part 11
POV orang ketiga serba tahu
Terlihat Fahrissa sibuk membolak-balik kertas, memeriksa nama-nama peserta MOS lalu melafalkan nama mereka satu-persatu. Sesekali ia terlihat mengerutkan keningnya ketika membaca nama-nama yang banyak memakai huruf vokal beriringan bahkan mulai mengerutkan bibirnya seperti mulut bebek untuk mengucapkannya. Namun terlepas dari semua itu nampak sekali Fahrissa terlihat seperti sedang bersedih dan para sahabatnya yang juga panitia OSIS juga menyadari itu.
“Ris kamu kenapa?” tanya Reva.
“Engga, engga apa-apa. Emangnya kenapa?” jawab Fahrissa dengan mata nanar.
“Lo aneh banget tau. Apa ga betah ya tinggal di apartemen?”
“Hehehe, ga. Ga tau lagi badmood aja.”
“baru tiga hari pindah udah ga betah? Emang ga ada cowok cowok muda tajir ya? hehehe”
“Udah Rev maaf gw lagi ga mood bahas soal cowok”
Reva yang tadinya hendak berlari menghindar dari Fahrissa, tiba-tiba terdiam menatap temannya itu tidak mengejarnya dan hanya termenung dengan kertas-kertas nama itu. Jarang sekali Fahrissa terlihat suntuk saat membahas cowok. Apalagi terlihat sedih. Biasanya Fahrissa hanya akan mengerutkan keningnya, tersipu malu atau bahkan paling parah dia akan mulai memukul bahu orang yang menggodanya dan mengejarnya sampai Fahrissa merasa puas karena lawannya lebam-lebam (kiasan).
“Ris bener deh lo kenapa... Siapa yang macem-macem sama lo...” ucap Reva segera duduk di samping Fahrissa.
Namun Risa, panggilan Fahrissa di sekolah, tetap tidak menjawab pertanyaan Reva dan membuat Reva tanpa sadar mulai memeluk temannya ini.
“Eeh?” seru Fahrissa panik.
“hehehe gimana udah enakan kan?”
Fahrissa lalu menarik nafas panjang dan mengangguk
“Ya...” jawabnya pelan membalas memeluk temannya ini.
Fahrissa akhirnya kembali tersenyum sambil merasakan tekanan dua dua gunung Reva yang menekan dadanya yang sebenarnya cukup montok juga. APalagi ketika dua gunung kembar mereka saling bergesekan memberikan sensai geli yang menghangatkan tubuh mereka.
Namun sebelum Fahrissa benar-benar dapat menenangkan gejolak emosinya, seseorang tiba-tiba saja tertawa sinis kepada dua orang wanita cantik ini. Tawa itu berasal dari seorang wanita cantik lainnya yang jug berbalut seragam SMA. Namun berbeda dengan Fahrissa dan Reva, seragam cewek satu ini telah dikecilkan sampai-sampai kancing bajunya seakan-akan tidak lagi sanggup menahan dadanya yang yang berukuran sangat besar untuk seumurannya. Selain itu Roknya juga telah dibuat span membuat lekuk pinggulnya dan seluruh paha dan juga betisnya tercetak jelas dari belakang. Anehnya wanita nampak tidak kesulitan berjalan dan bernafas dalam balutan pakaian seperti itu.
“Heh! pagi-pagi udah lesbi aja. Beneran lo ya? Ris, ga doyan cewek?” ucap Wanita itu acuh sambil membetulkan bedak di wajahnya.
Terlihat wanita itu merapikan make-up tebal yang menyembunyikan garis hitam dibawah matanya yang meungkin digunakan untuk menyembunyikan wajah kantuknya. Hal itu juga semakin diperkuat, setelahi wanita ini merapikan bedaknya, mulutnya menguap sambil merentangkan tangannya membuat tubuhnya menggeliat menggoda. Dalam kejadian itu dua kancingnya terlepas mengeskpos sebuah lembah yang mengintip dari balik tanktop hijau yang dikenakannya.
“Maksud lo apa Kar?” tanya Reva balas sinis terhadap wanita itu.
“Ga ada maksud, cuma iseng aja mungkin...”
Lalu kedua wanita ini saling bertatapan dan membuat para laki-laki yang sudah berkerumun mulai berbisik-bisik membicarakan mereka. Tidak hanya mebicarakan mereka, para lelaki itu juga mengabadikan kejadian tadi dalam bentuk 3gp yang berfokus pada lembah gunung yang bergerak naik turun seiring desah nafas wanita dengan kancing baju terbuka itu.
“Lihat-lihat pada berantem lagi!” seru cowok A
“Anjir tuh toked ukuran apa sih? Belahannya mantep banget bikin konak.” Balas cowok B
“pasti rebutan posisi cewek top lagi.” Sahut cowok C tidak mau kalah.
Lalu masih ada cowok-cowok d,e,f bahkan melewati z yang kemudian saling sahut menyahut mencoba memanasi dan mengompori suasana pertengkaran dua lawan satu ini. Kalau mereka beruntung si Karina yang kancingnysa sudah terlepas dua buah ini pasti bisa sampai bugil di lorong sekolah oleh dua cewek lainnya yang posturnya tidak kalah beken.
Sayangnya keinginan mesum mereka tidak terkabul karena tiba-tiba saja salah pria di umur tiga puluhan berlari masuk dalam pakaian olahraga.
“Ada apa ini?” teriaknya dengan wajah galak.
Namun sebelum Fahrissa dan Reva menjawab pertanyaan pria itu, Karina cewek yang tertawa sinis pada Fahrissa dan Reva sudah berlari dan menggelayut manja pada pria paruh baya itu. Tanpa malu-malu ia mendekap tangan pria yang tidak lain adalah guru sekolah itu dan mengesek dadanya yang sedikitnya berukuran 36B itu.
“pak Aryo... mereka sudah mesum pagi-pagi!” ucap Karina manja.
“Eh? begitukah Reva? Risa?” tanya guru itu bingung.
“enggak! Apaan lo cewek kegatelan!” ucap Reva cepat.
namun seperti telah menunggu ucapan Reva, Karina segera tersenyum mendengarnya dan dengan setengah tertawa ia mulai menjawab.
“Eh tau aja Rev....liat nih pak, ada semut jalan-jalan di toked aku. Geli...”
Karina lalu mengarahkan pandangan pria yang kini tengah dipeluknya ke arah tokednya dan menunjuk titik hitam yang bergerak tidak karuan dari tadi. Benar saja titik hitam pada dada Karina merupakan semut hitam berukuran kecil. Bahkan tidak hanya satu, Pria paruh baya itu kemudian juga dapat melihat sedikitnya empat semut hitam lainnya sedang bertualang menggigiti dan menggerayangi dada montok yang sepertinya lexat itu dan membuat bentol-bentol merah yang seharusnya terasa gatal. Melihat itu sontak pak guru itu nampak geleng-geleng kepala sambil berkata kepadanya.
“Astaga! Kamu apain toked kamu Karina? Itu semutnya ga cuma satu!”
“iya nih pak gatel...” jawab karina menggaruk tokednya sambil menarik tanktop yang menutupi dadanya meperlihatkan putingnya .
“Salah aku juga sih pake lotion madu...” lanjutnya mengorek puting itu dan mengambil cairan berwarna kekuningan dari ujung toked miliknya dan mengoleskannya pada bibir pak Aryo yang membuka.
"Manis kan pak? madu liar lho..."
"padahal" lanjut Karina mulai menggigit bibirnya.
Pak Aryo pun mulai bernafas tidak teratur sehingga hidungnya mulai kembang kempis. Dia mulai menjilat bibirnya dan menikmati sensasi madu susu liar yang membuatnya tidak lagi menyembunyikan tonjolan celananya yang sudah meulai membayang seukuran hape berukuran kecil.
"Aku mau tahu apa yang kira-kira liar lagi pak..." bisiknya kemudian sambil menarik tantktopnya lebih lebar dari sebelumnya sehingga mungkin sebongkah kepala bisa menyelip masuk kedalamnya.
Tentu saja seluruh kancing kemeja Karina sudah terbuka sehingga semua cowok yang sibuk merekam tubuhnya kini tidak sabar mengangkat tangannya dan mulai menggesek-gesek kedua tangan mereka ke arah selangkangan mereka. Sialnya, kalau saja mereka tahu dan cukup berani mendekat, orang-orang mereka dapat mengetahui bahwa Karina ternyata tidak mengenakan BH atau bahkan dalaman sama sekali. Sehingga otomatis kalau mereka berdiri dalam posisi guru bernama Aryo itu, mereka pasti bisa meilhat tampak utuh dari toked putih mulus berukuran B yang sudah tegang dengan puting kecil yang berwarna gelap kontras dengan keseluruhan warna kulit milik wanita bernama Karina ini.
Pak Aryo kemudian benar-benar tidak lagi sadar dengan norma peraturan dan akhinrya nekad bergerak ingin menjamah toked harum manis milik wanita yang secara terang-terangan menggodanya. Untung saja suara bel sekolah tiba-tiba berbunyi segera menghentikan aktivitas Pak Aryo dan juga mereka yang sepertinya terhipnotis oleh birahi Karina mulai tersadar.
“Cih!” maki Karina segera berlari menuju toilet dengan selangakangan yang basah.
Sementara pengeras suara sudah membunyikan hal lain.
"Kepada Panitia penyambutan adik-adik baru, harap berkumpul agar kegiatan bisa segera dimulai"
***