Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Perjalanan Hidup Anak Bali

Poll fantasy seputar ojek yg seperti apa untuk chapter 5 nanti

  • Penumpang muda / Perawan

    Votes: 42 35,3%
  • Penumpang Setengah baya

    Votes: 17 14,3%
  • Penumpang kantoran

    Votes: 21 17,6%
  • Penumpang Berhijab

    Votes: 65 54,6%
  • Penumpang ekshib / maniac

    Votes: 19 16,0%
  • Lain2 silahkan isi di kolom komentar

    Votes: 2 1,7%

  • Total voters
    119
  • Poll closed .

Hari ini adalah hari pertama kantor kecil kita mulai membuka kedua pintu kacanya. Hari dimana kita Menerima beberapa telepon ucapan selamat dari rekan-rekan yg dahulu pernah bersama-sama meniti karir. Tentunya hari ini juga adalah hari dimana aku, Rina istriku, dan 2 rekan kerja kami dari Malaysia ; Zubaidah dan Evelyn mulai mengiklankan perusahaan ini ke perusahaan-perusahaan yg membutuhkan tenaga kerja. Kita berempat sama-sama berseluncur di dunia maya melihat situs-situs penyedia jasa pencarian lowongan pekerjaan dan kemudian menawarkan jasa untuk memberikan solusi dalam hal perekrutan pegawai.


Beberapa perusahaan besar yg mencari karyawan baru dalam jumlah banyak telah kita saring dan kita hubungi secara langsung. Namun belum ada satupun perusahaan yg mau memakai jasa dari kami. Hingga akhirnya sore hari menjelang tanpa adanya hasil. Namun itu bukan masalah, kita berempat sepakat untuk mencoba lagi esok hari. Malam ini rencananya aku dan Rina menemani 2 gadis Melayu ini menuju sebuah kost di dekat kantor. Kita berdua sengaja membawa mereka agar mereka bisa menilai sendiri bagaimana kondisi kost tersebut. Ternyata setelah sampai lokasi, Evelyn merasa bahwa dia tak nyaman dengan kondisi kost tersebut. Wajar memang karena saat kami mengunjungi kost itu, ada beberapa penghuni yg sedang bersenda gurau sambil bernyanyi-nyanyi riang di teras kamar yg cukup mengganggu bagi yg tidak terbiasa. Meskipun Zubaidah merasa bahwa itu hal lumrah, mungkin mereka tidak setiap hari seperti itu. Namun Evelyn berkata padaku bahwa dia tidak mau ambil resiko untuk kedepannya. Dia berharap hunian yg akan ia tempati nantinya adalah hunian yg nyaman dan tenang. Benar juga menurutnya, karena hunian merupakan tempat kita melepas penat setelah seharian bekerja. Jadi sangat wajar jika kita menginginkan hunian yg nyaman dan sunyi.


Kemudian aku teringat dengan Kost Pak Joko. Tempat penuh kenangan dimana aku membuat banyak kenangan indah disana. Meskipun berat rasanya kembali kesana karena pasti akan mengingatkanku pada memory-memory indah yg telalh lalu. Namun alu menguatkan diriku dan melangkahkan kaki kesana untuk mencarikan tempat bagi 2 rekan kerjaku ini.


“Assalamualaikum Pak Joko”

“Wa alaikum salam. Eh Kau Wayan. Apa kabar bro?”

“Alhamdulillah sehat Pak. Pak Joko dan Bu Badriah gimana? Sehat kan?”

“Sehat semua bro. Wah kau sekarang fasih ya ngucap salam juga ngucap Alhamdulillah”

“Ya harus dong Pak. Saya sekarang Muslim Pak”

“Hah! Iya kah?”

“Iya Pak. Ini buat meminang si Cantik ini pak”

“Iya iya saya paham. Jadi kenapa ini dateng kesini malem-malem gini?”

“gini pak, saya sama istri saya buka kantor baru. Dan ini 2 rekan saya utusan dari kantor pusat di Malaysia. Mereka berdua butuh tempat tinggal pak. Masih ada kamar kosong kah?”

“ada 1, kamarnya di sebelah kamar kau dulu. Itu lho kamar yg penuh kenangan. Mau gak?”

“kamar apaan pak?”

“Hahaha. Yaudah lupain aja. Jadi gimana mau gak?”

“ya saya tanya mereka pak mau apa nggak. Miss Zubaidah, Miss Evelyn boleh kita keatas lihat kamarnya”

“Baik Bang Wayan” sahut zubaidah

“Miss, dia ini bukan orang Betawi. Jangan panggil Bang. Dia itu orang Bali Panggil dia Bli”

“Memangnya Bli itu apa?”

“Bli itu sama seperti Abang. Panggilan untuk lelaki yg lebih tua. Tapi jangan panggil saya Bli. Saya orang jawa. Bisa panggil saya Mas Joko”

“Huu. Dasar aki-aki ganjen. Awas aja kalo sampe ini rekan-rekan wayan pada gak betah. Wayan laporin ke bu Badriah tau rasa”

“Oh baik mas Joko dan Bli Wayan” Zubaidah menyela

“hahaha. Ampun, ya udah yuk saya ambil kuncinya dulu”


Kita berlima naik keatas dan melihat kamar yg sebelumnya ditempati oleh Stefanie. Melihat kondisi kamar yg bersih dan ber-AC serta memiliki ranjang walaupun Ranjang itu tanpa dipan, Zubaidah dan Evelyn langsung setuju untuk tinggal disana. Terlebih memang peraturan di kost ini sebetulnya sangat ketat namun longgar. Dimana kita boleh melakukan apa saja selama kita bisa sopan dan tidak membuat gaduh. Akhirnya aku membayar sewa kost kamar itu untuk 3 bulan. Kenapa hanya 3 bulan, Zubaidah dan terutama Evelyn, ingin mencoba dan melihat situasi lingkungan itu terlebih dahulu. Jika cocok mungkin mereka akan terus stay disana selama setahun kedepan mereka di Jakarta.


Setelah Deal dengan Pak Joko, aku mengantar mereka berdua ke hotel tempat mereka berdua singgah. Setelah itu aku dan Rina pulang ke apartemen. Di Jalan ke arah apartemen Rina tidur, mungkin karena dia merasa lelah dan letih setelah seharian ini bekerja dan dilanjutkan dengan mencarikan Kost untuk Zubaidah dan Evelyn. Setibanya di Basement, aku tak tega untuk membangunkan Rina. Kulihat dia tidur nyenyak sekali, sehingga aku memutuskan untuk stay di mobil dan tidur di belakang kemudi setelah sebelumnya membuka sedikit kaca jendela mobil. Pukul 00.30 Rina membangunkanku, dia heran dengan sikapku karena malah ikut-ikutan tidur di mobil bukan membangunkannya untuk turun dan segera ke kamar untuk istirahat. Namun setelah mendengar alasanku dia justru berbalik tersenyum serta menciumku dengan mesra dan dengan segenap cintanya.


Hari kedua, hari ketiga hingga hari ke 8 kantor ini berjalan belum ada satupun perusahaan yg tertarik menggunakan jasa kami. Hingga akhirnya perusahaan ini pecah telur di hari ke 13. Bang!!!, Lucky Number Thirteen. Sebuah perusahaan yg bergerak dibidang general trading membutuhkan setidaknya 40 orang telemarketing. Kami menyodorkan angka untuk jasa yg kita berikan, mereka setuju dengan angka yg kami minta tersebut. Lalu semuanya dimulai dari sekarang, Rina dan Zubaidah menghadiri meeting dengan perusahaan tersebut guna membahas segala sesuatu yg nantinya akan mengikat kedua belah pihak. Mengapa Rina meeting bersama Zubaidah. Karena itu adalah mandat langsung dari Mr. Charles bahwa dalam setiap kesempatan beliau ingin aku ataupun Rina melibatkan salah satu diantara 2 staf nya itu. Selagi Rina meeting dengan Klien, aku berdua bersama Evelyn di kantor mencari-cari peluang yg ada sekalipun kemungkinannya kecil. Pukul 12.00 Waktu Indonesia Barat Waktunya untuk makan siang. Walaupun dia ini chinese dan hidup berkecukupan di Malaysia sana, namun soal makan ku akui Evelyn tidaklah ribet. Dia bahkan sangat menyukai masakan khas Indonesia seperti nasi padang bahkan nasi rames khas warteg Indonesia. Siang itu aku mengajaknya makan ketoprak. Dia penasaran dengan makanan satu itu. Walaupun harus makan di pinggir jalan, dia tidak merasa aneh sama sekali.


“nah ini dia Evie, ini yg namanya Ketoprak”

“Oh my God. Banyak sekali kalori disini ya Bli”

“Ya begitulah Indonesia. Kita ini semua pekerja keras, jadi makanan bergizi saja tidak cukup. Makanan kita harus memiliki kalori yg besar”

“Ya pantas saja banyak orang gemuk di Jakarta ini ya Bli”

“Hahaha. Betul juga ya. Saya baru sadar kalau banyak sekali orang gemuk disini”

“hmmm. Evie suka rasa ini Bli. Bumbu kacang ini sungguh lezat Bli. Ketupat ini juga enak Bli kenyal dan padat”

“Oh begitu ya. Ketoprak ini salah satu makanan khas Indonesia. Selanjutnya, Nanti saya ajak kamu makan Soto Mie Bogor”

“Soto mie? Indomie rasa soto? Atau apa Bli?”

“No, bukan itu. Jadi soto mie itu salah satu jenis soto terbaik yg ada di Indonesia. Soto ini bahan-bahannya yaitu Mie kuning, Kikil, Daging sapi, Kentang, Kol, disiram dengan kuah soto yg pedas. Kamu suka pedas?”

“Spicy, hmmm saya suka. Tapi saya tak suka kalau jadi sakit perut”

“ya selama kita makan secukupnya pasti gak akan sakit perut”

“Tapi saya kalau sudah makan pedas tidak bisa berhenti Bli. Selalu mau lagi mau lagi walaupun mulut dan perut saya sudah terasa panas”

“Hahaha. Kamu sama seperti kebanyakan orang disini. Orang-orang yg suka makan pedas. Eh tunggu Ev, istri saya telepon”


Disaat sedang asyik berbincang dengan Evelyn, Rina menelponku menanyakan dimana aku dan Evelyn. Aku menjawab kalau aku sedang makan ketoprak dengannya di dekat kantor. Ternyata Rina telah kembali ke kantor dan dia membawakan Makan siang. Namun aku tidaklah salah karena Rina tidak mengabari sebelumnya kalau dia akan membelikan makan siang. Jadi jika aku tak mampu memakan makanan itu aku tidak merasa bersalah sedikitpun. Untung saja makanan itu dapat bertahan hingga malam, sehingga makanan itu bisa dibawa pulang oleh Evelyn dan Zubaidah. Esok hari agenda kerja kita adalah mencari 40 orang yg diminta oleh klien kita. Setelah makan siang aku dan Rina menelpon satu persatu Calon pekerja yg datanya dibawa oleh Rina dari kantor Indromaret. Data para pencari kerja yg di file secara rapi oleh Rina memudahkan kita dalam mencari pekerja. 100 orang telah kami hubungi dan berhasil membuat janji akan datang untuk interview esok hari.


Hari berganti, kita berempat melakukan wawancara kepada 100 orang yg kita undang. Menyampaikan posisi yg dibutuhkan serta menjelaskan scope kerja yg akan menjadi kewajiban mereka. Dari 100 orang tersebut tercatat 24 orang setuju bekerja sebagai telemarketing. Masih kurang 16 orang lagi, maka aku dan Rina kembali menelpon beberapa orang lagi untuk Interview di hari selanjutnya. Di Hari kedua wawancara dengan para pelamar kerja, aku terhipnotis dengan salah satu peserta rekrutmen. Gadis cantik dengan rambut hitam panjang yg diikat ekor kuda. Bibir tipis yg dibalut lipgloss yg membuat warna pink alami itu menjadi berkilap. Lehernya putih bersih dan jenjang karena tak ada rambutnya yg menutupi leher tersebut, membuatku berkhayal menciumi leher itu. Walau payudaranya tak cukup besar, namun proporsi tubuhnya membuatnya tampak anggun. Gadis itu bernama Gina, Gina Ernawati begitu nama panjangnya. Seorang gadis kelahiran Bogor 20 tahun yg lalu. Aura mempesona dari mojang pajajaran tersebut membuat mataku tak henti memandangnya dan juga membuat hati ini gelisah berpikir jorok tentangnya.


Selepas wawancara dengannya aku menyelipkan sebuah pesan yg ku tulis di secarik kertas. Pesan itu berbunyi, “Telpon nomor ini saya bisa atur kamu untuk diterima bekerja”. Lalu apa yg aku inginkan direspon dengan cepat oleh Gina. Gina menelponku dan aku kemudian izin pada Evelyn yg bertandem denganku.


“Hallo, Pak Wayan ya”

“Iya. Kamu Gina kan?”

“Iya Pak saya Gina. Jadi gimana pak supaya saya bisa diterima kerja? Saya benar2 butuh pekerjaan ini Pak. Untuk membiayai pengobatan Ayah saya”

“Saya rasa kamu pasti tau caranya Gina. Saya tidak meminta dan tidak memaksa. Namun jika kamu memberikan apa yg saya mau itu, Saya bisa dengan mudah menuliskan nama kamu di dalam daftar pelamar yg lulus wawancara”

“Gak bisa yg lain aja pak. Biaya Admin misalnya”

“Saya sudah memiliki cukup uang Gina”

“Tapi pak…”

“Tapi apa Gina?”

“Apa benar saya bisa diterima pak?”

“Tentu, karena semua keputusan ada pada saya”

“Jadi Pak Wayan Mau dimana?”

“Silahkan catat, Hotel Griya di Daerah Jakarta selatan. Saya tunggu di sana nanti sore”

“Oh iya pak. Tapi saya mohon pak izinkan saya bergabung. Saya benar-benar butuh pekerjaan ini pak”

“ya sudah. Selamat kamu sudah saya terima. Dan jangan lupa apa yg harus kamu berikan untuk saya. Jika tak mau nama kamu saya coret kembali”

“jangan pak. Saya akan tepati janji saya”


Entah setan apa yg telah merasuki diriku sehingga aku tanpa rasa takut melakukan hal tersebut. Sore hari aku izin pada Rina untuk pergi bersama kawanku. Dia tidak curiga sama sekali dengan ku. Bahkan dia juga masih di kantor untuk merampungkan pekerjaannya. Mengirim email ke masing-masing pelamar yg diterima. Serta membuat laporan yg nantinya akan diserahkan untuk klien ditemani oleh Zubaidah dan Evelyn.


Aku langsung menuju hotel yg dijanjikan menggunakan ojek online. Aku jadi teringat dulu saat menjadi driver ojek online. Dulu aku yg ada di depan kini aku ada di belakang, rasa-rasanya dunia ini berputar lebih cepat. Sesampainya disana ternyata Gina telah menunggu dengan penampilan yg anggun, dia mengenakan kemeja putih tipis serta mengenakan rok pendek berwarna hitam. Melihat gadis berpenampilan seperti itu membuat birahiku tak terkendali. Seketika penisku berdiri tegak didalam celanaku. Setelah melakukan check in, aku dan Gina segera pergi ke kamar yg ku pesan. Saat kita berdua di dalam lift, aku meremas bongkahan pantatnya yg berisi. Oh tuhan ternyata dia tidak menggunakan celana dalam karena aku tidak merasakan ada celana dalamnya. Semakin tak sabar rasanya diriku untuk segera menikmati kemolekan tubuh Gina. Sesampainya di kamar, aku melihat Gina sangat canggung. Lalu aku bertanya padanya tentang apa yg ia rasakan.


“Kamu kenapa sayang?”

“mmm, gak apa-apa pak. Jadi silahkan bapak mulai”

“kamu kelihatan canggung gitu sih”

“Saya baru kali ini pak seperti ini”

“Maksud kamu Gin?”

“Ya baru kali ini saya melayani seseorang demi mendapatkan sesuatu pak”

“Oh gitu. Tapi kalo saya boleh tau apa kamu masih perawan?”

“Tidak pak. Saya pernah melakukannya tapi hanya beberapa kali. Itu pun dulu pak waktu saya baru-barunya pacaran. Saya dijebak oleh mantan pacar saya pak”

“Jadi kamu siap untuk melakukannya dengan saya Gin?”

“Iya pak saya siap”

Lalu dengan penuh nafsu aku mulai melepas pakaian yg ia kenakan. Tubuh putih mulus bak seorang putri raja terpampang tanpa sehelai benang menutupinya di hadapanku. Aku tertegun dan beberapa kali menelan ludahku karena takjub akan indahnya tubuh Gina tersebut. Tanpa banyak buang waktu aku mulai mencumbunya. Bagaikan seekor kucing aku menjilati setiap jengkal kulit putih bersih itu. Gina hanya bisa pasrah ketika lidahku menyapu tubuhnya. Gayanya yg pasif membuatku cukup kesal karena aku tidak merasakan sensasinya. Beberapa tempat telah ku jilati namun tak sedikitpun suara keluar dari mulutnya. Tak ada desahan apalagi erangan yg ku dengar. Dia hanya diam saja dan hanya pasrah ketika aku meraba serta menjilati tubuhnya



“Gina sayang, Kok diem aja sih”

“Eh, terus Gina harus gimana Pak?”

“Yang aktif dong sayang. Kasih saya service yg memuaskan. Kan saya udah kasih kamu pekerjaan”

“Maaf Pak. Habisnya Gina bingung harus gimana”

“Yaudah sini saya tuntun kamu. Sekarang kamu buka celana saya”

“Oke pak”

“Terus kamu pegang titit saya. Kamu masukin kedalam mulut sekarang”

“Hmmm. Kan kotor pak”

“Titit saya bersih kok. Selalu saya sabunin setiap mandi dan setiap cebok. Jadi saya jamin gak kotor bahkan bau pesing juga nggak”

“Yaudah pak saya coba ya”


Lalu Gina mulai memasukkan penisku kedalam mulutnya. Kepalanya sudah masuk dan Gina hanya mendiamkannya disana. Dengan lidahnya dia mulai meraba-raba ujung penisku setelah beberapa saat, kini ia mulai memaju-mundurkan kepalanya. Membuat penisku keluar masuk didalam mulutnya. Beberapa kali Penisku terkena giginya dan rasanya cukup ngilu. Setelah kurasa cukup, aku mulai mencoba melakukan penetrasi. Perasaan Was-was terlihat dari raut wajah Gina. Namun ia hanya bisa pasrah ketika penisku mulai merangsek masuk kedalam liang senggamanya.


Tak butuh waktu lama hingga seluruh penisku masuk kedalam vaginanya. Air mata menetes disudut matanya. Lalu ketika kulihat kebawah ada bercak berwarna merah. Aku khawatir melihatnya, hingga aku bertanya kepadanya apakah bercak merah itu. Dia menjawab mungkin itu darah karena aku menekan vaginanya. Karena dia tidak dalam masa menstruasi. Aku tersenyum dalam hati, walau dia pernah beberapa kali senggama sehingga dia dipastikan sudah tidak perawan, namun sore ini aku merasakan sisa-sisa keperawanannya.


Aku memberinya waktu sejenak untuk menenangkan dirinya setelah vaginanya mengeluarkan bercak darah. Setelah kurasa waktu yg kuberikan telah cukup, aku mulai memaju-mundurkan penisku. Kali ini ada suara keluar dari mulutnya. Namun suara itu adalah suara rintihan. Tak tega aku mendengarnya, hingga akhirnya aku berhenti kembali dan memberinya waktu lagi. Namun ternyata dia berujar bahwa dia bisa tahan rasa sakitnya seraya mempersilahkanku melanjutkan kegiatanku. Tanpa ragu aku memulai kembali aktivitasku. Perlahan namun pasti, suara rintihan dari mulut Gina berubah menjadi suara desahan lembut. Ini adalah tanda bagiku untuk menambah kecepatan penetrasiku. Seiring bertambah cepatnya tempo permainan Gina semakin kencang Desahannya. Bahkan ketika penisku masuk hingga ujungnya, Gina sedikit menjerit tanda bahwa dia merasakan kenikmatannya.


Gaya konvensional yg aku mainkan cukup membuat Gina ikut larut dalam lautan birahi yg bergelora. Kini ia memohon padaku untuk bertukar posisi, ia memintaku untuk rebahan sedangkan ia berada di posisi atas. Aku menurutinya dan Gina segera beranjak keatas ku, mengarahkan penisku yg tegak berdiri menuju liang senggamanya. Dengan sekali hentakan penisku masuk seluruhnya kedalam vagina yg sangat nikmat milik Gina itu. Gina melenguh saat pertama kali penisku masuk hingga mentok ke ujung vaginanya. Setelah Ngilu yg dirasakannya mereda, Gina langsung menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Penisku terasa seperti di ulek oleh Gina. Jujur ini adalah permainan ternikmat yg pernah ku rasakan. Vagina yg masih sangat sempit namun dengan pelumas yg cukup sehingga rasanya bukanlah sakit melainkan nikmat yg tiada tara.


Sekitar 5 Menit saat Gina mengulek penisku, Rasa-rasanya aku ingin segera ejakulasi. Cairan spermaku sepertinya sudah berada diujung kepala penisku. Namun ntah mengapa aku merasakan tanggung karena apa yg dilakukan Gina sedang nikmat-nikmatnya. Terlebih aku melihat Gina sangat menikmati apa yg sedang ia lakukan. Akhirnya setelah memikirkan segala resikonya, aku mengeluarkan Spermaku di dalam vaginanya. Seketika Gina beranjak dan melepaskan genggaman vaginanya di penisku. Dengan raut wajah panik dia mempertanyakan apa maksudku mengeluarkan spermaku di dalam vaginanya.


“Pak Wayan, maksud bapak apa keluarin di dalem gini?”

“Emang kenapa Gina? Kamu gak suka?”

“Ya gak lah. Kalo aku hamil gimana coba?”

“Ya itu resiko kamu lah. Kamu disini kan lagi tugas memberikan servis buat saya ya. Jadi apapun yg saya lakukan ya kamu harus terima dong”

“Ya tapi gak gini juga pak. Kalo aku hamil gimana pak? Aku gak mau hamil diluar nikah” Gina mulai menangis

“Yaudah gini deh. Saya minta maaf karena gak sengaja keluarin di dalem. Sekarang gini, kalo nantinya kamu hamil. Saya siap bertanggung jawab penuh atas apa yg udah saya perbuat”

“tapi pak..”

“tapi apa lagi?”

“apa bapak yakin mau bertanggung jawab penuh”

“Ya, saya seorang yg selalu tepati janji saya. Jadi jangan khawatir”

“ya gimana gak khawatir pak. Aku takut hamil pak”

“yaudah tenang aja. Sana gih ke kamar mandi terus vagina kamu kamu bilas dalamnya pake shower. Usahain air masuk sampai dalem. Semoga bisa memperkecil peluang kamu hamil”

“Iya pak. Saya kekamar mandi dulu”


Saat ia memberishkan sisa sperma yg aku semburkan dalam vaginanya, aku memperhatikan dirinya dari area didepan cermin. Melihat lekuk tubuhnya saat duduk jongkok membuat nafsu birahi ku menyala kembali. Akhirnya aku menariknya kembali ke kamar lalu mulai menusukkan kembali penisku kedalam vaginanya. Di sela-sela desahannya dia kembali mengingatkanku agar tidak mengeluarkan spermaku kedalam vaginanya. Aku hanya bisa bersuara hmm saja menandakan bahwa aku bisa menyetujuinya.







Permainan selesai pada pukul 23.00, ku lihat di layar handphoneku ada 3 misscall dari Rina, di Whatsapp ada banyak pesan menanyakan dimana aku dan sedang apa aku bersama siapa. Tanpa menelpon balik ataupun membalas pesannya, aku langsung kembali ke apartemen. Sesampainya di apartemen, ku lihat Rina tertidur di sofa ruang depan menugguku. Alu membopongnya menuju kamar dan merebahkannya di ranjang. Pakaian minim yg ia kenakan membuat nafsuku membara kembali. Lalu ku kecup lehernya serta ku remas payudaranya, dia terbangun namun kemudian mendorong tubuhku kebelakang.


“bersihin dulu badan kamu. aku gak mau pakai bekas orang”

“Maksud kamu apa sayang?”

***Back To First Post***




Selamat tahun baru 2019
Mohon maaf ane liburnya kelamaan
Semua juga karena kerjaan ane yg lagi masuk proses finishing jadi perlu perhatian khusus dari ane langsung

Jadi ini adalah chapter pertama di season 3, semoga bisa mengobati kerinduan om-om n tante-tante pada cerita petualangan wayan

Ane panggilin om-om n tante yg setia ngikutin cerita wayan dari awal sampe sekarang

@CerseiLannister
@AiSedap
@jlbb_hunter
@zhoeloe
@Firdos66
@jowood
@Sonic110
@RAYxy
@kelana678
@maniaksekz
@Mikosmos
@Hernandez96
@Zailani_Ismail
@nabirongx
@sherly2012
@OPDAT
@Robbie Reyes
@wirasena
@Kadek2011
@lamakeluar2
@garenk150901

 
Terakhir diubah:

Hari ini adalah hari pertama kantor kecil kita mulai membuka kedua pintu kacanya. Hari dimana kita Menerima beberapa telepon ucapan selamat dari rekan-rekan yg dahulu pernah bersama-sama meniti karir. Tentunya hari ini juga adalah hari dimana aku, Rina istriku, dan 2 rekan kerja kami dari Malaysia ; Zubaidah dan Evelyn mulai mengiklankan perusahaan ini ke perusahaan-perusahaan yg membutuhkan tenaga kerja. Kita berempat sama-sama berseluncur di dunia maya melihat situs-situs penyedia jasa pencarian lowongan pekerjaan dan kemudian menawarkan jasa untuk memberikan solusi dalam hal perekrutan pegawai.


Beberapa perusahaan besar yg mencari karyawan baru dalam jumlah banyak telah kita saring dan kita hubungi secara langsung. Namun belum ada satupun perusahaan yg mau memakai jasa dari kami. Hingga akhirnya sore hari menjelang tanpa adanya hasil. Namun itu bukan masalah, kita berempat sepakat untuk mencoba lagi esok hari. Malam ini rencananya aku dan Rina menemani 2 gadis Melayu ini menuju sebuah kost di dekat kantor. Kita berdua sengaja membawa mereka agar mereka bisa menilai sendiri bagaimana kondisi kost tersebut. Ternyata setelah sampai lokasi, Evelyn merasa bahwa dia tak nyaman dengan kondisi kost tersebut. Wajar memang karena saat kami mengunjungi kost itu, ada beberapa penghuni yg sedang bersenda gurau sambil bernyanyi-nyanyi riang di teras kamar yg cukup mengganggu bagi yg tidak terbiasa. Meskipun Zubaidah merasa bahwa itu hal lumrah, mungkin mereka tidak setiap hari seperti itu. Namun Evelyn berkata padaku bahwa dia tidak mau ambil resiko untuk kedepannya. Dia berharap hunian yg akan ia tempati nantinya adalah hunian yg nyaman dan tenang. Benar juga menurutnya, karena hunian merupakan tempat kita melepas penat setelah seharian bekerja. Jadi sangat wajar jika kita menginginkan hunian yg nyaman dan sunyi.


Kemudian aku teringat dengan Kost Pak Joko. Tempat penuh kenangan dimana aku membuat banyak kenangan indah disana. Meskipun berat rasanya kembali kesana karena pasti akan mengingatkanku pada memory-memory indah yg telalh lalu. Namun alu menguatkan diriku dan melangkahkan kaki kesana untuk mencarikan tempat bagi 2 rekan kerjaku ini.


“Assalamualaikum Pak Joko”

“Wa alaikum salam. Eh Kau Wayan. Apa kabar bro?”

“Alhamdulillah sehat Pak. Pak Joko dan Bu Badriah gimana? Sehat kan?”

“Sehat semua bro. Wah kau sekarang fasih ya ngucap salam juga ngucap Alhamdulillah”

“Ya harus dong Pak. Saya sekarang Muslim Pak”

“Hah! Iya kah?”

“Iya Pak. Ini buat meminang si Cantik ini pak”

“Iya iya saya paham. Jadi kenapa ini dateng kesini malem-malem gini?”

“gini pak, saya sama istri saya buka kantor baru. Dan ini 2 rekan saya utusan dari kantor pusat di Malaysia. Mereka berdua butuh tempat tinggal pak. Masih ada kamar kosong kah?”

“ada 1, kamarnya di sebelah kamar kau dulu. Itu lho kamar yg penuh kenangan. Mau gak?”

“kamar apaan pak?”

“Hahaha. Yaudah lupain aja. Jadi gimana mau gak?”

“ya saya tanya mereka pak mau apa nggak. Miss Zubaidah, Miss Evelyn boleh kita keatas lihat kamarnya”

“Baik Bang Wayan” sahut zubaidah

“Miss, dia ini bukan orang Betawi. Jangan panggil Bang. Dia itu orang Bali Panggil dia Bli”

“Memangnya Bli itu apa?”

“Bli itu sama seperti Abang. Panggilan untuk lelaki yg lebih tua. Tapi jangan panggil saya Bli. Saya orang jawa. Bisa panggil saya Mas Joko”

“Huu. Dasar aki-aki ganjen. Awas aja kalo sampe ini rekan-rekan wayan pada gak betah. Wayan laporin ke bu Badriah tau rasa”

“Oh baik mas Joko dan Bli Wayan” Zubaidah menyela

“hahaha. Ampun, ya udah yuk saya ambil kuncinya dulu”


Kita berlima naik keatas dan melihat kamar yg sebelumnya ditempati oleh Stefanie. Melihat kondisi kamar yg bersih dan ber-AC serta memiliki ranjang walaupun Ranjang itu tanpa dipan, Zubaidah dan Evelyn langsung setuju untuk tinggal disana. Terlebih memang peraturan di kost ini sebetulnya sangat ketat namun longgar. Dimana kita boleh melakukan apa saja selama kita bisa sopan dan tidak membuat gaduh. Akhirnya aku membayar sewa kost kamar itu untuk 3 bulan. Kenapa hanya 3 bulan, Zubaidah dan terutama Evelyn, ingin mencoba dan melihat situasi lingkungan itu terlebih dahulu. Jika cocok mungkin mereka akan terus stay disana selama setahun kedepan mereka di Jakarta.


Setelah Deal dengan Pak Joko, aku mengantar mereka berdua ke hotel tempat mereka berdua singgah. Setelah itu aku dan Rina pulang ke apartemen. Di Jalan ke arah apartemen Rina tidur, mungkin karena dia merasa lelah dan letih setelah seharian ini bekerja dan dilanjutkan dengan mencarikan Kost untuk Zubaidah dan Evelyn. Setibanya di Basement, aku tak tega untuk membangunkan Rina. Kulihat dia tidur nyenyak sekali, sehingga aku memutuskan untuk stay di mobil dan tidur di belakang kemudi setelah sebelumnya membuka sedikit kaca jendela mobil. Pukul 00.30 Rina membangunkanku, dia heran dengan sikapku karena malah ikut-ikutan tidur di mobil bukan membangunkannya untuk turun dan segera ke kamar untuk istirahat. Namun setelah mendengar alasanku dia justru berbalik tersenyum serta menciumku dengan mesra dan dengan segenap cintanya.


Hari kedua, hari ketiga hingga hari ke 8 kantor ini berjalan belum ada satupun perusahaan yg tertarik menggunakan jasa kami. Hingga akhirnya perusahaan ini pecah telur di hari ke 13. Bang!!!, Lucky Number Thirteen. Sebuah perusahaan yg bergerak dibidang general trading membutuhkan setidaknya 40 orang telemarketing. Kami menyodorkan angka untuk jasa yg kita berikan, mereka setuju dengan angka yg kami minta tersebut. Lalu semuanya dimulai dari sekarang, Rina dan Zubaidah menghadiri meeting dengan perusahaan tersebut guna membahas segala sesuatu yg nantinya akan mengikat kedua belah pihak. Mengapa Rina meeting bersama Zubaidah. Karena itu adalah mandat langsung dari Mr. Charles bahwa dalam setiap kesempatan beliau ingin aku ataupun Rina melibatkan salah satu diantara 2 staf nya itu. Selagi Rina meeting dengan Klien, aku berdua bersama Evelyn di kantor mencari-cari peluang yg ada sekalipun kemungkinannya kecil. Pukul 12.00 Waktu Indonesia Barat Waktunya untuk makan siang. Walaupun dia ini chinese dan hidup berkecukupan di Malaysia sana, namun soal makan ku akui Evelyn tidaklah ribet. Dia bahkan sangat menyukai masakan khas Indonesia seperti nasi padang bahkan nasi rames khas warteg Indonesia. Siang itu aku mengajaknya makan ketoprak. Dia penasaran dengan makanan satu itu. Walaupun harus makan di pinggir jalan, dia tidak merasa aneh sama sekali.


“nah ini dia Evie, ini yg namanya Ketoprak”

“Oh my God. Banyak sekali kalori disini ya Bli”

“Ya begitulah Indonesia. Kita ini semua pekerja keras, jadi makanan bergizi saja tidak cukup. Makanan kita harus memiliki kalori yg besar”

“Ya pantas saja banyak orang gemuk di Jakarta ini ya Bli”

“Hahaha. Betul juga ya. Saya baru sadar kalau banyak sekali orang gemuk disini”

“hmmm. Evie suka rasa ini Bli. Bumbu kacang ini sungguh lezat Bli. Ketupat ini juga enak Bli kenyal dan padat”

“Oh begitu ya. Ketoprak ini salah satu makanan khas Indonesia. Selanjutnya, Nanti saya ajak kamu makan Soto Mie Bogor”

“Soto mie? Indomie rasa soto? Atau apa Bli?”

“No, bukan itu. Jadi soto mie itu salah satu jenis soto terbaik yg ada di Indonesia. Soto ini bahan-bahannya yaitu Mie kuning, Kikil, Daging sapi, Kentang, Kol, disiram dengan kuah soto yg pedas. Kamu suka pedas?”

“Spicy, hmmm saya suka. Tapi saya tak suka kalau jadi sakit perut”

“ya selama kita makan secukupnya pasti gak akan sakit perut”

“Tapi saya kalau sudah makan pedas tidak bisa berhenti Bli. Selalu mau lagi mau lagi walaupun mulut dan perut saya sudah terasa panas”

“Hahaha. Kamu sama seperti kebanyakan orang disini. Orang-orang yg suka makan pedas. Eh tunggu Ev, istri saya telepon”


Disaat sedang asyik berbincang dengan Evelyn, Rina menelponku menanyakan dimana aku dan Evelyn. Aku menjawab kalau aku sedang makan ketoprak dengannya di dekat kantor. Ternyata Rina telah kembali ke kantor dan dia membawakan Makan siang. Namun aku tidaklah salah karena Rina tidak mengabari sebelumnya kalau dia akan membelikan makan siang. Jadi jika aku tak mampu memakan makanan itu aku tidak merasa bersalah sedikitpun. Untung saja makanan itu dapat bertahan hingga malam, sehingga makanan itu bisa dibawa pulang oleh Evelyn dan Zubaidah. Esok hari agenda kerja kita adalah mencari 40 orang yg diminta oleh klien kita. Setelah makan siang aku dan Rina menelpon satu persatu Calon pekerja yg datanya dibawa oleh Rina dari kantor Indromaret. Data para pencari kerja yg di file secara rapi oleh Rina memudahkan kita dalam mencari pekerja. 100 orang telah kami hubungi dan berhasil membuat janji akan datang untuk interview esok hari.


Hari berganti, kita berempat melakukan wawancara kepada 100 orang yg kita undang. Menyampaikan posisi yg dibutuhkan serta menjelaskan scope kerja yg akan menjadi kewajiban mereka. Dari 100 orang tersebut tercatat 24 orang setuju bekerja sebagai telemarketing. Masih kurang 16 orang lagi, maka aku dan Rina kembali menelpon beberapa orang lagi untuk Interview di hari selanjutnya. Di Hari kedua wawancara dengan para pelamar kerja, aku terhipnotis dengan salah satu peserta rekrutmen. Gadis cantik dengan rambut hitam panjang yg diikat ekor kuda. Bibir tipis yg dibalut lipgloss yg membuat warna pink alami itu menjadi berkilap. Lehernya putih bersih dan jenjang karena tak ada rambutnya yg menutupi leher tersebut, membuatku berkhayal menciumi leher itu. Walau payudaranya tak cukup besar, namun proporsi tubuhnya membuatnya tampak anggun. Gadis itu bernama Gina, Gina Ernawati begitu nama panjangnya. Seorang gadis kelahiran Bogor 20 tahun yg lalu. Aura mempesona dari mojang pajajaran tersebut membuat mataku tak henti memandangnya dan juga membuat hati ini gelisah berpikir jorok tentangnya.


Selepas wawancara dengannya aku menyelipkan sebuah pesan yg ku tulis di secarik kertas. Pesan itu berbunyi, “Telpon nomor ini saya bisa atur kamu untuk diterima bekerja”. Lalu apa yg aku inginkan direspon dengan cepat oleh Gina. Gina menelponku dan aku kemudian izin pada Evelyn yg bertandem denganku.


“Hallo, Pak Wayan ya”

“Iya. Kamu Gina kan?”

“Iya Pak saya Gina. Jadi gimana pak supaya saya bisa diterima kerja? Saya benar2 butuh pekerjaan ini Pak. Untuk membiayai pengobatan Ayah saya”

“Saya rasa kamu pasti tau caranya Gina. Saya tidak meminta dan tidak memaksa. Namun jika kamu memberikan apa yg saya mau itu, Saya bisa dengan mudah menuliskan nama kamu di dalam daftar pelamar yg lulus wawancara”

“Gak bisa yg lain aja pak. Biaya Admin misalnya”

“Saya sudah memiliki cukup uang Gina”

“Tapi pak…”

“Tapi apa Gina?”

“Apa benar saya bisa diterima pak?”

“Tentu, karena semua keputusan ada pada saya”

“Jadi Pak Wayan Mau dimana?”

“Silahkan catat, Hotel Griya di Daerah Jakarta selatan. Saya tunggu di sana nanti sore”

“Oh iya pak. Tapi saya mohon pak izinkan saya bergabung. Saya benar-benar butuh pekerjaan ini pak”

“ya sudah. Selamat kamu sudah saya terima. Dan jangan lupa apa yg harus kamu berikan untuk saya. Jika tak mau nama kamu saya coret kembali”

“jangan pak. Saya akan tepati janji saya”


Entah setan apa yg telah merasuki diriku sehingga aku tanpa rasa takut melakukan hal tersebut. Sore hari aku izin pada Rina untuk pergi bersama kawanku. Dia tidak curiga sama sekali dengan ku. Bahkan dia juga masih di kantor untuk merampungkan pekerjaannya. Mengirim email ke masing-masing pelamar yg diterima. Serta membuat laporan yg nantinya akan diserahkan untuk klien ditemani oleh Zubaidah dan Evelyn.


Aku langsung menuju hotel yg dijanjikan menggunakan ojek online. Aku jadi teringat dulu saat menjadi driver ojek online. Dulu aku yg ada di depan kini aku ada di belakang, rasa-rasanya dunia ini berputar lebih cepat. Sesampainya disana ternyata Gina telah menunggu dengan penampilan yg anggun, dia mengenakan kemeja putih tipis serta mengenakan rok pendek berwarna hitam. Melihat gadis berpenampilan seperti itu membuat birahiku tak terkendali. Seketika penisku berdiri tegak didalam celanaku. Setelah melakukan check in, aku dan Gina segera pergi ke kamar yg ku pesan. Saat kita berdua di dalam lift, aku meremas bongkahan pantatnya yg berisi. Oh tuhan ternyata dia tidak menggunakan celana dalam karena aku tidak merasakan ada celana dalamnya. Semakin tak sabar rasanya diriku untuk segera menikmati kemolekan tubuh Gina. Sesampainya di kamar, aku melihat Gina sangat canggung. Lalu aku bertanya padanya tentang apa yg ia rasakan.


“Kamu kenapa sayang?”

“mmm, gak apa-apa pak. Jadi silahkan bapak mulai”

“kamu kelihatan canggung gitu sih”

“Saya baru kali ini pak seperti ini”

“Maksud kamu Gin?”

“Ya baru kali ini saya melayani seseorang demi mendapatkan sesuatu pak”

“Oh gitu. Tapi kalo saya boleh tau apa kamu masih perawan?”

“Tidak pak. Saya pernah melakukannya tapi hanya beberapa kali. Itu pun dulu pak waktu saya baru-barunya pacaran. Saya dijebak oleh mantan pacar saya pak”

“Jadi kamu siap untuk melakukannya dengan saya Gin?”

“Iya pak saya siap”

Lalu dengan penuh nafsu aku mulai melepas pakaian yg ia kenakan. Tubuh putih mulus bak seorang putri raja terpampang tanpa sehelai benang menutupinya di hadapanku. Aku tertegun dan beberapa kali menelan ludahku karena takjub akan indahnya tubuh Gina tersebut. Tanpa banyak buang waktu aku mulai mencumbunya. Bagaikan seekor kucing aku menjilati setiap jengkal kulit putih bersih itu. Gina hanya bisa pasrah ketika lidahku menyapu tubuhnya. Gayanya yg pasif membuatku cukup kesal karena aku tidak merasakan sensasinya. Beberapa tempat telah ku jilati namun tak sedikitpun suara keluar dari mulutnya. Tak ada desahan apalagi erangan yg ku dengar. Dia hanya diam saja dan hanya pasrah ketika aku meraba serta menjilati tubuhnya



“Gina sayang, Kok diem aja sih”

“Eh, terus Gina harus gimana Pak?”

“Yang aktif dong sayang. Kasih saya service yg memuaskan. Kan saya udah kasih kamu pekerjaan”

“Maaf Pak. Habisnya Gina bingung harus gimana”

“Yaudah sini saya tuntun kamu. Sekarang kamu buka celana saya”

“Oke pak”

“Terus kamu pegang titit saya. Kamu masukin kedalam mulut sekarang”

“Hmmm. Kan kotor pak”

“Titit saya bersih kok. Selalu saya sabunin setiap mandi dan setiap cebok. Jadi saya jamin gak kotor bahkan bau pesing juga nggak”

“Yaudah pak saya coba ya”


Lalu Gina mulai memasukkan penisku kedalam mulutnya. Kepalanya sudah masuk dan Gina hanya mendiamkannya disana. Dengan lidahnya dia mulai meraba-raba ujung penisku setelah beberapa saat, kini ia mulai memaju-mundurkan kepalanya. Membuat penisku keluar masuk didalam mulutnya. Beberapa kali Penisku terkena giginya dan rasanya cukup ngilu. Setelah kurasa cukup, aku mulai mencoba melakukan penetrasi. Perasaan Was-was terlihat dari raut wajah Gina. Namun ia hanya bisa pasrah ketika penisku mulai merangsek masuk kedalam liang senggamanya.


Tak butuh waktu lama hingga seluruh penisku masuk kedalam vaginanya. Air mata menetes disudut matanya. Lalu ketika kulihat kebawah ada bercak berwarna merah. Aku khawatir melihatnya, hingga aku bertanya kepadanya apakah bercak merah itu. Dia menjawab mungkin itu darah karena aku menekan vaginanya. Karena dia tidak dalam masa menstruasi. Aku tersenyum dalam hati, walau dia pernah beberapa kali senggama sehingga dia dipastikan sudah tidak perawan, namun sore ini aku merasakan sisa-sisa keperawanannya.


Aku memberinya waktu sejenak untuk menenangkan dirinya setelah vaginanya mengeluarkan bercak darah. Setelah kurasa waktu yg kuberikan telah cukup, aku mulai memaju-mundurkan penisku. Kali ini ada suara keluar dari mulutnya. Namun suara itu adalah suara rintihan. Tak tega aku mendengarnya, hingga akhirnya aku berhenti kembali dan memberinya waktu lagi. Namun ternyata dia berujar bahwa dia bisa tahan rasa sakitnya seraya mempersilahkanku melanjutkan kegiatanku. Tanpa ragu aku memulai kembali aktivitasku. Perlahan namun pasti, suara rintihan dari mulut Gina berubah menjadi suara desahan lembut. Ini adalah tanda bagiku untuk menambah kecepatan penetrasiku. Seiring bertambah cepatnya tempo permainan Gina semakin kencang Desahannya. Bahkan ketika penisku masuk hingga ujungnya, Gina sedikit menjerit tanda bahwa dia merasakan kenikmatannya.


Gaya konvensional yg aku mainkan cukup membuat Gina ikut larut dalam lautan birahi yg bergelora. Kini ia memohon padaku untuk bertukar posisi, ia memintaku untuk rebahan sedangkan ia berada di posisi atas. Aku menurutinya dan Gina segera beranjak keatas ku, mengarahkan penisku yg tegak berdiri menuju liang senggamanya. Dengan sekali hentakan penisku masuk seluruhnya kedalam vagina yg sangat nikmat milik Gina itu. Gina melenguh saat pertama kali penisku masuk hingga mentok ke ujung vaginanya. Setelah Ngilu yg dirasakannya mereda, Gina langsung menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Penisku terasa seperti di ulek oleh Gina. Jujur ini adalah permainan ternikmat yg pernah ku rasakan. Vagina yg masih sangat sempit namun dengan pelumas yg cukup sehingga rasanya bukanlah sakit melainkan nikmat yg tiada tara.


Sekitar 5 Menit saat Gina mengulek penisku, Rasa-rasanya aku ingin segera ejakulasi. Cairan spermaku sepertinya sudah berada diujung kepala penisku. Namun ntah mengapa aku merasakan tanggung karena apa yg dilakukan Gina sedang nikmat-nikmatnya. Terlebih aku melihat Gina sangat menikmati apa yg sedang ia lakukan. Akhirnya setelah memikirkan segala resikonya, aku mengeluarkan Spermaku di dalam vaginanya. Seketika Gina beranjak dan melepaskan genggaman vaginanya di penisku. Dengan raut wajah panik dia mempertanyakan apa maksudku mengeluarkan spermaku di dalam vaginanya.


“Pak Wayan, maksud bapak apa keluarin di dalem gini?”

“Emang kenapa Gina? Kamu gak suka?”

“Ya gak lah. Kalo aku hamil gimana coba?”

“Ya itu resiko kamu lah. Kamu disini kan lagi tugas memberikan servis buat saya ya. Jadi apapun yg saya lakukan ya kamu harus terima dong”

“Ya tapi gak gini juga pak. Kalo aku hamil gimana pak? Aku gak mau hamil diluar nikah” Gina mulai menangis

“Yaudah gini deh. Saya minta maaf karena gak sengaja keluarin di dalem. Sekarang gini, kalo nantinya kamu hamil. Saya siap bertanggung jawab penuh atas apa yg udah saya perbuat”

“tapi pak..”

“tapi apa lagi?”

“apa bapak yakin mau bertanggung jawab penuh”

“Ya, saya seorang yg selalu tepati janji saya. Jadi jangan khawatir”

“ya gimana gak khawatir pak. Aku takut hamil pak”

“yaudah tenang aja. Sana gih ke kamar mandi terus vagina kamu kamu bilas dalamnya pake shower. Usahain air masuk sampai dalem. Semoga bisa memperkecil peluang kamu hamil”

“Iya pak. Saya kekamar mandi dulu”


Saat ia memberishkan sisa sperma yg aku semburkan dalam vaginanya, aku memperhatikan dirinya dari area didepan cermin. Melihat lekuk tubuhnya saat duduk jongkok membuat nafsu birahi ku menyala kembali. Akhirnya aku menariknya kembali ke kamar lalu mulai menusukkan kembali penisku kedalam vaginanya. Di sela-sela desahannya dia kembali mengingatkanku agar tidak mengeluarkan spermaku kedalam vaginanya. Aku hanya bisa bersuara hmm saja menandakan bahwa aku bisa menyetujuinya.







Permainan selesai pada pukul 23.00, ku lihat di layar handphoneku ada 3 misscall dari Rina, di Whatsapp ada banyak pesan menanyakan dimana aku dan sedang apa aku bersama siapa. Tanpa menelpon balik ataupun membalas pesannya, aku langsung kembali ke apartemen. Sesampainya di apartemen, ku lihat Rina tertidur di sofa ruang depan menugguku. Alu membopongnya menuju kamar dan merebahkannya di ranjang. Pakaian minim yg ia kenakan membuat nafsuku membara kembali. Lalu ku kecup lehernya serta ku remas payudaranya, dia terbangun namun kemudian mendorong tubuhku kebelakang.


“bersihin dulu badan kamu. aku gak mau pakai bekas orang”

“Maksud kamu apa sayang?”

***Back To First Post***




Selamat tahun baru 2019
Mohon maaf ane liburnya kelamaan
Semua juga karena kerjaan ane yg lagi masuk proses finishing jadi perlu perhatian khusus dari ane langsung

Jadi ini adalah chapter pertama di season 3, semoga bisa mengobati kerinduan om-om n tante-tante pada cerita petualangan wayan

Ane panggilin om-om n tante yg setia ngikutin cerita wayan dari awal sampe sekarang

@CerseiLannister
@AiSedap
@jlbb_hunter
@zhoeloe
@Firdos66
@jowood
@Sonic110
@RAYxy
@kelana678
@maniaksekz
@Mikosmos
@Hernandez96
@Zailani_Ismail
@nabirongx
@sherly2012
@OPDAT
@Robbie Reyes
@wirasena
@Kadek2011
@lamakeluar2
@garenk150901



Hadir suhu
 
2018
nice story om di tg ya ...okeh3x
Makasih om. Maaf baru bisa di reply. Sudah update ya cerita selanjutnya


We want more........

Om Buncit ntar update habis taun baru yg banyak ya, kan liburnya panjang dan lama........
;);););)
Habis tahun baru sampai nanti bulan april kayaknya bakalan bolong2 deh updatenya. Semua karena kerjaan


Di tunggu lanjutannya
Lanjutannya dah ada ya om


Kasihan stefani... padahal gue berharap bli wayan mau berbesar hati. :beer:
Sebenernya kasihan juga sih. Tapi apa boleh dikata nasi dah jadi bubur. Semua dah terlanjur


Tambaaaaahhhhh kereeenn...... Tetep semangaaattttt.. ...
Makasih om @OPDAT


2019
Selamat tahun baru suhu!
Ditunggu kisah barunya si wayan
Selamat tahun baru juga om. Kisahnya sudah dilanjut ya


Mana Nih Om cit.....
kok belum update juga......
:kretek::kretek::kretek:
Maaf om liburnya kelamaan. Lagian juga kerjaan lagi padet merayap. Project yg ane pegang lagi masuk tahap finishing, testing n commisioning jadi butuh perhatian ekstra dari ane


di tunggu updatenya Om
Sudah update ya om...


Akhirnya update juga
Yihaaaaaa...
Wayan is back hehehe
Maaf liburnya kelamaan


Hadir suhu
Tetep hafal rina yah mantaf suhu
Makasih dah mampir om @lamakeluar2


"Aku gak mau pakai bekas orang"
Ahh... Gitu aja masak nggak ngerti sih Way... Hihihi...
Lanjutannya kaya gimana hayo kira2?


Welcome back gan, akhirnya wayan is back. Bakalan banyak nih mangsa wayan di banding sebelumnya, di tunggu next ny gan :semangat:
Makasih om @Hernandez96 setia menunggu. Tungguin terus updatenya ya om


Jadi selfish gini nih si Wayan.. mentang2 boss...

Welcome back, suhu..
all the best this year... :beer:
Si wayan lagi kesurupan. Lagian tititnya gatel. Biasa sebulan sekali dapet lubang baru. Semenjak nikah cuma bisa pake punya Rina doang


Yeah akhirnya suhu @siperut_bunciit is back.....
Makasih om @Zailani_Ismail setia menanti...


wah kirain masuk session 2 di lain cerita ternyata disambung disini juga
Ini season 3 om @zhoeloe


lanjutkan om hihihi
Lanjut terus om...
 
Lanjutannya, Rina bertualang jg... Hihihi
Wow... petualangan kaya gimana nih?


Makasih atas updatenya om @siperut_bunciit
Iya om sama-sama. Makasih juga udah mampir. Maaf liburnya kelamaan
Koq Wayan kambuh lagi penyakitnya ya? Apa servis dari Rina kurang ya om?
Lagi kumat aja om. Mungkin efek gagal cemewew sama miss Hafizah


makasih untuk update nya Om
Iya om sama-sama. Makasih juga dah mampir om..


Dari mana Rina tau klo Wayan habis ML sama yg lain
Feeling maybe. Gara2 wa g dibales di telpon g diangkat
 
Bimabet
k

Hari ini adalah hari pertama kantor kecil kita mulai membuka kedua pintu kacanya. Hari dimana kita Menerima beberapa telepon ucapan selamat dari rekan-rekan yg dahulu pernah bersama-sama meniti karir. Tentunya hari ini juga adalah hari dimana aku, Rina istriku, dan 2 rekan kerja kami dari Malaysia ; Zubaidah dan Evelyn mulai mengiklankan perusahaan ini ke perusahaan-perusahaan yg membutuhkan tenaga kerja. Kita berempat sama-sama berseluncur di dunia maya melihat situs-situs penyedia jasa pencarian lowongan pekerjaan dan kemudian menawarkan jasa untuk memberikan solusi dalam hal perekrutan pegawai.


Beberapa perusahaan besar yg mencari karyawan baru dalam jumlah banyak telah kita saring dan kita hubungi secara langsung. Namun belum ada satupun perusahaan yg mau memakai jasa dari kami. Hingga akhirnya sore hari menjelang tanpa adanya hasil. Namun itu bukan masalah, kita berempat sepakat untuk mencoba lagi esok hari. Malam ini rencananya aku dan Rina menemani 2 gadis Melayu ini menuju sebuah kost di dekat kantor. Kita berdua sengaja membawa mereka agar mereka bisa menilai sendiri bagaimana kondisi kost tersebut. Ternyata setelah sampai lokasi, Evelyn merasa bahwa dia tak nyaman dengan kondisi kost tersebut. Wajar memang karena saat kami mengunjungi kost itu, ada beberapa penghuni yg sedang bersenda gurau sambil bernyanyi-nyanyi riang di teras kamar yg cukup mengganggu bagi yg tidak terbiasa. Meskipun Zubaidah merasa bahwa itu hal lumrah, mungkin mereka tidak setiap hari seperti itu. Namun Evelyn berkata padaku bahwa dia tidak mau ambil resiko untuk kedepannya. Dia berharap hunian yg akan ia tempati nantinya adalah hunian yg nyaman dan tenang. Benar juga menurutnya, karena hunian merupakan tempat kita melepas penat setelah seharian bekerja. Jadi sangat wajar jika kita menginginkan hunian yg nyaman dan sunyi.


Kemudian aku teringat dengan Kost Pak Joko. Tempat penuh kenangan dimana aku membuat banyak kenangan indah disana. Meskipun berat rasanya kembali kesana karena pasti akan mengingatkanku pada memory-memory indah yg telalh lalu. Namun alu menguatkan diriku dan melangkahkan kaki kesana untuk mencarikan tempat bagi 2 rekan kerjaku ini.


“Assalamualaikum Pak Joko”

“Wa alaikum salam. Eh Kau Wayan. Apa kabar bro?”

“Alhamdulillah sehat Pak. Pak Joko dan Bu Badriah gimana? Sehat kan?”

“Sehat semua bro. Wah kau sekarang fasih ya ngucap salam juga ngucap Alhamdulillah”

“Ya harus dong Pak. Saya sekarang Muslim Pak”

“Hah! Iya kah?”

“Iya Pak. Ini buat meminang si Cantik ini pak”

“Iya iya saya paham. Jadi kenapa ini dateng kesini malem-malem gini?”

“gini pak, saya sama istri saya buka kantor baru. Dan ini 2 rekan saya utusan dari kantor pusat di Malaysia. Mereka berdua butuh tempat tinggal pak. Masih ada kamar kosong kah?”

“ada 1, kamarnya di sebelah kamar kau dulu. Itu lho kamar yg penuh kenangan. Mau gak?”

“kamar apaan pak?”

“Hahaha. Yaudah lupain aja. Jadi gimana mau gak?”

“ya saya tanya mereka pak mau apa nggak. Miss Zubaidah, Miss Evelyn boleh kita keatas lihat kamarnya”

“Baik Bang Wayan” sahut zubaidah

“Miss, dia ini bukan orang Betawi. Jangan panggil Bang. Dia itu orang Bali Panggil dia Bli”

“Memangnya Bli itu apa?”

“Bli itu sama seperti Abang. Panggilan untuk lelaki yg lebih tua. Tapi jangan panggil saya Bli. Saya orang jawa. Bisa panggil saya Mas Joko”

“Huu. Dasar aki-aki ganjen. Awas aja kalo sampe ini rekan-rekan wayan pada gak betah. Wayan laporin ke bu Badriah tau rasa”

“Oh baik mas Joko dan Bli Wayan” Zubaidah menyela

“hahaha. Ampun, ya udah yuk saya ambil kuncinya dulu”


Kita berlima naik keatas dan melihat kamar yg sebelumnya ditempati oleh Stefanie. Melihat kondisi kamar yg bersih dan ber-AC serta memiliki ranjang walaupun Ranjang itu tanpa dipan, Zubaidah dan Evelyn langsung setuju untuk tinggal disana. Terlebih memang peraturan di kost ini sebetulnya sangat ketat namun longgar. Dimana kita boleh melakukan apa saja selama kita bisa sopan dan tidak membuat gaduh. Akhirnya aku membayar sewa kost kamar itu untuk 3 bulan. Kenapa hanya 3 bulan, Zubaidah dan terutama Evelyn, ingin mencoba dan melihat situasi lingkungan itu terlebih dahulu. Jika cocok mungkin mereka akan terus stay disana selama setahun kedepan mereka di Jakarta.


Setelah Deal dengan Pak Joko, aku mengantar mereka berdua ke hotel tempat mereka berdua singgah. Setelah itu aku dan Rina pulang ke apartemen. Di Jalan ke arah apartemen Rina tidur, mungkin karena dia merasa lelah dan letih setelah seharian ini bekerja dan dilanjutkan dengan mencarikan Kost untuk Zubaidah dan Evelyn. Setibanya di Basement, aku tak tega untuk membangunkan Rina. Kulihat dia tidur nyenyak sekali, sehingga aku memutuskan untuk stay di mobil dan tidur di belakang kemudi setelah sebelumnya membuka sedikit kaca jendela mobil. Pukul 00.30 Rina membangunkanku, dia heran dengan sikapku karena malah ikut-ikutan tidur di mobil bukan membangunkannya untuk turun dan segera ke kamar untuk istirahat. Namun setelah mendengar alasanku dia justru berbalik tersenyum serta menciumku dengan mesra dan dengan segenap cintanya.


Hari kedua, hari ketiga hingga hari ke 8 kantor ini berjalan belum ada satupun perusahaan yg tertarik menggunakan jasa kami. Hingga akhirnya perusahaan ini pecah telur di hari ke 13. Bang!!!, Lucky Number Thirteen. Sebuah perusahaan yg bergerak dibidang general trading membutuhkan setidaknya 40 orang telemarketing. Kami menyodorkan angka untuk jasa yg kita berikan, mereka setuju dengan angka yg kami minta tersebut. Lalu semuanya dimulai dari sekarang, Rina dan Zubaidah menghadiri meeting dengan perusahaan tersebut guna membahas segala sesuatu yg nantinya akan mengikat kedua belah pihak. Mengapa Rina meeting bersama Zubaidah. Karena itu adalah mandat langsung dari Mr. Charles bahwa dalam setiap kesempatan beliau ingin aku ataupun Rina melibatkan salah satu diantara 2 staf nya itu. Selagi Rina meeting dengan Klien, aku berdua bersama Evelyn di kantor mencari-cari peluang yg ada sekalipun kemungkinannya kecil. Pukul 12.00 Waktu Indonesia Barat Waktunya untuk makan siang. Walaupun dia ini chinese dan hidup berkecukupan di Malaysia sana, namun soal makan ku akui Evelyn tidaklah ribet. Dia bahkan sangat menyukai masakan khas Indonesia seperti nasi padang bahkan nasi rames khas warteg Indonesia. Siang itu aku mengajaknya makan ketoprak. Dia penasaran dengan makanan satu itu. Walaupun harus makan di pinggir jalan, dia tidak merasa aneh sama sekali.


“nah ini dia Evie, ini yg namanya Ketoprak”

“Oh my God. Banyak sekali kalori disini ya Bli”

“Ya begitulah Indonesia. Kita ini semua pekerja keras, jadi makanan bergizi saja tidak cukup. Makanan kita harus memiliki kalori yg besar”

“Ya pantas saja banyak orang gemuk di Jakarta ini ya Bli”

“Hahaha. Betul juga ya. Saya baru sadar kalau banyak sekali orang gemuk disini”

“hmmm. Evie suka rasa ini Bli. Bumbu kacang ini sungguh lezat Bli. Ketupat ini juga enak Bli kenyal dan padat”

“Oh begitu ya. Ketoprak ini salah satu makanan khas Indonesia. Selanjutnya, Nanti saya ajak kamu makan Soto Mie Bogor”

“Soto mie? Indomie rasa soto? Atau apa Bli?”

“No, bukan itu. Jadi soto mie itu salah satu jenis soto terbaik yg ada di Indonesia. Soto ini bahan-bahannya yaitu Mie kuning, Kikil, Daging sapi, Kentang, Kol, disiram dengan kuah soto yg pedas. Kamu suka pedas?”

“Spicy, hmmm saya suka. Tapi saya tak suka kalau jadi sakit perut”

“ya selama kita makan secukupnya pasti gak akan sakit perut”

“Tapi saya kalau sudah makan pedas tidak bisa berhenti Bli. Selalu mau lagi mau lagi walaupun mulut dan perut saya sudah terasa panas”

“Hahaha. Kamu sama seperti kebanyakan orang disini. Orang-orang yg suka makan pedas. Eh tunggu Ev, istri saya telepon”


Disaat sedang asyik berbincang dengan Evelyn, Rina menelponku menanyakan dimana aku dan Evelyn. Aku menjawab kalau aku sedang makan ketoprak dengannya di dekat kantor. Ternyata Rina telah kembali ke kantor dan dia membawakan Makan siang. Namun aku tidaklah salah karena Rina tidak mengabari sebelumnya kalau dia akan membelikan makan siang. Jadi jika aku tak mampu memakan makanan itu aku tidak merasa bersalah sedikitpun. Untung saja makanan itu dapat bertahan hingga malam, sehingga makanan itu bisa dibawa pulang oleh Evelyn dan Zubaidah. Esok hari agenda kerja kita adalah mencari 40 orang yg diminta oleh klien kita. Setelah makan siang aku dan Rina menelpon satu persatu Calon pekerja yg datanya dibawa oleh Rina dari kantor Indromaret. Data para pencari kerja yg di file secara rapi oleh Rina memudahkan kita dalam mencari pekerja. 100 orang telah kami hubungi dan berhasil membuat janji akan datang untuk interview esok hari.


Hari berganti, kita berempat melakukan wawancara kepada 100 orang yg kita undang. Menyampaikan posisi yg dibutuhkan serta menjelaskan scope kerja yg akan menjadi kewajiban mereka. Dari 100 orang tersebut tercatat 24 orang setuju bekerja sebagai telemarketing. Masih kurang 16 orang lagi, maka aku dan Rina kembali menelpon beberapa orang lagi untuk Interview di hari selanjutnya. Di Hari kedua wawancara dengan para pelamar kerja, aku terhipnotis dengan salah satu peserta rekrutmen. Gadis cantik dengan rambut hitam panjang yg diikat ekor kuda. Bibir tipis yg dibalut lipgloss yg membuat warna pink alami itu menjadi berkilap. Lehernya putih bersih dan jenjang karena tak ada rambutnya yg menutupi leher tersebut, membuatku berkhayal menciumi leher itu. Walau payudaranya tak cukup besar, namun proporsi tubuhnya membuatnya tampak anggun. Gadis itu bernama Gina, Gina Ernawati begitu nama panjangnya. Seorang gadis kelahiran Bogor 20 tahun yg lalu. Aura mempesona dari mojang pajajaran tersebut membuat mataku tak henti memandangnya dan juga membuat hati ini gelisah berpikir jorok tentangnya.


Selepas wawancara dengannya aku menyelipkan sebuah pesan yg ku tulis di secarik kertas. Pesan itu berbunyi, “Telpon nomor ini saya bisa atur kamu untuk diterima bekerja”. Lalu apa yg aku inginkan direspon dengan cepat oleh Gina. Gina menelponku dan aku kemudian izin pada Evelyn yg bertandem denganku.


“Hallo, Pak Wayan ya”

“Iya. Kamu Gina kan?”

“Iya Pak saya Gina. Jadi gimana pak supaya saya bisa diterima kerja? Saya benar2 butuh pekerjaan ini Pak. Untuk membiayai pengobatan Ayah saya”

“Saya rasa kamu pasti tau caranya Gina. Saya tidak meminta dan tidak memaksa. Namun jika kamu memberikan apa yg saya mau itu, Saya bisa dengan mudah menuliskan nama kamu di dalam daftar pelamar yg lulus wawancara”

“Gak bisa yg lain aja pak. Biaya Admin misalnya”

“Saya sudah memiliki cukup uang Gina”

“Tapi pak…”

“Tapi apa Gina?”

“Apa benar saya bisa diterima pak?”

“Tentu, karena semua keputusan ada pada saya”

“Jadi Pak Wayan Mau dimana?”

“Silahkan catat, Hotel Griya di Daerah Jakarta selatan. Saya tunggu di sana nanti sore”

“Oh iya pak. Tapi saya mohon pak izinkan saya bergabung. Saya benar-benar butuh pekerjaan ini pak”

“ya sudah. Selamat kamu sudah saya terima. Dan jangan lupa apa yg harus kamu berikan untuk saya. Jika tak mau nama kamu saya coret kembali”

“jangan pak. Saya akan tepati janji saya”


Entah setan apa yg telah merasuki diriku sehingga aku tanpa rasa takut melakukan hal tersebut. Sore hari aku izin pada Rina untuk pergi bersama kawanku. Dia tidak curiga sama sekali dengan ku. Bahkan dia juga masih di kantor untuk merampungkan pekerjaannya. Mengirim email ke masing-masing pelamar yg diterima. Serta membuat laporan yg nantinya akan diserahkan untuk klien ditemani oleh Zubaidah dan Evelyn.


Aku langsung menuju hotel yg dijanjikan menggunakan ojek online. Aku jadi teringat dulu saat menjadi driver ojek online. Dulu aku yg ada di depan kini aku ada di belakang, rasa-rasanya dunia ini berputar lebih cepat. Sesampainya disana ternyata Gina telah menunggu dengan penampilan yg anggun, dia mengenakan kemeja putih tipis serta mengenakan rok pendek berwarna hitam. Melihat gadis berpenampilan seperti itu membuat birahiku tak terkendali. Seketika penisku berdiri tegak didalam celanaku. Setelah melakukan check in, aku dan Gina segera pergi ke kamar yg ku pesan. Saat kita berdua di dalam lift, aku meremas bongkahan pantatnya yg berisi. Oh tuhan ternyata dia tidak menggunakan celana dalam karena aku tidak merasakan ada celana dalamnya. Semakin tak sabar rasanya diriku untuk segera menikmati kemolekan tubuh Gina. Sesampainya di kamar, aku melihat Gina sangat canggung. Lalu aku bertanya padanya tentang apa yg ia rasakan.


“Kamu kenapa sayang?”

“mmm, gak apa-apa pak. Jadi silahkan bapak mulai”

“kamu kelihatan canggung gitu sih”

“Saya baru kali ini pak seperti ini”

“Maksud kamu Gin?”

“Ya baru kali ini saya melayani seseorang demi mendapatkan sesuatu pak”

“Oh gitu. Tapi kalo saya boleh tau apa kamu masih perawan?”

“Tidak pak. Saya pernah melakukannya tapi hanya beberapa kali. Itu pun dulu pak waktu saya baru-barunya pacaran. Saya dijebak oleh mantan pacar saya pak”

“Jadi kamu siap untuk melakukannya dengan saya Gin?”

“Iya pak saya siap”

Lalu dengan penuh nafsu aku mulai melepas pakaian yg ia kenakan. Tubuh putih mulus bak seorang putri raja terpampang tanpa sehelai benang menutupinya di hadapanku. Aku tertegun dan beberapa kali menelan ludahku karena takjub akan indahnya tubuh Gina tersebut. Tanpa banyak buang waktu aku mulai mencumbunya. Bagaikan seekor kucing aku menjilati setiap jengkal kulit putih bersih itu. Gina hanya bisa pasrah ketika lidahku menyapu tubuhnya. Gayanya yg pasif membuatku cukup kesal karena aku tidak merasakan sensasinya. Beberapa tempat telah ku jilati namun tak sedikitpun suara keluar dari mulutnya. Tak ada desahan apalagi erangan yg ku dengar. Dia hanya diam saja dan hanya pasrah ketika aku meraba serta menjilati tubuhnya



“Gina sayang, Kok diem aja sih”

“Eh, terus Gina harus gimana Pak?”

“Yang aktif dong sayang. Kasih saya service yg memuaskan. Kan saya udah kasih kamu pekerjaan”

“Maaf Pak. Habisnya Gina bingung harus gimana”

“Yaudah sini saya tuntun kamu. Sekarang kamu buka celana saya”

“Oke pak”

“Terus kamu pegang titit saya. Kamu masukin kedalam mulut sekarang”

“Hmmm. Kan kotor pak”

“Titit saya bersih kok. Selalu saya sabunin setiap mandi dan setiap cebok. Jadi saya jamin gak kotor bahkan bau pesing juga nggak”

“Yaudah pak saya coba ya”


Lalu Gina mulai memasukkan penisku kedalam mulutnya. Kepalanya sudah masuk dan Gina hanya mendiamkannya disana. Dengan lidahnya dia mulai meraba-raba ujung penisku setelah beberapa saat, kini ia mulai memaju-mundurkan kepalanya. Membuat penisku keluar masuk didalam mulutnya. Beberapa kali Penisku terkena giginya dan rasanya cukup ngilu. Setelah kurasa cukup, aku mulai mencoba melakukan penetrasi. Perasaan Was-was terlihat dari raut wajah Gina. Namun ia hanya bisa pasrah ketika penisku mulai merangsek masuk kedalam liang senggamanya.


Tak butuh waktu lama hingga seluruh penisku masuk kedalam vaginanya. Air mata menetes disudut matanya. Lalu ketika kulihat kebawah ada bercak berwarna merah. Aku khawatir melihatnya, hingga aku bertanya kepadanya apakah bercak merah itu. Dia menjawab mungkin itu darah karena aku menekan vaginanya. Karena dia tidak dalam masa menstruasi. Aku tersenyum dalam hati, walau dia pernah beberapa kali senggama sehingga dia dipastikan sudah tidak perawan, namun sore ini aku merasakan sisa-sisa keperawanannya.


Aku memberinya waktu sejenak untuk menenangkan dirinya setelah vaginanya mengeluarkan bercak darah. Setelah kurasa waktu yg kuberikan telah cukup, aku mulai memaju-mundurkan penisku. Kali ini ada suara keluar dari mulutnya. Namun suara itu adalah suara rintihan. Tak tega aku mendengarnya, hingga akhirnya aku berhenti kembali dan memberinya waktu lagi. Namun ternyata dia berujar bahwa dia bisa tahan rasa sakitnya seraya mempersilahkanku melanjutkan kegiatanku. Tanpa ragu aku memulai kembali aktivitasku. Perlahan namun pasti, suara rintihan dari mulut Gina berubah menjadi suara desahan lembut. Ini adalah tanda bagiku untuk menambah kecepatan penetrasiku. Seiring bertambah cepatnya tempo permainan Gina semakin kencang Desahannya. Bahkan ketika penisku masuk hingga ujungnya, Gina sedikit menjerit tanda bahwa dia merasakan kenikmatannya.


Gaya konvensional yg aku mainkan cukup membuat Gina ikut larut dalam lautan birahi yg bergelora. Kini ia memohon padaku untuk bertukar posisi, ia memintaku untuk rebahan sedangkan ia berada di posisi atas. Aku menurutinya dan Gina segera beranjak keatas ku, mengarahkan penisku yg tegak berdiri menuju liang senggamanya. Dengan sekali hentakan penisku masuk seluruhnya kedalam vagina yg sangat nikmat milik Gina itu. Gina melenguh saat pertama kali penisku masuk hingga mentok ke ujung vaginanya. Setelah Ngilu yg dirasakannya mereda, Gina langsung menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Penisku terasa seperti di ulek oleh Gina. Jujur ini adalah permainan ternikmat yg pernah ku rasakan. Vagina yg masih sangat sempit namun dengan pelumas yg cukup sehingga rasanya bukanlah sakit melainkan nikmat yg tiada tara.


Sekitar 5 Menit saat Gina mengulek penisku, Rasa-rasanya aku ingin segera ejakulasi. Cairan spermaku sepertinya sudah berada diujung kepala penisku. Namun ntah mengapa aku merasakan tanggung karena apa yg dilakukan Gina sedang nikmat-nikmatnya. Terlebih aku melihat Gina sangat menikmati apa yg sedang ia lakukan. Akhirnya setelah memikirkan segala resikonya, aku mengeluarkan Spermaku di dalam vaginanya. Seketika Gina beranjak dan melepaskan genggaman vaginanya di penisku. Dengan raut wajah panik dia mempertanyakan apa maksudku mengeluarkan spermaku di dalam vaginanya.


“Pak Wayan, maksud bapak apa keluarin di dalem gini?”

“Emang kenapa Gina? Kamu gak suka?”

“Ya gak lah. Kalo aku hamil gimana coba?”

“Ya itu resiko kamu lah. Kamu disini kan lagi tugas memberikan servis buat saya ya. Jadi apapun yg saya lakukan ya kamu harus terima dong”

“Ya tapi gak gini juga pak. Kalo aku hamil gimana pak? Aku gak mau hamil diluar nikah” Gina mulai menangis

“Yaudah gini deh. Saya minta maaf karena gak sengaja keluarin di dalem. Sekarang gini, kalo nantinya kamu hamil. Saya siap bertanggung jawab penuh atas apa yg udah saya perbuat”

“tapi pak..”

“tapi apa lagi?”

“apa bapak yakin mau bertanggung jawab penuh”

“Ya, saya seorang yg selalu tepati janji saya. Jadi jangan khawatir”

“ya gimana gak khawatir pak. Aku takut hamil pak”

“yaudah tenang aja. Sana gih ke kamar mandi terus vagina kamu kamu bilas dalamnya pake shower. Usahain air masuk sampai dalem. Semoga bisa memperkecil peluang kamu hamil”

“Iya pak. Saya kekamar mandi dulu”


Saat ia memberishkan sisa sperma yg aku semburkan dalam vaginanya, aku memperhatikan dirinya dari area didepan cermin. Melihat lekuk tubuhnya saat duduk jongkok membuat nafsu birahi ku menyala kembali. Akhirnya aku menariknya kembali ke kamar lalu mulai menusukkan kembali penisku kedalam vaginanya. Di sela-sela desahannya dia kembali mengingatkanku agar tidak mengeluarkan spermaku kedalam vaginanya. Aku hanya bisa bersuara hmm saja menandakan bahwa aku bisa menyetujuinya.







Permainan selesai pada pukul 23.00, ku lihat di layar handphoneku ada 3 misscall dari Rina, di Whatsapp ada banyak pesan menanyakan dimana aku dan sedang apa aku bersama siapa. Tanpa menelpon balik ataupun membalas pesannya, aku langsung kembali ke apartemen. Sesampainya di apartemen, ku lihat Rina tertidur di sofa ruang depan menugguku. Alu membopongnya menuju kamar dan merebahkannya di ranjang. Pakaian minim yg ia kenakan membuat nafsuku membara kembali. Lalu ku kecup lehernya serta ku remas payudaranya, dia terbangun namun kemudian mendorong tubuhku kebelakang.


“bersihin dulu badan kamu. aku gak mau pakai bekas orang”

“Maksud kamu apa sayang?”

***Back To First Post***




Selamat tahun baru 2019
Mohon maaf ane liburnya kelamaan
Semua juga karena kerjaan ane yg lagi masuk proses finishing jadi perlu perhatian khusus dari ane langsung

Jadi ini adalah chapter pertama di season 3, semoga bisa mengobati kerinduan om-om n tante-tante pada cerita petualangan wayan

Ane panggilin om-om n tante yg setia ngikutin cerita wayan dari awal sampe sekarang

@CerseiLannister
@AiSedap
@jlbb_hunter
@zhoeloe
@Firdos66
@jowood
@Sonic110
@RAYxy
@kelana678
@maniaksekz
@Mikosmos
@Hernandez96
@Zailani_Ismail
@nabirongx
@sherly2012
@OPDAT
@Robbie Reyes
@wirasena
@Kadek2011
@lamakeluar2
@garenk150901

keunteung suhu @siperut_bunciit
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd