Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG PENGIKUT ALUR (A SLICE OF LIFE & SEX)

Bidadari pendamping Yas favorit suhu di sini?

  • Inne

  • Dita

  • Ojay


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
7

“Dakkk…,” suara ban dan shockbreaker depan motor yang terperosok ke dalam lubang yang cukup besar, namun tak begitu dalam. Sehingga membuat laju motor terhenti seketika. Untungnya laju motor pelan sehingga tak menimbulkan kerusakan apapun selain suara shockbreaker yang cukup keras.

“Eh, Dit! Kamu gak apa-apa? Maaf, Dit. Ga keliatan lubangnya,” ucap Rendy yang langsung menengok ke belakang.

“Nggak, A. Untung ga jatoh, cuman kaget aja,” jawab Dita yang mundur ke belakang karena payudaranya sangat menempel sekali dengan punggung Rendy.

Antara merasa bersalah dan merasa enak Rendy bimbang dibuatnya. Karena kekenyalan payudara Dita juga sebenarnya yang menyebabkan Rendy hilang fokus dan tak memperhatikan trek jalanan yang terjal. (Vangke emang Rendy🤣).

Berkali-kali Rendy meminta maaf atas kecerobohannya. Lagi-lagi Dita memaklumi karena trek jalanan yang licin yang bisa membuat slip ban kapan saja.

“Bentar lagi ini nyampe, Dit,” kata Rendy berusaha menghilangkan suasana gugup.

“Iya, A. Bentar lagi,” balas Dita.

Setelah kurang lebih 5 menit mereka akhirnya sampai di buper. Rendy langsung memarkirkan motor di parkiran yang sudah disediakan oleh pihak pengelola. Kedatangan mereka disambut langsung oleh Rani selaku ketua pelaksana yang menyambut Rendy sebagai Ketua Osis dan Dita sebagai Bendahara Umum. Hal ini kode etik yang lumrah terjadi di dalam organisasi.

Mereka menghampiri panitia lainnya yang sedang memberikan materi kepada para peserta. MC non formal langsung memberikan kesempatan kepada Rendy untuk mengisi sepatah-dua patah kata agar peserta tetap semangat menjalani kegiatan ini.

Sedangkan Rani langsung mengajak Dita untuk menyimpan barang bawaannya di tenda yang telah disiapkan olehnya. Satu tenda 4 orang, dipisah antara lelaki dan perempuan.

Suara gemuruh tepuk tangan dan sorakan terdengar di lapangan, dimana para peserta sedang diberi suntikan motivasi dan hadiah untuk peserta terbaik. Memang Rendy piawai dalam memantik dan menularkan energi positif.

Rani dan Dita segera menghampiri ke lapangan, kini para peserta terlihat mulai bersemangat dan mendengarkan materi dengan baik, sebelum terhenti karena break maghrib.

08.00 – 08.30

Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan ibadah untuk yang menjalankannya. Sekaligus istirahat. Momen ini dimanfaatkan oleh sebagian peserta untuk mencari celah agar bisa menghisap batang kenikmatan, rokok ngab rokok🤦. Sebagian ada yang shalat, makan, nyebat. Sebagian panitia melonggarkan para peserta yang ingin merokok dengan catatan pintar-pintar melihat situasi dan kondisi. Jangan sampai terlihat sok menantang dan provokatif. Aturan tak tertulis yang sudah disepakati ketika aktivitas di luar sekolah bersama para anggota OSIS. Jika ada 1 sampai 3 orang baik peserta atau panitia ada yang ketahuan oleh panitia dan peserta, peringatan pertama adalah ditegur. Dan apabila sampai beritanya tersebar dan malah memantik yang lainnya untuk melakukan hal yang sama maka hukuman akan diberikan sesuai kesepakatan forum.

Dita memperhatikan ada beberapa bagian peserta yang bergerombol menuju ke arah yang sepi. Ia membiarkannya asal tak melebihi batas waktu yang telah ditentukannya. Sebenarnya Dita tak begitu mempermasalahkan para siswa-siswa yang merokok di sekolah. Ia acuh, karena merokok bukan sebuah tindakan kriminal yang mengharuskan ditoyornya kepala siswa oleh guru yang suka berpatroli. Padahal guru tersebut juga merokok di lingkungan sekolah. Sungguh paradoks. Menurut Dita, pendidikan karakter dan pembunuhan karakter sangat berdampingan sekali.

08.30 – 09.00

Setelah semua peserta beres menikmati ishoma (istirahat sholat makan) mereka berkumpul kembali duduk di lapangan. Panitia melakukan cek absensi. Mengestafetkan 2 lembar absensi untuk perempuan dan laki-laki. Tadinya semua peserta akan diabsen by name. Namun setelah melakukan lobbying dengan forum akhirnya diurungkan dengan rasionalisasi efisiensi waktu.

“Mohon tidak terburu-buru dan ditulis secara rapih ya!” kata Rani menggunakan toa yang dipegangnya.

Kurang lebih 10 menit akhirnya 2 absensi telah sampai lagi ke panitia. Total semua jumlah peserta laki-laki yang mengisi absen ada 47 dan perempuan 50 pas.

“Saya anggap kalian jujur dan tak ada yang mengisi nama teman kalian yang tak ada orangnya!” kata Cika, selaku seksi acara.

Acara selanjutnya adalah materi dari Bapak Kesiswaan yang menyempatkan menghadiri undangan. Beliau mulai memberikan wejangan-wejangan dan suntikan motivasi kembali. Kayaknya peserta udah kenyang banget dengan suntikan motivasi🤣. Tetapi, itulah yang terjadi. Meskipun di sela-sela materinya diselipkan candaan-candaan retjeh.

“Ya paling tidak, kalian bisa melihat kecantikan Teteh-teteh panitia. Ada banyak yang cantik di sini. Tuh, ada Teh Rani, Teh Cika, Teh Dita, dan yang ini yang ngasih jeruk ke bapak Teh Feni, ya teh? Hehe,” ucap Bapak Kesiswaan.

“Teruntuk yang cewek, cukup bapak saja yang tampan dan ganteng di sini ya A Rendy?” sambungnya seraya tertawa.

“Menghalu itu gak apa-apa, asal jangan lupa bangun ya anak-anak.”

“Karena gini…,” Beliau mengernyitkan dahi seperti ingin serius.

Namun tiba-tiba, ia memegang kepalanya.

“Ah, gajadi, lupa,” sambungnya dengan datar.

Sontak gelak tawa pecah.

“Anyiiinggg…, aing nungguan bangsat hahahaha,” ucap Dewan pada Rendy.

Yang lebih kocaknya lagi, beliau malah ikut tertawa setelah melihat semua orang tertawa karena ulahnya sendiri.

“Absurd anying absurd, edan, hahaha,” Dewan tertawa lebih keras kepada Rendy yang sedang terkekeh terbahak-bahak.

Sedangkan Dita sampai meneteskan air mata karena kekocakkan beliau. Begitulah cerdasnya Bapak Kesiswaan dalam mencairkan suasana untuk mengangkat motivasi para peserta.

“Jika memotivasi tapi di dalam petuahnya masih ada kata motivasi maka itu bukan motivasi itu hanyalah manipulasi,” penutup yang padat dari beliau.

“Edaaannn…,” ucap Dewan menggelengkan kepalanya seraya tepuk tangan.

Meskipun isi materinya terkesan absurd namun pesannya begitu mendalam.

09.00 – 09.30

Waktunya break isya. Panitia sengaja membanyakkan waktu untuk istirahat. Karena tujuannya hari terakhir outdoor ini untuk mengakrabkan antar peserta dan semua panitia. Esensinya untuk bersenang-senang dalam batas koridor yang bisa dinikmati secara umum.

09.30 – 10.00

Penampilan kreasi dari para peserta. Panitia membagi beberapa kelompok untuk pertunjukan peserta. Namun, tak fair rasanya hanya jika memperlihatkan pertunjukan dari peserta saja. Maka para panitia pun menyiapkan demonstrasi penampilan seni. Musik teatrikal.

Pertunjukan yang apik diperlihatkan oleh panitia. Alunan piano yang disuguhkan oleh Dita dan petikan gitar yang dimainkan oleh Rendy membuat suara Cika yang indah seakan menari-nari dalam melody yang bersahutan. Di tengah-tengah lagu Rani beradu akting dengan Dewan yang sedang monolog. Mereka membawakan 3 lagu secara medley. Locked Out of Heaven x Easy on Me, dengan penutupan Bed of Roses.

Semua peserta dibuat terpukau dengan penampilan demonstrasi dari panitia. Suara tepuk tangan bergemuruh, hingga ada beberapa yang menitikan air mata karena speechless. Permainan peran dari Rani memainkan emosi dari penonton. Ia mampu menafsirkan alunan musik menjadi bahasa tubuh. Mengkomunikasikan apa yang dimaksud tanpa berkata-kata. Kelas!

Satu persatu mulai menampilkan penampilan terbaiknya. Semua peserta antusias menikmati setiap penampilan dengan khidmat. Hembusan angin malam seakan ikut merayakan keakraban di antara insan-insan yang sedang berbahagia waktu itu.

“Keren-keren ya, Dit,” ucap Rendy yang menghampiri Dita dengan Rani yang sedang duduk di bangku panjang.

“Eh, iya, A. Keren-keren banget nih,” jawab Dita.

“Ehmmm…, aku ke belakang dulu ya, mau pipis, hehe,” kata Rani menimpali.

“Eh, eh, jangan lama-lama , Ran. Ke sini lagi,” jawab Dita.

“Iya, nanti kalo kalian udah kelar pacaran,” kata Rani yang langsung setengah berlari.

“Awas lo!” ucap Dita mengepalkan tangannya.

Rani sengaja meninggalkan Dita dan Rendy karena jarang-jarang ia melihat Dita bucin.

“Galak banget si, Dit,” ucap Rendy.

“Iya, A. Bawaan lahir,” balas Dita.

“Jangan galak-galak, Dit.”

“Gapapa, A. Gak dosa.”

Seperti itulah Dita, sifatnya ini yang membuat Rendy penasaran. Baginya penaklukan Dita sangatlah berharga. Karena sulit untuk diluluhkan. Kalaupun berhasil diluluhkan hanya beberapa hari saja. Hari-hari berikutnya Rendy harus memulai dari nol lagi.

Dita dan Rendy duduk di bawah pohon besar yang rindang. Pencahayaan agak redup. Sehingga untuk memastikan siapa yang duduk di sana harus benar-benar melihat dari jarak dekat. Rendy mulai mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya.

“Eh, yakin ga bakal ketauan?” ucap Dita.

“Ngga lah, ga bakal ada yang liat. Di sini gelap,” jawab Rendy.

“Kalo ada yang tau, kamu cepunya berarti,” sambungnya.

“Tuhan maha mengetahui,” jawab Dita.

“Iya, mengetahui juga rasa ini buat kamu,” balas Rendy.

“Hahaha,” Dita reflek tertawa.

“Iya kan?”

“Rasa rokok buat aku?” Jawab Dita menoleh ke arah Rendy.

“Hahahaha iya deh iyain aja.”

Mereka mulai mencair dalam obrolan-obrolan random. Tanpa sadar saat mereka tertawa-tawa tangan Dita mengambil bungkus rokok Rendy yang ada di sampingnya kemudian dimasukan ke dalam saku jaketnya.

“Ini tahun terakhir aku ngospek, Dit,” ucap Rendy.

“Nanti kamu yang diospek ya?” balas Dita.

“Ospek apa?”

“Masuk kampus.”

“Oh, kirain diospek sama kamu hehehe,”

“Mau ditampol, A?”

“Mau dong.”

“Bener nih?”

Namun, tiba-tiba Rendy memegang tangan kanan Dita yang diletakan di pinggir bangku. Dita langsung menoleh ke arah Rendy dengan ekspresi kaget.

“Biar gak ditampol,” kata Rendy seketika.

Dita diam dengan wajah yang memerah, ia tak berusaha melepaskan tangannya dari tangan Rendy. Agar Dita tak canggung Rendy mengalihkan perhatian tanpa melepas tangannya.

“Liat deh, Dit. Peserta itu rapih banget main gitarnya,” ujar Rendy.

“Yang nyanyinya juga bagus da,” jawab Dita.

“Iya tapi ga sebagus main piano kamu.”

“Kan dia nyanyiii.”

“Tetep bagusan kamu main piano.”

“Kamu mah maksa orangnya teh hahaha.”

“Harus dipaksa kamu mah biar bisa gini,” jawab Rendy yang mulai menggenggam jemari Dita.

“Ih, hahaha,” Dita mulai terpengaruh genjutsu Rendy.

Desiran angin malam semakin merapatkan tubuh mereka. Tanpa sadar kini mereka telah duduk tanpa jarak lagi. Bahu Rendy dan Dita kini menempel. Penampilan panitia yang membawakan lagu Closure semakin membuat terbuai Dita. Kini kepala Dita telah bersandar di pundak Rendy seraya ikut bernyanyi.

“I give up trying

At least for today

Lying is lying

It's never okay

Bend it all you want

Hide it all you can.”


Rendy menggoyangkan kakinya ke kaki Dita sehingga kaki mereka berayun-ayun. Lengan Rendy dilingkarkan ke pinggang Dita. Ia sedikit terkejut, namun lagi-lagi genjutsu mempengaruhinya. Dita sang atlet silat telah terbuai dalam lautan genjutsu.🤣

Dengan lembut Rendy mengecup kening Dita setelah mencari celah untuk melakukannya di moment yang tepat agar tak merusak suasana.

“Cuppp…,” bibir Rendy mendarat dengan sempurna di kening Dita.

Dita terdiam beberapa detik. Lalu menoleh ke arah Rendy yang tersenyum.

“Kenapa, Dita?” tanya Rendy yang masih tersenyum.

Ia tak menjawab hanya menggelengkan kepala yang sedari tadi matanya menatap mata Rendy. Melihat itu, Rendy memanfaatkannya. Perlahan Rendy mendekatkan wajahnya ke wajah Dita. Hembusan napas saling beradu. Bibir Dita dengan sendirinya terbuka. Matanya mulai melihat ke bibir Rendy. Sepersekian detik kedua bibir bertemu, mata Dita memejam. Rendy menahan posisi itu agak lama. Keduanya saling diam hingga lenguhan napas Dita terdengar tanpa melepaskan bibirnya.

“Emmhhh…,” hembusan napas Dita.

Rendy tersenyum di bibir Dita. Perlahan mata Dita terbuka. Ia pun tersenyum dengan bibir yang masih menempel.

“Dingin,” kata Dita tanpa merubah posisinya sama sekali.

“Panas,” jawab Rendy.

“Kok panas?”

“Ini,” jawab Rendy yang mencium bibir Dita.

“Ih,” ucap Dita sedikit tertawa.

Tangan Dita mulai memeluk pinggang Rendy. Kedua bibir yang hanya beberapa centi, hembusan angin yang menelisik di sela-sela badan mereka juga lampu temaram yang semakin menambah suasana romatis.

Mereka beberapa kali berciuman (no french kiss) selama berbincang. Hingga terdengar suara seseorang yang mendekati mereka. Dita menyadarinya, namun anehnya ia tak bergerak sama sekali tetap di posisi semula. Rendy mulai melepaskan rangkulan tangannya di pinggang Dita.

“Dit! Dita!” ucap seseorang.

(Bersambung)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd