Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG PETUALANGAN BUDI

Bila kalian masuk ke Budi Universe, Pilih 2 orang yang yang jadi teman hidup

  • Amelia

  • Rara

  • Anisa

  • Hana

  • Mirna

  • Yohana

  • Aulia

  • Siti

  • Atun


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.


Episode 3.


Farhan dan Budi kembali ke kampus. Kini Budi sudah berganti gaya dengan perpaduan celana chinos sepatu yang tampak mahal dan kemeja polos namun terkesan santai. Tidak lupa rambut yang disisir rampai dengan pomade.

“Aku gak berlebihan Han?”

“Pede aja lagi.”

Teman teman kelas Mereka tampak pangling melihat Gaya Budi yang baru. Bahkan ada yang tidak sadar bahwa Budi bisa sekeren ini.

“Lihat? Gak ada yang aneh bukan?” Lanjut Farhan.

Di sudut lain di kelas, Rara mencolek Hana yang duduk disampingnya.

“Itu Budi?” Tanya rara berbisik. Hana mengangguk.

“Kok berubah ya, salah gak kalau gua bilang sekarang dia keren,” kata Rara kembali.

“Dari dulu dia seperti itu, kalian aja yang gak sadar,” Potong Amelia yang hanya melihat Budi sekilas lalu kembali sibuk dengan ponselnya.

“Masak sih? Dulu Kan buluk gitu,” kata rara polos.

“Ra, jangan sembarangan ngomong,” Kata Anisa.

“Dimarahin mamah dedeh tuh,” ejek Hana.

“Bukan penampilannya, tapi Fisiknya dia seperti itu. Karena sekarang pakai baju yang lebih cocok jadi seolah dia baru aja jadi seperti sekarang,” kata Amel.

“Dari tadi Amel ini belain Budi terus,”

“Ra! Jangan aneh aneh deh. Gua hanya gak suka memandang orang dari apa yang terpampang di mata kita sekarang,” Kata Amel mulai jengah dengan Rara.

“oh gitu toh,”

Di sudut lain, Budi tampak canggung namun dia mencoba untuk mendengar ucapan Farhan, Pede aja. Dia mencoba cuek walau teman temannya masih curi curi pandang melihat penampilan barunya.
********​


“Ibu Mirna sering ke sini?”

“Ya, di sini sejuk, tenang dan tentu Privasi terjaga. Bu Aulia juga harus sering-sering keluar jangan di rumah terus. Bapak kan juga jarang di rumah, lebih sering dinas keluar kota toh.” Balas Mirna.

Kedua wanita itu sedang asik mengobrol di sebuah café sebuah hotel yang menawarkan pemandangan alam dengan kursi terbatas. Tampak sebuah sofa empuk yang menghadap pepohonan yang rimbun dan siluet gunung dari kejauhan.

“Selain itu di sini makanannya enak enak,” lanjut Mirna. “Ada apa bu Aulia tumben sekali menghubungi duluan,” Tanya Mirna. Mirna merasa beruntung padahal awalnya dia ingin menemui Aulia duluan.

“Sebenarnya saya agak sungkan Bu, tahu sendiri bapak masih baru di dewan dan saya juga gak luwes dalam bergaul,” kata Aulia.

“Pelan pelan saja Bu Aulia, segala sesuatu itu butuh Awal”

“Ya bu, selain itu Bu Mirna yang paling bisa saya ajak bicara selama ini,” Kata Aulia.

“Kalo sama saya santai aja bu, kuping saya besar tapi mulut saya ditutup rapat,” kata Mirna memuji diri sendiri.

“Saya stress Bu Mir, Kami sudah menikah hampir 10 tahun namun kami belum juga dikarunia buah hati. Mertua saya selalu bertanya apakah saya mandul atau tidak,” kata Aulia.

“kamu sudah periksa?” Tanya Mirna.

“Belum bu, tapi alasannya jelas Bu. Bapak terlalu sibuk, dia tidak pernah punya kekhawatiran tentang keturunan, menurutnya bila tuhan memberi pasti saya akan hamil.” Lanjut Aulia.

“Bagaimana dengan hubungan seks kalian?” Tanya Bu Mirna gambling. “Suamimu masih bisa ngaceng kan?” Tanya bu Mirna lagi.

“Anu..” Aulia yang kaget mendengar Mirna yang bicara terus terang.

“Bu Aulia, kita sudah sama sama dewasa, saya juga sudah tua. Jangan sungkan bicara seperti ini. Bu Aulia bisa sharing dengan saya.”

“Masih bu,”

“Terus masalahnya apa?”

“Dia tidak terlalu tertarik, dia tidak mau melakukannya lama. Bahkan dia menyudahi padahal dia belum keluar. Apa mungkin saya tidak menarik bu, apa saya tidak menggoda?” kata Aulia.

“Suamimu bodoh kalau tidak menggapmu menarik,” Jawab Bu Mirna.

Di banding bu Mirna yang cantik karena make up dan selalu merawat bentuk tubuh, Bu Aulia diberikan wajah yang cerah dan cantik. Di balik hijabnya yang selalu melindungi tubuhnya tetap tampak badannya yang langsing namun Dada yang berisi. Gaya pakiannya pun tidak kampungan, gamis yang dia pakai selalu tampak cocok dikenakannya. Apalagi ia tidak tampak seperti wanita berumur 35 tahun.

“Apa yang harus saya lakukan Bu, apalagi sekarang bapak sibuk sekali di dewan. Jarang sekali di rumah,” Kata Aulia.

“Selamat Sore menjelang malam,” Sapa Farhan kepada kedua wanita yang sedang duduk di sofa. Aulia tampak kaget, dia sempat hampir berdiri namun karena melihat Mirna mengenali pria yang datang itu Aulia kembali duduk di sofa.

“Sore, Kuliahnya sudah selesai?”

“Sudah dong,”

Farhan lalu duduk disamping Mirna tidak lupa dikecupnya bibir Mirna. Aulia masih tampak bingung dengan apa yang dia lihat.

“Anaknya bu?” Tanya Aulia bingung.

“Bukan,” Jawab Mirna. “Ini solusi dari masalah yang hampir sama yang Bu Aulia alami.” Jawab Bu Mirna.

“Solusi?”

“Ya, Sama seperti suami Bu Aulia yang ambisius suami saya juga tidak kalah berambisi. Semua dilakukan demi pekerjaan. Beruntung Suami bu Aulia orang yang baik. Karena dari yang saya dengar, Pak Reza, adalah Dewan yang bersih dari skandal. Suami saya, adalah dewan sejati yang bisa menggunakan kekuasaannya untuk apapun. Harta, tahta dan wanita yang lebih muda.” Cerita Bu Mirna.

Aulia terdiam membantu mendengar pengakuan Mirna. Tak menyangka bahwa dibalik wajah bu Mirna yang ramah dan bahagia dia menyimpan banyak rahasia.

“Kalau saya bersabar terus maka saya tidak akan bahagia. Saya butuh pria yang menyayangi saya seutuhnya yang bisa memuskan ego wanita saya. “ Lanjut Bu Mirna.

“Ibu sewa gigolo,” kata Aulia.

“Waw, saya tersinggung loh dibilang begitu,” kata Farhan tersenyum kecut.

“Lalu? Kamu dibayar bukan,” Kritik Aulia.

“Intinya bukan itu!” bantah Farhan yang tersinggung,”Ibu terlalu kaku sehingga tidak mengerti konsep menyukai orang yang jauh lebih tua,” lanjut Farhan.

“Kalau Bu Mirna sudah tidak punya uang memang kamu masih mau?” Lanjut Aulia berdepat.

“Sudah sudah,” Lerai Bu Mirna.

“Saya akui awalnya niat saya ingin menyewa laki laki, namun hubungan kami tidak sematrialistis itu. Farhan selalu ada buat saya, dia mensupport saya, memberikan perhatian yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Efeknya, saya tidak pernah ribut lagi dengan suami, dan tak pernah lagi marah kepada anak. Bu Aulia, saya Cuma tidak mau gila oleh ambisi suami saya. “

“Lalu ibu tetap membayarnya sampai sekarang?” Tanya Aulia pedas.

“Sudahlah Mir, biarkan saja dia. Buat apa kamu menolong orang seperti dia,” Protes farhan.

“Sabar sayang,” jawab Mirna.

Aulia masih shock melihat kedekatan dua orang yang bersuami dengan seorang pria yang sangat muda.

“Saya menghadiahi dia barang, kartu kredit, tapi saya lakukan karena saya ingin bukan karena harus. Apa yang saya dapat? Saya dapat bahagia, ketenangan, perhatian. Kalau kamu pernah merasakan bagaimana saat usiamu 20 tahun lalu cinta dengan seseorang, lalu kamu memberikan segalanya agar pasanganmu bahagia. Itulah yang saya lakukan sekarang diusia yang tidak muda lagi.” Kata Mirna.

“Tergantung kamu, saya hanya memberikan pilihan.” Lanjut Mirna.

“Kamu masih kuliah?” Tanya Aulia kepada Farhan.

“Ya,” Balas Farhan ketus.

“Kamu lakukan ini semua karena butuh uang?” kata Aulia lagi.

“Orang tua saya jauh lebih kaya dari harta kamu dan Mirna digabungkan,” Kesal Farhan. “Saya melakukan ini semua karena Mirna memberikan apa yang orang lain tak bisa kasih ke saya. Rasa diprioritaskan,” kata Farhan. “Bukan hanya sebagai pemanis diacara formal lalu tak dianggap didalam rumah,” Sindir farhan.

“Sayang, ngomongnya di jaga” Marah Mirna,

“Ya Maaf,”

“Bu Saya permisi dulu,” Aulia lalu pergi meninggalkan farhan dan Mirna.

“Dia gak akan pernah mengerti Mir,” Emosi Farhan.

Mirna lalu memeluk farhan. “Sayang, lupakan omongan Bu Aulia ya.”

“Kita gagal?”

“Belum tentu, kita lihat beberapa hari kedepan,”​

******************​
Beberapa hari berganti Aulia masih terfikir kejadian bersama Marni. Ia tidak habis fikir dia hampir saja berteman dengan orang yang salah. Dia tak terfikir sedikitpun untuk menghianati suaminya. Ia banyak bersyukur dan mencoba melupakan kejadian itu. Reza suami mirna sudah pulang dari luar kota dini hari kemarin. Setelah istirahat beberapa jam. Reza kembali sibuk dengan kertas kertas di meja kerjanya.

“Yah, apa tidal lebih baik istirahat dulu,” Tanya Aulia lembut.

“Sebentar lagi,” jawab Reza singkat.

“Udah jam 10 lo yah, Ayah kurang istirahat dari tadi,” Aulia khawatir.

“Ya,”

“Yah, jangan memaksa diri. Kesehatan lebih penting daripada pekerjaan,”

“Kamu dari tadi berisik sekali sih! Pekerjaan saya ini masalah Rakyat banyak, jadi lebih penting dari kesehatan saya. Kamu harusnya mendukung bukannya mengganggu!” Teriak Reza. Aulia kaget. Memang ini bukan pertama kalinya Reza marah tapi tak pernah sekeras ini.

Aulia memutuskan mengalah lalu berjalan menuju kasur dengan mata yang basah. Ia sesenggukan diatas tempat tidur dengan wajah ditutup bantal. Setelah 30 menit kemudian terdengar suara pintu kamar di buka. Reza masuk lalu memeluk Aulia.

“Maafkan Saya ya Ma, harusnya ayah gak teriak,” Kata reza lembut.

Hati aulia sejenak meresa tenang.

“Tapi mama jangan cerewet seperti tadi lagi, ayah jadi dewan bukan untuk santai-santai. Banyak beban yang ayah pikul,” Reza mulai bicara panjang lebar. Hati aulia yang tadinya mulai tenang kini kembali dipenuhi kesedihan.

Ia paham kenapa Reza marah, beban yang dia pegang memang besar. Dia harus mengemban amanah banyak orang. Aulia tentu tidak ingin menggangu pekerjaan suaminya. Tapi Aulia berfikir apakah dia tidak berhak bahagia, apakah dia tidak memiliki hidup seperti hidup suaminya yang punya tujuan. Apakah selamanya dia hanya akan kesepain dan menunggu suaminya bosan dengan ambisinya.​

*****************​
Mirna menggoyangkan pinggulnya dengan lihai, ia bisa merasakan dinding memeknya yang bergesek lembut dengan kontol Farhan.

“Ahh.. sayang, “

Farhan berbaring menghadap ke atas. Tampak pemdangan dua buah dada besar dengan wajah Mirna yang tak tahan kenikmatan yang ia rasakan. Kontolnya keluar masuk diiringi oleh goyangan Mirna yang aktif dalam posisi women on top. Tangan farhan dengan kuat meremas remas dada yang Mirna yang bergoyang mengikuti gerakan lihai Mirna.

Goyangan Mirna semakin cepat. Sehingga farhan ikut mengerang nikmat.

“Ahh sayang, enak sayang.” Erang farhan.

Sampai akhirnya Farhan memenuhi Rahim Mirna dengan cairan putih kental yang tampak mengalir keluar dari sisi kontol farhan walau masih didalam memek Mirna.

“Kamu puas?” Tanya Mirna.

“Kenapa goyangmu semakin jago Mir,?” kata Farhan.

“Ini karena saya aktif aerobic,” Jawab Mirna. “lagi?

“Saya menyerah, kamu terlalu lihai” Puji farhan.

Mirna lalu merebahkan badannya di sisi Farhan, membiarkan memeknya basah oleh peju yang keluar cukup banyak.

“Sayang” kata Mirna.

“Ya?”

“Ada Wa dari bu Aulia,” kata Mirna sambil memegang ponsel.

“Serius? Dia bilang apa?”

“Dia ngajak ketemu,”


 
Episode 2.

Farhan memandang tubuh Budi dari atas sampai bawah. Kesimpulan yang bisa dia tarik hanya pakaian yang dikenakan Budi benar benar tidak cocok dan tidak menarik. Tinggi badan Budi lebih dari 180cm. Badannya jangan ditanya, otot-otot lengannya terlihat seperti terbiasa angkat berat. Bahkan wajahnya tidak sesuai usianya yang baru menginjak 20 tahun. Ia terlihat tua. Farhan sering mengoloknya chico jerico versi low budget. Budi yang sadar diperhatikan mulai protes.

"Han, maaf maaf kata nih. Kita ini sahabat memang tapi maaf gua gak bisa,"

"Gak bisa apa?" Tanya Farhan.

"Gak bisa jadi HOMO,"

"Eh lo ngelunjak ya bilang gua Homo,"

"Kamu sih melihat aku kayak mau perkosa orang," Canda Budi.

"Anjing Lo. Mau kerja sama gua gak Bud,"

"Kerja apa?"

"Bawa bawa bunga,"

"Bawa bawa bunga? emang bunya mau di bawa kemana?" Tanya Budi bingung.

"Bawa bunga yang sudah di rangkai di toko bunga. Terus kita bawa ke kantor atau rumah. Ini bunya premium gitu. Harganya sekitar 5 juta keatas lah." Jelas Farhan. "Tapi lo harus ganti penampilan."

"Kenapa dengan penampilan aku Han?"

"Penampilan lo? oke gua jujur aja. Kampung. Bud." Farhan to the ponit.

"Aku gak ada uang buat kearah sana Han, tau sendiri gua aja kerja ngetik skripsi," Balas Budi.

"Gua modalin lo,"

"Enggak ah, aku gak mau punya utang," Tolak budi.

"Denger dulu dong gua ngomong. Gua kasih syarat pertama, Gua akan modalin lo, kedua lo harus nurut semua perintah gua. dan terakhir 10% penghasilan lo buat gua sebagai ganti modal awal gua. Gimana?" Tawar Farhan.

"Bentar, kenapa aku harus nurut kamu?"

"Takutnya ditengah jalan lo berhenti, kan bikin malu gua. Jadi nanti kalau ada perintah yang agak nyeleneh lo ikutin ok?" kata Farhan.

"Oke, Deal. Eh emang gajinya berapa?"

"5% dari harga bunga. Kalau lo dapet pelanggan bunya baru komisi jadi 15% dari harga bunga. Tips dari pembeli untuk kita sebagai kurir. Tapi kerusakan bunga jadi tanggung jawab kita, Deal?" tanya Farhan.

"Oke deal!"

"Habis ini kita pergi shopping"

"Tapi masih ada kuliah Han,"

"masih lama, cabut aja dulu. Lo mau shopping berapa lama emang?"

"Oke oke,"​

*********************​

"Ra? Lo masih suka sama Farhan?" Goda Hana.

"Hana jangan keras-keras nanti kedengaran orang." kata rara menyuruh hana diam. Mereka berempat sedang asik duduk di kafetaria fakultas sambil menunggu mata kuliah terakhir yang masih dua jam lagi.

"Apa sih yang menarik dari Farhan?" ketus Anisa.

"Mamah dedeh nimbrung ni," Ejek Hana.

"ih Brisik!" balas Anis.

"Mata hati kalian itu harusnya bisa melihat pesona dari Farhan. Dia tinggi, badannya tegap, misterius. Pokoknya dia gua banget," Kata Rara merapatkan jemarinya seolah sedang memohon.

"Setiap orang punya type masih masing, Wajar Rara punya typenya sendiri," Amelia ikut masuk dalam pembicaraan.

"Tuh. Amel emang paling bijaksana," dukung Rara.

"Emang type lo kayak gimana mel? Yang jelas bukan kayak farhan kan?" Tanya Hana.

"Atau sahabat sejatinya Farhan. Budi?"

"Hihihihi," tawa Rara.

"Kenapa lo ketawa Ra?" tanya Amel.

"Kalau Budi mah enggak banget Mel," Kata Rara.

"Ra, lo sadar ga? Anak yang lo ketawain itu sudah banyak bantu kita" Balas Amel.

"Bantu? Bantu apa?"

"Inget gak semester kemarin? Saat Prof Adi nyuruh buat makalah tapi waktunya cuman seminggu, Pas lo lagi ada acara nikahan abang lo di rumah. Dia tuh yang bilang ke Prof Adi agar dikasih waktu 2 minggu,"

"Yah inget gua, Dulu gua sempat panik dan mau mati rasanya apalagi mata kuliah itu 4 SKS kan. Emang ada lagi?"

"Prof agung juga pernah dirayu sama dia agar kuis kita dibatalkan dan waktu itu lo juga gak masuk Ra," Lanjut Amelia.

"Benar juga, dia emang dekat sama semua Dosen," kata Hana.

"Mungkin dosen-dosen kasian sama dia, karena denger denger dia udah yatim piatu," Kata Rara.

"kalau masalah dia Yatim piatu sih gua gak tahu, tapi masalah Dosen kasian sih kayaknya enggak. Gua lebih merasa dia pinter membuat orang yang lebih tua dihargai. Lanjut Amelia.

"Jadi lo suka sama orang kayak Budi mel?" tanya Rara.

"Ra? lo lemot ya. Sang Ratu kampus kita ini hanya suka sama pangeran Sydneynya." kata Hana.

"Maksud kalian David? yang katanya kuliah di australia dan nyuruh Amel nunggu sampai dia lulus itu? Bukannya semenjak SMA kalian bahkan gak tahu kontak masing masing. Emang lo pernah dihubungi dia setelah lulus SMA?"

Amelia menggeleng.

"Ya tuhan. Dimana kamu tahu si David masih harepin lo? mungkin aja dia udah nikah, punya anak, bisa jadi udah duda bisa jadi udah mati," kata rara tampa berfikir asal nyerocos.

"Hust ngawur aja lo Ra," Protes Anisa."Setiap orang punya keyakinan sendiri-diri bukan, biarkan saja amel percaya dengan apa yang dia percaya sekarang. Waktu akan menjawab apakah jalan yang dipilih benar atau salah," lanjut Anisa.

"Tuh kan Mamah dedeh," Canda Hana.​

**************************​
"Kamu ngabisin berapa Han?"

"Sudah jangan difikirin, anggap aja investasi gua. Makanya lo nanti kerjanya jangan males males ok?"

"Tenang Pak Bos, Tapi gak kebanyakan ini," Budi masih merasa sungkan. " Di mobil kamu tadi udah banyak, eh kamu mampir lagi di Mall ini"

"Kita juga butuh sepatu, masak lo udah keren pakai sepatu butut,"

"Oke deh oke deh, tapi gua mau toilet dulu."

"Eh gua ikut, Mas titip dulu gak apa apa?"​

Saat jalan toilet Handphone Farhan berdering.

"Halo mir?"

"Halo sayang,"

"Bagaimana?"

"Sabar dong, kok kamu semangat banget sih. Yakin ini buat temen kamu. Jangan jangan kamu bosen sama aku terus mau pindah ke lain hati,"

"Sayang masih belum percaya sama aku?"

"Percaya kok,"

"Jadi gimana?"

"Aku masih belum yakin, tapi bulan lalu dia pernah curhat masalah suaminya. Suaminya terlalu lurus, tak punya keinginan apa apa, hanya sibuk kerja mengejar karir politik. Suaminya ini Anggota dewan muda, gantikan dewan sebelumnya yang kena kasus korupsi. Jadi dia anggota ibu ibu yang masih baru,"

"Dia belum punya anak?"

"Belum, aku gak tahu dia akan berani atau tidak tapi bisa kita pancing dulu. Jujur saya kasian sama dia. Suaminya punya ambisi sendiri tanpa peduli dengan istrinya.

"Oke Mir, kita coba dulu."

"Oke sayang tapi pastikan dulu teman kamu punya bakat atau enggak, jangan sampai loyo dan serba mini. Tambah kasian aku sama dia,"

"tenang tenang akan aku pastikan dulu,"

Farhan mematikan ponselnya lalu pergi menuju toilet. Ternyata Budi masih diluar.

"Lo belum buang Air,"

"Masih penuh," jawab Budi.

Farhan menengok masuk.

"Penuh dari mana, tuh kosong semua urinoirnya" kata Farhan " Lo cuma mau pipis doang kan?"

Budi mengangguk.

"Ayolah pipis, bentar lagi kita kuliah nih,"

"Gak ah kamu aja yang duluan, aku dikampus aja,"

"Ih aneh banget sih lo, ayo. lah. kayak gak punya penis aja lo, atau jangan jangan lo gak punya?"

"Punya kok,"

"Ayo kalo gitu,"

Budi tampak malu malu pipis di urinoir, ia menuju tempat yang jauh dari Farhan. Farhan sengaja menunggu Budi pipis dulu baru dia pipis disamping Budi. Saat ia tahu Budi sudah mulai membuka keran pipisnya. Farhan langsung mendekat dan membuka resleting celananya untuk pipis. Budi tampak ingin menyembunyikan tapi barang seperti itu gak mungkin disembunyikan. Farhan hanya melongo melihat tongkat hitam yang tebal dan panjang. ini pertama kalinya farhan melihat penis sebesar itu secara langsung.
************​
Terima kasih, juragan atas update-nya
Semoga sehat selalu:Peace:

Berikut kesan² ane, maapken kalo lancang :ampun:
Pertama, sepertinya Budi mau dimanfaatin buat keuntungan kelompok Amelia dan Di sisi lain, Farhan.
Kalo Amelia jelas, keperluan kampus
Kalo Farhan, kemungkinan buat pemuas ibu muda istri anggota dewan

Kedua, Budi ini ibarat cincin emas yang yang belum di poles, jadi kurang kinclong. Tapi kelebihannya udah coba dikira² kelompok amelia, yaitu pinter ambil hati dosen atau orang lain. Semoga kelebihannya ini, besok juga bisa membantunya mendapat pekerjaan yang lebih layak dan bener, ato paling tidak selama di kampus banyak yang membantunya.. siapa tau ada pengusaha atau dosen wanita yang udah mapan, single, ada rasa sama dia ;);) tentunya juga melihat ketrampilan kerja budi juga, tidak hanya dari kelompok Amelia

Ketiga, masak Budi udah kerja part time, pakaiannya masih butut. Uangnya kemana? Atau emang ditabung? Mungkin bisa dijelaskan sedikit lagi tentang Budi, master.

Terima kasih
Sekali lagi mohon maap kalo ane lancang:ampun:

Sekali lagi, semua itu kembali pada otoritasmu sebagai penulis :semangat::Peace:
 


Episode 3.


Farhan dan Budi kembali ke kampus. Kini Budi sudah berganti gaya dengan perpaduan celana chinos sepatu yang tampak mahal dan kemeja polos namun terkesan santai. Tidak lupa rambut yang disisir rampai dengan pomade.

“Aku gak berlebihan Han?”

“Pede aja lagi.”

Teman teman kelas Mereka tampak pangling melihat Gaya Budi yang baru. Bahkan ada yang tidak sadar bahwa Budi bisa sekeren ini.

“Lihat? Gak ada yang aneh bukan?” Lanjut Farhan.

Di sudut lain di kelas, Rara mencolek Hana yang duduk disampingnya.

“Itu Budi?” Tanya rara berbisik. Hana mengangguk.

“Kok berubah ya, salah gak kalau gua bilang sekarang dia keren,” kata Rara kembali.

“Dari dulu dia seperti itu, kalian aja yang gak sadar,” Potong Amelia yang hanya melihat Budi sekilas lalu kembali sibuk dengan ponselnya.

“Masak sih? Dulu Kan buluk gitu,” kata rara polos.

“Ra, jangan sembarangan ngomong,” Kata Anisa.

“Dimarahin mamah dedeh tuh,” ejek Hana.

“Bukan penampilannya, tapi Fisiknya dia seperti itu. Karena sekarang pakai baju yang lebih cocok jadi seolah dia baru aja jadi seperti sekarang,” kata Amel.

“Dari tadi Amel ini belain Budi terus,”

“Ra! Jangan aneh aneh deh. Gua hanya gak suka memandang orang dari apa yang terpampang di mata kita sekarang,” Kata Amel mulai jengah dengan Rara.

“oh gitu toh,”

Di sudut lain, Budi tampak canggung namun dia mencoba untuk mendengar ucapan Farhan, Pede aja. Dia mencoba cuek walau teman temannya masih curi curi pandang melihat penampilan barunya.
********​


“Ibu Mirna sering ke sini?”

“Ya, di sini sejuk, tenang dan tentu Privasi terjaga. Bu Aulia juga harus sering-sering keluar jangan di rumah terus. Bapak kan juga jarang di rumah, lebih sering dinas keluar kota toh.” Balas Mirna.

Kedua wanita itu sedang asik mengobrol di sebuah café sebuah hotel yang menawarkan pemandangan alam dengan kursi terbatas. Tampak sebuah sofa empuk yang menghadap pepohonan yang rimbun dan siluet gunung dari kejauhan.

“Selain itu di sini makanannya enak enak,” lanjut Mirna. “Ada apa bu Aulia tumben sekali menghubungi duluan,” Tanya Mirna. Mirna merasa beruntung padahal awalnya dia ingin menemui Aulia duluan.

“Sebenarnya saya agak sungkan Bu, tahu sendiri bapak masih baru di dewan dan saya juga gak luwes dalam bergaul,” kata Aulia.

“Pelan pelan saja Bu Aulia, segala sesuatu itu butuh Awal”

“Ya bu, selain itu Bu Mirna yang paling bisa saya ajak bicara selama ini,” Kata Aulia.

“Kalo sama saya santai aja bu, kuping saya besar tapi mulut saya ditutup rapat,” kata Mirna memuji diri sendiri.

“Saya stress Bu Mir, Kami sudah menikah hampir 10 tahun namun kami belum juga dikarunia buah hati. Mertua saya selalu bertanya apakah saya mandul atau tidak,” kata Aulia.

“kamu sudah periksa?” Tanya Mirna.

“Belum bu, tapi alasannya jelas Bu. Bapak terlalu sibuk, dia tidak pernah punya kekhawatiran tentang keturunan, menurutnya bila tuhan memberi pasti saya akan hamil.” Lanjut Aulia.

“Bagaimana dengan hubungan seks kalian?” Tanya Bu Mirna gambling. “Suamimu masih bisa ngaceng kan?” Tanya bu Mirna lagi.

“Anu..” Aulia yang kaget mendengar Mirna yang bicara terus terang.

“Bu Aulia, kita sudah sama sama dewasa, saya juga sudah tua. Jangan sungkan bicara seperti ini. Bu Aulia bisa sharing dengan saya.”

“Masih bu,”

“Terus masalahnya apa?”

“Dia tidak terlalu tertarik, dia tidak mau melakukannya lama. Bahkan dia menyudahi padahal dia belum keluar. Apa mungkin saya tidak menarik bu, apa saya tidak menggoda?” kata Aulia.

“Suamimu bodoh kalau tidak menggapmu menarik,” Jawab Bu Mirna.

Di banding bu Mirna yang cantik karena make up dan selalu merawat bentuk tubuh, Bu Aulia diberikan wajah yang cerah dan cantik. Di balik hijabnya yang selalu melindungi tubuhnya tetap tampak badannya yang langsing namun Dada yang berisi. Gaya pakiannya pun tidak kampungan, gamis yang dia pakai selalu tampak cocok dikenakannya. Apalagi ia tidak tampak seperti wanita berumur 35 tahun.

“Apa yang harus saya lakukan Bu, apalagi sekarang bapak sibuk sekali di dewan. Jarang sekali di rumah,” Kata Aulia.

“Selamat Sore menjelang malam,” Sapa Farhan kepada kedua wanita yang sedang duduk di sofa. Aulia tampak kaget, dia sempat hampir berdiri namun karena melihat Mirna mengenali pria yang datang itu Aulia kembali duduk di sofa.

“Sore, Kuliahnya sudah selesai?”

“Sudah dong,”

Farhan lalu duduk disamping Mirna tidak lupa dikecupnya bibir Mirna. Aulia masih tampak bingung dengan apa yang dia lihat.

“Anaknya bu?” Tanya Aulia bingung.

“Bukan,” Jawab Mirna. “Ini solusi dari masalah yang hampir sama yang Bu Aulia alami.” Jawab Bu Mirna.

“Solusi?”

“Ya, Sama seperti suami Bu Aulia yang ambisius suami saya juga tidak kalah berambisi. Semua dilakukan demi pekerjaan. Beruntung Suami bu Aulia orang yang baik. Karena dari yang saya dengar, Pak Reza, adalah Dewan yang bersih dari skandal. Suami saya, adalah dewan sejati yang bisa menggunakan kekuasaannya untuk apapun. Harta, tahta dan wanita yang lebih muda.” Cerita Bu Mirna.

Aulia terdiam membantu mendengar pengakuan Mirna. Tak menyangka bahwa dibalik wajah bu Mirna yang ramah dan bahagia dia menyimpan banyak rahasia.

“Kalau saya bersabar terus maka saya tidak akan bahagia. Saya butuh pria yang menyayangi saya seutuhnya yang bisa memuskan ego wanita saya. “ Lanjut Bu Mirna.

“Ibu sewa gigolo,” kata Aulia.

“Waw, saya tersinggung loh dibilang begitu,” kata Farhan tersenyum kecut.

“Lalu? Kamu dibayar bukan,” Kritik Aulia.

“Intinya bukan itu!” bantah Farhan yang tersinggung,”Ibu terlalu kaku sehingga tidak mengerti konsep menyukai orang yang jauh lebih tua,” lanjut Farhan.

“Kalau Bu Mirna sudah tidak punya uang memang kamu masih mau?” Lanjut Aulia berdepat.

“Sudah sudah,” Lerai Bu Mirna.

“Saya akui awalnya niat saya ingin menyewa laki laki, namun hubungan kami tidak sematrialistis itu. Farhan selalu ada buat saya, dia mensupport saya, memberikan perhatian yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Efeknya, saya tidak pernah ribut lagi dengan suami, dan tak pernah lagi marah kepada anak. Bu Aulia, saya Cuma tidak mau gila oleh ambisi suami saya. “

“Lalu ibu tetap membayarnya sampai sekarang?” Tanya Aulia pedas.

“Sudahlah Mir, biarkan saja dia. Buat apa kamu menolong orang seperti dia,” Protes farhan.

“Sabar sayang,” jawab Mirna.

Aulia masih shock melihat kedekatan dua orang yang bersuami dengan seorang pria yang sangat muda.

“Saya menghadiahi dia barang, kartu kredit, tapi saya lakukan karena saya ingin bukan karena harus. Apa yang saya dapat? Saya dapat bahagia, ketenangan, perhatian. Kalau kamu pernah merasakan bagaimana saat usiamu 20 tahun lalu cinta dengan seseorang, lalu kamu memberikan segalanya agar pasanganmu bahagia. Itulah yang saya lakukan sekarang diusia yang tidak muda lagi.” Kata Mirna.

“Tergantung kamu, saya hanya memberikan pilihan.” Lanjut Mirna.

“Kamu masih kuliah?” Tanya Aulia kepada Farhan.

“Ya,” Balas Farhan ketus.

“Kamu lakukan ini semua karena butuh uang?” kata Aulia lagi.

“Orang tua saya jauh lebih kaya dari harta kamu dan Mirna digabungkan,” Kesal Farhan. “Saya melakukan ini semua karena Mirna memberikan apa yang orang lain tak bisa kasih ke saya. Rasa diprioritaskan,” kata Farhan. “Bukan hanya sebagai pemanis diacara formal lalu tak dianggap didalam rumah,” Sindir farhan.

“Sayang, ngomongnya di jaga” Marah Mirna,

“Ya Maaf,”

“Bu Saya permisi dulu,” Aulia lalu pergi meninggalkan farhan dan Mirna.

“Dia gak akan pernah mengerti Mir,” Emosi Farhan.

Mirna lalu memeluk farhan. “Sayang, lupakan omongan Bu Aulia ya.”

“Kita gagal?”

“Belum tentu, kita lihat beberapa hari kedepan,”​

******************​
Beberapa hari berganti Aulia masih terfikir kejadian bersama Marni. Ia tidak habis fikir dia hampir saja berteman dengan orang yang salah. Dia tak terfikir sedikitpun untuk menghianati suaminya. Ia banyak bersyukur dan mencoba melupakan kejadian itu. Reza suami mirna sudah pulang dari luar kota dini hari kemarin. Setelah istirahat beberapa jam. Reza kembali sibuk dengan kertas kertas di meja kerjanya.

“Yah, apa tidal lebih baik istirahat dulu,” Tanya Aulia lembut.

“Sebentar lagi,” jawab Reza singkat.

“Udah jam 10 lo yah, Ayah kurang istirahat dari tadi,” Aulia khawatir.

“Ya,”

“Yah, jangan memaksa diri. Kesehatan lebih penting daripada pekerjaan,”

“Kamu dari tadi berisik sekali sih! Pekerjaan saya ini masalah Rakyat banyak, jadi lebih penting dari kesehatan saya. Kamu harusnya mendukung bukannya mengganggu!” Teriak Reza. Aulia kaget. Memang ini bukan pertama kalinya Reza marah tapi tak pernah sekeras ini.

Aulia memutuskan mengalah lalu berjalan menuju kasur dengan mata yang basah. Ia sesenggukan diatas tempat tidur dengan wajah ditutup bantal. Setelah 30 menit kemudian terdengar suara pintu kamar di buka. Reza masuk lalu memeluk Aulia.

“Maafkan Saya ya Ma, harusnya ayah gak teriak,” Kata reza lembut.

Hati aulia sejenak meresa tenang.

“Tapi mama jangan cerewet seperti tadi lagi, ayah jadi dewan bukan untuk santai-santai. Banyak beban yang ayah pikul,” Reza mulai bicara panjang lebar. Hati aulia yang tadinya mulai tenang kini kembali dipenuhi kesedihan.

Ia paham kenapa Reza marah, beban yang dia pegang memang besar. Dia harus mengemban amanah banyak orang. Aulia tentu tidak ingin menggangu pekerjaan suaminya. Tapi Aulia berfikir apakah dia tidak berhak bahagia, apakah dia tidak memiliki hidup seperti hidup suaminya yang punya tujuan. Apakah selamanya dia hanya akan kesepain dan menunggu suaminya bosan dengan ambisinya.​

*****************​
Mirna menggoyangkan pinggulnya dengan lihai, ia bisa merasakan dinding memeknya yang bergesek lembut dengan kontol Farhan.

“Ahh.. sayang, “

Farhan berbaring menghadap ke atas. Tampak pemdangan dua buah dada besar dengan wajah Mirna yang tak tahan kenikmatan yang ia rasakan. Kontolnya keluar masuk diiringi oleh goyangan Mirna yang aktif dalam posisi women on top. Tangan farhan dengan kuat meremas remas dada yang Mirna yang bergoyang mengikuti gerakan lihai Mirna.

Goyangan Mirna semakin cepat. Sehingga farhan ikut mengerang nikmat.

“Ahh sayang, enak sayang.” Erang farhan.

Sampai akhirnya Farhan memenuhi Rahim Mirna dengan cairan putih kental yang tampak mengalir keluar dari sisi kontol farhan walau masih didalam memek Mirna.

“Kamu puas?” Tanya Mirna.

“Kenapa goyangmu semakin jago Mir,?” kata Farhan.

“Ini karena saya aktif aerobic,” Jawab Mirna. “lagi?

“Saya menyerah, kamu terlalu lihai” Puji farhan.

Mirna lalu merebahkan badannya di sisi Farhan, membiarkan memeknya basah oleh peju yang keluar cukup banyak.

“Sayang” kata Mirna.

“Ya?”

“Ada Wa dari bu Aulia,” kata Mirna sambil memegang ponsel.

“Serius? Dia bilang apa?”

“Dia ngajak ketemu,”


Hmm...heran sama Reza, jangan² selain emang pekerjaan banyak, dia juga punya istri lain. Maklum anggota dewan :kretek:
Wah... Mencurigakan...

Bu Mirna sama Farhan juga terlihat terlalu meremehkan Aulia. Tidak pelan² cara membujuknya sehingga menyebabkan respon Aulia gak baik ke farhan.

Ya meskipun akhirnya Aulia mau juga, tapi kentara banget kalo terpaksa.

Hmm... Rekan sekelas udah mulai perhatiin kamu Bud, hati²... Ada yang manfaatin kelebihanmu..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd