Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Pria-Pria Dalam Puber Keduaku

Ini malam ketiga pernikahan kami. Malam ini aku harus sudah tidak perawan lagi, tegasku dalam hati. Maka, sejak siang tadi aku sudah mempersiapkan segalanya. Aku harus sudah tidak perawanku, ulangku terus.

Sambil membawa teko air dan gelas, aku masuk ke kamar pengantin kami. Kulihat Bang Tian sedang berbaring sambil membaca buku. Suamiku ini memang tipe kutu buku. Banyak sekali buku koleksi perpustakaannya yang dia bawa ke rumah ini.

“Belum mengantuk, Bang?”tanyaku basa-basi setelah menaruh teko di meja.

“’Kan menunggu, Tini,” jawabnya bergurau sambil meletakkan buku yang dibacanya disampingnya berbaring.

Tersenyum aku kepadanya. Kubuka lemari dan kuambil pakaian tidurku. Aku membalik menghadap meja hias, membelakanginya, lalu melepaskan daster yang kukenakan. Kusampirkan daster di pintu lemari Dari cermin meja hias, kulihat suamiku menatap aku yang hanya berbeha dan berkolor saja.

Mengabaikan pandangannya, aku kenakan kimono. Setelah itu, kuambil gelas yang ada di meja hias dan mengisinya, lalu meminumnya.

"Abang mau minum juga?”tawarku karena Bang Tian masih menatap aku.

“Mau minum susu, ada tidak?”

“Belum ada. Nanti kalau sudah ada dede bayi, baru ada,” gurauku.

“Ya, sudah. Kita bikin dede, yuk?” ucap suamiku sembari mengulurkan kedua tangannya.

Aku naik ke tempat tidur dan berbaring disampingnya. “Serius sekali membacanya? Bagus ceritanya?”

Kuambil tangannya dan kujadikan sebagai bantal. Bang Tian merapatkan tubuhnya. Bau tubuhnya terasa di hidungku.

“Baca sendiri saja. Bagus, kok, ceritanya.” Dia mengambil buku tadi dan menaruhnya di atas tubuhku, tepat di dadaku.

Kuambil bukunya dan kubaca judulnya. “Tentang apa?”

”Nanti saja aku cerita, ya. Sekarang kita bikin dede.”

Aku tersenyum. “Matikan dulu lampunya, Bang.”

“Tidak usah. Biar Tini bisa lihat rudal abang dengan jelas,” guraunya.

Dan aku tersenyum, tersipu. Kugeser kepalaku dari bantalan tangan suamiku dan berpindah ke bantal sesungguhnya. Sambil mengibas-ngibas tangannya yang pasti kesemutan gara-gara kujadikan bantal, suamiku membalikkan tubuhnya, mendekat untuk menindih aku. Dipegangnya kepalaku dan diambilnya bibirku. Maka, aku pejamkan mataku, coba menikmati ciumannya.

Sambil mengulum bibirku, tangan suamiku bergerilya di tubuhku. Kali ini kubiarkan saja dia singkapkan kimonoku, kubiarkan saja tangannya yang menyentuh behaku, kubiarkan saja payudaraku yang dia peras. Saat ini aku ingin menikmati ciumannya yang begitu ganas, ingin mengimbangi nafsunya yang menggelegak.

Bibir Bang Tian meninggalkan bibirku. Bibirnya turun ke leher. Dikecupinya leherku, disedot-sedotnya dengan bernafsu sementara tangannya masih bermain di payudaraku. Setelah puas dengan leherku, bibirnya berpindah lagi ke dadaku. Dikecupinya juga payudaraku. Pasti semakin banyak tanda merah di kedua payudaraku, seperti juga tanda cupang yang bertebaran di leherku.

Kukempiskan perutku ketika jari-jari tangan Bang Tian menyelinap masuk celana dalam. Mengejang perutku begitu belahan memanjang di selangkangan dia jamah. Jari tangan itu menyentuh tonjolan daging yang bersembunyi dibagian atas belahan memanjang itu dan aku kelonjotan.

Bang Tian meninggalkan bibirku. Ditariknya jemari tangan dari dalam celana dalamku, lalu dia bangkit meninggalkan aku yang berbaring pasrah. Kulihat dia yang melepaskan celananya. Kubuang pandangan ketika melihat senjatanya yang menegang itu begitu panjang dan gemuk. Pasti sakit kalau sudah mengobok-obok memekku, batinku ketakutan.

Setelah menelanjangi diri, Bang Tian melebarkan kedua pahaku, lalu masuk. Dua tangannya menempel dipinggangku untuk kemudian menarik celana dalamku turun.

Tersenyum aku karena Bang Tian menaruh celana dalamku di wajahnya yang sengaja didongakkannya.

“Bau memek,” katanya setelah dilemparkannya celana dalamnya.

Dan aku hanya tersenyum.

Ditempelkannya kontolnya diselangkanganku. Lalu, “Baca bismillah dulu. Biar anaknya jadi anak soleh.”

Mengikuti ajakannya, aku membaca bismillah didalam hati. Tapi, tetap merinding aku membayangkan rasa sakit akibat tusukan kontol Bang Tian.

Kupejamkan mataku untuk mempersiapkan diri agar rasa sakit itu tidak mengganggu konsentrasi Bang Tian dalam menyetubuhi aku. Dan benar saja. Rasa sakit mendera selangkangan. Wajahku menggeriyat manakala kepala kontol itu mulai masuk ke dalam memekku. Mulutku membuka lebar untuk menahan sakit begitu batang kontol itu memenuhi lubang memek. Kutahan keluar jeritanku ketika batang besar itu oleh Bang Tian ditarik lagi keluar. Kugigit bibirku kuat-kuat manakala batang kontol itu didorongnya masuk kembali. Sakit menyebar sampai di pinggangku.

“Sakit, Bang,” keluhku tidak tahan.

“Tunggu, Tin. Abang mau keluar.”

Air mataku keluar tanpa aku sadari ketika Bang Tian mempercepat tusukannya. “Sakit, Bang.”

Ahhh! Menjerit aku. Sakit bercampur terkejut karena, dengan tiba-tiba, Bang Tian menarik kontolnya.

Setelah Bang Tian mencabut kontolnya dari memekku, rasa sakit itu masih tertinggal. Berdenyut-denyut. Kupejamkan mataku dan kuatur irama napasku agar sakitnya cepat berlalu. Bang Tian yang sudah berbaring disampingku, memeluk aku. Tangannya menimpa payudaraku dan kurasakan napasnya yang mengenai pipiku, membuat tubuhku sedikit santai. Kulepaskan pegangan jemari tangan di seprai.

“Apa ini, Bang?” tanyaku karena mendapati air kental menempel di paha dan selangkanganku.

“Sperma Abang,” jawabnya sambil mendaratkan bibirnya di pipiku.

“Kenapa ada di pahaku?”Dengan seprai, aku elap sperma suamiku.

“Harusnya dikeluarkan dalam memek Tini, tapi ‘kan Tininya kesakitan,” Sambil menjawab pertanyaanku, Bang Tian membelai payudaraku. “Masih sakit memeknya?”

Aku menoleh padanya, menggelengkan kepala karena meski memekku masih berdenyut-denyut, tapi tidak sesakit ketika kontolnya memenuhi lubang memek. Kudekatkan bibirku dan kucium pipinya. Sekilas., untuk kemudian kembali membaringkan diri ke kasur.

“Makasih, sayang.” Terdengar suara Bang Tian lembut di telingaku.

Selain ajakan membaca Bismillah sebelum memasukkan kontolnya, kata Makasih selalu terucap setiap kali dia selesai menyenggamai aku.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd