Bab 19
Wanita tua duduk di samping Udin.
"Sinta... Keluarlah sebentar... Kita ada perlu dengan Jaka..." ucap Wanita tua.
"Baik Nyonya ketua.." ucap Sinta.
Sinta kemudian turun dari tempat tidur lalu berjalan keluar.
"Sekalian tutup pintunya.." ucap Pria tua.
Kriiiieeet....Bruuuk...Suara pintu tertutup
"Jaka... Apakah kamu punya kalung..." ucap Wanita tua.
"Nyuwun sewu... Panjenengan niki sinten... ?" ucap Udin. (Mohon maaf.. Anda ini siapa?)
"Namaku Puspita Diningrum. Lalu yang berdiri di dekatmu adalah suamiku yang bernama Arya Sentanu."ucap Wanita tua.
"Teruss..." ucap Udin.
"Kami dengar dari cempaka,bahwa cempaka pernah melihat kalung yang jaka pakai mirip dengan almarhum putriku yang bernama Sekar Ayu Diningrum.
"Kami Sempat kesana untuk melihatmu,Hanya 3 hari saja kami disana.Kemudian kami mendengar berita penyerangan kerajaan Awan dari Gusti Prabu Bayu Lesmana,kami pikir masih lama 4 bulan lagi akan ada perang,ternyata mereka mempercepat penyerangannya. Lalu Kami mengutus Cempaka untuk melihat kesana.Apakah keluarga Aji Awalludin ada yang selamat atau tidak. Begitu Cempaka sampai di sana,kerajaan Padjajaran telah runtuh,tak ada yang selamat,Semuanya telah tewas,Begitu Cempaka lewat jalan yang lain,Cempaka melihat banyak mayat prajurit di dekat kereta kuda,kudanya sudah hilang.. Begitu Cempaka mengecek isi kereta,Terdapat 2 mayat orang dewasa,1 mayat bayi perempuan,salah satu wanita dewasa itu adalah Ibu sepersusuan cucuku,sebab putriku telah meninggal setelah selesai melahirkan anaknya." ucap Puspita Diningrum.
Puspita Diningrum lantas mengeluarkan kotak kecil di balik baju,lalu kotak itu dibuka,Nampak dalam kotak kecil itu terdapat sebuah kalung .
"Kalungnya sama persis seperti yang aku pakai ini Jaka..." ucap Puspita diningrum sambil menyerahkan kalungnya ke Udin.
Udin menerima lalu meraba - raba kalung tersebut.
"Sama...!!!
"Jadi..... Mereka benar - benar keluargaku." ucap Udin dalam hati.
"Kalau Jaka bukanlah Cucu kalian,apakah kalian akan mengusir Jaka...?" ucap Udin.
"Kami tidak akan mengusirmu Jaka...Kami telah menganggap Jaka sebagai Cucu kami" ucap Puspita Diningrum berkata lembut sambil mengusap rambut Udin.
"Selama ini,Jaka tinggal bersama Ayah dan ibuku,Kami tinggal di dekat pantai..***mah kami sangat jauh dari desa terdekat..." ucap Udin.
"Mereka merawatku penuh kasih sayang. Setiap malam... Ibuku selalu bercerita ketika Jaka mau tidur." ucap Udin.
Puspita Diningrum dan Arya Sentanu menyimak Udin bercerita.
Udin menjeda ceritanya. Lalu Udin menarik nafas panjang - panjang.
"Ibuku meninggal ketika Jaka masih berumur 6 tahun. Tak sampai setahun kemudian,ayahku pergi menyusul ibuku." ucap Udin sambil meneteskan air matanya.
"Jaka kesepian... Tak ada teman yang menemaniku..Kemudian Jaka berpetualang.." ucap Udin.
Udin tak menceritakan tentang Luciefer dan Umam.
"Jaka teringat pesan almarhum ibuku. Jika berpetualang,jangan pakai nama asli,agar tidak ada yang memburuku. Jadi Jaka pakai nama orang lain" ucap Udin.
"EH.....!!!??? Puspita Diningrum dan Arya Sentanu terkejut.
"Ibuku selalu bercerita tentang Hewan,Masa muda Ibu dan ayah serta kerajaan Padjajaran.."ucap Udin.
"Deg...." Puspita dan Arya tersentak kaget mendengar kata kerajaan Padjajaran keluar dari mulut Udin.
"Sebelum ayahku tiada.... Ayah memberiku benda yang terbungkus kain,Salah satu benda itu adalah kalung. Lalu kalung itu Jaka pakai..Ketika di Danau,Jaka bertemu dengan Bibi cempaka bersama Wulan,Sari,dan Wati,Wulan sempat cerita jika Bibi Cempaka mengenal Kanjeng Ratu Sekar Ayu Diningrum,Wulan hendak memberi tahu keluarga Kanjeng Ratu,Tapi Bibi memanggil Mbak Wulan. Kemudian Bibi Cempaka menanyakan Kalung yang Jaka Pakai, Katanya sama persis seperti kepunyaan Temannya,yaitu Sekar Ayu ,Jaka takut kalau Jaka kenapa - kenapa jika memakai kalung itu,jadi Jaka sembunyikan"ucap Udin.
"Syaifudin....." Seruu Puspita lalu memeluk Udin sambil menangis bahagia,Sebab selama ini mereka mencari keberadaan cucunya yang hilang itu.Mereka tak patah arang,mereka menugaskan Cempaka untuk mencari keberadaan Cucunya hidup ataupun mati.
"Dalem....." ucap Udin.(Dalem = Iya)
Arya Sentanu memeluk Udin.
"Ternyata dugaanku benar...Kamu adalah cucuku..." ucap Arya Sentanu sambil menangis.
"Injih Mbah putri... Jaka adalah Syaifudin putra Gusti Prabu Aji Awalludin." ucap Udin.
"Panggil saja Eyang Putri dan Eyang Kakung cucuku" ucap Puspita diningrum.
"Udin nyuwun tulung kaleh Eyang Putri lan Eyang kakung... Panggil saja Udin ini dengan sebutan Jaka saja..." ucap Udin.(Udin minta kepada Nenek dan Kakek)
"Mengapa begitu cucuku..." ucap Arya Sentanu heran dan penasaran.
" Jaka tidak mau di buru oleh kerajaan Awan atau pun orang lain Eyang...Makanya Jaka pakai nama samaran" ucap Udin.
"Baiklah... Eyang putri tidak akan memanggil nama aslimu.." ucap Puspita Diningrum.
Mereka melepaskan pelukannya sambil mengusap air matanya,karena mereka mendengar suara langkah kaki yang agak nyaring. Sebab suasana sudah malam hari,sehingga suara langkah kaki terdengar oleh mereka.
Krriiieet....Suara pintu terbuka... Nampak Cempaka masuk ke dalam kamar Udin.
"Jaka...." ucap Cempaka sambil berjalan ke arah Udin.
"Iya Bi...." ucap Udin.
"Ini alat musikmu..." ucap Cempaka sambil memberikan Walkman pada Udin.
"Terima kasih Bibi..." ucap Udin.
"Dapat dari mana benda itu Jak..." ucap Cempaka..
"Ini kenang - kenangan dari almarhum Ayahku Bi...
"Bibi mau dengar..." ucap Udin.
"Mau...Mau..Mau Jak..." ucap Cempaka penasaran.
"Taruh ini di telinga Bibi..." ucap Udin sambil memegang Headset.
Cempaka mengambil Headset di tangan Udin lalu menaruhnya di telinganya.
Udin menyalakan Walkman tersebut.
Sewo kuto uwis tak liwati
Sewu ati tak takoni
Nanging kabeh podo rangerteni..
"Eeeh....!!!!??? Cempaka terkejut tiba - tiba di telinga mendengar musik lalu muncul suara orang bernyanyi.
"Jak.... Kok di kupingku ada orang bernyanyi?" ucap Cempaka.
"Masa seh benda itu ada orang bernyanyi" ucap Arya Sentanu dalam hati penasaran
Arya Sentanu yang penasaran kemudian mendekatkan telinganya ke telinga cempaka.
Pirang tahun anggonku nggoleki
Seprene durung biso nemoni
Arya Sentanu terlompat dari tempatnya karena terkejut.
"Apakah di dalam kotak ini ada hantunya Jak?" ucap Cempaka.
"Gak Ada Bi..." ucap Udin.
"Jaka...." ucap Umam telepati.
"Dalem Paman...." ucap Udin telepati.
Umam muncul di dekat Udin,Umam lupa menggunakan jurus Menghilangnya.
"EH ....!!!??? Udin,Puspita Diningrum,Arya Sentanu dan Cempaka Terkejut.
Arya Sentanu menjauh sambil waspada.Sedangkan Puspita Diningrum Mengambil Jaka untuk menjauhi orang yang tiba - tiba muncul di dekat cucunya.
"Maaf aku salah tempat " ucap Umam.
Lalu Umam menggunakan jurus menghilangnya dan menghilangkan aura keberadaaannya.
Cempaka terduduk di lantai.Mukanya pucat.
Cempaka tak menceritakan perihal Penunggu hutan yang mereka temui saat di perjalanan.
"Kemana dia pergi..." ucap Arya Sentanu celingukan.
"Ooo... Kirain siapa yang muncul tadi,gak tahunya Paman Umam to" ucap Udin dalam hati.
"Paman Umam.." ucap Udin telepati.
"Kenapa paman tiba - tiba muncul ,kan mereka terkejut.." ucap Udin telepati.
"Maaf Jaka...Aku lupa menggunakan jurus menghilangku.." ucap Umam telepati.
"Cempaka...Siapa yang muncul tadi? apakah kamu kenal?" ucap Arya Sentanu
"Pe...Pe..Penungu Hutan ketua.."ucap Cempaka ketakutan.
"Jaka....Kasih tahu ke mereka. Kalau aku bukanlah Hantu,Tapi Raja Jin sealam semesta..." ucap Umam telepati.
"Penunggu Hutan?? Maksudmu apa Cempaka?" ucap Puspita Diningrum.
"Ka...Ka..Kami sempat bertemu dengan istri penunggu hutan itu dalam perjalanan kesini.." ucap Cempaka.
"Jaka gak bisa paman...Nanti mereka curiga padaku" ucap Udin telepati.
"Iya juga seh...Nanti mereka curiga." ucap Umam dalam hati.
"Ja...Jaka...." ucap Cempaka.
"Iya Bi..Ada apa?" ucap Udin.
"To...Tolong usir penunggu hutan itu.." ucap Cempaka.
"Enak aja maen usir - usir, aku kan belum lihat yang segar - segar di sini.." ucap Umam dalam hati
"Cempaka....Kenapa harus Jaka yang mengusirnya?" ucap Arya Sentanu heran.
"Sebab Jaka bisa mengusir penunggu hutan itu Ketua..." ucap Cempaka masih ketakutan.
"Tenang Bi... Dia sudah pergi kok..." ucap Udin.
"Jaka...." ucap Puspita Diningrum.
"Dalem eyang putri" ucap Udin.
"Apakah Jaka bisa berkomunikasi dengan penunggu hutan itu..?" ucap Puspita Diningrum.
"Bisaa Eyang ...Apakah eyang putri mau bicara sama penunggu hutan itu?" ucap Udin.
"Tidak..... Eyang putri hanya minta tolong,kasih tahu pada dia,jangan ganggu kami.." ucap Puspita berkata lembut.
"Baik Eyang putri...Jaka akan memberi tahu dia kalau dia muncul lagi.." ucap Udin.
Udin kemudian berjalan sambil menghentakkan tongkatnya,Udin ingin masuk ke dunia cincin karena Udin merasa perutnya lapar minta di isi.
"Jaka mau kemana...?" ucap Arya Sentanu.
"Mau ke sungai eyang kakung..." ucap Udin alasan.
"Ooo... Kesungai. di luar sudah gelap Jaka....,lebih baik besok saja..." ucap Arya Sentanu.
Kruucuk...Kruucukk... Suara perut Udin.
"Asem....Kenapa pakai bunyi segala seh..."ucap Udin dalam hati.
"Apakah Jaka kesungai untuk mencari ikan?" ucap Puspita Diningrum.
"Injih Eyang Putri,Jaka ke sungai dulu ya..." ucap Udin.
"Eyang putri gak ngijinin Jaka pergi malam - malam begini.Sebab di sungai itu berbahaya jika sudah malam hari...Ayo ikut Eyang putri...," ucap Puspita Diningrum.
"Ikut kemana Eyang putri..." ucap Udin.
"Makan...." ucap Puspita Diningrum.
"Tapii...." ucap Udin.
"Gak pakai Tapi - tapian Jaka...Kamu di sini sudah kita anggap cucuku. Jadi Kamu gak boleh cari makan sendiri,biar Eyang yang mencarikan untukmu." ucap Arya Sentanu
Arya Sentanu sengaja berkata seperti itu agar cempaka tak mengetahui bahwa Jaka itu adalah cucu kandungnya.
Arya Sentanu,Puspita Diningrum dan Udin berjalan meninggalkan Kamar yang Udin tempati.
Udin mendengar suasana aktifitas di pedepokan Bintang Laut.Suara itu nampak jelas sekali jika sudah malam hari,berberda dengan siang hari,Udin harus mengerahkan pendengaran berkali - kali lipat jika sudah siang hari.
Ada satu sosok berpakaian hitam,menggunakan penutup wajah,Sosok itu mengamati pedepokan Bintang Laut secara sembunyi - sembunyi.
Umam mengetahui sosok berbaju hitam tersebut,namun dirinya tak menanggapinya.
***
Di atas pohon
"Siapa bocah yang bersama Arya Sentanu itu.Apakah bocah itu cucunya?...Kalau iya...Aku akan melaporkan pada gusti prabu" gumam Sosok berpakaian hitam.
***
Namun ada satu suara yang membuat Udin penasaran. Suara itu berasal dari atas pepohonan.
Udin menghentikan langkahnya.
Arya Sentanu yang melihat Udin berhenti menjadi heran.
"Ada apa Jaka...Mengapa kamu berhenti..?" ucap Arya Sentanu heran.
Udin memberi kode agar Arya Sentanu mendekat ke Udin.
Arya Sentanu lalu mendekat ke Udin.
"Apakah Eyang kakung menaruh murid atau guru di pohon untuk berjaga?" ucap Udin lirih.
"Tidak ada Jaka.." ucap Arya Sentanu berkata pelan,Lalu mencari orang yang di maksud Udin.
"Jaraknya kira - kira 21 tombak dari sini Eyang.." ucap Udin.( 1 tombak = 2 meter) .
Arya Sentanu kemudian melihat sebuah pohon yang jaraknya 21 tombak darinya,lalu melesat ke arah pohon tersebut.
Udin meningkatkan pendengarannya sambil mengambil batu di sekitarnya.
Sosok berbaju hitam terkejut,posisinya di ketahui oleh Arya Sentanu,Lalu ia kabur dari pohon tersebut.
Udin mendengar sosok itu akan kabur,Lalu Udin melempar batu ke arah sosok tersebut sambil menggunakan tenaga dalamnya.
Wuuuuutt...Batu itu melesat ke arah sosok baju hitam. Batu itu tak mengenai batang pohon ketika melesat.
Buuuggh....Sosok baju hitam terkena batu yang di lempar oleh Udin.Lalu sosok baju hitam terjatuh ke tanah.
Arya Sentanu sampai ke sosok baju hitam,dengan sigap ia menotok sosok baju hitam tersebut agar tak dapat bergerak. Setelah itu ia membuka penutup wajah sosok baju hitam.
Nampak terlihat wajah sosok baju hitam itu melalui cahaya obor yang tak jauh darinya,dan ada ikat kepala,ikat kepala tersebut ada sebuah lambang kerajaan.
"EH.....!!!?? Arya Sentanu terkejut saat melihat lambang kerajaan tersebut.
"Kerajaan Awan....!!" ucap Arya Sentanu.
Udin berjalan mendekat ke Arya Sentanu.
"Eyang....Siapa dia....?" ucap Udin.
"Anak buah Raja Kerajaan Awan..." ucap Arya Sentanu.
"Kenapa dia gak bergerak - gerak Eyang..." ucap Udin heran,Sebab ia mendengar sosok itu masih bernafas tapi tak bergerak.
"Eyang menotok dia Jaka....." ucap Arya Lesmana.
"Ooo...Menotok...
"Menotok itu apa Eyang....?" ucap Udin penasaran.
Udin belum mempelajari ilmu tersebut karena Badrun lupa memberikan ilmu itu pada Udin.
"Totok itu menekan saraf di titik tertentu sambil menggunakan tenaga dalam,agar orang yang terkena totok tak bisa bergerak,Nanti eyang akan mengajarimu." ucap Arya Lesmana.
Tak lama kemudian datanglah para Guru dan murid - murid pedepokan.Semuanya Wanita.
"Ikat dan kurung dia..." ucap Arya Lesmana.
"Baik ketua...." ucap Para guru dan murid.
"Wuuiihhh.... Yang bisa lihat saja gak tahu ada penyusup. Cocoknya Jaka jadi pemeran si buta dari goa hantu.Pasti banyak yang nonton." ucap Umam dalam hati.
Udin beserta nenek dan kakeknya melanjutkan kembali jalannya ke arah ruang makan.
"Jaka..." ucap Umam telepati.
"Dalem paman Umam..." ucap Udin telepati.
"Ikut aku yuk..." ucap Umam telepati.
"Ikut kemana Paman?" ucap Udin telepati.
"Main Film...." ucap Umam telepati.
"Main Film itu apa Paman.?" ucap Udin telepati.
"Main Film itu kita bermain sandiwara lalu nanti di rekam menggunakan alat. Lalu rekaman itu akan di munculkan di telivisi.." ucap Umam telepati.
"Sandiwara?Televisi? alat perekam.?? Apa itu Paman...Jaka gak paham.." ucap Udin telepati.
Umam mendekat ke Udin lalu menaruh jari telunjuknya di kening Udin lalu Umam memberi pengetahuan dunia akting serta peralatan syuting dan Film pada Udin .
"EH.....!!!??? Udin terkejut saat menerima pengetahuan itu,sebab ia dapat melihat benda - benda yang di kirim oleh Umam melalui pikirannya serta Film.
"Ada apa Jaka.." ucap Arya Lesmana heran.
"Gak ada apa - apa eyang..." ucap Udin.
"Kalau Jaka main Film,lalu film apa yang Jaka mainkan Paman.." ucap Udin telepati.
"Si Jaka dari goa hantu ...Gimana...Mau Gak... Nanti kamu dapat banyak duit..." ucap Umam telepati.
"Hem....Boleh... Asal Paman juga ikut main ya.?" ucap Udin telepati.
Udin sudah berada di ruang makan lalu duduk.
"Kalau aku ikut main denganmu,terus aku dapat pemeran apa Jak...?" ucap Umam telepati.
" Paman jadi Kliwon...." ucap Udin telepati.
"Diaampuuuutt...Aku ini Raja Jin,bukan Raja Monyet." ucap Umam telepati menggerutu
"Ha....Ha....Ha....Ha....Ha....Ha...." udin tertawa.
Puspita Diningrum dan Arya Lesmana terkejut mendengar Udin tiba - tiba tertawa sendiri.
"Jaka....." ucap Puspita Diningrum.
Udin menghentikan tawanya.
"Iya eyang Putri.." ucap Udin.
"Kenapa kamu tertawa...?"ucap Puspita diningrum.
"Ada semut di pinggangku Eyang..." ucap Udin alasan.
Udin berpura - pura mengambil semut di balik bajunya lalu membuangnya.
"Ooo...Semut..." ucap Arya Lesmana dan Puspita Diningrum.
Puspita Diningrum mengambilkan Nasi serta lauk pauknya.
"Jaka....Buka mulutmu ..Eyang putri mau suapin..." ucap PuspitaDiningrum.
"Jaka bisa makan sendiri Eyang putri..." ucap Udin.
"Jaka... Kami belum pernah menyuapimu saat masih kecil,jadi Eyang Putri ingin menyuapimu..." ucap Arya Sentanu.
"Baiklah Eyang...." ucap Udin.
"Ooo...Jadi seperti itu pengelihatan orang - orang selama ini,Sungguh indah sekali. Tapi sayang... Aku gak bisa melihat secara langsung.." ucap Udin dalam hati mengingat Film yang di berikan oleh Umam.
"Di kunyah dong cah Baguss... Apakah makanan ini gak enak?" ucap Puspita Diningrum melihat Udin diam tak mengunyah makanannya.
"Jakaa....."ucap Umam telepati.
"EH....!!!?? Ya Paman...Ada apa?" ucap Udin telepati terkejut.
"Kunyah makanan di mulutmu,jangan diem saja.." ucap Umam telepati.
"Hehehhehe... Jaka terpesona dengan Film yang paman kirimkan pada Jaka.." ucap Udin telepati.
Udin mengunyah makanan yang ada di mulutnya.
"Cah Baguuss... Apakah makananya tidak enak?" ucap Arya Sentanu.
"Enak kok Eyang kakung." ucap Udin.
"Syukurlah...Eyang pikir gak enak makanannya." ucap Arya Sentanu.
"Eyang Kakung..." ucap Udin.
"Ya... Jaka.... Ada apa?" ucap Arya Sentanu.
"Warna Daun itu warnanya apa?" ucap Udin.
"Rata - rata Hijau jika masih di pohon jaka,Jika sudah tua bewarna Kuning,lalu coklat jika sudah kering,Tapi ada juga yang tidak hijau meskipun masih muda" ucap Arya Sentanu.
Udin kemudian menanyakan warna - warna yang ia lihat di pikirannya itu. Ada beberapa Warna dan benda yang tak dapat di jawab oleh Arya Sentanu,kemudian Udin menanyakan pada Umam. Umam malas menjawab,lalu Umam memberi pengetahuan tentang warna - warna yang ada di alam semesta dan juga nama - nama benda,hewan,dan kehidupan masyarakat, baik itu di kehidupan Udin yang jauh dari alat modern maupun kehidupan yang sudah modern di galaksi lainnya.
Tak terasa Udin meneteskan air matanya karena terharu dan bahagia,begitu mengetahui semua pengetahuan yang di berikan oleh Umam. Sebab selama ini,hanya warna hitam saja yang Udin lihat.