Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengalaman masuk SMA

Manakah karakter kesukaan anda? -tiga pilihan-

  • Aryo si anak baru masuk SMA

  • Rina yang baru sekali ana*

  • Bapak Aryo, tokoh tanpa nama

  • Tante bule yang misterius

  • Fahrissa kakak Aryo

  • Mama kandung Aryo yang kayanya doyan eksib


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
part 6 side story-POV orang ketiga serba tahu.

Namanya Fahrissa. Saat itu sepulang rapat MOS (bertepatan dengan kepergian papa Aryo), ia kaget karena ada seorang laki-laki buncit bertamu dirumahnya. Wajah laki-laki itu terlihat baik. Namun Icha sudah cukup banyak melihat kejadian seperti ini, tidak bisa percaya begitu saja. Dalam setiap kejadian yang ada dalam memorinya, semuanya selalu sama mengincar mamanya.

Umumnya mereka ingin menjadikan mamanya seorang wanita penghibur. Bahkan untuk urusan itu pria-pria buncit itu selalu saja menggangu jalannya bisnis yang mamanya kerjakan. Entah itu menakut-nakuti para pelanggan, menakuti para penyuplai barang dan bahkan menawarkan sejumlah uang dengan kontrak yang menjebak. Untungnya mamanya cukup pintar dan bisa menghindari cengkraman mereka.

Tapi kadang pula ada beberapa laki-laki yang ingin meminangnya. Sayangnya, percobaan keduanya juga berakhir gagal. Saat Fahrissa berumur sepuluh tahun, ia selalu mendapati luka-luka baru di badan ibunya. Bahkan yang lebih parah ketika Fahrissa terbangun dari tidurnya, ia melihat ibunya dikelilingi 4 orang pria yang semuanya menyuruh mamanya mengulum kemaluan mereka.

Untung saja mama Fahrissa saat itu menangis. Sehingga Fahrissa lalu mengetahui ada sesuatu yang salah dengan itu dan bergerak mengambil sapu dan memukul orang-orang itu. Setelahnya mamanya kemudian bercerai lalu keduanya lari sampai tinggal bekerja di rumah khusus kos wanita.

Namun yang Fahrissa bisa ingat,pengalaman itu juga sangat buruk. Suami dari pemilik kos itu sangat suka menjamah tubuh mamanya terutama pada pantatnya yang bulat. Bahkan terkadang jari-jarinya mencoba menusuk lubang-lubang yang berada di bawah tubuh mamanya itu. Mamanya kadang menerima semua itu dengan pasrah karena kos wanita ini memberinya uang cukup untuk kehidupan mereka berdua dan tentunya sekolah Fahrissa.

Namun saat dia beranjak memasuki SMP hal buruk bahkan menjadi semakin buruk. Suatu malam seseorang bergerak menindih tubuhnya dan mengulum-ngulum puting susunya membuat Fahrissa kegelian. Hampir saja orang itu bergerak menjebol keperawanannya. Kalau saja mamanya tidak kembali membawa seluruh warga kos. Dengan brutal mereka menghajar pemilik kos itu dan membuatnya jera. Namun sebagai gantinya ia dan mamanya di usir dan nayrisi terjebak dijalanan.

Untungya salah seorang penghuni kos, memberi tahu pekerjaan sebagai penjaga toilet umum stasiun. Yang menyenangkan dari itu adalah karena mamanya lebih banyak duduk maka tidak ada lagi yang bisa menganggunya atau coba menjamah tubuh mamanya itu. Bahkan mereka juga dilindungi oleh beberapa karyawan stasiun itu yang iba kepadanya. Dan semua kejadian itu mulai berubah lebih baik seiring waktu.

Fahrissa yang saat itu duduk di kelas tiga SMP, akhirnya merasa senang karena bisa fokus dalam menghadapi ujiannya. Dan kini memulai lembaran hidup barunya di SMA. Ia mulai terlibat aktif dengan kegiatan-kegiatan yang ada, organisasi-organisasi dan bahkan mengikuti kegiatan OSIS karena menurut teman-temannya itu bisa membuka peluang kerja yang lebih besar dari sebelumnya.

Dan selama setahun itu pula kegiatannya selalu sama. Pagi ia pergi bersekolah dan sepulangnya ketika tidak ada kegiatan lain ia menyempatkan membantu ibunya menjaga atau membersihkan toilet stasiun itu. Selain agar ibunya tidak kebauan, namun juga untuk membuat orng-orang mau memberikan uang lebih.

Disela-sela kesibukannya, Fahrissa selalu menyempatkan belajar, di sela-sela pelajaran sekolah, atau ketika pekerjaannya membersihkan toilet selesai. Fahrissa tidak bisa belajar dirumah karena setiap malam mereka tidur dalam kegelapan untuk menghemat pembayaran listrik rumah kontrakan mereka yang hanya berisi tiga ruangan yang hanya dipisahkan sekat triplek.

Namun kali ini apakah mamanya tidak cukup jera? Berbicara dengan orang yang mungkin baru dikenalnya di stasiun. Sebab dari kenalannya di stasiun, mamanya meminta izin untuk suatu keperluan dan sepertinya mendesak. Namun yang jelas mamanya terlihat bersama seorang laki-laki yang baru terlihat hari itu.

Tanpa basa-basi Icha berlari kerumahnya takut terjadi apa-apa dengan ibunya. Dan kini melanjutkan awal cerita, Fahrisa tanpa bertanya lagi bergerak mengambil tasnya dan memukul pria buncit itu tanpa kenal ampun. Sambil berteriak,

“pergi! Pergi! Kami ga butuh uangmu!”

“eh?”

“bu-bukan ... i-ini ga seperti yang kamu pikirkan...” teriak mamanya histeris.

Namun Fahrissa tidak berhenti memukulnya dan berusaha menjatuhkannya. Melihat itu mamanya mulai menarik tubuh putri satu-satunya itu dan bergerak menahannnya.

“Icha, stop... dia- dia papa... papa kamu...” lanjut mamanya frustasi.

Fahrissa pun kaget mendengar ucapan mamanya. Namun setelah ia mencerna kata-kata mamanya perempuan ini kembali memukuli ayahnya.

“kenapa.. kenapa kau kembali!” seru Fahrissa brutal.
 
Terakhir diubah:
Wahahah icha emosi :Peace:

Miris banget hidupnya icha, suhu kejaaaaam:galak::galak::galak:
 
Timelinenya makin loncat2 hu.... Tiap part kyk gk berhubungan... Walaupun sebenernya berhubungan...
- Kyk yg hbs papanya bilang 5 menit lgi ya... Trus tiba2 kok udh di apartemen... Harusnya diceritakan aryo ke apartemen siapa trus mau ngapain?
- Trus yg pas nyeritain fahrisa itu siapa? Klo dia itu si wanita berbaju lusuh yg di apartemen seharusnya diperkenalkan dulu namanya pas kenalan sm aryo...

Maaf suhu klo kripiknya kurang berkenan :ampun:
 
Timelinenya makin loncat2 hu.... Tiap part kyk gk berhubungan... Walaupun sebenernya berhubungan...
- Kyk yg hbs papanya bilang 5 menit lgi ya... Trus tiba2 kok udh di apartemen... Harusnya diceritakan aryo ke apartemen siapa trus mau ngapain?
- Trus yg pas nyeritain fahrisa itu siapa? Klo dia itu si wanita berbaju lusuh yg di apartemen seharusnya diperkenalkan dulu namanya pas kenalan sm aryo...

Maaf suhu klo kripiknya kurang berkenan :ampun:

Haha ceritanya emang dibikin gitu hu... biar ga ketebak. Percobaan dimari dulu, d "thread" atau update selanjutnya mau di bikin samar. Udah kok tttg kepindahan mereka di part 2. kan bapaknya bilang mau pindah ke tempat emaknya. rumah yang lama mau di kontrakin/ jual... soalnya bapaknya takut skandal. Kalo apartemen kan sendiri-sendiri ga saling kenal hu. tinggal bareng dua istri?
 
Hmmm...
Kemana ajah ayahnya si icha ini??
Sampai gede si icha gak tahu ayahnya siapa..
Kasihan nasibmu nduk..
 
Haha ceritanya emang dibikin gitu hu... biar ga ketebak. Percobaan dimari dulu, d "thread" atau update selanjutnya mau di bikin samar. Udah kok tttg kepindahan mereka di part 2. kan bapaknya bilang mau pindah ke tempat emaknya. rumah yang lama mau di kontrakin/ jual... soalnya bapaknya takut skandal. Kalo apartemen kan sendiri-sendiri ga saling kenal hu. tinggal bareng dua istri?
btw ntar ada hubungannya ga sama si negro sama si tante bule... ?
 
Tangan Aryo mulai lincah mengunting kesana kemari menjelajah semua perlengkapan memotong satu persatu pita rumbai emas, potongan karton dan pernak-pernik perlengkapan pesta yang ada dalam plastik. Setengah jam kemudian jadilah jadilah pakaian karnaval ala Rio de Janerio dan bukan Tuban karena bentuknya yang vulgar.

Aryo kini bertelanjang dada, dengan dililitkan pita rumbai emas sebagai syal untuk menutupi dadanya yang bidang. Di kepalanya terpasang topeng yang menutupi setengah wajahnya, karena Aryo merasa kesulitan bernafas ketika ada karton menutupi hidungnya. Sementara di pinggangnya kini terlilit rok berbahan kaos yang ia kencangkan dengan tali rafia. Aryo merasa ia di MOS satu hari lebih cepat bila dibandingkan anak SMA lainnya.

“hhmmph” suara wanita dengan daster lusuh itu mencoba menahan tawa.

“Huh... maaf deh... kalo aneh... tapi jangan ketawa dong mbak.”

“hihihi... ga kok mas, mas lucu udah keren begitu... trus mas mau pulang begini?”

“ga lah! ”hardik Aryo merasa dibully.

“eh?” ekspresi wanita itu berubah takut.

Melihat itu Aryo menarik nafas panjang dan berkata,

“ma-maaf banyak kejadian yang bikin kesel hari ini...”

“Oh begitu... trus mas mau kemana?”

“ambil koper kayanya... di parkiran... mbak mau nemenin?” tanya Aryo pasrah.

“Oh.. ngg boleh deh mas...”

Keduanya lalu tidak berjalan menuju parkiran, melainkan bergerak naik membawa beberapa kantung plastik dan juga kotak-kotak yang sepertinya berisi makanan. Aryo memutuskan membantunya terlebih dahulu karena barang-barang yang dibawa gadis itu sangat banyak. Terlebih karena satpam-satpam gaji buta itu tidak terlihat dimana pun. Sehingga otomatis barang-barang itu harus dibawa dalam sekali jalan. Atau begitulah usul Aryo.

Dari obrolan mereka di dalam lift, Aryo memberi tahu bahwa ia akan bermalam di suit nomor 36C. Namun karena ia harus mengurus kartu akses, dia tidak membawa kopernya turut serta, terlebih karena suatu alasan yang tidak bisa Aryo jelaskan. Wanita itu mengerti dan mulai bercerita banyak tentang dirinya. Bahkan mungkin terlalu banyak.

Dari mulutnya sendiri, Aryo mengetahui bahwa nama wanita itu adalah Icha. Dia juga baru pindah beberapa hari ini bersama Ayah dan ibunya. Dia tinggal di lantai 28 dengan nomor suit F. Katanya, rumah barunya bahkan lebih besar dari rumahnya sebelumnya, bahkan dengan dua lantai sehingga terasa lega. Padahal Aryo sendiri tahu bahwa suit apartemen adalah sesuatu yang minimalis. Aryo sepertinya paham kondisi keluarga Icha adalah seperti seorang keluarga yang tiba-tiba kaya. Wajar jika bajunya seperti pembantu. Ah, mengingat itu Aryo merasa malu karena menyebutnya pembantu dan wajahnya memerah. Meliha itu, Icha segera berkata kepadanya,

“kenapa?” tanya Icha sambil menggaruk belakang kepalanya.

“e-enggak...” jawab Aryo mencoba tidak menjawabnya.

“Oh...” balas Icha dengan wajah tersipu-sipu.

“drrrrtt.... trek.”

Mendadak suasana gelap dan lampu mendadak mati. Aryo dengan cepat bergerak memeluk wanita didepannya karena takut lift akan jatuh seperti yang terjadi di film-film bru** w****e. Aryo memeluk sangat erat sehingga wanita itu dapat merasakan ketakutan Aryo. Dan dengan cepat ia berkata,

“enggak- enggak apa-apa mas... hihihi- ughh”

Suhu tubuh Aryo perlahan naik dalam kegelapan. Tangannya entah bagaimana mulai menjelajah nakal dan mengelitik punggung wanita itu. Icha pun menggelinjang dan nafasnya pun mulai tidak beraturan. Dan secara reflek, ia mulai balas memeluk dan menjatuhkan semua plastik yang di jinjingnya. Dalam kegelapan lift tanpa penerangan nampak keduanya mulai saling meraba untuk mengetahui posisinya masing-masing, posisi-posisi dari organ yang memberikan kenikmatan.

Mulut Icha mulai menelusuri tengah dada dan bergerak naik menuju kepala pemuda itu . Sementara Aryo sendiri nampak diam menunggu Icha mencapai mulutnya sebelum menciumnya dengan ciuman yang panas. Namun karena minimnya pengalaman Aryo ciuman mereka mungkin hanya berupa pagutan bibir saja. Namun bagi Icha yang baru sekali di cium ketika kecil , membuatnya menikmati percumbuan ini. Apalagi dengan sensai geli dari pita rumbai-rumbai yang melilit dada Aryo menggelitik kulit dadanya yang tidak sepenuhnya tersembunyi.


Lima belas menit kemudian, keduanya tidak lagi bercumbu dan jatuh terduduk karena merasa kekurangan oksigen dalam lift tertutup itu. Udara lift mulai terasa lembab dan panas akibat percampuran berbagai aroma uap makanan juga karena aroma keringat yang menghilangkan gairah keduanya. Untunglah tidak lama setelah itu lampu lift segera menyala sehingga keduanya dapat melanjutkan penggunaan lift dan melanjutkannya ditempat lain.

Kini di bawah penerangan lampu, orang dapat terlihat bekas kemerahan pada dada Aryo. sementara Icha sendiri juga sedikit berantakan dengan tali daster turun mencapai bahunya dan BH biru kini tergeletak di lantai lift sebelum mulai di genggamnya. Di sekeliling mereka terlihat beberapa kotak penyok akibat terjebak percumbuan liar keduanya yang tidak sampai melakukan ekse. Keduanya pun tertawa melihat penampilan mereka satu sama lain. Setelah beberapa saat lift tak bergerak, Icha pun bangkit berdiri untuk mulai memencet angka 28.
 
Terakhir diubah:
Waduuuuhhh.. Bahaya juga tuch waktu di lift listriknya mati..
Tapi jadinya malah adegan mesum..
:cup:
 
Bimabet
Perlahan tapi pasti, menuju SMA juga...





part 8-


“ma-maaf buat yang tadi...” ucap Aryo saat keluar dari lift membawa beberapa kotak berisi makanan yang menutupi dadanya.


“Eh? i-iya...” jawab Icha kikuk.


“udah punya pacar ya...” batin Icha sedih.


Namun kesedihan Icha rupanya terpancar dimatanya. Berbeda dengan sebelum-sebelumnyanya, dimana ia bisa menyembunyikan perasaannya. Kalau sudah menyangkut patah hati, kesedihannya terpancar keluar. Dan membuat Aryo buru-buru melanjutkan kalimatnya mencoba menyelesaikan kesalahpahaman diantara mereka.


“I-ini bukan karena aku punya pacar atau apa... ta-tapi kan kita baru ketemu...”


“dan... mungkin akan jarang ketemu lagi...” ucap Aryo dengan suara sedih.


“ta-tapi kan... kita cuma beda 8 lantai...”


Aryo kemudian menunduk tidak menjawab dan membuat suasana menjadi canggung. Aryo memang cukup dingin terhadap wanita. Standarnya yang memang cukup tinggi dalam menentukan pilihannya, membuatnya sampai saat ini belum memiliki pacar. Sosok yang mungkin ideal baginya mungkin seorang wanita dengan dada besar, dan pantat yang sekal dan sebisa mungkin juga penyayang dan pintar seperti ibu tirinya. Atau mungkin juga karena doktrin kedua orang tuanya lah yang membuat Aryo mejadi seperti itu sejak kecil.


“Aryo kalau cari cewek pilih-pilih ya...” batin Aryo mengenang ucapan mama Rina saat mengajarinya mengerjakan PR.


Aryo pun tersenyum mengingatnya dan membuat icha salah mengartikan senyuman di wajah pemuda tampan itu. Ia berpikir bahwa sudah ada orang lain di hati Aryo dan itu membuat hati Icha menjadi kacau. Pikirannya tidak lagi dapat difokuskannya dan air matanya nyaris tak terbendung. Tangannya bergetar hebat dan dadanya terasa sangat sesak dan perih.


Mungkin memang terlalu sempurna untuknya mendapat segala yang ia mau. Terlalu sempurna untuk dirinya yang selama ini hanya hidup bersama ibunya saja, tiba-tiba bisa memiliki dua orang laki-laki yang bisa diandalkannya. Ayah yang bisa memberinya kebutuhan yang dulu tak pernah terbayangkan olehnya. Dan kini seorang pemuda yag mau repot-repot melindunginya dari pertarungan yang ia tidak bisa menangkan. Apalagi kedua orang itu tampan dan cukup kaya. Tapi entah kenapa ia merasa tidak bisa, tidak bisa menerimanya. Ia tak bisa merelakan Aryo begitu saja.


“Oh iya.. ga apa-apa mas...” ucapnya kemudian berjalan lebih cepat meninggalkan Aryo di belakangnya.


Icha kemudian mengambil kunci dari dalam dompet yang digenggamnya dan bergerak untuk memasukkan kunci itu kelubang kunci. Sayangnya, dengan tangan yang gemetaran Icha gagal memasukkan kunci dan membuat benda berukuran kecil itu jatuh ke atas lantai menimbulkan bunyi gemerimcimg.


Icha pun segera membungkuk mengambil kunci itu. Namun lagi-lagi tangannya gagal mengambil kunci itu pada percobaan pertama, dan mulai meraba lantai untuk mencari kunci itu seakan-akan ia tidak bisa melihat. Dan akhirnya ketika tangannya menyentuh kunci ia malah terdiam. Ia menoleh memandang Aryo dalam keadaan membungkuk dengan mata yang memerah. Aryo ternyata berusah menghindari kontak mata dengannya dan memilih melihat pintu-pintu lain yang sebenarnya tidak menarik.


Nampak mata Icha mulai berkaca-kaca, pandangannya tertutup kabut air mara. Ia pun mulai berjongkok lalu menunduk. Sepertinya dirinya menangis tepat di depan unit apartemennya. Merasakan ia tidak lagi dapat menyembunyikan perasaannya dari pemuda itu, Icha mulai berkata kepada Aryo,


“kita... tetap bisa saling bertemu lagi kan?”


“ja-jangan katakan... tidak.. kumohon...” lanjutnya denga suara bergetar.


“Aku ga bisa janji... karena aku juga tidak tahu... ” jawab Aryo mengambil kunci itu dan bergerak membuka kunci pintu itu.


“ckrek”


Ia sempat melirik toked Icha yang masih berjongkok dan menunduk menutupi wajahnya.. Karena tokednya tidak lagi terbungkus Bh berwarna biru muda itu, puting berwarna merah muda mengintip dari belahan dasternya yang rendah. Aryo tentu ingin segera mencaplok gundukan yang terlihat tidak pernah terjamah itu. Namun Aryo lebih memilih menggeleng dan mulai memutar knop pintu dari unit bernomor 28F itu.


Pintu pun mulai terbuka pelan. Namun yang pertama dilihatnya dari apartemen itu adalah seorang wanita dengan tubuh sempurna berlari naik ke arah tangga tanpa memakai pakaian. Nampak tangan wanita itu mencoba menahan laju dadanya yang bergoyang heboh ketika berlari naik tanpa menghiraukan Aryo yang menatapnya tanpa berkedip. Aryo yang segera melupakan wanita yang dibuatnya menagis di luar dan mulai menjelajah pandangannya mengikuti pergerakan wanita telanjang itu yang kini hanya tersisa pantatnya saja, sementara tubuhnya sudah menghilang ke atas lantai dua.


Anehnya, seseorang tiba-tiba saja menyapanya dengan memanggil namanya.


“Aryo, kamu sudah datang?” ucap suara itu.


“i-iya pa...” jawab Aryo masih mencoba melirik wajah wanita telanjang itu.


Namun Aryo menyadari ada yang aneh dari ucapannya barusan. Dan segera menoleh ke arah orang yang memanggilnya yang tidak lain adalah papanya.


“Eh? papa? Kenapa papa disini?”


“Apa maksud kamu disini? inilah rumah kita sekarang...” ucap papanya membentangkan tangannya lebar-lebar.


“jadi si montok itu mama? Ah maksudku wanita yang barusan itu?” ucap Aryo bingung.


“montok? Ah iya... jangan bicara seperti itu.. ”


“ta-tapi tadi di mobil, papa bilang... tiga enam- Ah!” ucap Aryo tertahan.


Namun sebelum Aryo selesai menyebutkan 36C . Bunyi gesekan plastik menghentikan ucapannya. Lalu Aryo segera berbalik melihat sesosok tubuh sudah ambruk dan bebaring menimpa beberapa plastik berisi makanan dan perlengkapan pesta.


“Ah...” ucap Aryo ketika berbalik.


Namun sebelum Aryo bergerak memeriksanya lagi-lagi papanya bertindak lebih cepat dan bersuara dengan suara keras,


“Fahrissa” teriak papa aryo mendorong tubuh Aryo.


“Fahrissa? ” ucap Aryo nanar.


Mendengar teriakan papa Aryo wanita telanjang di lantai dua berlari menuruni tangga dengan panik. Kali ini dia nampak tidak lagi mencoba menutupi tubuhnya yang membuat tokednya benar-benar bergoyang liar. Ia segera berlari menuju papa Aryo yang kini sedang menggendong gadis muda itu menuju sofa. nampak Aryo hanya bisa melongo melihat mereka. Sampai sebuah suara berteriak


“Aryo! Ambilkan balsem untuk kakakmu!” teriak papa Aryo.






mohon saran dan kripik suhu, sejauh ini part yang paling asyik yang mana? soalnya mulai agak limbung di gaya penulisan. Atau minim waktu buat edit hehehe :Peace:
:Peace:
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd