“Terimakasih untuk Profesor Handoko selaku Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Indonesia Pusaka untuk kata sambutannya dan juga semangat serta motivasi yg diberikan untuk kita semua disini sebagai mesin penggerak Partai Indonesia Pusaka. Semoga Partai Indonesia Pusaka akan memenangkan Pemilu kali ini serta berjaya selalu. Acara selanjutnya adalah ramah tamah dan sajian tari tradisional dari sanggar tari Puspita Nusantara dibawah pimpinan Ibu Sulistyowati. Mari kita sambut dengan tepuk tangan Adik-adik kita dari sanggar tari Puspita Nusantara”
Kembali denganku Stefanie. Hari ini adalah hari dimana aku mengikuti acara pengukuhan Dewan Pimpinan Pusat untuk periode yg akan datang. Diriku sangat buruk beberapa hari ini, rasa-rasanya hidupku ini seperti orang yg kehilangan arah. Bagaimana tidak, orang yg aku cintai dan juga selalu mengatakan bahwa dia juga mencintaiku dengan tega mencederai cinta diantara aku dan dia. Tak kusangka dia akan tega memutuskan cintanya untukku. Aku pernah merasa benci dengannya ketika aku tau bahwa dia beberapa kali berhubungan badan dengan wanita lain, dengan rekan kerjanya, dengan bos nya, bahkan dengan adik sedarahnya sendiri. Namun aku akhirnya memaafkan dan juga memaklumi selama dia meyakinkanku bahwa itu adalah perbuatan yg tidak dilandasi dengan cinta. Namun, kejadian yg baru saja terjadi sangat-sangatlah memilukan.
Ternyata selama ini dia memiliki hubungan dengan seorang gadis lain. Aku mengetahuinya ketika dia tiba-tiba murung dan seperti seorang yg sedang putus cinta. aku melihat ada undangan pernikahan untuk dia dari gadis itu. Dari sanalah aku mencoba mencari tahu siapakah gadis yg namanya tercantum sebagai pengantin wanita di surat undangan itu. Dari facebooknya aku menemukan foto dia pernah bersama kekasihku di sebuah stadion sepakbola. Dari facebooknya itu akhirnya aku berhasil menghubunginya dan akhirnya kita bertemu. Gadis itu bernama Rubiah Dera Karim. Dia menceritakan banyak tentang hubungan yg terjadi antara dia juga kekasihku. Ternyata Dera begitu biasa Wayan memanggilnya, dia begitu sayang dengan Wayan kekasihku. Namun, perbedaan keyakinanlah yg memisahkan mereka. Bagaikan minyak dan air yg tak dapat bersatu walaupun diaduk sedemikian rupa.
Dera pun mengatakan bahwa dia melihat dari sorot mata Wayan bahwa dia juga menaruh hati dan perasaan yg sama. Namun, Cintanya yg besar kepadaku selalu dapat menjaga jarak dengannya. Dera meyakinkanku bahwa Wayan tak pernah sedikitpun mencoba memalingkan mukanya dan pandangannya ke arah lain selain kearahku. Hal itu dibuktikan ketika dahulu saat dia dan aku sedang break, Wayan selalu bercerita kepada Dera tentang bagaimana cintanya yg besar untukku. Bahkan Dera juga berkata bahwa Wayan selalu setia menungguku dan selalu berharap bahwa suatu saat nanti dia akan hidup bersama denganku dibawah ikatan tali pernikahan.
Sebelum berpisah, Dera berpesan kepadaku bahwa aku harus meredam emosiku terhadap Wayan serta menerimanya kembali. Atas dasar rasa Cinta, Dera berpesan kepadaku untuk menjaga Wayan baik-baik karena dia hanya bisa mencintai Wayan tanpa bisa memilikinya sepenuhnya. Mendengar apa yg diceritakan Dera membuatku menjadi tenang dan mereda. Kini aku harus berfikir bagaimana cara meminta maaf kepada Wayan atas sikapku yg sudah keterlaluan. Aku kemudian pergi ke kostnya, setelah macet-macetan dengan menggunakan jasa Go-Mobil selama sejam, akhirnya aku sampai di depan kost Wayan. Namun aku tak bisa menemuinya karena dia sudah pindah beberapa hari yg lalu, begitulah kata-kata yg keluar dari mulut pak Joko. Hal itulah yg akhirnya membuat diriku menjadi kacau seperti sekarang ini. Sejak acara dimulai pagi tadi hingga kini tak ada satupun materi pidato dan ataupun inspirasi yg masuk kedalam kepalaku. Dikepalaku hanya terngiang kata tanya “Dimanakah kau sekarang Wayan”
“Hy Stef, gue perhatiin daritadi bengong aja sih. Ada masalah lu?”
“Eh elu Dar, Gapapa kok. Biasa lagi moody aja”
“Yaelah gitu tho. Gue kira ada masalah”
“Gak ada Dar. Eh iya habis ini acaranya apa ya?”
“Gak tau nih belum liat Rundown acaranya sih”
“Oh gitu ya. Pengen buru-buru pulang banget nih. Kepala gue banyak banget isinya. Pengen banget tidur deh biar fresh”
“Refreshing kok tidur. Refreshing tuh halan-halan”
“Yaelah Nandaaar. Lu ngejek gue ya. Jalan-jalan naik apa gue?”
“Naik mobil lah. Ke puncak gitu”
“Hahaha. Mobil siapa Nandar!!!”
“Mobil gue noh”
“Males ah. Mending juga pulang tidur!”
“Mau gak? Gue anterin lu jalan-jalan dah. Biar pikiran lu refresh lagi”
“Kemana?”
“Kemana kek semau lu aja”
“gue mau banget ke pantai tapi gak mau ke ancol. Gak mau ke pantai selatan. Entah itu ke Pangandaran atau malah Pelabuhan Ratu”
“Laah. Kemana dong”
“Au!”
“Oh gue tau Stef. Gimana kalo kita ke pantai pakis yg di Karawang”
“Emang ada?”
“Ada Buuu. Katanya sih lumayan bagus juga”
“Oke, cus lah”
“Siap bos? Ajak siapa aja nih?”
“Mau ajak yg lain? Gue sih terserah elu sja Dar, Gue kan penumpang”
“gue supir ya. Supir taksi palsu”
“Idih najis lu tontonannya kaya gituan”
“Yaelah jomblo mah pelariannya kesitu Bu”
“Akakakakak. Jomblo nih yeee”
“Lu juga kan Bu. Gue tau kok lu baru putus belum lama ini”
“Au ah. Jadi gak? Gak jadi gue pulang nih”
“Yaudah selesai acara langsung cau”
Acara hari itu selesai sekitar pukul 3 sore. Sunandar bertanya kepadaku untuk jadi atau tidaknya. Lalu aku menjawab jadi berangkat. Dan kita berdua akhirnya menuju tempat yg dimaksud. Dari Jakarta perjalanan ditempuh sekitar 4 Jam. Imbas dari kemacetan di Tol Jakarta-Cikampek di pintu tol Bekasi hingga Cikarang. Lelah sekali rasanya hanya duduk selama 4 Jam. Sesampainya di lokasi hari sudah sangat gelap. Minimnya penerangan membuat pantai tampak sangat gelap dan sunyi.
“Wah malem gini ternyata sepi ya. Gak ada orang sama sekali Stef”
“Iya Dar. Balik aja apa yuk”
“Yah masa udah jauh-jauh sampe sini kita balik sih?”
“ya habisan gelap gini. Mau ngapain coba?”
“Kita bikin api unggun gimana?mau gak?”
“ah sotoy lu. Kaya bisa aja”
“eits gue dulu anak pramuka coy”
“Yaudah coba bikin”
“Yaudah bantuin cari kayu kering”
Malam itu akhirnya aku dan Sunandar menghabiskan waktu di depan Api unggun yg ia buat. Dinginnya Semilir angin pantai mampu dihangatkan oleh api yg membara. Suasana malam itu begitu romantis, namun sayangnya aku disini berdua bersama laki-laki yg bukan kekasihku. Entah apa yg ada dalam benakku ketika siang tadi aku menerima ajakan Sunandar ke tempat ini. Padahal sebagai seorang perempuan aku semestinya tidak segampang ini menerima ajakan laki-laki lain. Namun aku melakukan itu tanpa banyak pertimbangan. Dengan Sunandar akhirnya aku bercerita tentang sesuatu yg membuat mood ku tidak karuan di acara tadi siang. Aku bercerita dengan lugas dan jelas tentang apa yg aku alami selama ini. Tak kusangka Sunandar sangat care dan mampu menjadi pendengar yg baik dan menjadi penasehat yg bijak.
Sunandar mengambil gitar dari mobilnya. Aku baru tau kalau Sunandar selalu membawa gitar itu di mobilnya. Dia berkata bahwa alasan dia membawanya adalah untuk berkampanye secara sehat. Bahwa banyak warga masyarakat kini sudah muak dengan orasi politik. Cara Sunandar memaparkan visi dan misinya adalah dengan seni. Aku kagum pada cara dia melakukan kampanye secara positif seperti itu. Jarang ada dijaman sekarang ini politikus seperti Sunandar ini.
Iwan Fals said:
Suatu hari
Dikala kita duduk ditepi pantai
Dan memandang
Ombak dilautan yang kian menepi
Burung camar
Terbang bermain diderunya air
Suara alam ini
Hangatkan jiwa kita
Sementara
Sinar surya perlahan mulai tenggelam
Suara gitarmu
Mengalunkan melodi tentang cinta
Ada hati
Membara erat bersatu
Getar seluruh jiwa
Tercurah saat itu
Kemesraan ini
Janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini
Ingin kukenang selalu
Hatiku damai
Jiwaku tentram disampingmu
Hatiku damai
Jiwaku tentram bersamamu
Denting gitar dan suara merdunya membuat hatiku teduh. Carut marut yg ada didalamnya seakan mulai kembali ke keadaan semula. Kemesraan, begitulah judul lagu yg ia nyanyikan bersamaku. Menceritakan tentang bagaimana dua insan yg tidak ingin kemesraan dan kebersamaan diantara keduanya hilang. Hal inilah yg aku rasakan, yg aku inginkan. Bahwa aku tak ingin cinta kasih yg sudah ku perjuangkan selama ini kandas begitu saja karena keegoisanku semata.
“Nandar, gue mau ngomong sama lu”
“Gue juga Stef. Ada yg mau gue omongin nih. Tapi lu duluan aja gapapa”
“Oh. Yaudah lu duluan aja Dar”
“Gapapa Stef lu duluan aja. Yg mau gue omongin gak penting-penting amat kok”
“Jadi gini Dar. Gue mau terima kasih banget sama lu karena udah ngajak gue kesini, bikin suasana hangat dan romantis kaya gini. Juga lu udah ngajak gue nyanyiin lagu yg bikin gue berpikir bahwa gue harus balik arah. Gue harus datengin cowok gue dan meminta maaf atas keegoisan gue”
“Iya Stef sama-sama. Gue juga mau ucapin terima kasih lu mau ikut gue jauh-jauh ke sini. Gue juga seneng kok bisa bikin lu kembali ceria kaya gini. Bisa bikin hati lu tenang lagi kaya gini. Pesen gue sih satu aja Stef. Kalo elu emang masih sayang sama dia, balik lah ke dia dan sayangi dia sepenuh hati. Tapi kalo ternyata dia gak bisa bahagiain elu, atau cuma bisa nyakitin elu. Silahkan dateng lagi ke gue. Gue siap jadi tempat pelarian lu karena Gue sayang sama lu Stef”
“Nandar?”
“Maafin gue Stef. Gapapa kok kalo akhirnya lu gak bisa bales rasa sayang gue. Yg jelas sih asal lu tau aja, sejak kita ketemu dan ngobrol di kepulauan seribu terus berlanjut jadi temen yg bisa dibilang cukup akrab lah. Dari situ gue udah merasa bahwa gue sayang sama elu Stef. Gue cinta sama Elu. Tapi gue tau kalo elu gak sendiri. Elu ada yg punya, makanya gue cuma bisa sabar Stef. Tapi gue masih berharap sebelum janur kuning melengkung didepan rumah lu”
“Astaga Nandar. Gue gak nyangka sama sekali kalo lu segitu sayang sama gue. Gue jadi merasa bersalah banget Dar”
“Gapapa Stefanie. Kan gue udah bilang gapapa. Tapi kalo lu sama gue, gue jamin bahwa cinta ini 100% cuma buat elu seorang. Sekarang kalo elu mau balikan yaudah gapapa. Gue sabar menanti dengan pengharapan. Walaupun hanya sampai ketika janur kuning melengkung didepan rumah lu”
“apa yg bisa gue lakuin untuk bales rasa sayang lu Dar?”
“sementara ini, cukup jadi teman yg baik buat gue Stef. Gue udah bahagia banget”
“Bapak Sunandar SH. Gue janji didepan api yg membara di bawah sinar rembulan dan diantara hembusan angin pantai ini, Gue gak akan pernah lupa sama elu. Walaupun suatu hari nanti keadaan gak lagi sama seperti sekarang ini”
“Ibu Stefanie SH. Gue janji didepan api yg membara dibawah sinar rembulan dan diantara hembusan angin pantai ini, Gue akan selalu sayang sama elu dan selalu berharap suatu hari bakalan jadi kekasih lu. Namun bila itu tak terjadi pun gue akan selalu jadi teman terbaik buat lu”
Malam semakin larut, hembusan angin semakin dingin dan api unggun yg kita buat sudah hampir mati. Arlojiku menunjukkan pukul 22.00 WIB. Sepertinya ini sudah saatnya aku dan Sunandar kembali ke Jakarta. Kita kembali setelah membersihkan sisa-sisa api unggun yg kita buat. Perjalanan malam ini sangatlah lancar. Hanya butuh waktu 2 Jam untuk sampai di kostku. Jam 00.00 WIB, dan akhirnya aku tak kebagian pintu gerbang. Karena pintu gerbang kostku yg sekarang sudah di kunci gembok pada pukul 23.30.
“Gimana nih Stef?”
“Tau deh, udah malem gini mana ada temen yg bisa gue tumpangi. Kalo dulu sih mau pulang jam berapa aja gue selow karena kost gue yg lama gak pake sistem kaya gini”
“Ya terus gimana?”
“Kalo di kost lu gimana Dar? peraturannya ketat gak?”
“Hmmm. Gak tau sih Stef. Karena belom pernah liat orang bawa pasangannya ke kost”
“Yaudah ke Kost lu aja lah. Kalo emang gak bisa juga ntar gue nginep di Hotel aja”
“Yaudah kenapa gak di hotel aja sekalian Stef. Kalo lu ke kost gue takutnya bikin fitnah aja”
“hmmmm. Bener juga lu Dar. Yaudah anterin gue ke Hotel aja. Yg deket sini aja lah, Hotel yg biasa aja lah”
“Oke boss”
Sesampainya di Hotel aku segera Check in dan memesan sebuah kamar. Setelah selesai mengantarku hingga meja resepsionis, Sunandar langsung pamit padaku. Namun aku menahannya dan berkata padanya
“Disini aja Dar, temenin gue”
“maksud lu gimana Stef”
“stop gak usah banyak tanya Dar. Yuk keatas”
“hmmm. Stef?”
“Udah ayo”
Aku dan Sunandar kemudian menuju kamar 322 Aku melihat sorot mata Sunandar, aku melihat banyak perdebatan yg berkecamuk di dalam pikirannya. Namun kini kita berdua sudah di dalam kamar ini. Ranjang yg adapun single bed ukuran Queen Size. Sunandar nampak canggung dengan keadaan ini. Aku, entahlah mengapa aku bisa mengajaknya untuk tidur disini denganku. Setelah menaruh barang-barangku, aku langsung mengambil handuk yg tersedia dan langsung mandi. Sekat kaca buram di antara kamar dan area Shower membuat siluet tubuh indahku terlihat dari kamar tidur. Bahkan aku melihat bahwa Sunandar memperhatikanku dari luar sana. Melihat itu, aku menjadi terbawa suasana untuk memancing birahinya. Aku menggosok pantatku yg bulat lalu payudaraku yg semakin hari semakin membesar.
Entah dia sadar atau tidak bila akupun dapat melihat apa yg ia lakukan, dia mengeluarkan penisnya dan melakukan Masturbasi. Melihat siluetnya yg sangat erotis membuatku menjadi semakin aneh, kini aku mulai menggoyangkan pinggulku, atau istilahnya twerk. Semakin aku menggoyangkan pinggulku semakin cepat bayangannya mengocok penisnya. Lalu aku keluar kamar mandi, dia syok melihatku bugil dan masih sangat basah akibat guyuran air shower. Dia masih saja melongo ketika aku sudah berada di hadapannya. Tanpa komando lagi, ku genggam batang penis yg sedang ia pegang. Lalu aku mulai duduk berlutut di depannya serta langsung melahap penisnya. Cuih, penis ini rasanya tak karuan. Bau pesing menyengat serta rasanya yg asam bercampur asin menjadikannya getir.
Aku menyuruh dia untuk mandi yg bersih sebelum mendapatkan servis dariku. Dia menuruti perintahku dan langsung bergegas mandi. Tak percaya dengannya, aku pun masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil sabun lalu menggosokkannya kuat-kuat di penis dan area selangkangannya. Aku menggosok tubuhnya, ketiaknya terutama karena aku tidak ingin bermain cinta dengan orang yg aroma tubuhnya bagaikan preman di terminal bus kota. Setelah berbilas, aku mulai menginspeksi tubuhnya. Ku endus-endus setiap inchi tubuhnya, bahkan hingga ke area vitalnya. Kini, dia sudah siap untuk di nikmati.
Dimulai dari blow job, penisnya yg sudah berdiri sempurna masih saja masuk seluruhnya kedalam mulutku. Cukup jauh perbedaan ukuran penis Sunandar dengan Wayan kekasihku. Aku berfikir sejenak, dengan ukuran semungil ini akankah dia dapat memuaskan nafsu birahiku?.
10 menit blow job membuat rahangku lelah, kini aku memintanya untuk melakukan jilatan pada vaginaku. Dengan ragu-ragu dia menjulurkan lidahnya, lalu perlahan dia mulai menempelkan lidah itu pada Vaginaku. Namun sepertinya Sunandar ini seorang yg tak tau bagaimana cara memuaskan seorang perempuan.
“Dar, ayo dong. Katanya lu sering nonton taksi palsu. Masa gini sih servis lu?”
“Stef. Hmmm. Maafin gue ya. Jujur gue baru pertama kali ini. Jadi gue bingung dan gugup Stef”
“Oh my God. Gue dapet bujang lapuk dong. Hahaha”
“Ish. Tapi Stef, ternyata gak menjijikkan kaya yg sering gue tonton ya. Ini lu tuh gak bau ternyata”
“iyalah. Gue mah rajin jaga kebersihan area miss v gue. Itu penting supaya gak kena penyakit kelamin. Gak kaya lu, area otong aja baunya udah kaya velbak gitu”
“hehehe. Ya maklum lah. Kan dari pagi gue belom mandi”
Permainan berlanjut, perlahan namun pasti Sunandar mulai terbiasa menjilati vaginaku. Bahkan kini dia mulai merasakan betapa nikmatnya vaginaku. Dia menjilatinya dengan rakus layaknya anak kecil yg sedang memakan es krim favoritnya. Kemudian aku menyuruhnya untuk melakukan penetrasi. Dia bingung karena takut aku akan hamil. Hahaha, dia masih sangat lugu ternyata. Setelah aku menjelaskan bagaimana proses pembuahan terjadi, barulah dia berani untuk melakukan penetrasi. Penisnya yg mungil mulai memasuki vaginaku. Meskipun kecil ternyata masih cukup terasa memenuhi vaginaku. Mungkin ini semua berkat senam kegel yg sering aku praktekkan. Senam itu membuat vaginaku terjaga keelastisan dan kerapatannya. Sehingga walau sering digagahi oleh Penis besar milik Wayan, Kerapatan vaginaku tidaklah ikut melar.
Tidak ada yg spesial dengan permainanku bersama Sunandar. Namun dia begitu care dan cukup baik dalam mencumbuiku. Aku benar-benar merasakan adanya getaran cinta setiap kali bibirnya menyentuh kulitku. Mulai dari leher, payudaraku dan tentu saja aku merasakan cinta yg besar ketika bibirnya dan bibirku bertemu. Tak puas dengan permainannya,kini aku mengambil alih kendali. Aku mulai menaikinya dan mulai bergoyang layaknya seorang yg sedang melakukan olahraga rodeo. Dalam posisi seperti ini, penisnya dapat mampu menusuk hingga ke ujung mulut rahimku, Inilah yg sedari tadi aku inginkan. Semakin menggesek mulut rahimku, menjadikanku semakin liar dalam menggoyangkan pinggulku. Aku melihat Sunandar sedang kelojotan tak karuan menerima kenikmatan yg aku berikan padanya.
Setelah 15 menit berlalu, akhirnya aku orgasme. Cairan hangat memenuhi setiap sudut dalam vaginaku. Namun,ada rasa aneh yg menyembur di dalam vaginaku. Astaga, Sunandar ejakulasi di dalam sana. Sedangkan hari ini aku sedang dalam masa subur. Oh My God, apa yg aku lakukan. Aku segera melepaskan tubuhku. Dengan segera aku berlari ke kamar mandi dan menyemprotkan air shower ke dalam vaginaku. Tidak, aku tidak ingin hamil. Terlebih dengan orang yg tidak aku cintai. Memang benar dia mencintaiku. Namun aku masih belum bisa mencintainya karena aku masih mencintai pria lain. Oh Tuhan, janganlah kau jadikan sperma itu bertemu dengan sel telur ku yg sedang dalam masa subur ini.
Malam itu aku menuntaskan permainan hanya sampai itu saja. Aku tidak mau ambil resiko lebih jauh lagi. Sunandar berulang kali meminta maaf kepadaku. Serta dengan basa-basi dia berkata bahwa ia siap bertanggung jawab jika aku hamil. Malam itu kondisi psikis ku kembali memburuk. Aku tertidur lelap bahkan berharap untuk tidak bangun kembali. Selang 2 minggu setelah kejadian itu, tepatnya 17 hari berselang. Aku mencoba membeli testpack, saat ku melihat hasilnya. Seakan petir menyambar tepat di ubun-ubunku. Seakan laut mengeluarkan ombak tsunaminya dan menghantam tubuhku. Seakan sebuah tombak pelempar lembing mengenai tepat di jantungku.
Ya Tuhan, 2 garis ini seakan membunuhku. Membunuh karirku. Membunuh cintaku. Haruskah aku mati untuk menghapuskannya?
In another day, aku menelpon Devi dan berharap ia dapat membantuku
“Hai Dev. Apa Kabar bagaimana keadaan kamu dan kakakmu?”
“Baik kak. Kak Stef apa kabar?”
“Buruk Dek. I’m Lost without your brother. Boleh ketemu sama kamu dek? ada sesuatu yg mau aku omongin”
“Boleh kak. Anywhere anytime. Bilang aja kapan dan dimana kak”
“nanti sore di kafe yg biasanya ya”
“Boleh aku ajak kak Wayan?”
“Hmmm. Gimana ya. Sebenernya sih aku mau cerita sama kamu aja”
“Yaudah kalo gitu aku aja sendiri kak. Oke see you later kak”
“Tapi ajak aja gak apa-apa Dek. Aku kangen sama dia”
“Eciyeee. Prikitiw. Yaudah iya nanti aku ajak”
“Makasih Dek. Semangat ya kerjanya”
“Iya kak. Kakak juga ya”