papaku sendiri yang anak rantau ternyata menuliskan SMA dekat tempat kami tinggal dulu. Kalau mengingat itu aku cukup menyesal karena SMA itu terletak cukup jauh dari rumahku saat ini.

Setelah mendaftar ulang bersama ayahku, pulang dari sekolah papa terlihat bernostalgia ketika melihat pemandangan sekitar selama perjalanan. Ia banyak termenung memandang kejauhan seakan sedang mencari seseorang disana. Namun melihatnya tenggelam dalam lamunannya, aku dan mama Rina ibu tiriku memutuskan tidak menganggunya.

Mama Rina, biasa aku memanggilnya, adalah istri kedua ayah yang memiliki beda umur lebih dari hampir tujuh tahun. Saat itu, mama Rina adalah seorang karyawan papa pada bisnis properti kami yang cukup berkembang. Kedekatan keduanya timbul juga mungkin karena aku. Mama Rina sering menjagaku kala bermain ke kantor ayah sehingga ayah dapat melihat sisi keibuan darinya. Terlebih ayah membutuhkan istri baginya terutama dimasa-masa ayah membutuhkan sokongan setelah gagal dengan pernikahan pertamanya.

Aku kini memandang mama Rina dan membandingkannya dengan saat pertama kali kami bertemu. Saat itu mama Rina benar-benar masih sangat kurus. Aku ingat saat ia memiliki tungkai ramping juga dada yang masih tumbuh. Rambutnya yang dulu tergerai panjang kini dipertahankan dalam potngan rambut sebahu yang mengembang. Setelah sebelas tahun kami bersama, mama Rina telah tumbuh berisi seiring dengan kemapanan kami yang juga terus tumbuh.

Tokednya telah tumbuh dari 34A menjadi 36C yang baru ku ketahui belakangan ini setelah menemaninya belanja pakaian dalamnya tempo hari. Bahkan pinggul dan pahanya pun telah menjadi sedikit gemuk dan berotot hasil dari fitness yang dilakukan di apartemen milik kami. Meskipun wajahnya masih terlihat sama, namun kedewasaan telah meresap dalam ekspresinya.

“eh apaan sih liatin mama Rina...” ucap mama Rina padaku.

“eh? mama Rina cantik...” ucapku coba memuji.

“eee... anak mama udah berani muji cewek ya... aduh perasaan kemaren masih ngompol...” ucap mama Rina tersenyum genit.

“eh? wah kalau begitu ma... kita musti siap-siap kalau Aryo bawa cewek ke rumah nih...” sahut papa ikut nimbrung.

“Eh begitu? Tapi Aryo jangan deket-deket ini ya bawanya...” sahut mama Rina menanggapi papa.

“nanti mama berasa tua hehehe”

Ucapan mama Rina membuat kami semua tertawa mendengarnya.

***

Hari itu, setelah pendaftaran ulang, Ayah kemudian tidak kembali ke rumah selama dua hari. Meninggalkan mama Rina menangis sendirian di kamarnya. Namun ketika aku bertanya mengenai alasannya, mama Rina hanya tersenyum. Namun di suatu pagi, mama tiba-tiba berkata

“mama waktu itu menangis karena bahagia... yo... buat kamu...” ucapnya tersenyum dengan tatapan sedih.

Malam itu aku mendengar erangan dan desahan wanita dari arah luar kamarku. Ini baru pertama terjadi selama aku tinggal disini. Awalnya aku mengira, itu terjadi karena papa dan mama Rina sudah berbaikan setelah bertengkar cukup parah. Timbul keinginanku mengintip keduanya. Sebagai anak, aku takut juga kalau tiba-tiba mereka pisah. Untuk itu, aku mengendap-endap menuju ke ruang tengah. Salah keduanya, jika seorang pemuda remaja menjadi penasaran setelah mendengar desahan-desahan itu.

Namun ketika aku sampai disana aku hanya menemukan kegelapan yang kosong tanpa sesosok tubuh. hanya ada sofa tv tanpa terlihat tanda-tanda kehidupan kecuali dari cicak-cicak di dinding. Namun suara itu kembali muncul dan ternyata bukan dari berasal dari ruang tengah, melainkan dari pintu kamar papa yang membuka. Hati berdegup cepat mencoba melangkahkan kakiku ke arah pintu kamar papa yang menampakkan siluet cahaya beraneka warna yang berkedip.

Ternyata cahaya berkedip itu dan suara desahan hanya berasal dari sebuah laptop yang menayangkan sebuah video porno dari situs dewasa. Terlihat pemeran laki-laki dalam video itu terlihat seperti ayah sementara si wanita mungkin tidak mirip mama Rina, karena rambutnya berwarna pirang. Aku cukup terpana menatapnya. Tak lama video itu berhenti berputar karena buffer. Sepertinya itulah penyebab kenapa mama meninggalkannya dalam keadaan menyala dan itulah alasannya kenapa suara itu kadang tergendar kadang tidak.

Namun dimana mama Rina? kenapa pintu kamar terbuka?
 
Terakhir diubah:
Part 2

Namun saat aku sedang mencoba memikirkannya, tiba-tiba dari arah dapur terdengar suara orang berlari. Yang kemudian bergerak menutup pintu kamar papa dari luar. Membuatku kaget dan hampir berteriak panik. Namun untungnya pemilik langkah kaki itu ternyata tidak segera masuk ke kamar papa. melainkan bergerak menaiki tangga menuju ke kamarku karena aku dapat mendengar pintu yang membuka.

Untung saja aku telah menganjal guling di balik selimutku dalam upaya jaga-jaga jika aku tidak bisa segera kembali ke kamarku. Setidaknya itu berhasil mengecoh mama Rina. Karena dari tangga aku mendengar suara langkah kaki itu bergerak turun dan sepertinya bergerak menuju ke kamar ini.

“mati aku!”aku panik karena tidak sempat kabur dari kamar papa.

Untung saja tubuhku cukup ramping. Sehingga aku bisa bersembunyi di bawah tempat tidurnya. Hatiku berdegup sangat kencang ketika pintu kamar mulai membuka, terlihat paha dan siluet selangkangan wanita. Sepertinya pemilik selangkangan itu sepenuhnya telanjang. ia berjalan-jalan berkeliling kamar terutama untuk memastikan jendela tertutup rapat. Dari bentuk panggulnya yang bulat dan kencang, aku menduga pemilik tungkai itu adalah mama Rina yang sepertinya sedang dilanda birahi akibat di tinggal papa beberapa hari ini.

Tanpa banyak berpikir, mama Rina mengunci kamarnya lalu berlari naik ke atas tempat tidur. Terdengar nafasnya mulai memburu seiring video yang mulai diputar ulang. Puncaknya, ia mulai meracau dan bergumam dengan ucapan yang tidak jelas. Aku yang penasaran, akhirnya dengan hati-hati merangkak naik mencoba sedekat mungkin dengan tubuh mamaku.

“glek”

Didepan mataku kini terlihat sebongkah terong berdiameter dua ruas jari kelingkingku bergerak membelah tubuh mama Rina. Terlihat memeknya bergerak lahap menelan terong itu menyisakan sisi yang cukup untuk jarinya bergerak menariknya maju mundur. Untungnya mama Rina hanya terfokus pada video itu sehingga ia tidak melihat dibelakangnya anak angkatnya sedang memerhatikan memeknya dari dekat. dan mulai mengeluarkan kontolnya dari balik celana.

“papa... genjot terus pa... genjot ugh ugh...” ucap mama Rina bergerak memainkan terong di memeknya dengan satu tangannya.

Terdengar bunyi kecipak becek yang berasal dari memek mama Rina. Yang membuat otongku berdiri tidak terkontrol. Karena sudah bernafsu aku pun membuka seluruh bajuku hingga aku bugil di bawah tempat tidur. Sensasi dingin dari lantai mulai merayap di tubuhku namun anehnya, sensasi dingin itu tidak membuat kontolku berkerut.

Entah apa yang terjadi tangan mama Rina yang ia gunakan untuk bermain laptop kini bergerak ke bibir atas memeknya dan memainkan tonjolan kecil yang berada disana. Efeknya nampak sangat menggairahkan karena kini kepala mama Rina rebah sementara pantat nya terangkat menungging. Samar-samar dapat melihat siluet dua toked membusung milik mama Rina kini tergencet tubuh mama Rina sendiri hingga terpenyet ke arah samping. Merasakan geli mama Rina mulai mengusap-uspa tokednya dari arah samping tubuhnya membuat memeknya terpampang bebas.

Otongku atau sudah ereksi penuh membuatku gelap mata. Aku pun mulai berdiri dan mulai membandingkan kontolku dengan terong di memek mama Rina. Tanpa sengaja aku memukulkan kontolku ke terong yang ternyata tidak lebih tebal dari kontolku itu.

“slep”

Terong itu tertelan sepenuhnya memebuat Mama Rina gelagapan sebelum akhirnya bergerak menggeliatkan tubuhnya

“kheluar ... kheluar ... Rina ... kheluar masss”

Mama Rina berkelojotan untuk sekian menit lamanya. Cairan dari memeknya menyemprot kemana-mana seiring gerakan pantatnya yang bergetar. Dan membuat kontolku perih karena terlalu tegang. Setelah mengocok kontolku dengan pelumas cairan memek mama Rina yang baru saja menyemprot ke pahaku aku merasa tidak puas. Akhirnya aku dengan tidak sabar menekan punggung mama Rina lalu bergerak menarik terong itu dari memeknya. Mama Rina akhirnya tersadar lalu mencoba untuk berontak sambil berteriak,

“ehhh shiapa? Papa? Aryo? Ja-janghaaaan”

Laptop mama Rina terguling lalu jatuh keatas karpet membuat semua pemandangan menjadi gelap. Aku tidak bisa merasakan apapun selain kehangatan tubuh mama Rina juga bau tubuhnya yang harum.

“sreettt”

“ja-janghan disana... janghan dishana...” racau mama Rina

“Ahh.. ahh sakit...” tangisnya lirih

Namun aku tidak peduli. Kontolku pun masuk sepenuhnya ke dalam... memeknya? atau lubang pantatnya? Apapun itu aku belum pernah bersetubuh wajar jika aku tidak tahu perbedaan keduanya. Sebenarnya, aku tahu jika tidak boleh egois untuk menggenjotnya saat mama Rina belum terbiasa. Tapi entah kenapa pinggulku sudah bergerak sejak tadi. menggenjotnya dengan irama yang bergerak naik. kenikmatan menjalar kekontolku membuatku panas dingin.

“sakit.. sakiiiit... Rina ga mau di anal... ughhhhh” racau mama Rina seiring genjotanku

“Aryo! Itu kamu kan... Cabut sekarang! ”teriaknya diantara suuara rintihan.

“haryoooo! shhh....”

Aku tidak bersuara aku telah menggigit kausku sendiri agar tidak menimbulkan suara. Setelah mungkin setengah jam menggenjot pahaku mulai merasa pegal. Aku pun segera menarik panggul mama Rina turun sehingga kami bersimpuh di samping tempat tidur. Mama Rina terlonjak dan akhirnya bergerak mendorong tubuhku. Tangannya kini tertindih oleh tubuhnya sehingga tanganku mulai bisa meremas toked ibu tiriku ini. Aku mencubit kedua puting dan memlintirnya lembut takut-takut ibu tiriku lecet.

“shhh... puting Rina kegencet.. janghan- Rina... Rina kheluar...” serunya sambil menjepit kontolku dengan anusnya.

Setelah mengatakan itu mama Rina nampak berhenti berontak bahkan berhenti bergerak walau aku masih merasakan nafasnya memburu.

Disaat itulah terong kembali menggelinding ke dekat kakiku. Aku yang telah dikuasai birahi sepenuhnya kini mengambil terong itu lalu bergerak mencolok memeknya dengan terong besar itu. Akibatnya cukup bagus karena mama Rina kembali mengejang menjepit kontolku. Ia pun kemudian turut aktif dalam pesetubuhann ini dengan menggoyangkan pantantya. Meringankan kerja panggulku.

“Ughhh...” rintihku tertahan.

Tak lama tubuhku bergetar lalu ambruk sambil memuntahkan cairanku ke dalam lubang milik mama Rina. Aku menciumi punggungnyan dan menghisap lubang telinganya. Mama Rina akhirnya bergetar juga dan meremas kontolku dengan anusnya. Lalu mama Rina ambruk tidak sadarkan diri. Aku kemudian membaringkannya di atas kasur miliknya dan bergerak mematikan AC di kamar itu.

Tersadarlah aku bahwa aku sudah melakukan hal yang gila. Aku baru saja menyetubuhi mama tiriku bahkan aku keluar di dalam tubuhnya. Aku jatuh terduduk mengingat kekhilafanku terlebih ketika mengingat bahwa mama Rina mungkin baru saja kehilangan keperawanan lubang belakangnya di tanganku. Karena berharap, orang itu adalah orang lain aku menyalakan lampu untuk memastikannya.

“uhuk” tubuh mama Rina benar-benar sempurna.

Mama Rina kubaringkan dengan kaki mengangkang Puting mama Rina masih terlihat menyisakan warna pink meski hampir semuanya telah berwarna kecoklatan. Dadanya juga masih terlihat bulat meski tidak lagi sepenuhnya kencang. Dibawah perutnya yang yang sedikit berlipat terlihat terong menyembul dari belahan memeknya yang tembem. Namun yang paling membuatku takjub adalah lelehan spermaku di lubang pantatnya yang membuka mengalir membasahi bedcover bercampur dengan cairan berwarna kecoklatan.

Aku pun segera berlari ke kamar mandi mencuci kontolku dari kotoran mama Rina.
 
Terakhir diubah:
Ijin nyimak ceritanya gan......
 
mantap gan... :mantap::mantap:
bikin :tegang:burung ane berontak..
tp pas endingnya :berbusa:..
ada lanjutan nya gk gan..
 
Ijin nyimek gaaan...
Lanjut ken...:D
 
part 3

Aku terbangun agak siang setelah capek menyiapkan berbagai persiapan. Aku membuka lemariku membalik beberapa baju hanya untuk melihat setumpuk kotak perhiasan, uang tunai, buku tabungan, juga sekumpulan pakaian dalam wanita. Tentu saja ini berasal dari kamar mama Rina.

“36B ... udah ga muat, kenapa ga dibuang?"

"Kenapa ga sekalian gw buang?” gumamku bingung.

Aku menyimpan beberapa lingerie yang menurutku seksi sementara untuk pakaian yang menurutku tidak seksi, semalam telah ku bawa keluar rumah dan kubuang di tempat pembakaran sampah kompleks. Mungkin saja para pengemis akan mengambilnya, toh masih bagus. Untuk saat ini, aku mengambil salah satu G-string milik mama Rina dan mengosokkannya di kontolku sebelum bergerak menutupnya kembali.

Setelah beberapa tetes keluar, Aku pun berjalan keluar dan mendapati mama Rina sudah bangun dan sekarang terlihat sibuk di dapur. Terlihat ia menunduk dengan mata sembab tampak ia memakai daster bolong-bolong tanpa lengan yang menonjolkan kedua puting miliknya juga memperlihatkan seluruh kulit pahanya yang putih. Ia terlihat lesu dan pucat bahkan sesekali ia terlihat termenung saat memasak. Saat melihatnya seperti itu tanpa sadar aku mulai menyapanya seakan tidak terjadi apa-apa.

“pagi ma... kok tumben seksi banget?”

“i-iya... ” jawabnya takut.

Aku lalu mengajaknya ngobrol seperti biasa tanpa tentunya menyinggung papa, kejadian semalam ataupun mengenai seks ataupun hal-hal yang menjurus kesana. Cukup sulit karena akhirnya aku keceplosan. Akhirnya suasana menjadi canggung dan kami berdua diam selama beberapa saat sampai mama Rina kemudian berkata lagi kepadaku,

“yo... kamu... punya jaket?”

“eh ada.. kenapa ma?”

“mama hari ini mau belanja... mama ga punya baju...” ucapnya menunduk sebelum mulai memasak lagi.

“kok bisa ma? Bukannya kemarin baru nyuci?”

“semalam kita kemalingan... duit sama semua perhiasan mama hilang... ATM sama buku tabungan juga... kamu ga kehilangan?”

“e-enggak ma... yakin mama kemalingan?”

“i-iya... pas mama Rina bangun, seluruh isi lemari mama berantakan. Semua barang hilang, bahkan pintu depan sama pagar semua ga terkunci.”

“Eh kok bisa ya...”

“ooh kalau gitu ya udah ma... nanti kita kita belanja pake uang aku aja ma...”

“i-iya ” jawab mama Rina mengangguk.

Siang itu aku menemani mama berkeliling berbelanja beberapa baju. Anehnya mama Rina mencari beberapa potong baju ala anak muda juga beberapa gaun yang terkesan anggun. Tidak satu pun dari pakaian itu menampakkan sosok mama Rina yang kukenal simpel. Atau mungkin inilah mama Rina yang sesungguhnya? Sebelum aku bertemu dengannya? Entahlah aku tidak dapat mengingatnya karena saat itu aku masih sangat kecil. Yang jelas, mama Rina sangat senang meski dari celana legging ketat yang mencetak belahan memek, aku bisa melihat ujungnya mulai basah.

Tidak terlihat mama Rina memilih pakaian dalam. Kalaupun ada yang mirip mungkin hanya bikini beraneka rupa yang ia beli dengan ukuran beraneka ragam. Meski banyak yang berukuran muat, namun tidak sedikit yang sebenarnya berada satu-dua cup dibawah ukurannya yang sebenarnya. Barulah setelah semua selesai, mama membeli beberapa sport bra juga bicycle pants yang sangat ketat. Tapi tak satupun barang yang kami beli mama Rina pakai terutama bikini-bikini itu.

Menjelang sore, kami berdua beristirahat santai di salah satu restoran besar di lantai bawah hanya untuk menikmati makan siang. Mama Rina lalu bercerita kepadaku bahwa tempat ini adalah salah satu tempat yang ingin dikunjunginya. Ketika kecil ia masih bukan seorang yang berada sehingga saat itu ia hanya mampu melihat dari luar sebelum menuju toilet yang terletak di ujung lorong. Setelahnya, mama Rina mulai kembali tersenyum kepadaku dan mengatakan ia ingin coba mengingat masa mudanya. Masa-masa SMA nya sebelum ia mulai bekerja karena tidak mampu melanjutkan kuliah. Aku hanya tersipu melihatnya karena putingnya mulai nongol dari balik jaket.

“soal ...” ucap mama Rina tiba-tiba.

Namun sebelum selesai menyelesaikan kalimatnya, mama Rina terburu-buru bangkit dan memintaku menunggu. Sambil memegangi perutnya dengan sedikit berlari ia berjalan menyusuri lorong menuju arah toilet yang baru saja diceritakannya. Aku kembali menyeruput kopiku sambil melihat sekeliling terutama tumpukan menu yang terpajang diatas meja. Bagaimana pun aku merasa cukup lapar. Dan memutuskan memilih makanan berat. Tapi puting itu... Apa ia menggodaku?

Setengah jam aku menunggu, mama masih belum kembali dari toilet. Aku melihat dua steak yang sudah dingin dihadapanku dengan hampa. Lalu aku beranjak keluar mencari mama di sekitar toilet namun tidak menemukannya. Aku mencoba menelepon mama, namun aku lupa bahwa hape mama kini berada di dalam lemariku bersama barang-barang berharga lainnya. Dengan muka sedikit mesum aku bejingkat-jingkat menuju toilet. Sialnya itu bukan toilet campur.

Hampir saja aku mengetuk di toilet wanita kalau saja mama Rina tidak keluar beberapa saat kemudian. Nampak mama Rina telah berganti pakaian dengan sebuah rok pendek yang baru saja kami beli namun tetap masih memakai jaket yang kuberikan kepadanya sambil menjinjing sebuah kantung kertas.

nampak mama Rina telah berdandan sehingga membuat wajahnya kelihatan lebih muda dan ceria. Namun itu tidak dapat menyembunyikan bekas tangisan di bawah pelupuk matanya. Anehnya, aku juga samar-samar mencium bau matahari dari tubuh mama Rina. Namun karena mama Rina nampak ingin menyembunyikannya aku tidak bertanya lebih jauh. Mungkinkah mama Rina baru menuntaskan hasratnya di kamar mandi?

Setelah membungkus steak dingin itu, kami yang lelah berputar-putar seharian akhirnya memutuskan untuk pulang. Ketika kami menuju parkiran aku dapat melihat cairan bening mengalir turun dari paha ibu tiriku ini. namun karena ia tempat terbuka mana berani aku emnggarapnya, rugi!

“kita putar balik didepan aja ma?”

“eh? gimana kalo naik atas?” ucap mama Rina seperti panik.

“itu putaran balik...”

“tapi..”

Akhirnya setelah perdebatan alot yang konyol mama Rina mengalah dan memutuskan berputar dari putaran itu. Saat kami berputar aku dapat melihat sebuah komplek pemakaman dan menyadari bahwa mama Rina melirik ekspresiku ketika melihat pemakaman itu. Sehingga aku pun bertanya,

“memangnya ada siapa ma... disana?”

“Ayah mama...” jawab mama Rina bergetar.

***

Hari minggu pagi, tahu-tahu aku mendapati bahwa papa sudah duduk di meja makan sambil membaca koran. Terlihat mama mengenakan rok pendek dan baju kaus ketat dalam balutan celemeknya ia bergerak lincah menumis masakan kesukaan ayah. Ditengah senandung mama Rina bernyanyi, Ayah mendengar bunyi langkahku, ia lalu melipat korannya dan mulai menyapaku.

“Ar-aryo bagaimana tidurmu?”

“pa-papa...”

“maaf sejak hari itu papa banyak urusan...”

“bagaimana dengan kemarin? Semua lancar?” lanjutnya

“eh... a-apa?”

“hari pertama di sekolah?”

“ah ah i-iya... semua lancar...”

“urusan papa sendiri lancar?”

“I-iya... be-begini... kemari-, maksud papa kemari untuk mengatakan sesuatu.”

“papa ... rujuk lagi ... rujuk dengan mama... mama kandungmu...”

“dan mungkin papa ingin mengajak kamu... agar mau kembali tinggal bersama... sebagai keluarga. Hari ini”

“uhuk-uhuk”

Aku terbatuk-batuk dan mulai menatap dua sosok orang tua didepanku. Aku melihat Ekspresi papa dan mama Rina keduanya tersenyum meski jelas mata mereka terlihat menunggu ekspresiku. Aku tidak segera menjawab dan mulai mengalihkan pembicaraan. Perhatianku tertuju pada kalung yang mama Rina kenakan. Sebuah kalung berhiasakan permata dengan inisial huruf R.

“ah mama cantik dengan kalung itu” ucapku asal mengalihkan pembicaraanku.

“Iya? Terima kasih...” ucap mama Rina dengan senyum menggoda.

“ha-hadiah baru dari papa?”

“sebenarnya itu hadiah saat makan malam pertama kami” ucap papa menggeleng.

“a-aku baru lihat...” ucapku gugup.

“soalnya selalu mama Rina simpan di kotak perhiasan mama...”

“Degg” jantungku berhenti berdetak.

Melihat ekspresiku canggung, papa kemudian berkata

“Dan mungkin Aryo... mungkin kamu mau bersiap? Karena papa dan mama Rina akan menemui mamamu”

Untung papa segera mengalihkan pembicaraan. Namun aku yang sedang syok malah membawa percakapan kearah yang aneh.

“Ru-rumah ini?”

“Akan ayah kontrakkan atau jual jika ternyata diperlukan”

Aku merasakan tubuhku mulai bekeringat tapi aku bisa melihat belahan dada mama Rina masih turun menandakan dia masih tidak memakai BH. tapi aku masih merasakan sesuatu yang janggal. Sehingga tubuhku mulai berkeringat dan juga gemetaran. Apalagi, pagi ini aku sudah sengaja menyiapkan rencana untuk mama Rina. Aku telah menunggu dua hari, dua hari! hanya untuk mengumpulkan peju yang sudah g-string mama Rina kuras habis.

Sialnya, bukan pemuasan yang aku dapat pagi ini melainkan ketakutan yang membayangiku. Saat aku beranjak bangkit, tak sengaja aku menyenggol gelas milikku dan membuatnya jatuh terguling diatas lantai, pecah!. Melihat itu, aku secara reflek bergerak mengambil pecahan gelas yang berserakan. Dan mama Rina pun bergerak membantu.

Ia mulai berjongkok disampingku sehingga aku bisa mencium bau parfumnya yang menggoda. Sialnya meski ia berada dalam jangkauan dekapanku, aku masih tidak dapat mendekapnya. Setidaknya, aku bisa melihat rok mama tersingkap memperlihatkan pahanya yang putih. Aku mulai mengintipnya seperti kemarin untuk melihat pertumbuhan bulu-bulu halus, memek mama. Namun hari ini aku tak bisa elihat tonjolan-tonjolan hitam itu. Mama Rina hari ini telah dalaman berupa G-string kendor dan basah berwarna merah yang agak menggelembung. Aku mengenalinya terutama pada tali karet yang sudah kubuat kendor itu. Aku mulai merasa sulit bernafas dan pandanganku mulai gelap. Aku jatuh pingsan.

***
 
Terakhir diubah:
part 4. POV Aryo orang pertama.

Satu jam kemudian aku terbangun di kamarku. Nampaknya, mereka berdua bergerak mengangkatku kembali ke kamarku karena aku mendadak pingsan di dekat meja makan. Setelah kesadaranku pulih termasuk atas segala memori kejadian di meja makan tadi aku segera bergegas bangkit dan membuka lemari untuk mencari kotak perhiasan berbahan bludru. Benar saja, kotak tidak lagi penuh seperti sebelumnya meninggalkan celah-celah kosong untuk anting-anting dan mungkin juga kalung. Kalung bentuk R itu pasti jelas berasal dari kotak ini.

Selain beberapa perhiasan, buku tabungan, surat-surat berharga maupun semua uang kontan kini juga tidak lagi berada dalam lemariku. Anehnya semua pakaian dalamnya masih ada kecuali, sepotong G-string merah yang biasa kupakai saat membayangkan mama Rina. Benda itu sebelumnya kuletakkan terpisah namun kini juga hilang bersama barang berharga rumah ini. nampaknya Seluruh kamarku telah digeledah habis.

Aku berkeringat dingin, dengan marah aku melempar tumpukan pakaian dalam mama keatas tempat tidur. Namun tiba-tiba semacam gelas plastik jatuh bersama tumpukan pakaian dalam itu. Kau melihat benda itu memiliki tonjolan yang terbuat dari karet lembut seperti kulit dan memiliki lubang yang tembus sampai ke belakang mirip sebuah pipa. Dari bagian atas yang terlihat seperti bibir, terselip secari kertas. Aku menariknya lalu membacanya dengan muka pucat.

maaf ya bongkar kamar Aryo pas Aryo lagi ke sekolah. tapi kalau papa kamu mungkin pulang itu pasti yang papa kamu minta pertama kali. Makasih udah coba buat ini seperti ga pernah terjadi –Rina-

PS: g-string aku sita. ganti pake itu aja. Awas lecet atau jamuran.

***
POV mulai memakai orang ketiga KEPO. biar lebih panas

Samar-sama Aryo dapat mendengar suara-suara dari luar. Suara percakapan dari mama Rina yang sedang berbicara dengan papanya. Dengan sedikit menempelkan telinganya didepan pintu Aryo dapat mendengar percakapan mereka dengan jelas.

“pa kayaknya Aryo ngeliat g-string aku ampe pingsan deh...”

“eh? kamu kok begitu? bukan karena syok?”

“eh begitukah?” jawab Rina berkerut.

“iyalah...”

“ih sekarang aja peluk-peluk. disana aja ga sempet inget yang disini”

“I-itu...”

“Iya aku ngerti... sebagai istri yang ga bisa ngasih anak buat kamu... ”

“jangan ngomong begitu rin... kamu juga sah dimata hukum... ini salah mas...”

“tuh kan mas manggilnya udah mulai panggil nama...”

“habis kamu pake bajunya kaya anak muda sih... mas jadi bawaannya gemes. lupa kalo udah ga pacaran lagi hehehe”

“hihihi kaya dulu apaan? dulu juga ga romantis begini... Ngomong-ngomong adek mas bangun nih... sana jauh-jauh”

“ughhh kok kamu jadi nakal sih? ngomong aja jauh-jauh kontol mas masih di remes begini ga dilepas...”

“iya, kontol mas tinggalin disini aja... kalo mas nya hihihi kelaut aja boleh”

"Asal ditemenin ke lautan birahi mas mau dek..."

“Ih udah istrinya di tinggalin ama anaknya yang kontolnya gede, masih minta jatah?”

“rin– eh, istriku... kamu ngomongnya panas banget kalo Aryo denger gimana nih? ”

"Gimana ya...."

“Ajak maen bareng aja... aku kan bukan ibunya...”

“hushh”

“hihihii mas ngomongnya gitu, tapi kok tambah tegang?”

“sret-sret”

lalu Aryo dapat mendengar suara-suara seperti kain yang terbuka dan dengus nafas papanya meski ia masih berada dikamarnya. Seakan-akan kedua orang tuanya sedang berada di balik pintu dan bukan di ruang tengah.

“Eh? Rin-rina.... kamu mau bugil disini? eh? kok kamu ga pake BH? ”

“Aku buang semua BH aku kemarin... hihihi...kalo kamu ga pulang-pulang, aku mau maen aja ama yang ada."

"anak kamu kayanya bisa mas sama aku...”

“Ih! Rina!”

“hihihi kontolnya udah segede kamu lho...”

“Eh? kapan kamu liat?”

“kamu ninggalin istri muda cantik sama anak dengan kontol gede...”

“kok jadi aryo terus? Kapan kamu liat?”

“Aku jadi ngayal ama dia mas... kuatan mana ya, ama bapaknya?...”

“mmmphh”

“rina shhh”

Lalu kemudian terdengar suara tv mulai dinyalakan dengan keras sehingga tidak lagi terdengar suara-suara dari ruang tengah. Namun suara itu juga membuat. Aryo dapat dengan mudah menuju ruang tengah tanpa ketahuan. Sesuai dugaannya Aryo melihat dua orang bergumul di atas sofa.

Seorang pria buncit menindih seorang wanita hingga toked bulat milik wanita itu terpenyet di dada lelaki buncit itu. Nampak keduanya tidak menyadari kehadiran Aryo yang kini bisa melihat bagaimana kontol ayahnya yang sudah bersarang mulai bergerak keluar masuk memek istri keduanya itu. Aryo pun mulai menyadari bahwa tebal kontol ayahnya itu memang sepertinya memang mirip denganya. Namun berbeda dengan Aryo punya papanya lebih kekar karena memiliki urat-urat yang menonjol. Aryo merasa sedikit minder. Namun tetap tidak beranjak pergi meskipun itu bisa membuatnyasemakin bernafsu dengan mama tirinya ini.

“ma naik...”

tiba-tiba lelaki itu lalu bergerak duduk bersimpuh membelakangi Aryo. nampak ayah Aryo itu ingin menyetubuhi Rina dalam posisi duduk. Terlihat Rina mulai bergerak dengan hati-hati agar penis besar berurat itu tidak sampai terlepas dari memeknya. Nampaknya ia sangat benar-benar merindukan ganjalan pada liang kenikmatannya yang sudah beberapa hari ini hanya di isi oleh terong mentah. melihat itu Aryo merasa lucu dan mulai menggaruk kepalanya. Gerakan itu disadari Rina yang kini membelalak memandang Aryo yang kini sedang berdiri membelakangi ayahnya. Papa Aryo sendiri justru menikmatinya karena mengira itu diakibatkan oleh keperkasaan kontolnya dalam menyentuh rahim Rina.

“ke-kena- mmhpph” ucap papa Aryo tertahan.

“isepin toked aku pa... isep terus sampek keluar susunya...” seru Rina membenamkan kepala suaminya ke dadanya.

Rina takut pantulan sosok tubuh di matanya akan kelihatan oleh lelaki yang sedang birahi itu dan menyebabkan nafsu si istri yang belum merasakan kontol di memeknya tidak tersalurkan. Namun suaminya selama tujuh tahun ini tidak mau begitu saja tunduk kepada perintah istrinya. Ketika ia tunduk maka ia akan membuat toked wanita itu memohon ampun padanya.

“mmphh”

“ahhhh”

Papa Aryo bergerak menjilat dan menghisap toked Rina dan menjilatnya lembut membuat Rina blingsatan. Namun disela-sela kenikmatan itu, Rina masih mencoba mendelik kepada Aryo dan menyuruhnya kembali ke kamarnya. Aryo nampak tidak menggubrisnya. Ia malah mengeluarkan kontolnya dan mulai mengocoknya didepan mata Rina. Rina yang terkejut mulai meremas kontol papa Aryo lebih keras dari sebelumnya.

Rina mulai ketakutan. Namun ia merasakan sensasi aneh yang membuat persetubuhannya semakin nikmat. Karena jepitan memeknya akibat ketakutan membuat dinding vaginanya semakin merasakan sensai gesekan urat-urat menonjol dari kontol setebal 4.5cm itu. Namun Rina yang sedang kalut tiba-tiba teringat hari dimana ia memohon ampun didepan kubur kedua orang tuanya yang dulu tidak sempat merestui pernikahannya. Apalagi ketika ia mulai tergoda berselingkuh dengan Aryo yang menurutnya masih muda dan gagah.

Lalu Rina juga mulai mengingat bagaimana selama dua hari ini ia menghindari anak tirinya itu. Untuk membuat dirinya tidak lagi memikirkan seks yang tidak tersalurkan. Rina memutuskan memesan peralatan seks karena tidak tahu kapan suaminya akan kembali. Ia mulai membeli banyak replika termasuk diantaranya replika memek untuk Aryo. Dan replika memek itulah yang kini Aryo genggam di tangannya saat ini. Di hadapan Rina, Anak itu membuat replika seolah-olah replika itu tidak cukup besar untuk menelan kontol Aryo. Rina menelan ludah berusaha menolak. Namun mata sayunya tidak bisa berhenti melihat kotol tegak itu.

Namun ketika Aryo mengisyaratkan Rina untuk bertukar dengan replika itu. Rina yang sebenarnya telah tergoda, hanya membalas Aryo dengan menunjukan cincin kawinnya sambil menatap genit pada Aryo. Rina ingin menunjukan bahwa Rina tetap memilih kontol suaminya dan tidak ada ruang kompromi untuk kontol lain memasuki tubuhnya. Kecuali mungkin tentu saja ketika Aryo bisa membuktikan bahwa Rina salah. Tentu saja pikiran itu tidak disampaikan dan Aryo hanya menganggapnya sebagai penolakan.

“weeek” batin Rina menjulurkan lidahnya dan muali kembali bergerak liar memacu birahinya.

Toked Rina mulai nampak bergetar seiring gerakannya. Namun tidak hanya mendapat rangasangan dari tokednya yang berayun-ayun naik turun itu, sensai gatal dan geli juga datang dari mulut lelaki yang sedang menggumulinya. Gigi itu secara halus menggaruk putingnya, menyedotnya menghisap dan memilinnya kulit-kulit payudaranya. Menimbulkan sensasi ketagihan. Keduanya mulai nampak terburu-buru menuntaskan persetubuhan mereka.

Kaki Rina lalu bergerak memeluk badan suaminya sampai lelaki itu kesulitan bernafas. Suami Rina yang tidak lain adalah papa Aryo menyambut manuver Rina dengan senyum terkembang. Lelaki inimulai melonggarkan syaraf-syarafnya dan memepercepat genjotannya. Ia ingin menghamili Rina atau setidaknya mengisi rahim Rina dengan sperma-sperma yang mungkin tidak pernah mengisi rahim istrinya sebulan ini.

“ughh aku mau keluar juga sayaaaang- ughhh”

“iya! Iyaaa! Aku cinta kamu pa mmmmhh”

Papa Aryo kemudian menggigit leher Rina sebelum nampak berkelojotan juga seperti Rina. Keduanya mengerang bersamaan meninggalkan Aryo dengan mulut menganga. Aryo pun hanya bisa gigit jari lalu kembali kamarnya sambil berusaha mengepaskan replika memek itu ke kontolnya yang masih berdiri. Namun itu tidak bisa memuaskannya karea lubang itu masih sangat sempit untuknya. KOntolnya saja tidak bisa terselip masuk disana.

Setengah jam kemudian, terdengar suara ketukan di depan kamar Aryo.

“lima menit lagi” ucap Ayahnya dari balik pintu.
 
Terakhir diubah:
satu lagi cerita keren luput dari pantauan ....
 
Saran ane nih suhu, pindahke sub cerbung aja sebelum di hapus sama momod mimin, suhu pm aja ok wil buat mindahin thread nya, sayang cerita bagus gini di hapus suhuu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd