Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Pesugihan Gunung Kemukus

Bimabet
Chapter 6: Kentang dan Dendam​


[HIDE]Kerja kerasku dan teman-teman akhirnya membuahkan hasil.

Kini pembangunan rumah mewahku selesai.

Rumahku cepat selesai karena sebagian besar adonan semennya dicetak dengan cor dan alat modern.

Ku bayar teman-temanku tiga kali lipat dari bayaran kuli bangunan pada umumnya.

Kupandangi rumah mewah bertingkat berukuran lebar 100 m x 100 m didepanku.

Saking luasnya jalan kaki dari ruang tamu sampai ruang dapur sampai pegal kaki ini melangkah.

Dilengkapi dengan taman indah hijau rumput jepang dan beragam bunga-bunga tepat berada disamping gubug reot rumahku yang dulu, membuatnya kelihatan kontras jika dilihat dan dibandingkan.

Namun itu tak apa, aku akan tetap mempertahankan rumah reot penuh kenangan ini, lagi pula itu semua kini milikku.

Menurut filsafat salah satu orang terkaya di dunia keturunan keluarga Rockefeller mengatakan bahwa “puncak kemewahan adalah kesederhanaan”.

Mungkin sedikit demi sedikit aku mulai paham dengan perkataan orang tersebut.

Aku memiliki banyak emas, banyak uang, kini aku bisa melakukan apapun semauku namun masih tetap menikmati kesederhanaan.

Ayah dan ibuku kini dapat merasakan tinggal di rumah sangat mewah, setiap hari dapat makan ayam sepuasnya bila kami mau.

Selain itu kami sesekali pergi ke kota untuk sekedar membeli sushi, pizza, fried chicken, atau burger karena memang seumur hidup kami belum pernah sekalipun merasakan makanan-makanan tersebut.

Selain makanan kami juga membeli motor baru, dan banyak peralatan rumah tangga seperti kulkas, AC, oven dll.

Sudah seminggu aku sama sekali tak menyetubuhi ibuku karena kesibukanku mengelola uang dan emas dan sesekali harus ke kota.

Suatu malam pukul 22.00 kembali ku lihat ibuku habis dari kamar mandi yang baru.

Aku nekat hendak melakukannya malam ini karena kurasakan kantung zakarku sudah dipenuhi sperma dan sperma-sperma ini harus segera disumbangkan ke memek ibuku, seperti biasa kalau aku sange sesaat setelah ibuku keluar dari kamar mandi ku seret tubuh ibuku masuk ke dalam kamar mandi untuk menodainya.

Ku keluarkan batang kontolku yang kini telah berdiri tegak.

“Sayang, apa yang kamu lakukan, jangan sekarang. Nanti ketahuan, pakne lagi ada di dalam”

Tak peduli dengan pembicaraan ibuku aku ciumi bibir manis ibuku dan dia membalasnya, lalu kuarahkan kontolku yang tegang ke lubang memeknya yang merah merekah dan kini mulai basah. “Aakkkh” suara ibuku ketika aku hujamkan ke memek miliknya.

Perlahan-lahan aku mulai menggenjotnya dengan kecepatanperlahan kemudian semakin cepat namun tetap konstan membuat ibuku semakin kelojotan keenakan.

Lalu sesaat kemudian karena sudah lama aku tak memakai rudalku, jadi kepala penisku kini benar-benar tambah sensitif.

Lalu kurasakan ada yang hendak keluar dari zakarku ini namun sesaat kemudian aku dan ibuku terkaget.

“Bune!”, panggil ayahku.

“Tunggu sebentar disini sayang, jangan kemana-mana”, kata bune berbisik kepadaku.

“Iya pakne”, ibuku lalu melepas penisku dari liang vaginanya lalu dengan terburu-buru ibuku memakai pakaian lalu menghampiri pakne dan kini meninggalkanku dalam keadaan kentang potatto.

Aku mencoba menguping pembicaraan mereka, “Bune, bagas lagi dimana?”

“Bagas lagi pergi main ke temannya sampai sekarang belum pulang pakne”, jawab ibuku.

“Bune, malam ini kita ngewe yuk bune”, kata ayahku.

Lalu karena penasaran aku hampiri kamar ibu dan ayahku yang baru tersebut.

Di temboknya terdapat celah ventilasi yang telah sengaja ku rancang saat membangun rumah ini.

Ku ambil kursi secara perlahan ku letakkan tepat dibawah lubang ventilasi tersebut, kunaiki kursi dan mulai memposisikan bola mataku di lubang tersebut.

Kulihat pintu di tutup oleh ayahku namun tidak dikunci, segera setelah itu ayahku membuka sarungnya lalu melepaskan pakaian yang melekat di tubuh ibuku satu persatu.

“Lampunya dimatiin ya bune!”, kata ayahku sambil mematikan saklar lampu.

Saat lampu mati otomatis gerakan kepala dan cahaya mataku dapat terlihat di celah ventilasi tersebut, namun syukurlah yang sempat melihat mataku hanya ibuku.

Ibuku jelas sekarang telah menyadari bahwa aku sedang mengintai mereka karena sesekali dia menoleh ke arah ventilasi tempatku mengintip ini.

“Jangan pakne, biar jelas nanti nggak salah lubang”, jawab ibuku lalu menyalakan lampunya kembali bermaksud ingin melindungiku agar tidak ketahuan ayahku.

Akhirnya kini kulihat tubuh ibuku telanjang bulat dengan sedikit keringat diakibatkan barusan aku menggenjotnya.

Ayahku meraba-raba daerah sekitar selangkangan ibuku, lalu berkomentar “kok warnanya merah gini bune, dan agak basah?”.

“Anu pakne mungkin karena bune udah pengen”, sambil melirik genit ke arah lubang ventilasi.

“Padahal itu memek memerah dan berlendir karena barusan aku genjot”, batinku menimpali perkataan pakne.

Itu sangat membuatku cemburu namun aneh tubuhku terasa semakin panas dan makin nafsu dengan perbuatan iseng ibuku tersebut.

Kemudian kulihat ayahku menghujamkan kontolnya ke vagina ibuku dan menggenjotnya dengan berbagai gaya.

Saat di genjot ayahku, ibuku jelas-jelas sengaja mengeraskan desahannya dan melihat ke arahku bermaksud ingin membuatku semakin cemburu.

Lalu ayahku membalikkan tubuh mulus ibuku, dan sekarang dogy style.

Ayahku sepertinya mulai mengerang keenakan.

Namun saat ayahku kesetanan menggenjot tubuh mulus ibuku dan kutahu pasti sebentar lagi akan keluar dari belakang tiba-tiba ibuku memajukan tubuhnya dan otomatis itu membuat penis ayahku lepas dari vagina ibuku.

Lalu ibuku minta ijin ayahku untuk ke kamar mandi sebentar.

Kulihat di wajah ayahku benar-benar tergambar wajah kecewa dan kentang sama sepertiku tadi.

Setelah keluar dari kamarnya, dengan nekatnya ibuku menghampiriku dan mengajakku ke kamar mandi lagi.

Dia meraih tanganku dan mengarahkanku sampai ke kamar mandi, setelah sampai kamar mandi, dia menunggingkan pantatnya tepat didepanku.

Dengan tanpa sabar aku lalu menusukkan penisku ke lubang anusnya lalu menggenjotnya dengan kasar.

“Pelan-pelan sayang” kata ibuku.

“Berani-beraninya kamu membuatku cemburu seperti ini yanti sayang”, kataku sambil menghujam anusnya dengan kecepatan penuh.

Walaupun aku dibuatnya cemburu, namun aneh, dengan perbuatannya ini aku malah tambah nafsu untuk menyentakkan kontolku ke anusnya dalam-dalam dan semakin cepat.

Lalu setelah aku mengerang ingin memuntahkan spermaku tiba-tiba kembali ibuku dipanggil ayahku.

“Bune!”, panggil ayahku kepada ibuku.

“Sial”, batinku.

Belum sempat aku keluar ibuku kembali mencabut anusnya dari tusukan batang kontolku dan dengan masih telanjang bulat kembali ke kamarnya untuk menemui ayahku.

“Double kentang”, batinku.

Lalu kembali kususul dengan melihatnya kembali dari lubang ventilasi.

Kulihat ibuku masuk, sesaat setelah ibuku masuk, ayahku langsung menarik tubuh montok ibuku lalu menghujamkan kontolnya secara kasar dalam tempo yang pendek.

Dan 5 menit kemudian setelah penggenjotan kecepatan penuh dari ayahku selesai, crooot crooot,crooot sperma ayahku keluar sejadi-jadinya di lubang kenikmatan milik ibuku.

Vagina ibuku kini akhirnya dipenuhi sperma milik ayahku.

Lalu dengan tangannya ibuku langsung menutupi vaginanya bermaksud agar sperma ayahku tetap di dalam dan sambil lari keluar.

Kulihat ayahku terbaring lemas karena kelelahan.

Lalu kembali dengan tangan kirinya menutup vaginanya sendiri, tangan kanan ibuku menarikku masuk kedalam kamar mandi lagi.

“Gila nih ibuku”, batinku.

“Masukin sayang ke memek ibu kandungmu ini, biar sekalian kotornya” ujarnya.

Lalu akhirnya karena sangat nafsu kuhujamkan kontolku ke vagina ibuku yang didalamnya masih terdapat sperma ayahku.

Ku maju mundurkan dengan tempo yang cepat dan aku hentakkan dalam-dalam hingga ibuku kini mendesah sambil menutupi mulutnya sendiri agar desahannya tidak sampai terdengar keluar, setelah beberapa menit akhirnya aku mengerang dan crooot crooot crooot.

Kutambahkan deposit sperma kentalku ke dalam vagina ibuku yang tadi telah di semprot juga oleh ayahku dan kini sperma ayahku dan spermaku bergabung di dalam liang vagina ibuku.

Lalu meleleh keluar sangat banyak sekali dan ibuku membilas vaginanya dengan air lalu kembali ke kamarnya.

Dikamarnya kudengar lagi ibuku merintih kenikmatan, ternyata ayahku sudah bangkit lagi dan kembali melakukan prosesi entot-entotan dengan ibuku.

Lalu malam itu kami ulangi sampai sperma ayahku dan spermaku habis, kami melakukannya secara bergantian namun tetap tanpa diketahui ayahku.

Setelah lelah kamipun tidur.

Paginya, aku bangun tidur tiba-tiba sohibku yang bernama agus menghampiriku.

Mengajakku main catur, saat main catur sesekali dia menanyakan tentang ibuku namun selalu kualihkan pembicaraannya ke materi lain.

Aku mengetahui dari temanku tersebut bahwa tetangga sekitar kampung kami dan tukang sayur mulai membicarakan gosip tentang kami bahwa kami melakukan pesugihan karena secara tidak masuk akal tiba-tiba keluargaku mendadak kaya.

Sebenarnya dugaan mereka sangatlah tepat karena nyatanya aku memang mendapatkan semua kemewahan ini dengan jalan pesugihan.

Namun mereka tidaklah tahu betapa banyaknya penderitaan dan pengorbanan yang kami alami demi mendapatkan kemewahan ini.

Kemudian aku mulai berpikir logis, aku harus mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan hartaku yang melimpah ini jika aku tetap masih ingin tinggal di desa ini tanpa nyinyiran tetangga.

Walaupun aku bisa saja membeli atau membangun rumah dimanapun belahan dunia ini namun tetap saja kecintaanku kepada desa tanah kelahiranku mencegahku untuk beranjak dari tempat ini.

Lalu aku setiap harinya kini berpakaian jas rapih bak orang kaya beneran, pergi ke kota setiap siangnya untuk pura-pura bekerja padahal aku hanya nongkrong ngopi atau sekedar jalan-jalan saja.

Walaupun hanya jalan-jalan tak lupa aku membawa keris wibawa kesayanganku sekedar untuk jaga-jaga.

Suatu ketika aku membeli kopi di kedai kopi Starbutt, namun malangnya aku, kursi outdoor penuh, terpaksa aku gabung dengan meja seseorang di dekatku.

Tak sengaja aku duduk dengan seseorang, dan aku menyapanya seperlunya.

“Permisi mbak, boleh saya duduk disini?” kataku.

“Silahkan kak” katanya menyaut.

“Sendirian aja mbak?”

“Iya kak”, sambil tersenyum manis.

Veronica, si gadis kota.

Dengan wajah cantik natural make up tipis, memakai kaos kekinian yang sangat anggun.

Setelah mulai mengobrol kutahu dia seumuranku, umurnya masih 18-san tahun namun tetap saja aku lebih tua darinya beberapa bulan.

Dia ada di sini karena orang tuanya diserahi bisnis di tempat ini dan veronica terpaksa pindah-pindah sekolah.

Kini dia sedang dalam masa tunggu pendaftaran mahasiswa baru di kampusnya yang terletak di jakarta.

Aku jadi salah tingkah saat ngobrol dengannya karena paras cantiknya, berawal dari obrolan sapaan biasa lama-lama obrolan kami makin dalam.

Kami mengobrol tentang pekerjaan, asal usul, makanan favorit, dan lain-lain.

Sebenarnya aku mengaku padanya bahwa aku hanyalah karyawan biasa, namun itu tetap tidak merubah sikapnya terhadapku. Kurasa dia bukanlah cewek matre.

Setelah pembicaraan kami makin lama maka aku ketahua bahwa dia sebenarnya adalah anak orang kaya.

Dia adalah orang kaya sejati yang sudah kaya sejak lahir, bukan sepertiku yang bisa disebut sebagai orang kaya baru.

Dalam obrolannya, dia menceritakan bahwa kakeknya baru saja meninggal dunia karena terpeleset di sungai ciliwung dan terjadi konflik internal di keluarganya karena berebut warisan membuat gadis tersebut mulai menitikan air mata curhat padaku.

Aku kaget kemudian mengetahui bahwa kakeknya ternyata adalah pemilik dari M*tahari department store yang menguasai bisnis mall M*atahari di negeri ini dan banyak bisnis besar lainnya.

Lalu saat kami mengobrol, sesaat kemudian dia mendapat panggilan telepon dari ayahnya, dan terpaksa kami harus berpisah.

Pada akhirnya kami bertukar nomor hp, lalu sebelum pergi dia berpesan padaku bahwa dia akan menghubungiku untuk sekedar curhat tentang kesehariannya sambil tersenyum lalu masuk mobil mewah ferrari merah miliknya.

Beberapa menit kemudian aku menghabiskan kopiku lalu pulang dengan motor baruku.

Saat sampai rumah saat itu pukul 13.00, saat itu ayahku belum pulang dari sawah kesayangannya.

Hanya kudapati ibuku seorang diri terkapar lemas pingsan di belakang rumah reot.

Dia dalam keadaan telanjang namun masih mengenkan jilbab pink tipis menampilkan perutnya yang menonjol karena dia dalam keadaan hamil 7 bulan.

Disampingnya berantakan robekan pakaian ibuku yang telah tersobek-sobek.

Aku kaget melihat ibuku terlentang telanjang bebas di atas beberapa tumpukan daun pisang segar dengan tubuh mulus ibuku belepotan sperma dimana-mana, di mulut, rambut, perut, dan banyak sekali dari bagian dalam vagina dan anusnya meleleh sperma kental.

Lalu aku hampiri ibuku dan menyadarkannya,

“Bune! Bune! Bune! Bangun!”

Lalu dia tersadar dan menangis.

Setelah itu, kuangkat tubuhnya ke kamar mandi rumahku yang lama dan aku membilas tubuhnya.

Lalu ku basuh seluruh tubuh ibuku yang belepotan sperma sampai bersih.

Aku sekedar membilasnya, lalu kubopong tubuh ibuku ke kamar mandi di rumah yang baru.

Ku nyalakan showernya, ku pencet mode air hangat.


Kusabuni tubuhnya.

Menghandukinya, lalu ku tuntun dia ke kamar luasnya yang baru.

Kubaringkan dia yang masih telanjang bulat ke kasur empuk mewah lalu kutanyai dia.

“Bune kenapa?”, tanyaku.

“Tadi bune diperkosa oleh Pak RT dan preman-preman anak buahnya yang berjumlah 5 orang. Katanya lirih sambil menangis.

“Ini salahku karena akhir-akhir ini aku sering meninggalkanmu bune”, ujarku.

“Bagaimana ini semua bisa terjadi bune? Ceritakan padaku!”, tanyaku.

Jadi gini ceritanya le, waktu itu siang hari bune bermaksud keluar rumah memandangi taman-taman bunga yang indah.

Pak Jumadi (RT) dan anak buahnya mendatangiku dan menanyakan pakne dan kamu ada dimana. Anak buahnya adalah preman-preman berbadan besar.

Sepertinya dia bermaksud ingin menghabisi nyawa pakne dengan kekerasan namun pakne kebetulan tidak ada di rumah.

Kujawab bahwa pakne sedang ke sawah dan kamu sedang pergi bekerja di kota.

Lalu sesaat kemudian tiba-tiba mereka memegangi kedua tanganku dan merobek baju yang ku kenakan.

Aku meronta-ronta menjerit namun percuma, tetangga tidak bakalan dengar karena rumah kita berada di pojokan.

Mereka merobek-robek bajuku namun tetap membiarkan jilbab yang kupakai tetap kupakai. Lalu dengan bergantian mereka meremasi tubuhku dan menyogok-nyogok vagina dan anusku dengan tangan kasar mereka.

Aku mencoba berteriak tapi aku diancam akan dibunuh kalau sampai aku berteriak.

Lalu salah preman-preman itu mengeluarkan pisaunya lalu mencari pohon pisang di belakang rumah.

Mereka menggunakan daun pisang sebagai alas.

Membopong tubuhku yang bertelanjang bulat namun masih mengenakan jilbab kemudian pak RT membuka pakaiannya lalu dia giliran pertama menikmati tubuhku.

Dia menghentakkan penisnya ke semua lubang di tubuhku, vagina, anus, sama mulutku semuanya udah dicoba sama dia.

Lalu setelah beberapa kali menghujam paksa semua lubang tubuhku akhirnya dia crooot mengeluarkan spermanya ke vaginaku.

Setelah itu ke 5 preman datang, atas perintah pak jumadi mereka satu persatu memperkosa bune secara brutal.

Dan lagi-lagi mereka mengejat mengeluarkan sperma-sperma kental mereka ke semua lubang yang bune miliki.

Sampai rasanya semua lubang bune, vagina, anus, dan mulut penuh sperma saat itu.

Alhasil sperma mereka belepotan dimana-mana di tubuh bune akhirnya bune pingsan.

Lalu sesaat kemudian kamu datang menyelamatkan bune.

“Begitukah kejadiannya? Oh ini tidak mungkin kini pakne pasti dalam keadaan yang bahaya bune, bune tunggu sini aku akan mengunci rumah, biar bune aman, aku akan pergi menyusul pakne ke sawahnya”, kataku.

“Awas kau Jumadi, aku akan balas dendam. Kemarin kau mencoba menyantet ayahku dan kini sudah menodai ibuku dengan paksa. Tak akan kuampuni nyawamu Jumadi!” Ucapku karena aku emosi.

Lalu bergegas aku mengambil pisau dapur, kawat, dan karung, sebagai alat tempurku untuk membela diri dan tak lupa aku membawa keris sakti kepunyaanku. Ku cabut kerisku dari sarungnya, lalu ku letakkan di dahiku.

OK bowo, antarkan aku ke posisi pakne!

[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
Mohon maaf suhu kalau cerita yang saya buat terkesan membuat kasihan terhadap tokoh wanita, saya buat seperti itu karena genre seperti ini jarang muncul di cerita sedarah. Walaupun begitu, saya menerima kritik dan masukan suhu-suhu untuk kedepannya membuat cerita ini makin bagus. Mohon maaf juga sekarang tidak ada mulustrasinya, karena kesibukan saya di dunia nyata membuat saya malas browsing-browsing mencari illustrasi. :Peace:
 
Hu ibunya kan lagi hamil, sekedae saran diinfoin sudah berapa bulan hamilnya perutnya sebesar apa, biar enak gitu hu sedikit lebih detail soal bune, makasih banyak ya hu updatenya, dilanjutkan terus hu
 
cakep updatenya suhu @Mekangkang
buruan..., matiin Jumadinya, n entot bininya jg
jd khan hbis capek berantem...., dipijitin konyinya sm bininya Jumadi

ayo hu...., ane doain spya RLnya lancar, jd suhu bs ttp lncr updatenya, ya ?


:semangat:
 
Chapter 7: Pertarungan Sengit​

[HIDE]Aku mulai berjalan menyusuri garis petunjuk yang berwarna merah dari benda pusaka yang kumiliki.

Suara petir berbunyi bak lonceng penanda, kumpulan awan hitam menyelimuti langit yang tadinya biru kini menjadi gelap, tanda akan turunnya air hujan dari langit.

Bressss!!!

Suara air hujan yang tiba-tiba sedikit demi sedikit membasahi kaos yang ku kenakan.

Sekitar 15 menit sudah aku berlari dengan kecepatan penuh secepat yang ku bisa.

Kini perjalananku semakin sulit dengan adanya hujan ini.

Kini saatnya aku mulai memasuki area sawah.

Jalan di depanku mulai becek karena adanya air hujan membuatku sesekali terpeleset, dengan langkah cepat tetap ku berlari walaupun nafasku mulai berat karena lelah.

Dari kejauhan kulihat ayahku telah dikepung 5 orang berbadan tegap dan Jumadi terlihat santai memerintahkan anak buahnya tersebut.

Syukurlah ayahku belum mereka bunuh.

Dengan kondisi lelah aku keluarkan karung perlengkapanku, walaupun dalam kondisi darurat seperti ini aku harus tenang dalam memikirkan strategi.

Didalam karung ada caping (topi khas petani), kukenakan caping itu berharap bisa menyamar agar mereka mengira aku sebagai petani yang kebetulan melintas.

Hujan semakin deras, sepertinya mereka mulai menyadari keberadaanku.

Namun Jumadi belum mengetahui identitasku yang sebenarnya adalah anak dari Pak Suhendro yang kini sedang mereka kepung.

Kulihat sepertinya ayahku berteriak minta tolong, wajahnya menghadap kepadaku.

Derasnya hujan membuat suara teriakannya sama sekali tidak terdengar.

Dua dari ke lima preman tersebut mulai memegangi tangan ayahku.

Kutahu sebenarnya mereka mengira aku adalah petani yang kebetulan lewat, dan mereka menungguku sampai pergi baru mereka akan membunuh ayahku.

Aku mengincar Jumadi, karena aku tahu bahwa dia adalah boss nya dan dendamku hanya padanya.

Aku berpura-pura membetulkan aliran air sawah, semakin mendekat semakin mendekat akhirnya aku kini tepat di belakang Jumadi lalu dari belakang kutusukkan pisau dapur ke arahnya.

Namun betapa malang nasibku, aku terpeleset dan tusukanku meleset ke arah lengan kirinya. Mengalirlah darah segar dari lengan kiri Jumadi membuatnya seketika menyadari ancaman di dekatnya.

Lari Pakne!!!! Teriakku.

Seketika kelima preman mengacuhkan ayahku yang kini lari atas perintahku.

Sehingga mereka hanya tertuju padaku.

Karena jumadi mengenaliku bahwa aku adalah bagas anaknya suhendro, dia mulai menjauh lalu kini aku dihadapkan dengan mimpi terburuk, aku harus melawan 5 preman bertubuh besar.

Walaupun tubuhku mulai kekar, namun bentuk tubuhku jelas kalah jauh daripada mereka.

Tubuh mereka bagaikan The Rock sedangkan mereka melihatku seperti young lex.

Ku menyadari kebodohanku, seharusnya aku gunakan saja fitur dari keris pusakaku untuk menundukkan mereka sekaligus sedari tadi.

Karena emosi aku benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih.

Aku berpikir mungkin ini belum terlambat.

Ku keluarkan pusakaku, berharap bisa menundukkan mereka.

Sebelum ku berucap sepatah kata kepada kerisku bogem besar mendarat di kepalaku, kepalaku dipukulnya dengan sekuat tenaga mengakibatkan tubuhku sampai terpental ke samping dan keris wibowo pusakaku terlempar entah kemana.

Ku ambil lagi pisau dapur yang jatuh di sekitarku, tanpa menyerah kuberlari kuincar kembali Jumadi.

Namun dia lari seperti pengecut, lalu kakiku diseret, kembali bogem keras mengenai kepalaku, perutku, dadaku, sekujur tubuhku rasanya sakit karena mereka pukuli.

Setelah babak belur aku masih belum menyerah, dengan langkah lemas kubangunkan tubuhku yang sudah rusak parah ini kudekati Jumadi dengan merangkak.

Kulihat senyuman sinis dari jumadi alu tanpa kuduga, dia mengeluarkan Pistol dari sakunya.

Lalu Dor Dor Dor! 3x tembakan tepat di perut, jantung, dan kepalaku.

Mataku mulai berkunang-kunang, gemuruh air hujan mengiringi sakaratul mautku.

Darah mengucur dari lubang-lubang peluru yang Jumadi tembakkan kepadaku.

Aku bisa melihat aliran darah tersebut namun sama sekali tak bisa bergerak.

Lalu Gelap, ku buka mataku, kini aku berada di tempat yang aku kenal, di dalam istana.

Terlihat disampingku Pangeran Samudro membuatku terjaga.

“Wahai saudaraku aku tahu engkau sedang dalam kesulitan, apakah aku perlu membereskan manusia-manusia rendahan yang mencelakaimu tadi?” Kata raja tersebut.

“Tidak perlu engkau mengotori tanganmu, bantulah aku menyusun tubuhku kembali dan segera kembalikan aku wahai saudaraku, biar aku yang menyelesaikan masalahku sendiri dan satu lagi, untuk sementara buatlah tubuh manusiaku kebal!

“Baiklah, sampai jumpa lagi saudaraku!” Kata raja.

Seketika aku terbangun di tanah sawah berlumpur dengan tangan kananku memegang kerisku yang entah datangnya darimana karena tadi kutahu sempat terlempar.

Kurasakan lukaku mengeluarkan peluru dari dalam tubuhku.

Bekas tembakan di kepala, jantung dan perutku menutup dan sel-sel tubuhku beregenerasi dengan cepat sampai akhirnya aku pulih kembali.

Hujan mulai mereda, kupanggil jumadi yang kini sedang beranjak pergi meninggalkanku

"Jumadi!", seruku.

Mereka heran kebingungan karena mengetahui aku yang telah tertembak di 3 bagian vitalku tetap masih bisa berdiri.

Jumadi mengacungkan kembali pistol yang dia miliki dan menembakannya ke arahku.

“Dor-dor-dor-dor-dor-dor-klik-klik-klik”

Pelurunya sampai habis namun tak satupun peluru tersebut melukaiku.

Kurasakan tadi hanya sedikit geli ketika dia menghujaniku dengan peluru.

Aku berpikir jika aku membunuh mereka sekarang juga bisa-bisa aku dipenjara, dan lagi kalau aku bunuh sekarang aku tak dapat melihat jumadi menderita.

Lebih baik kusiksa sedikit demi sedikit tubuhnya dan mentalnya, kini pikiranku benar-benar seperti psikopat.

Dengan keris saktiku kutubdukkan ke 5 preman bertubuh besar tersebut, sehingga kini mereka menurut padaku dan tidak lagi menuruti perintah Jumadi.

Kuperintahkan ke 5 preman tersebut untuk membawa tubuh Jumadi dengan paksa ke rumahnya.

Pukul 18.00

Setelah sampai rumah Jumadi, kami masuk.

Didalamnya terdapat 4 isteri jumadi yang cantik-cantik, hanya satu yang terlihat seperti ibu-ibu tua.

Yang tua tersebut adalah isteri pertama dari jumadi bernama Yatini, dan tiga yang muda bernama Intan, Yuni, dan Vina.

“Wah lumayan nih”, batinku melihat kemolekan 3 dari 4 wanita di depanku.

Ke 4 wanita tadi seketika terkaget melihat 5 preman yang biasanya melindungi jumadi kini membawa jumadi dengan paksa dan ke 4 wanita tersebut juga mulai merasa ketakutan.

“Bagas? Ada apa ini? Lepaskan suamiku!” perintah isteri tua yang bernama Yatini.

Kucabut kerisku, kutundukkan isteri jumadi yang pertama tersebut dan memerintahkannya pergi ke luar.

Aku memerintahkannya keluar karena dia benar-benar cerewet dan aku tak nafsu sama sekali dengan bentuk tubuhnya.

Kuperintahkan ke 5 preman tersebut mendudukkan jumadi di kamarnya, dan dengan kawat yang ku bawa tadi mereka lilitkan kencang ke tubuh jumadi.

Kini jumadi hanya bisa duduk dikursi dengan ikatan tali kawat yang sangat kencang menghadap tepat ke arah kasur.

Kucari disekitar rumah tersebut lakban dan aku menemukannya di laci, kusobek sedikit lalu kututupkan ke mulut jumadi.

Kuperintahkan peman-preman berjaga di depan rumah dan di dalam rumah agar perbuatan mesumku berjalan lancar.

Kugiring kemudian 3 wanita cantik isteri Jumadi menuju ke dalam kamarnya.

Ku ke kamar mandi lalu membersihkan tubuhku yang penuh lumpur, dengan bertelanjang bulat aku berjalan kembali ke kamar jumadi.

Kututup pintu kamar.

Di kasur sudah dihidangkan 3 daging montok yang wajahnya cantik-cantik.

Ku menatap tubuh jumadi yang kini ke 3 isterinya akan kucicipi.

“Makannya jangan cari masalah denganku, Jumadi!”, ejekku.

Perlu diketahui bahwa ke 3 isteri muda jumadi dan jumadi sendiri tidak dalam pengaruh kerisku.

Dengan sadar mereka akan melayaniku malam ini.

“Jangan gas, jangan perkosa kami, kami mohon”, ucap ke 3 wanita muda tersebut bersautan.

Aku tak peduli dengan rengekan mereka, aku sobek baju piyama yang mereka kenakan hingga telanjang lalu ku ciumi satu-satu.

Ku keluarkan lidahku namun mereka menolak untuk ku cium.

Akhirnya kupaksa saja memasukkan kontol tegangku ke vagina intan.

“Blesssh”

“Aaaak sakit”, jerit intan tertahan, kumaju mundurkan kontolku dengan irama pelan.

Walaupun tadi intan menolak diperkosa namun kulihat sekarang malah dia ikut menggerak-gerakkan selangkangannya untuk mengimbangi gerakanku.

Dan kini kuciumi bibirnya, tidak ada penolakan sama sekali, malah sesekali di mengeluarkan lidahnya melumat lidahku.

Setengah jam kugarap tubuh mulusnya aku hendak muncrat, lalu crot 1x tembakan spermaku aku tahan muncratanku karena akan bagi-bagi ke wanita yang lain, kucabut kontolku dari liang Intan.

Kulihat perasaan kecewa dari wajahnya yang cantik.

“cukup ya mbak intan sayang, biar isteri pak jumadi yang lain juga merasakan nikmatnya kontolku”, sambil ku elus pipinya.

Kini kuarahkan kontolku yang masih keras ke arah vagina Yuni.

Dengan berontak yuni meronta-ronta saat proses kumasukkan penis ini ke vaginanya.

“Jangan gas, kami ini bu RT”, kata Yuni.

“Diamlah sayang, bu RT yang dikenal kampung ini itu cuma bu Yatini.

Kalian bertiga sebenarnya Cuma dijadikan pelampiasan nafsu oleh si bangsat Jumadi ini”, kataku sambil tatapanku mengarah ke jumadi yang kini berbicara di balik lakban tak jelas.

Lalu setelah rontaan Yuni berkurang ku tusukkan langsung ke vaginanya dan Blessss, masuklah kontolku sepenuhnya ke vagina Yuni yang cantik jelita.

Dia kembali meronta-ronta, langsung saja ku maju mundurkan penisku di dalam lubang surgawinya, akhirnya setelah 5 menit berlalu rontaannya berhenti berubah menjadi rintihan kenikmatan dari mulutnya.

Lalu setelah setengah jam aku keluar crot, 1x semprotan ke rahim yuni, lalu sejenak kemudian kucabut, dari wajah Yuni juga tergambar wajah kekecewaan saat penisku ku cabut dari vaginanya.

Sekarang giliran Vina, kurasa vina merupakan gadis penurut.

Postur tubuhnya yang mungil dibandingkan dengan Intan dan yuni membuatku makin bernafsu menjamahnya.

Aku ciumi bibirnya, aku raba toketnya yang ranum, dia sedikit menolak.

Lalu aku dudukkan dia kuelus-elus poninya.

Sepertinya Vina sangat suka ketika kuperlakukan seperti ini, karena ku tahu dia suka dilelus elus kepalanya maka aku usap lebih lama dan mulai mencium bibirnya yang tipis manis.

Ummmuwah kucium, kujilati bibirnya yang manis, sambil ku elus-elus lehernya dia benar-benar telah takhluk.

Kumasukkan penisku ke vaginanya dan blesssssh, tanpa penolakan Vina ikut mengimbangi grakanku.

Vina benar-benar membuatku melayang, setelah beberapa kali menggenjot kasar vagina vina akhirnya setelah 2 jam penuh keperkasaan kontolku diuji, ada sesuatu yang ingin keluar dari kontolku ini. Aku keluarkan spermaku dalam-dalam tepat ke vagina sempit vina dan crot, baru satu kali semprotan aku menahannya sebentar.

Lalu aku cabut dari vagina vina, sambil aku mengocok kontolku tanpa kuminta ke tiga wanita cantik dihadapanku ini Intan, Yuni dan Vina kini terduduk mendongakkan wajahnya & menjulurkan lidahnya berebut ingin mendapatkan spermaku.

Lalu aku muntahkan spermaku kepada mereka crooot croooot crooot crooot. 7x semprotan sperma aku bagi rata ke lidah-lidah mereka.

Kini lidah mereka bertiga belepotan spermaku dan masih memainkannya dilidah mereka dan memamerkannya dihadapan suaminya yang masih terikat kencang di kursi.

“emmwwww wwww ewww www”, perkataan jumadi tak jelas dari balik lakban yang menutup mulutnya.

Kuludahi jumadi agar dia diam.

Lalu aku geledah lemari jumadi, aku ambil beberapa baju dan celana, aku memakainya dan pulang.

Sebelum aku pulang aku mempersilahkan ke 5 preman tersebut untuk ikut memperkosa wanita-wanita cantik di kamar jumadi kalau mereka mau dan kalau sudah selesai bebaskan jumadi dan sembuhkan luka dilengannya.

Dan mereka kegirangan, entah berapa kali malam itu mereka menuntaskan hasratnya ke ketiga isteri jumadi yang cantik-cantik.

Dan aku berpesan kepada mereka bahwa buat jumadi sehari-harinya tetap menjadi RT namun harus kalian awasi kemanapun dia pergi.

Ku tawarkan preman-preman tersebut bahwa besok-besok aku akan membayar dengan bayaran 3x lipat dari bayaran Jumadi biasanya jila menuruti perintahku.

Aku akan menyiksa mentalnya secara perlahan.

Dengan baju jumadi aku berpakain lalu pulang kerumah dengan perasaan lega.

Pukul 22.00 aku sampai rumah.

Tak terasa sudah beberapa jam aku menggarap wanita-wanita cantik tadi.

Dirumah kulihat pintu terkunci, lalu aku mengetuk pintu, mereka mengira yang mengetuk ini adalah jumadi dan preman-premannya.

Akhirnya setelah beberapa lama aku berteriak bahwa aku ini adalah bagas.

Kulihat pintu dibuka secara perlahan, ayah dan ibuku ketakutan memelukku.

“Gimana tadi le?”, ujar ayahku.

“Sudah tak usah dipikirkan pakne, bune. Jumadi sudah kubereskan.”kataku.

“Apa? Kamu membunuhnya gas? Bune nggak mau kamu dipenjara”, kata ibuku khawatir.

“tidak kok bune, aku tidak membunuh jumadi. Jumadi sudah kuselesaikan dengan cara halus”, kataku.

Kemudian pakne dan bune mengajakku berpeukan lagi.

Saat sesi pelukan bahagia tersebut, aku iseng meremas-remas toket ibuku dari balik dasternya.

Dia tersadar dengan perbuatan isengku ini namun pura-pura biasa saja karena ada ayahku, jika saja tidak ada ayahku pasti dia sudah mendesah manja.

Lalu mereka beranjak tidur, dan aku juga beranjak ke kamarku.

Kuihat Smartphone baruku, 11 panggilan tak terjawab, Pesan WA yang isinya:

“Hai kak Bagas”

“P”

“P”

“P”

Banyak sekali huruf P di pesan aplikasi WA ku.

Ku sadar “ini kan Veronica!”, gadis yang tadi siang kutemui di Starbutt.

Lalu aku segera balas pesan tersebut (B: Bagas, & V: Veronica):

B: Maaf tadi lagi pergi ve

V: Oh gitu kak

B: Hehe iya, kamu belum tidur?

V: Belum kak

B: Kok belum tidur, belum ngantuk ya?

V: Ga bisa tidur, aku sekarang lagi nangis nih kak

B: Kenapa nangis ih?

V: Jadi gini, tadi ayah dan ibuku bertengkar karena ibu menganggap ayahku tidak pecus dalam

Pembagian warisan kakekku.

B: Yaudah daripada kamu makin nangis lebih baik kamu sekarang tidur besok ngomong langsung aja ke aku.

V: oke deh kak, besok di tempat kemarin kita pertama bertemu ya jam 11 pagi. Awas kalau nggak dateng. (emot senyum)

B: Janji aku bakalan dateng kok ve. (emot senyum)

Lalu chat pun berakhir, aku tidur nyenyak karena kelelahan dan akhirnya mimpi indah.

[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
Bimabet
soory dopost,,,pengaruh koneksi
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd