Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Petualangan Maryanah, Sang Istri Sholehah

Chapter 3

Maka hari itu, pagi-pagi sekali sesuai jadwal praktek klinik Yanah dan Abas sudah duduk berpegangan tangan di ruang tunggu yang serba putih itu. Tubuh Yanah menggigil, telapak tangan nya keringatan, Abas berusaha menenangkan Yanah digenggamnya erat-erat tangan wanita cantik itu. Kecantikan Yanah hari itu begitu memancar, gamis warna magenta pastel dengan kerudung yang serasi dengan busananya semakin memancarkan kejelitaannya.



Keduanya berdebar-debar menunggu episode berikutnya dari kisah kehidupan mereka. “Mas…..pulang yukkkkk….”Yanah bergetar setengah berbisik ditelinga Abas. “Ehhhhh….ja..jangan Dek….kita sudah sampai sini, lagi pula Abi dan Umi nanti kecewa kalau kita tidak mengikuti saran mereka”Abas berusaha menenangkan Yanah, di usapnya telapak tangan Yanah selembut mungkin.

”Tapi aku gak nyaman Mas…dokternya laki-laki begitu…kita cari yang perempuan yukkk…pasti masih banyak dokter yang lain Mas”Yanah menjelaskan. Abas paham betul kegugupan Yanah, namun dokter ini rekomendasi kedua orang tuanya, yang sudah mewanti-wanti bahwa Yanah dan Abas harus konsultasi ke klinik ini. Klinik yang sangat terkenal di Jakarta yang memang di khususkan pada pemecahan masalah-masalah Pasutri.

Ketenaran nya termasyhur kemana-mana tak berbilang sudah beribu-ribu pasangan yang berhasil mendapatkan momongan setelah berkonsultasi ke klinik ini. Klinik ini di miliki oleh seorang dokter yang sering wara-wiri di televisi memberikan pencerahan tentang seks dan rumah tangga. Dokter tampan berusia tidak muda lagi itu masih memiliki pesona yang menggoda bagi ibu-ibu muda usia. Abas bukannya tak menaruh rasa cemburu, namun kepatuhannya terhadap orang tua memaksa Abas menepis semua perasaan gundah gulana hatinya.

Taka berapa lama nama mereka di panggil asisten sang dokter untuk memasuki ruangan pemeriksaan. Ruang yang sangat menyenangkan itulah kesan pertama yang ditangkap oleh Yanah dan Abas, ruang cukup luas dengan tempat tidur untuk pasien, sofa berwarna tosca cerah. Ditambah tembok ruangan yang dibuat berwarna-warni pastel sehingga jauh kesan ruang klinik, lebih cocok ini disebut ruang tamu atau ruang santai keluarga. Yanah dan Abas duduk berdampingan di depan dokter kharismatik itu. dr. Boy Andhika Nugraha tersenyum ramah menyalami keduanya.

”Bagaimana kabarnya hari ini, Mbak dan Mas nya??”saya panggil Mbak dan Mas saja ya??”bukan saya bermaksud tidak sopan terhadap pasien ya…”Suara bariton memecah kesunyian diruangan konsultasi itu. Abas tersenyum membalas sapaan dokter Boy. “Gak apa-apa dok, kami juga belum jadi Bapak dan Ibu kok…hehehehheehe”Abas berusaha bercanda mengurangi ketegangannya. “Silahkan…silahkan….apa yang bisa saya bantu untuk Mas dan Mbak nya” tatapan tajam dr. Boy silih berganti menusuk Yanah dan Abas, sedangkan Yanah sejak awal selalu menunduk gemetar.

”Be..be...Begini….dok..hmmm…ahhh kami ini sudah menikah 6 tahun namun belum juga di karuniai momongan”gugup Abah memulai perbincangan. Dokter Boy tersenyum hangat, “Ahhhhh biasa itu.***k perlu khawatir, baru juga 6 tahun….banyak yang sudah berpuluh-puluh tahun lho…lagipula kalian masih muda-muda..nikmati saja masa pengantin baru kalian…”dr. Boy menenangkan kedua pasiennya. “Sex itu harus dinikmati, enjoy…gak boleh stress…”Lanjut dr. Boy. “Hmmmmm….klo aktifitas sex kalian lancarkan??”Yanah bersemu merah mendapati pertanyaan itu, Abas segera menjawab “ehhh…anu..anu…sepertinya sih lancar-lancar aja dok”

Dokter Boy menatap Yanah yang sejak awal menundukkan wajahnya, “Mohon maaf Mbak, apa Mbak nya bahagia?? mendapatkan orgasme setiap berhubungan dengan suami..??”kembali pertanyaan dokter membuat Yanah merona wajahnya. “Mohon maaf kalau pertanyaan saya terdengar vulgar, namun ini akan menentukan pemeriksaan kalian lebih lanjut, dokter Boy menegaskan karena Yanah tetap diam seribu bahasa. Yanah gemetar perlahan mengangkat wajahnya, “Ehhh..iii…iiiyyy…iyaaa dok…saya..saya…sayy…ya…selalu puas dok” dengan muka yang semakin merona Yanah berusaha menjawab.

Suara Yanah yang lembut mendayu membuat suasana ruangan itu sedikit bergelora, “Baiklah kalau mendengar penuturan kalian sepertinya kalian baik-baik saja dan sehat secara reproduksi, namun untuk memastikan kami harus memeriksakan sel telur dan sperma Mbak dan Mas nya” dr. Boy kembali bersuara. “Hmmmmm…mas nya silahkan ke ruangan sebelah, ini bawa tabung silahkan sample sperma Mas nya taruh disini” dr. Boy menyerahkan tabung kecil ke tangan Abas, Abas terlihat bingung. “Hehehehehe…silahkan Mas nya keluarkan spermanya ditabung ini ya, di ruangan sebelah ada beberapa alat bantu agar Mas nya bisa keluar spermanya”dr. Boy terkekeh menyaksikan keluguan pasangan suami-istri pasiennya ini.

”Untuk Mbak nya…mari…silahkan berbaring disini, saya periksa yukkk”dr. Boy menyilahkan Yanah menuju tempat pemeriksaan, tempat tidur pasien itu berupa tempat tidur yang bisa di tekuk ujungnya sehingga kepala Pasien lebih tinggi. Kemudian di sisi kanan kiri tempat tidur terdapat sandaran kaki, ditengah tempat tidur terdapat tirai yang melintang membagi tubuh pasien menjadi dua bagian.

”Silahkan Mas nya ke ruangan sebelah, kami tunggu sample spermanya, untuk Mbak nya mari..silahkan”dr. Boy kembali memerintah, Abas bergegas keluar ruangan menuju tempat yang dijelaskan dr. Boy. “Silahkan Celana Dalamnya dilepas Mbak, dan silahkan berbaring disana”Yanah terkaget-kaget dia harus melepaskan celana dalam didepan lelaki yang bukan mahromnya. “Begitu prosedurnya Mbak, saya gak akan bisa memeriksa sel telur dan kesehatan reproduksi Mbak kalau Mbak nya tidak membuka CD nya”dr. Boy menerangkan.

Yanah perlahan menuju pembaringan kemudian menarik tirai disana untuk menutupi tubuhnya, lalu perlahan melepaskan celana panjang di balik gamisnya sekaligus dengan celana dalam ungu muda yang dikenakannya. Perlahan Yanah membuka tirai kemudian gemetar berbaring di atas pembaringan. Dokter Boy meninggikan posisi kepala Yanah dengan menarik bagian ujung tempat tidur itu. “Hmmmmmmm..silahkan kakinya di letakkan di samping Mbak…”suara dokter Boy mengagetkan Yanah, dengan malu-malu Yanah berusaha tenang meletakkan kaki-kakinya pada sandaran yang tersedia di samping kiri dan kanan. Posisi Yanah kini mengangkang didepan dokter itu, tanpa celana dalam yang melindungi alat vitalnya.

Dokter Boy menarik tirai di tengah tempat tidur tersebut, sehingga wajah Yanah tertutup tirai sementara bagian bawah Tuguh Yanah terekspose. Dokter Boy duduk didepan selangkangan Yanah, tangan nya menyingkap gamis Yanah ke atas sedikit, kemudian mengambil lampu senter menyoroti memek mungil Yanah. Boy menelan ludahnya, berpuluh-puluh tahun dia melayani berbagai macam pasutri dengan berbagai bentuk memek sudah dilihat dan dirabanya. Namun bagi dr. Boy memek Yanah memiliki daya tarik yang luar biasa.

Kecil, mungil, mengeluarkan aroma harum mewangi, dengan bulu-bulu halus disekitaran labia Mayora. Ini memek gadis perawan kah?? dokter Boy bergumam dalam hati. Perlahan tangan yang sudah di balut sarung tangan latex membuka bibir kemaluan Yanah, mendapat perlakuan demikian Yanah menggigil dan sedikit mendesah “aahhh…shhhh…”dr. Boy semakin kagum, memek pink merona itu memiliki rongga yang sempit sekali membuat kejantanan Boy mengeras, namun dia berusaha bersikap profesional menahan syahwatnya yang tiba-tiba saja datang menggoda.

Di usapnya perlahan klitoris Yanah, entah mengapa hal itu dilakukan padahal selama ini Boy tidak pernah mengusap klitoris pasien-pasiennya. Yanah semakin belingsatan, pantatnya terangkat menerima sentuhan itu, Boy semakin gelisah menyaksikan rongga memek itu berkedut-kedut seperti menyedot sesuatu. Ingin rasanya Boy segera melepaskan celananya yang kini mulai sesak, dan membenamkan kejantanannya kedalam rongga sempit yang menggoda itu.

Namun kewarasannya menyadarkan Boy kembali untuk tetap fokus menjalankan pemeriksaan ini. Lendir mulai meleleh dari dalam memek Yanah, Boy menyentuh lendir itu kemudian dicoleknya sedikit lalu dihirupnya lendir itu “Ahhhhh…harum sekali lendir ini…sshhh”Boy kepanasan, sedangkan Yanah tidak mengetahui bahwa dr. Boy menghirup cairan memeknya, karena wajah Yanah tertutup tirai, dirinya konsentrasi menahan gejolak birahinya yang tiba-tiba menyerang karena perlakuan dokter tua itu.

Perlahan dan pasti, jari dr. Boy mulai memasuki rongga memek Yanah. Menjepit sekali itu yang dirasakan dr. Boy atas jarinya, “Ahhhh…dok…ahhh…shhhh….apa..apa..ap…ap..pa yang dokter lakukan..ahhhh” Yanah gelisah. “Uhuukkksss..hmmm…hmmm…ini bagian pemeriksaan Mbak, saya harus mengambil sel telur Mbak nya untuk diperiksa”gumam dr. Boy sedikit gemetar menahan birahi. Sejati nya bukan jari yang harus dimasukkan kedalam memek pasien namun ada sebuah alat serupa besi berbentuk mulut bebek yang bisa dibuka dan ditutup.

Namun entah mengapa Boy hari itu melupakan prosedur dan mengikuti hasrat birahinya agar mengocok memek pasiennya kali ini dengan jarinya sendiri. Sensasi sempit dan seret yang Boy rasakan pada jarinya, semakin membuat celananya sempit, kontolnya berontak ingin keluar dari kegelapan dan kepengapan ruang itu. Yanah hanya pasrah mengeliat tubuhnya menerima tusukan demi tusukan jari dr. Boy yang entah kapan mulai ganas menyerang memek mungil itu.



Menit berlalu tak terasa pemeriksaan yang dilakukan Boy dengan cara merangsang dan mengocok memek Yanah dengan jarinya sudah berlangsung 30 menitan, lendir memek yanah semakin banjir yang keluar. Boy masih bernafsu menghajar memek Yanah dengan jarinya, hingga akhirnya “Ahhhhh…..sssh…..ahhhh….seerrrr…..seeerrrr…crriiiitttt…criiittt…seerrrr…”muncratlah cairan itu, Yanah orgasme takluk dibawah tusukan jari dr. Boy. Yanah Squirt beberapa muncratannya mengenai wajah dr. Boy, dijilatnya cairan itu, manis, gurih terasa dilidah. Dokter Boy sudah tak tahan, direngkuhnya pantat Yanah, lidahnya dijulurkan menjilati memek yang belepotan dengan cairan cinta Yanah, disedot dan dijilatinya hingga cairan itu habis tak tersisa. Yanah yang dilanda orgasme dahsyat tertidur dan tak merasakan saat Boy menjilati memeknya dengan rakus.

Dokter Boy berdiri, lalu menuju wastapel diruangan itu membasuh wajah dan kedua telapak tangannya. Di usapnya perlahan tonjolan pada celananya, kemudian kembali duduk pada meja kerjanya. Yanah yang berangsur-angsur pulih dari kesadarannya, perlahan bangkit dari tempat tidur itu merapihkan gamisnya dan segera mengenakan Celana panjang dan CDnya bersamaan. Tepat saat itu Abas kembali memasuki ruangan itu, tabung ditangannya sudah berisi cairan putih kekuningan kental dan beraroma pandan.

Boy berusaha tenang di depan pasutri itu “Hmmm….sample ini akan kami periksan di Laboratorium, tiga hari lagi kalian kembali kesini untuk menerima hasilnya”suara bariton itu mengintimidasi Yanah dan Abas. Keduanya perlahan mengangguk kemudian berpamitan dan keluar dari ruangan konsultasi. Melewati ruang tunggu yang sudah penuh sesak dengan pasangan-pasangan suami istri yang mengantri hendak berkonsultasi.

Yanah dan Abas sibuk dengan pikirannya masing-masing, saling diam seribu bahasa kembali menuju kediaman mereka. Meninggalkan kenangan dibalik tirai klinik yang menyisakan keasyikan dalam hati masing-masing, asyik namun takut, nikmat namun was-was entah apa yang mereka rasakan hanya mereka berdua yang bisa menggambarkannya. Dan itulah awal mula kisah yang akan membawa mereka jauh berpetualang meresapi kenikmatan-kenikmatan dunia yang terlarang.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd