Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Petualangan Suami dan Istri (No SARA) (Remake)

Candra.jpg

Candra

Soleh.jpg

Soleh

Tedy.jpg

Tedy

Susan.jpg

Susan

======================================

Lanjutan,,

Part 23, 2 orang Misterius

POV Orang Ketiga,


Tidak lama setelah pria dimotor menelon temannya dan memberikan foto dia mendapatkan panggilan telepon,

Tuuuttt,,,tuutt,,,tuuutt,,,

“hallo, dimana?”,

“majuan kedepan gua dah nunggu di depan”,

“ok”,

Panggilan pun dimatikan, lalu tiba-tiba muncul mobil dan kaca mobil turun

“gimana?”,

“aman, didepan dia”,

“ok”,

Lalu mobil itupun berlalu untuk menjemput seseorang di depan, lalu mereka semua menuju ke karang bolong tempat base camp mereka,

“abah, masuk dan istirahat saja”,

“baik bud”,

** Flask Back sebelum keluar dari cotage,

“bud kasih tau kalo kita udah jalan kearah pelabuhan ratu”,

“baik del”,

Lalu budi pun menelepon pria untuk menunggu di SPBU yang sudah di sepakati,

“gimana bud?”,

“sudah del, bimo sudah stand by disana dengan barang yang kita minta”,

“bagus, nanti sampai disana lu pindah pake motor yang udah disediain”,

“ok del”,

Lalu mereka sampai di SPBU dan memarkir kendaraan di sebelah mobil paket dekat toilet,

“bud anter abah berdua ke toilet”,

“Bim lakukan cepat biar gak ketauan, biar gua alihin perhatian mereka”, ucap adel ke bimo yang berada di mobil sebelah

“baik del” lalu bimo membuka pintu tengah sedang adel keluar menuju belakang mobil dengan membawa senjata di dalam jaketnya melihat kearah mobil yang membuntutinya,

“bim siap, gua kesana buat alihin mereka, jangan lama”,

“siap”,

Adel lalu menuju kearah kedua mobil tersebut dengan posisi siap memegang pistol di kedua tangannya di balik jaket yang dikenakannya, budi yang di lorong toilet melihat adel menghampiri mobil tersebut juga bersiap menyiapkan senjatanya dibalik jaketnya untuk membackup adel apabila terjadi kontak,

Tapi kedua mobil tersebut pergi meninggalkan SPBU seperti yang sudah diperkirakan oleh adel, bimo dan budi langsung segera memasukkan mayat yang mereka dapatkan dari RSUD terdekat dengan bantuan anak buah abah dan sudah mereka pakaikan baju abah ali dan abah amar kedalam mobil,

“ok beres, abah ikut bimo di mobil yang lain, bud ikut dibelakang kalau keadaan tidak kondusif kamu taukan apa yang harus dilakukan?”,

“iya del, hati-hati”,

Adel lalu memasuki mobil lalu keluar spbu melanjutkan perjalanan kearah pelabuhan ratu dengan ditemani mayat yang sudah ditukar, lalu kemudian terjadi kejar-kejaran dan saling tembak sehingga membuat mobil yang adel kendarai memasuki jurang

Sebelum jatuh kejurang, adel keluar dari mobil lalu meloncat dan hinggap dibatang pohon lalu bersembunyi, adel melihat mobil tersebut hancur dan terbakar dibawah jurang dan dia tersenyum, adel menunggu sesaat agar orang yang diatas pergi, setelah mereka pergi adel lalu naik dan menyusuri jalan jurang sampai kedepan jalan dan menunggu disana,

Tidak lama menunggu budi dan bimo pun datang menjemputnya dan langsung menuju base camp mereka di karang bolong,

** Waktu sekarang,

“makasih budi dan bimo kalian datang tepat waktu”, ucap adelia,

“iya del, gua sama bimo sudah di infokan oleh pak andi untuk segera kesini membantu lu untuk menjaga abah berdua karena pak andi mendapat info akan ada pergerakan dari musuh-musuh kita”,

“lu gimana bisa menghindar tugas bim?, bukannya lu lagi dinas luar?”,

“pak andi langsung kontak komandan gua untuk mengatur kalau gua administrasinya tetap pergi”

“kalo lu bud?”,

“iya di info pak andi langsung kesini di kontrakan gua, gua disuruh pak andi untuk menjaga keluarga raihan dan aulia dengan berpura-pura jadi antar jemput anaknya untuk memantau mereka”,

“terus yang jaga di jakarta siapa sekarang”,

“teman-teman kita yang lain del”,

Tidak lama ada seorang pria masuk kedalam rumah

Tok,,, tok,,, tok,,,

“Assalamualaikum abah berdua”,

“Wallaikumsalam, masuk Soleh”,

“soleh seneng abah berdua selamat dan untuk kalian bertiga kerja kalian sangat bagus, kedepannya kita langsung bertindak untuk berperang, abang sudah mendapatkan siapa saja musuh kita disini, tinggal kita bergerak untuk langsung menghabisi mereka”,

“siap bang, kami menunggu perintah”,

“tapi untuk itu kita menunggu satu grup lagi yang akan datang dari jakarta sore ini dan 2 orang penting untuk keberhasilan kita dalam perang ini, mudah-mudahan ke dua orang itu mau join membantu kita”,

“siapa bang mereka”, ucap adel,

“yuk duduk dulu, istirahat dulu santai biarkan polisi membersihkan dulu sisa-sisa tadi biar tidak curiga”,

Lalu soleh duduk di sebelah abah ali dan amar dan mengeluarkan foto keluarga besar raihan dan menyerahkan ke abah ali,

“ini foto Sapto dan keluarganya leh”,

“betul bah, itu foto keluarga om sapto dan keempat anaknya”,

“lalu kenapa kau tunjukkan foto ini”, ucap abah ali,

“dari keempat anak om sapto, abah ali dan abah amar sudah ketemu 2 orang diantaranya”,

“haahhh, siapa leh, abah kenal dengan mereka pas masih SD lalu sapto tidak pernah lagi membawa keluarganya kalau kita berkumpul”,

“betul bah karena alasan keamanan keluarganya, mangkanya om sapto tidak pernah lagi membawa serta anak-anaknya”,

“lalu kedua anak nya yang pernah ketemu sama kami siapa leh?”, tanya abah ali lagi,

“Raihan dan Romi bah”,

Abah ali, abah amar dan adelia serta budi dan bimo terkejut dengan apa yang didengarnya,

“mangkanya selain abah berdua anak-anak pak sapto menjadi target musuh kita juga bah”,

“lalu apakah mereka tau jadi target leh?”,

“belom tau bah, tapi pak andi sudah meminta raihan untuk selalu waspada di jogja sana dan untuk romi pak andi dan tim sudah bersiap untuk mengikut sertakan dia untuk menumpas yang di jogja”,

“andi memang orang yang sangat bisa diandalkan, dia tau semua pergerakan kita dan musuh-musuh kita”,

“lalu leh siapa dua orang yang kau maksud tadi”,

Lalu soleh pun mengeluarkan foto lagi memperlihatkan 2 orang pria

“Candra dan sapto, bukannya dia menghilang setelah kematian sapto leh”,

“dia belum mati bah, dia ada disini sudah berkeluarga dan menikmati hidupnya melupakan masa lalunya”,

“tapi apa dia mau untuk bergabung?”,

“itu bisa diatur bah, soleh pikir bang chandra akan mau ikut karena kalau dia ikut yang satu lagi juga akan ikut dengan kita”,

“siapa lagi pria itu leh”,

Soleh memberikan foto seorang pria dengan seorang wanita remaja sedang duduk berdua, abah amar dan ali sangat terkejut melihat foto pria itu dan menyebut namanya berbarengan Tedy,

“iya Tedy bah, teman, sahabat dan pria yang sangat ditakuti oleh lawan-lawan kita dulu, yang tiba-tiba menghilang yang tadinya kukira sudah meninggal tetapi soleh dapat kabar kalau dia masih hidup dari anak buah soleh yang sekilas beberapa kali melihat dia ada disekitar sini”,

“tapi gimana kita tau dia ada dimana leh, lumayan luas daerah sini dan kalaupun ketemu apakah dia mau atau malah dia sudah jadi musuh kita”,

“tenang bah untuk posisi dia soleh kan sudah bilang diawal kalau kita bisa ajak bang chandra kita bisa tau lokasi tedy dimana”,

“kamu yakin leh”, tanya abah amar yang sekarang berbicara,

“yakin bah karena tedy akan melakukan apapun sampai menyerahkan nyawanya untuk wanita yang disebelahnya”,

Abah ali dan amar memperhatikan wajah wanita itu yang samar-samar mereka kenal,

“apa kalian kenal dengan wanita ini?, karena wanita ini pernah kalian lihat”, tanya soleh kepada mereka,

Mereka lalu melihat dan mereka menjawab agak mirip dengan seorang wanita yang mereka kenal,

“wanita itu adalah istri dari raihan yang bernama aulia”,

Mereka yang mendengar nama aulia kaget dengan perkataan soleh,

“yang bener bang, ini aulia?”, tanya budi dan adel juga semua orang yang ada di ruangan itu,

“betul”,

“dan apa hubungannya tedy dengan aulia leh”,

“aulia adalah adik satu-satunya tedy bah”,

Hahhhhh,,, mereka semua terkejut,

“saya juga awalnya tidak percaya bah, tedy seorang laki-laki yang keras dan kasar juga mempunyai tabiat pembunuh berdarah dingin mempunyai adik perempuan yang cantik dan lembut seperti aulia”,

“saya tau dari pak andi perihal aulia, oleh sebab itu pak andi menyuruhmu bud untuk menjaga keluarga raihan juga aulia”, jelas soleh lagi,

“lalu apa yang harus kita lakukan leh”, ujar abah ali,

“tenang bah abah disini beristirahat saja sampai tim kita satu lagi datang dan kalian bertiga jaga disini ya, biar abang pergi untuk menemui kedua orang ini, mudah-mudahan sore ini abang dapat jawaban”,

“ok leh hati-hati dan semoga berhasil”, ujar abah amar,

“iya bang kami akan jaga disini” ucap mereka bertiga,

“O iya, budi dan bimo sini”, panggil soleh keluar rumah,

“iya bang”, jawab mereka berdua.

“ada pesan dari pak andi untuk kalian berdua, kalau bisa kalian jangan sampai bermain hati kepada 2 wanita anak menantunya, dan beliau berpesan jangan sampai kalian yang memulai hal yang seperti kemaren kepada mereka, paham”, jelas soleh.

“I,, iya bang, kami akan melakukan apa yang pak andi bilang”, jawab mereka berdua.

“hahahaha,,, jangan takut gitu lah, lagian kan suaminya gak melarang, tapi abang pesan ingat dia adalah istri dari teman atau saudara kalian ya”,

“siap bang”, jawab mereka berdua lagi,

“ya udah abang pamit, jaga base camp ini ya, Assalamualaikum”,

“Wallaikumsalam bang”,

Soleh lalu meninggalkan tempat base camp dengan motornya menuju kearah kediaman chandra di daerah bumi pandeglang yang berjarak 1.5 jam untuk bertemu dengan nya,

POV Soleh

Sampai di bumi pandeglang jam 11.30 siang akupun bertanya ke warga sekitar tempat tinggal bang chandra yang ternyata ada yang mengenalinya di tempat mobil angkutan sayur dan buah,

“aa nanti lurus aja ke arah tempat wisata bumi pandeglang nanti ada plang Perkebunan Karya, aa masuk aja kedalam nanti ada orang yang nganterkan aa ketemu sama bapak chandra disana”,

“baik mang, makasih infonya ya”, ucapku sambil pamit menuju ke tempat yang diberitahu,

Sampai di perkebunan karya aku bertemu dengan petani yang sedang memanen sayur dan bertanya lalu diberitahu kalau bang chandra ada di saung dekat kebun strawberi sedang beristirahat, akupun langsung menuju ketempat yang diberitahu dan menemukan seorang pria sedang duduk di sebuah saung sedang merokok dan melihat pemandangan perkebunan,

“Assalamualaikum bang”, salamku,

“Wallaikumsalam”, jawab bang candra yang sedikit terkejut lalu bersikap santai,

“duduk leh sini, gimana kabar nya sehat kah?”, ucapnya sambil memberikan tangan untuk berjabat tangan,

“Alhamdullilah sehat bang, abang juga gimana kabarnya sama keluarga disini?”,

“ya kau bisa liat sendiri leh, aku lebih tenang dan bisa bermain bersama keluargaku”,

Lalu bang candra memanggil salah satu anak buah nya untuk membuatkan kopi untuk soleh, lalu mereka mengobrol sambil merokok

“ada masalah apa kau datang kemari leh, tidak mungkin kau datang hanya untuk menanyakan kabar ku, apa kau disuruh andi menemuiku”, ucap candra sembari melihat tajam soleh,

“langsung nih bang”, ucap ku sambil membuang asap rokoknya,

“kau tau aku bukan orang yang suka bertele-tele”,

Lalu aku mengeluarkan beberapa foto yang ada di dalam jaketku, lalu menyerahkan kepada bang candra dan melihatnya,

“apa maksud semua ini leh”, ujar candra sambil melihat gambar satu persatu,

“sepertinya kawan lama kita mulai melakukan hal yang sama seperti dulu bang”,

“ini bukan urusan ku lagi leh, kau tau aku sudah lama meninggalkan ini”.

“kamipun juga sama bang kalau mereka tidak mengincar kami dan orang-orang terdekat kami, itu baru foto yang ada di daerah sini bang, ada yang di daerah jogja juga”,

“apa kau yakin informasi ini leh, dah sudah sejauh mana mereka mempersiapkan ini semua”,

“saya yakin seratus persen bang dan mereka sudah mulai bergerak dengan mencoba membunuh abah ali dan amar tadi pagi”,

“ali dan amar ada disini leh?”,

“ada bang, mereka ada kerjasama untuk memugar cotage mereka”,

“maaf abang tidak bisa membantu kalian, aku sudah berjanji dengan kakak dan keponakanmu untuk menjahui itu semua dan kau tau leh alasan kenapa aku sampai menghilang kan”,

“aku menghormati keputusan abang ini”,

Lalu aku kemudian memberikan foto-foto yang ada di jogja kepada candra dan dia sangat terkejut,

“apakah benar yang aku lihat ini leh?”,

“bener bang, salah satu penghianat yang menyebabkan pak sapto meninggal dan dia juga akan mengincar anak tertuanya raihan di hari acara kampus mereka di jogja nanti”,

“bangsat, aku tidak pernah lupa dengan pria ini yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri tega menikamku dari belakang tapi sapto yang di belakangku melindungiku hingga perutnya tertusuk dan terburai”, ucap bang candra menahan marah sambil menangis,

“kau tau leh aku sangat terpukul dan merasa seperti orang yang tidak berguna orang yang semestinya aku lindungi malah dia yang melindungiku sampai ajalnya, aku sangat malu leh, saptolah yang merubahku dan memberikanku kesempatan untuk menjadi orang yang lebih baik”, ucapnya lagi sambil menangis,

Akupun langsung merangkul dan menepuk punggung bang candra seraya menyemangatinya,

“yang sabar ya bang”,

“apa andi sudah mengirimkan orang untuk menjaga anak-anak sapto leh?”,

“pasti bang karena mereka juga anak-anaknya”,

“tunggu sini abang akan kedalam dulu”, ucapnya sambil pergi menuju kearah sebuah rumah sambil menangis,

“iya bang”,

20 menit aku menunggu lalu datang sekumpulan orang bersama bang candra mendekatiku,

“soleh kakak sudah mendengar apa yang sudah dibilang suamiku, apakah semua itu benar?”,

“benar kak, kalau kakak tidak mengijinkan aku tidak akan memaksa”,

“kakak tidak bisa hati menolak, karena keluarga kakak juga berhutang nyawa kepada keluarga pak sapto”, ucapnya sambil menangis,

“tapi kakak mohon berjanjilah dengan nyawamu, temani dia jangan sampai mati, lihatlah mereka dari lahir sampai mereka sekolah dasar tidak merasakan figur ayah, tolong jagalah abangmu, hu,,hu,,hu,,hu”,

“kakak tidak bisa hidup tanpanya tapi kakak juga akan sangat berdosa apabila anak-anak keturunan pak sapto sampai meninggal, bantulah kakak, kakak ijinkan abangmu pergi tapi jagalah dia, hu,,hu,,hu,,hu”, jelasnya sambil masih menangis di depanku,

“soleh berjanji dengan nyawa soleh kak, bahwa akan mejaga dan selalu di samping abang apapun yang terjadi”, jawabku sambil menggenggam tangan istri bang candra,

“ayah berhati-hatilah, pulanglah dengan selamat, walaupun dengan berat aku mengijinkan dan mengiklaskanmu yah, hu,,hu,,hu,,hu”, sambil memeluk erat bang candra,

“bunda jangan menangis lagi, ayah janji akan pulang dengan keadaan selamat”, ujar candra sambil memegang wajah istrinya dan mencium kedua pipinya,

Bang candra lalu memeluk kedua putrinya dengan erat dan meminta orang-orang disana untuk menjaga keluarganya selama ia tidak ada dirumah.

“satu lagi bang, apa abang tau dimana tedy berada, aku ingin segera menemuinya”,

“aku tau dimana dia leh, tapi dia tidak sepertiku, karena dia sudah menjadi orang yang baik dan kurasa dia tidak akan mau ikut”,

“ini mengenai adik kecilnya dulu yang dia sering ceritakan kepada kita semua”,

“maksudmu leh”,

“adiknya ada di daerah anyer sana jadi akuntan nya abah amar untuk proyek cotage nya abah ali dan adiknya adalah istri dari raihan bang sehingga dia menjadi target untuk dibunuh oleh mereka”,

Candra sangat terkejut mendengarkan penjelasan soleh juga orang yang ada bersamanya,

“ayo cepat leh, abang siap-siap kita langsung ketempat tedy takut terlambat, siapa nama adiknya itu leh?”,

“ok bang, namanya aulia bang”,

Candra dan yang lainnya langsung pulang kembali kedalam rumah sedang aku kembali kemotorku untuk menunggu bang candra beriringan ketempat tedy,

10 menit menunggu keluar lah sebuah mobil jeep hardtop berwarna hitam berhenti disamping kiriku,

“ikuti aku leh, kita kesawarna tempat tedy disana”,

“ok bang”,

“o iya, taruh saja leh motormu didalam, bawa mobil ini kita jemput dulu gareng biar sama-sama kita”,

“gareng ada disini bang?”,

“ada leh sudah 5 bulan ini dia jadi penagih uang pinjaman koperasi nelayan dan perkebunan sekitar”,

“ohh,,, ok bang saya masukkan motornya”,

Akupun lalu memasukkan motor kemudian menuju kemudi mobil lalu kami langsung pergi menuju kearah sawarna ketempat tedy berada,

Baru 30 menit berjalan bang chandra menyuruhku untuk berhenti di pangkalan ojek simpang jalan bumi pandeglang, bang chandra lalu turun dan bertanya ke beberapa orang perihal gareng berada, tidak lama bang chandra kembali kedalam mobil.

“ayo leh jalan kedepan nanti ada gapura kampung ciraya kamu masuk ya”,

“ok bang”, kamipun melanjutkan perjalanan kami,

Sampai di depan gerbang gapura ciraya akupun memasukkan mobil dan disuruh berhenti di sebelah rumah warga oleh bang chandra dan mengajakku turun untuk masuk rumah tersebut melalui pintu belakang.

Sampai di pintu belakang bang candra mencoba membuka pintu yang ternyata tidak terkunci, kami lalu masuk kedalam dan melihat ternyata didalam rumah tersebut sepi namun ada sebuah motor di dalam rumah,

Bang candra lalu menuju ke sebuah kamar dan langsung membukanya, didalam terlihat sepasang pria dan wanita yang sedang bersetubuh dengan panas nya diatas kasur, terlihat pasangan tersebut kaget dan takut atas kedatangan kami berdua,

“bagus ya, terus aja lu begini ya reng”, ucap bang candra sambil mengambil ikat pinggang di celana gareng lalu menuju gareng dan memukuli badannya,

“ampun bang, gareng gak ngelakuin yang salah bang bener”,

“terus ini apa hah, lu selalu ya make cewek-cewek yang minjem kalo gak bisa mulangin uang”, ujar bang candra masih sambil memukul gareng.

“ampun bang, wanita ini calon istri gareng bang, gareng gak pernah ngelakuin itu lagi, karena sudah janji sama wanita ini bang”, ucap gareng sambil menutupi badannya dari pukulan bang candra.

“benar apa yang dikatakan gareng?”, tanya nya

“be,, benar bang,, bang gareng hampir 2 bulan ini serius dengan saya dan berjanji untuk menjadi suami saya dan tidak akan melakukan hal yang abang bilang tadi”, jawab wanita tersebut dengan takut sambil menutupi badannya dengan selimut,

“hahahahaha,,, gitu dong serius”,

“abang setan, udha mukulin malah ketawa lagi”,

Hahahahahaha,,, aku dan bang candra kembali tertawa,

“pake bajumu, kita akan pergi ketempat tedy”,

“ngapain bang”, ucap gareng yang sudah turun dari kasur dan mulai memakai pakaiannya,

“sudah ikut saja, nanti dijalan abang kasih tau, sudah motormu taruh sini saja”, jelas bang candra,

“o iya, abang minta maaf ya de udah merusak kegiatan enak-enak kalian hahahaha”, ucap bang candra ke wanita itu.

“namamu siapa?”,

“Anti bang”, jawabnya,

“ya sudah abang minta maaf ya, terima kasih sudah mau terima gareng untuk jadi calon istrinya, semoga langgeng ya”,

“Amin bang, makasih ya bang”,

“dan untuk mu reng, capet kau datang ke abang untuk lamarkan anti biar sah menjadi istrimu”,

“pasti bang, dalam waktu dekat ini gareng akan lamar anti”,

“ya sudah ayo ikut abang, abang pinjam gareng bentar ya de”,

“iya bang”,

“de, abang pamit dulu ya, nanti abang balik lagi bawa jajanan ya”, ucap gareng

“iya bang, hati-hati ya bang”, jawab anti sambil mencium punggung tangan gareng,

“yuk bang kita pergi”, ajak gareng lalu kamipun melanjutkan perjalanan ketempat tedy.

Jam 16.45 sore kami sampai di tempat tedy berada, dimana tempat itu diluar expektasiku, ya benar tedy sekarang hidup damai di sebuah komplek gereja katolik di daerah sawarna, salah satu gereja besar diwilayah sini.

Akupun lalu memasukkan mobil dan memarkirkan mobil ditempat parkir yang ada. Kamipun keluar dan melihat sekeliling komplek Gereja Katolik Santa Helena,

“ingat disini tidak ada yang namanya tedy, tedy sudah mengganti namanya, dia tidak ingin memakai namanya tersebut karena dia sudah bertaubat katanya, dia sudah berpindah keyakinan dan dibabtis, oleh sebab itu dia sekarang memakai nama baptisnya”, ucap bang candra.

“iya bang, lalu nama nya jadi apa bang”, tanyaku.

“namanya sekarang Jonathan Nicolas, kau panggil saja jona”,

“ok bang”,

Lalu kami masuk ke tengah halaman gereja, disebelah gereja terdapat taman doa yang dibelakangnya ada beberapa rumah kecil, mungkin itu rumah tinggal untuk romo dan pengurus gereja, selagi kami berjalan menuju gereja kami berpapasan dengan seorang wanita dengan membawa nampan penuh makanan dan minuman.

Bang candra lalu mendatangi perempuan itu dan berbicara kepadanya,

“selamat sore susan, bagimana kabar kalian?, masih ingat sama abang?”, tanya bang candra.

“selamat sore bang candra, kabar kami semua baik disini, ingat kami dengan abang, abang terlihat semakin sehat walaupun sudah menua, semoga abang dan kakak dirumah selalu bahagia ya”,

“amin, makasih atas doanya ya de, o iya ada jona, abang kesini ingin berbicara dengannya?”,

“ada bang di bangunan belakang lagi sama anak-anak sedang melakukan kebaktian, ayo bang mari ikut susan”,

Kamipun berjalan mengikuti wanita itu menuju salah satu rumah kecil dibelakang gereja.

Sambil jalan bang candra bercerita bahwa susan adalah istri dari tedy, dia bernama Susan Faranisa Fraya dialah yang menyelamatkan dan merawat tedy sampai sembuh, susan menemukan tedy pingsan di pinggir pantai, sedangkan susan merupakan keponakan kandung pastur yang bertugas di gereja ini, susan mengikuti pastur setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, dari pernikahannya tedy mempunyai seorang putri berusia 2 tahun lebih.

Sampai di depan pintu rumah itu terlihat tedy sedang memainkan gitar sambil bernyanyi lagu rohani bersama anak-anak disekitarnya, dia terlihat sangat gembira dan ceria beda sama tedy waktu dulu yang bersifat pendiam dan jaga jarak dengan orang-orang.

Aku sangat senang melihat tedy yang sekarang penuh dengan aura kasih sayang bapak kepada anak-anaknya.

Kamipun duduk di bangku dibelakang dia sambil menunggu selesainya acara tersebut, setelah selesai susan membawa anak-anak tersebut menuju ke arah meja untuk mengambil makanan dan minuman yang telah disediakan.

Tedy yang melihat kami memberikan senyuman dan langsung menuju kearah kami dan menjabat tangan kami semua.

“sudah lama bang candra tidak kemari, terakhir waktu Agnes baptis dan juga gimana kabarmu soleh, sudah berapa anakmu? Hahaha”, ucapnya riang.

“banyak kerjaan abang di perkebunan jona, hahaha”, jawab bang candra dengan riang pula.

“sudah 3 anak ku jona, paling besar mau masuk smp”, jawabku.

“bagus-bagus, semoga keluarga kalian selalu bahagia dan selalu dalam lindungan Tuhan”,

“amin’,

“kalian sudah makan kah?”,

“nanti jona masih kenyang, ada yang ingin kami omongin ke kamu”,

“ada apa bang sepertinya sangat penting”,

“iya jona”,

“baik tunggu dulu ya bang”, lalu tedy pergi keluar rumah sebentar lalu balik dengan membawa susan besertanya kemudian duduk bersebelahan.

“ceritakanlah bang apa yang mau abang ingin bicarakan, saya sudah bilang sama susan semua masalah yang terjadi harus kami tau supaya kami bisa memecahkan bersama-sama”, ucap tedy.

“baiklah, jadi begini tadi siang soleh datang ke rumah abang menceritakan tentang kejadian 5 tahun yang lalu, apa kau masih ingat jona”,

Susan dan tedy saling berpandangan lalu susan memegang tangan tedy.

“dan yang abang takutkan kejadian 5 tahun yang lalu akan terulang kembali dengan orang-orang yang sama dengan skala korban yang lebih banyak”,

“maksud abang gimana?”.

“leh kau ceritakan sedetailnya sama jona”,

“jadi kau tau jona orang yang 5 tahun lalu mencoba membunuh kawan-kawan kita muncul kembali dengan merekrut para penghianat dengan target-target yang baru dan sudah dimulai aksi mereka di daerah anyer dan mengarah ke daerah jogja”,

“jadi tujuan kalian datang kemari untuk mengajak aku bang?, tapi maaf aku sudah tidak mau berurusan dengan hal itu lagi karena aku sudah berjanji dengan Tuhan dan keluargaku, sudah banyak darah dan nyawa yang sudah kuambil”,

“aku tadi berfikir seperti itu jona, tapi setelah aku melihat pelaku dan calon korbannya aku berfikir harus diselesaikan karena kalau tidak sampai kapanpun masalah ini tidak akan selesai sampai salah satu dari kita meninggal”,

“tapi bang,,,,,,”, ucap tedy terpotong sambil meremas tangan susan.

“sebelum kau memutuskan, abang mohon kau lihat calon korban mereka jona”,

Akupun mengeluarkan foto yang ada di jaketku dan kutaro di atas meja.

Tedy mengambil foto itu dan melihatnya satu persatu dengan menyebutkan nama-nama didalam foto itu, giliran foto raihan raut muka tedi berubah antara marah dan sedih dan menyebut namanya dengan tercekat dan terputus sambil melihat kami bertiga,

“raaaaiiiihhhaaaannnnn,,,, auuuuuulllliiiiiaaaaa,,,, daaafffiiiddddd,,, afffiiiiiiffaaaahhhh,,,,”, ucapnya sambil tangan nya tergetar

“apakah benar ini semua bang”, tanyanya dengan tatapan yang sangat tajam dan menakutkan.

“apa yang kau lihat itu benar jona”, raihan adalah anak sapto dan aulia berserta anak-anaknya menjadi target mereka,

“dimana mereka sekarang bang?”, apakah mereka masih baik-baik saja?”,

“masih jona, aulia ada di anyer sini sedang bekerja, raihan ada di jogja sedang bekerja juga sedangkan anak-anaknya di jakarta, mereka semua sudah di jaga dan pantau oleh anak buah mas andi”,

“tapi abang takut kurangnya anggota kita dan juga adanya penghianat keselamatan mereka jadi makin rentan, oleh sebab itu mas andi mengajak kami untuk segera melakukan aksi sebelum mereka”,

“abang tidak memaksamu jona, kau sudah berkeluarga dan kau mempunyai janji yang harus kau pegang, kami akan menunggu keputusan mu tapi jangan lama karena ikut atau tidak kamu, kita akan langsung bergerak selepas dari sini”,

Aku melihat tedi meremas foto itu sambil menangis sesengukan, kamipun keluar menuju taman untuk menunggu keputusan tedy.

POV Susan

Perkenalkan namaku Susan Faranisa Fraya biasa dipanggil susan, aku adalah keponakan dari Pastor Erastus dan mengikuti dia dari umur 14 tahun, aku dirawat karena kedua orang tuaku meninggal kecelakaan motor, semenjak itu aku mengikuti om Erastus dalam berdinas berpindah tempat.

5 tahun lalu aku menemukan tedy suamiku yang sudah berubah nama menjadi jonathan di pinggir pantai sawarna pada sore menjelang malam dengan keadaan yang sangat mengenaskan dengan beberapa luka tembak di badannya serta sambil memeluk sebuah koper berwarna hitam.

Aku langsung lari kembali kedalam gereja dan memberitahu Om ku tentang masalah ini, om ku langsung memanggil 2 orang pengurus gereja untuk membantunya mengangkat tedy dan membawanya kedalam gereja.

Di dalam gereja om erartus bilang jangan ada yang melapor polisi dulu mungkin masih ada orang yang mencari pria ini, kemudian om erastus mengambil hp nya dan menghubungi temannya yang dokter untuk segera datang kemari.

20 menit datang om Oscar dia seorang dokter penyakit dalam di rsud sekitar sini, dia memeriksa tedy lalu kemudian menyuruh om erastus untuk menyediakan obat dan alat-alat yang diperlukan untuk mengeluarkan peluru dibadan tedy.

Setelah 2 jam om oscar melakukan operasi dia memberitahu bahwa tedy kondisinya stabil dan sudah lewat masa kritisnya. Selama 2 tahun tedy melakukan pemulihan badannya dengan menjadi tukang kebun dan bersih-bersih gereja, aku selalu menemani dia dalam melakukan proses recoverynya.

Selama recovery aku sedikit demi sedikit memendam rasa sayang dan cinta dengan nya karena tutur kata dan perilakunya yang baik dan sopan selama tinggal dengan kami.

“makasih ya de, kamu sudah merawat aku dan membantu ku siang dan malam”,

“iya bang, abang juga harus tetap semangat ya”,

“o iya bang tunggu sebentar ya”, aku pun lalu masuk kedalam rumah untuk mengambil kopernya dan kukasih kepadanya.

“ini koper ada bersamamu bang waktu aku menemukanmu”, kulihat bang tedy mengelus koper itu dan terdiam.

“bukalah bang, mungkin ada hal yang masih mengganjal yang abang rasakan selama 2 tahun ini, biar susan tinggal dulu, kalau abang siap menceritakannya susan selalu ada”, akupun pamit meminggalkan bang tedy sendiri.

Dari kejauhan kulihat bang tedy membuka koper tersebut lalu menangis sambil melihat isi koper tersebut, tidak lama diapun menutup koper itu lalu menghampiriku sambil tersenyum.

“simpankan untuk abang ya de, suatu saat nanti abang akan menceritakan semua kepadamu”, ucapnya sambil menyerahkan koper tersebut.

“iya bang”,

“boleh abang masuk ke dalam gereja de?”, pintanya kepadaku.

Aku yang mendengar itu sangat kaget karena selama 2 tahun ini walaupun dia bekerja di komplek gereja, bang tedy tidak pernah masuk kedalam gereja karena keyakinan yang dianutnya.

“ayuk bang mari masuk”, akupun membuka pintu gereja dan mempersilahkannya masuk dan melihat dia berjalan sampai bangku paling depan dan duduk disana.

Aku melihatnya duduk sambil melihat kedepan sepertinya merenung, aku lalu meninggalkan nya sendiri untuk menyiapkan makan malam untuk kami semua.

Saat mau makan malam aku pergi memanggil bang tedy untuk makan tetapi aku menemukan dia tertidur dibangku gereja, om erastus menyuruhku untuk membiarkan bang tedy tertidur, aku pun mengambil selimut untuk menyelimuti badannya dan membiarkan dirinya beristirahat dibangku gereja.

Sejak masuknya bang tedy kedalam gereja terlihat dia sangat antusias sekali dengan ajaran kami, diapun belajar dan akhirnya memantapkan dirinya untuk dibaptis dan diberikan nama bapts jonathan, sejak saat itu bang tedy hanya mau dipanggil jonathan atau jona.

1 bulan setelah pembabtisan bang jona mengingkan ku menjadi istrinya dengan melamar baik-baik kepada om erastus, om ku sangat senang dan sangat setuju dengan lamarannya, seminggu kemudian kamipun melangsungkan pernikahan dengan dihadiri oleh jemaat gereja dan para tetangga sekitar saja.

Sudah 3 tahun usia pernikahan kami dan sudah dikaruniai anak perempuan berusia 2 tahunan yang kami beri nama Agnes Stefani, bang jona sangat menyayanginya, tetapi hari ini aku melihatnya kembali seperti waktu 3 tahun yang lalu dengan posisi yang sangat rapuh dan penuh kemarahan.

“pah, menangislah dan luapkanlah semua yang ada didalam hatimu, habis itu kuatlah demi dirimu dan keluargamu”, ucapku sambil mengelus punggungnya dan memeluknya.

Bang jona kemudian memelukku dan menangis dengan sangat sesengukan, aku pun terbawa dengan kesedihannya dan memeluknya erat sambil memberikan kata-kata untuk menguatkannya.

Setelah semuanya keluar bang jona kemudian memegang kepalaku dan mencium kedua pipiku dan bibirku dengan lembut.

“I love u mah”,

“I love u to pah”. Ucapku.

“mari ikut papa mah, papa berjanji bukan kalau papa siap papa akan meminta koper itu ke mamah dan menceritakan semuanya ke mama”, ajaknya sambil menggenggam tanganku erat dan akupun mengikutinya,

Sampai dikamar kami bang jona mengambil koper hitam nya diatas lemari pakaian kami dan membukanya dihadapanku, ternyata isinya surat-surat berharga, berbagai foto, kunci-kunci, bebarapa perhiasan, senapan beserta amunisinya.

“ma, papa ingin cerita kenapa papa bisa sampai terluka dan hanyut sampai di pantai”, ucapnya sambil duduk disampingku

“ini adalah foto papa dan adik papa aulia dari mulai kami kecil sampai dia berumah tangga dan mempunyai anak, aku mendapatkannya dari teman papa karena papa meninggalkannya sewaktu dia habis selesai kuliah dan mau menikah dengan raihan suaminya”, ceritanya sambil menahan tangisnya.

“papa sangat bersalah kepadanya karena dia yang sering mengingatkan papa untuk berhenti dan melakukan pekerjaan yang halal tapi karena papa sudah sangat dalam jadi papa susah untuk keluar karena takut akan keselamatannya dan keluarganya kelak”,

“dia sering bertanya kepada teman-teman papa tentang keberadaan papa tapi papa selalu mengingatkan temen papa untuk tidak memberitahu, tapi papa sampai saat ini masih sempat mengunjungi mereka diam-diam untuk mengetahui keberadaan mereka”,

“mangkanya papa sering ya ikut om erastus ke jakarta, salah satunya ingin melihat aulia ya?”, tanyaku,

“ iya mah”,

“lalu foto-foto yang ini?”,

“ini adalah foto-foto orang yang sudah menjadi korban ayah”, ucapnya sambil bergetar.

“astaga Tuhan, sebanyak ini pah?’, ucapku tertahan sambil menutup mulutku,

“iya mah, mereka orang yang meninggal ditangan papa, papa selalu memimpikan mereka seakan mereka mengajak papa bersama-sama mereka”,

“mama ingat waktu papa membuka koper ini 3 tahun lalu, dalam hati papa sangat ingin bertobat selain kejadian di pinggir pantai yang papa selamat juga karena foto mereka, papa ingin menjadi orang yang layak hingga ajal menjemput papa, oleh karena itu papa merasa tenang seakan Tuhan menemani papa didalam perubahan papa”,

“tapi papa sekarang bingung sayang, apa yang akan papa lakukan di satu sisi papa sangat menyayangi adikku aulia tapi disatu sisi papa terikat dengan janji papa dan kalian keluargaku, aku tidak ingin meninggalkan kalian kalau papa kenapa-kenapa, huhuhuhuhu,,,” ucapnya kembali menangis.

Aku yang mendengarkan cerita suamiku sangat bingung untuk memberi tanggapan apa, akupun hanya memeluknya dan membelainya,

“papa bantulah aulia dia adalah adikmu, tidak ada mama aulia tetap adikmu, dialah orang pertama yang membuatmu untuk keluar dari dunia hitammu, jadi tolonglah dia”, ucapku sambil membelai mukanya,

“apa mama yakin, papa takut kalau papa akan kembali ke kelakuan papa yang lama”,

Akupun melepaskan kalung pemberian mamaku kepadaku waktu aku kecil dan memakaikannya ke suamiku,

“ingatlah akan kami dan orang-orang yang papa kasihi apabila papa hampir kehilangan kontrol, membantu bukan berarti harus membunuh kan”, ucapku sambil menciumnya pelan,

“berhati-hatilah, ingatlah setiap tindakan yang papa lakukan kepada kami orang-orang yang papa kasihi, mama yakin papa tidak akan melakukan pembunuhan lagi”,

“makasih sayang, papa janji akan berusaha tidak hilang kendali dalam emosi papa”, ucapnya sambil kembali memelukku lagi, aku pun memanggil putri kami dan memberitahu bahwa papa nya akan pergi sementara waktu.

Sebelum berpamitan suamiku mengajakku dan putri kami berdoa didalam gereja setelah berdoa suamiku berpamitan kepada kami sembari mencium kami berdua, saat hendak keluar om erastus memberikan doa dan nasihatnya kepada bang jona lalu bang jona pamit kepada kami dengan membawa perbekalan yang sudah aku siapkan.

POV Soleh

Sudah jam 19.30 berarti sudah hampir 1 jam setengah kami menunggu tedy, tidak lama keluarlah tedy dari dalam gereja dengan membawa sebuah tas dibadannya dan menyuruh kami masuk kedalam mobil. Didalam mobil tedy menyuruh ku membawa mobil kearah pelabuhan ratu karena ingin mengambil perbekalan untuk kami yang sudah disimpannya dengan rapi. Kamipun lalu pamit kepada mereka lalu pergi kearah pelabuhan ratu.

Bersambung,,,
 
Potongan cerita Part 24, doakan malam ini rilis :Peace:

“kasihan sekali raihan kalau tau kelakuan wanitanya seperti binatang”,

“diammmm,,, cukup kata-kata mu, aku bukan wanita kotor seperti yang kau bicarakan, kau tidak tau apa-apa tentang diriku bangsat”, ucapnya emosi dengan memukul mukaku berulangkali

“lalu kalo bukan seperti itu, lantas kau seperti apa ha,,, atau jangan-jangan kalian mempunyai kelainan seksual, raihan suka melihatmu dipakai pria lain, atau raihan laki-laki impoten yang tidak bisa memuaskanmu sehingga kau mencari kepuasan ditempat lain”,

“kubilang cukup kata-katamu, kau tidak berhak menghakimiku, kau pria berengsek”,

“baik akan kubuktikan kalau aku adalah pria berengsek, akan kubuat kau puas seperti para lelaki itu”,

“diammm,,, lepaskan bangsat”, ucap aulia mencoba melepaskan dirinya dariku.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd