Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG PETUALANGAN BUDI

Bila kalian masuk ke Budi Universe, Pilih 2 orang yang yang jadi teman hidup

  • Amelia

  • Rara

  • Anisa

  • Hana

  • Mirna

  • Yohana

  • Aulia

  • Siti

  • Atun


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
ayo bud........................... polosmu membawa nikmat
 
EPISODE 5

Di jeda kuliah Farhan dan Budi berbincang bincang tentang toko Bunga milik farhan dan pengalaman Budi mengantar bunga ke tempat tempat lain. Tugas Budi didominasi oleh perkantoran yang mengirim Bunga untuk ulang tahun istri pimpinan atau ulang tahun anak pemilik saham. Budi merasa beruntung karena setelah pengiriman pertama yang menegangkan, semua pengiriman setelah itu berjalan lancar. Bahkan tidak ada permintaan lagi dari Farhan untuk menarik hati pelanggan.

Anisa yang pada mata kuliah sebelumnya masuk terlambat duduk tepat di belakang Budi dan Farhan. Ketiga gengnya yang lain duduk di kursi paling depan. Anisa tak sengaja mencuri-curi dengar apa yang diperbincangan Budi dengan farhan. Ditengah obrolan itu Ponsel Budi menyala.

“Ponsel lo nyala tuh Bud,” Kata Farhan.

“Eh ya, tadi aku silent,” jawab Budi sambil memgintip di layar ponsel nama siapa yang tertera di sana.

“Siapa?” Tanya Farhan.

“Prof Adi,” Kata Budi yang langsung mengangkat panggilan tersebut. “Hallo selamat siang pak?”

“Selamat siang Budi, Hari ini bapak gak bisa ngajar tapi bapak titip tugas di ruang dosen.” Kata Prof Adi.

“Baik pak, dititip kesiapa pak tugasnya?” kata Budi bertanya.

“Ibu Yohana, Bu SEKJUR. Segera diumumkan ya.”

“Baik pak,” jawab Budi cepat.

“Budi, ingat ya, bulan depan kita sudah mulai penelitian di Blitar,”

“Baik Pak,”

“Oke, tugasnya dikumpulkan ke kamu aja ya, Terima kasih Budi,”

“Sama sama pak,”

Prof. Adi menutup panggilan telfonnya. Farhan tampak penasaran.

“Prof Adi ngomong Apa Bud,” Tanya Farhan.

“Beliau gak masuk, tapi ada tugas,” jawab Budi.

“Syukurlah,” Jawab farhan lega.

“Eh sambarangan,”Colek Budi ke farhan yang malah bersyukur karena jam kosong.

“Syukur dong gak kuliah hehehe. Aneh emang dosen kita, Ketua kelas si Kevin eh lo mulu yang dihubungi,”

“Biasa aja kok Han, karena aku kan sering bantuin Prof. Adi aja” jawab Budi.

“Dan dosen-dosen yang lain juga, dan TU dan semua orang. Lo Kuliah mau pinter atau mau latihan jadi pegawai dinas sosial?” sindir Farhan.

“Berbuat baik gak akan ngebuuat rugi,” Balas Budi. Farhan Hanya geleng geleng.

“Tugasnya dimana?” Tanya Farhan.

“Bu Yohana,” Jawab Budi agak berat.

“Oh My god! The Queen!,” Jawab Budi. “ibu itu gak ada santai-santainya,” Lanjut Farhan.

“Aku juga males juga Han,” Jawab Budi.

“Tumben banget lo males sama dosen?” Farhan tertawa kecil. “eh tapi wajar sih, ibu itu gak ada pawangnya. Disiplin, tergas, kasih nilai gak ada ampun-ampunnya, kaku bener dah, Padahal dulu gua sempat semangat karena style ibunya yang wow dibanding dosen lain,” Kata Farhan Jujur.

“Begitulah,” jawab Budi agak malas.

“Tapi dia baik kan sama lo,” Todong Farhan.

“Ya baik,”

“tapi lo masih belum bisa jadi pawangnya? Kalau diinget inget lo gak pernah ada masalah sama ibu itu” Lanjut Farhan.

“Aku bukan pandji petualang Han, dari tadi pawang pawang terus,”

Bu Yohana adalah sekertaris jurusan tempat Budi kuliah. Dia dosen yang cukup senior. Usianya sudah lebih dari 40 tahun namun gaya berpakaiannya sangat stylis. Ciri khasnya adalah Rok kain diatas lutut dengan kemeja polos ditutupi Blazer berbagai warna atau hanya dengan blouse yang membuatny tampak jauh lebih muda. Rambutnya dibiarkan terurai dan wajahnya full make up dengan warna lisptik yang terang benderang. Pernah melihat wajah yang menor namun sedap dipandang, mungkin itu adalah definisi dari bu Yohana.

“Lo jangan minta ditemenin ya, gua gak mau diintrogasi sama bu Yohana. Apalagi ruangannya jauh sendiri lagi, masuk sana udah kayak masuk penjara,” Lanjut Farhan.

“Oke, aku keatas dulu han,”

“Gua balik duluan aja ya, nanti kabari gua,” kata Farhan buru-buru setelah Mirna memintanya untuk bertemu.

“Oke santai pak Bos,”

Sejak Tadi Amelia memperhatikan garak garik Farhan dan Budi serta Anisa dibelakang. Dia mencoba membaca gerak bibir mereka walau tentu dia sama sekali gak bisa membacanya.

“Farhan lo pulang tuh,” kata Amelia.

“Masak? Masak dia Bolos?” kata Rara manyun. “Apa gua suruh dia jangan bolos ya, aduh gimana ini. Tau sendiri Prof Adi gak suka mahasiswa yang bolos.” Kata Rara.

“Ada Budi, Farhan kan tinggal minta bantuan Budi, dia kan anak kesayangan Prof Adi.” Kata Hana.

“Gak ada jaminan, jangankan bolos, sekarang aja mana ada yang berani keluar kelas padahal Prof Adi belum Nampak batang hidungnya.” Lanjut Rara.

“Mungkin Prof Adi gak masuk,” Potong Amel.

“Kok tahu Mel?” Tanya rara.

“Tadi gua llihat Budi seperti sedang di telfon orang penting, mungkin Prof Adi,” lanjur Amelia.

“kalo gua perhatiin, kok lo tahu semua tentang Budi sih Mel,” Tanya Hana.

“Berisik!, gua Cuma khawatir sama Anisa, tuh temen kita di belakang sendiri kayak orang linglung” Balas Amelia.

“Masak sih,?” Goda Hana.

“Oh ya kayaknya Prof Adi gak masuk, tuh Budi keluar,” kata rara.

Setelah Farhan pergi Budi lalu langsung menuju lantai 4 setengah. Lantai khusus untuk ruangan Kepala jurusan dan Sekertaris jurusan. Ruangan itu ada di lantai 4 namun ada satu level lagi sehingga ada tangga lagi yang menuju lantai tersebut. Sehingga sering dinamai lantai empat setengah.

Namun belum sempat Budi naik kelantai empat, Anisa memanggilnya.

“Budi?” Panggil Anisa. Budi menoleh. Kaget.

“ANisa?” dalam hatinya. “Hi?” yang keluar dari mulutnya penuh keraguan.

“Tadi Prof Adi,” Tanya Anisa ramah.

“Ya,” Jawab Adi Pendek. Adi tampak grogi.

“Prof Adi gak masuk?” Tanya Anisa lagi.

“ya,” Jawab Budi melongo.

“Bud, Lo jangan kayak liat setan dong,” kata ANisa protes.

“Maaf-maaf,” Balas Budi, “ ehem,” dia menyeka tenggorokannya yang terdengar sengau karena grogi.

“Gua boleh minta tolong?” Tanya Anisa.

“Minta tolong apa?”

“Hmmm… Gua,.” Anisa terdiam.

“Gimana?” Tanya Budi.

“Lo kurir bunga kan?”

“ya, kok kamu tahu?”

“Maaf tadi gua gak sengaja dengar obrolan lo sama farhan,”

“oooh, ya yang punya Toko farhan,” jawab Budi.

“Gua ada masalah sama kakak gua, gua dari kemarin bingung harus bagaimana memperbaikinya. Setelah mendengar lo sama farhan ngobrolin bunga, gua berfikir untuk kirim bunga buat kakak gua.” Kata Anisa. “Kira kira lo bisa bantuin gua?” Lanjut Anisa.

“Bukannya lebih baik kamu ngomong langsung daripada pakai media bunga,” nasihat Budi.

“Gua pasti akan ngomomg langsung tapi.. Gua butuh prolog dulu, basa basi dulu agak gua gak canggung,”
balas Anisa, “ Gua harap lo bisa bantu.”Lanjut Anisa.

“Aku ada brosurnya di Tas , nanti aku kasih. Nantu aku kasih Free delivery. Gimana?” kata Budi.

“Serius?” Tanya Anisa.

“Yah,” Budi mulai terbiasa bicara dengan Anisa.

“Terima kasih Bud, sebaiknya lo cepet cepet ke Bu Yohana deh. Daripada nanti dikira kita sengaja gak ngambil tugas Prof. Adi.” Kata Anisa.

“Kamy nguping bu Yohana juga ya,”

“Sedikit Bud, sorry,” balas Anisa.


*******
Budi menghentikan langkah kakinya di tangga menuju lantai empat setengah. Tiba-tiba jantungnya berdegub kencang seperti genderang mau perang. Dia mencoba memantapkan diri lalu berjalan dengan pelan. Sampai dia disebuah lorong. Pintu pertama adalah pintu menuju ruang ketua jurusan. Ruang yang lebih sering kosong karena Ketua jurusan lebih sering berada di ruangan dosennya di lantai 3. Lalu di sampingnya adalah pintu menuju ruang sekertaris jurusan.

Budi masih mengingat bentuk dari ruangan itu. Ruangan yang tersekat menjadi dua bilik, pertama ada bilik yang cukup luas. Bilik ini dilengkapi dengan sofa panjang berbentuk letter U, sebuah meja kaca. Lalu di sisi berlainan ada meja kerja namun tidak tampak file file kertas. Tempat ini biasa dipakai oleh Sekertaris jurusan untuk Rapat terbatas dengan dosen atau perwakilan mahasiswa. Bilik Kedua adalah ruang kerja yang terdiri dari satu meja, lemari kaca yang berisi file dan buku buku. Dan dua kursi untuk Sekjur dan untuk mahasiswa yang akan menghadap. Di pojok terdapat sofa panjang yang dipakai untuk mahasiswa yang menunggu giliran menghadap.

“Siang bu,” Sapa Budi setelah dipersilahkan masuh di ruang kerja.

“Budi? Tumben sekali,” Suara Bu Yohana terdengar sarkas.

“Ya bu,” Jawab Budi.

“Duduh Buk,” kata Bu Yohana. Budi menurut lalu duduk di kursi dihadapan Bu Yohana. “Kamu sehat?” Kata Yohana seraya memeriksa beberapa file di tangannya.

“Alhamudlillah bu,” jawab Budi pelan.

“Kamu sekarang jarang mau ketemu ibu ya,” Sindir Yohana.

“Kan..” Belum Budi selesai bu Yohana langsung memotong pembicaraan Budi. “kamu mau bilang karena ibu gak ngajar kelas kamu lagi? ”Lanjut Bu Yohana.

“Ya,” Jawab Budi.

“Kamu bisa aja nanya masalah penelitian mu nanti, bagus dong kalau kamu sudah target dosen buat tugas akhir.” Kata Bu Yohana.

“Ya bu, akan budi fikirkan baik baik,” kata Budi masih kaku.

“Budi?” Panggil Bu Yohana pelan. Bu Yonana menatap Budi dengan serius namun Budi hanya berani menunduk.

“Kalau kamu berfikir apa yang terjadi dulu adalah kepribadian ibu, kamu salah besar Budi. Ibu sampai sekarang belum tahu alasan kenapa Ibu berbuat begitu kepadamu. Ibu minta maaf. Mungkin karena hal itu kamu sudah tidak hormat lagi kepada ibu,” Kata Bu yohana terdengar tulus.

Budi terdiam.

“Ibu harap kejadian itu jadi rahasia kita berdua.” Mata bu Yohana mulai berair,” Ibu gak tahu apa yang akan terjadi bila ada yang tahu.” Lanjut Bu Yohana.

“Tidak ada orang yang akan tahu bu,” jawab budi. Ia kini merasa sungkan.

“Ibu mohon, mungkin kamu merasa marah, tidak adil, atau dendam tapi ibu mohon untuk maafkan ibu,” Lanjut Bu Yohana.

“Ibu gak perlu minta maaf, ibu sudah banyak bantu aku di sini,”

Bu Yohana lalu menghapus Air matanya.

“Ini tugas Prof Adi. Terima kasih budi. Maafkan kejadian waktu itu,”

“Baik Bu,”



*****************

Budi turun menuju kelasnya di lantai 2. Dia banyak berfikir lalu menyambungkan semua pertanyaan yang terjadi selama ini tentang kejadian di ruang SEKJUR semester lalu. Semua pertanyaan itu seolah sekarang memiliki jawaban, karena dengan latar belakang Bu Yohana kejadian itu tak masuk akal untuk terjadi kecuali Bu Yohana melakukan itu karena khilaf.

Saat sampai Lantai 3, tiba tiba seseorang menarik tangan Budi masuk ke toilet cewek.​
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd