Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Pria-Pria Dalam Puber Keduaku

Sejak dari pagi tadi hujan turun di kota kami dan kini hanya menyisakan gerimis di luar sana. Ketika aku masuk ke kamar, kulihat Bang Tian sedang duduk selonjoran di ranjang dengan buku bacaannya, sementara televisi menonton dia. Hari ini dia tidak masuk kerja.

“Dingiiin …” ucapku menggigil.

Bang Tian meletakkan buku bacaannya disampingnya, lantas menatap aku yang hanya berselimut handuk untuk menutupi tubuh bugilku.

“Sudah tahu hujan, malah berlama-lama mandinya. Sini, Abang peluk. Biar hangat.” Dia ulurkan tangannya ke arahku.

“’Kan tadi sekalian mencuci pakaian,” balasku sambil bersidekap.

“Memang banyak cuciannya? Kenapa tidak memanggil abang?”

“Tini kuat kok.” Aku mengangkat kedua tanganku untuk memperlihatkan otot-otot lenganku.

Bang Tian tersenyum melihat tingkahku. “Pasti kuatlah. Dua gunung besar itu saja Tini bawa terus setiap hari.”

Hahaha! Aku tertawa mendengar gurauan Bang Tian. Mulai mengundang dia, batinku.

Dan benarkan. Bang Tian turun dari ranjang dan mendekati aku. “Mana ototnya tadi?”

Kembali kuangkat kedua tanganku, tetapi, Hei! Bang Tian menarik handuk kuat-kuat hingga meninggalkan tubuhku. Dengan segera kututupi tubuh telanjangku. Bang Tian malah diam menatap aku yang kelabakan. Senyum mesumnya timbul di wajahnya.

“Yang ini nih baru gede.” Bang Tian menunjuk dadaku.

Langsung aku tutup payudaraku dengan telapak tanganku.

“Kalau yang ini baru sedap.” Bang Tian menyentuh selangkanganku.

Dengan pahaku, aku tutup selangkanganku.

“Sudah, tidak usah ditutup lagi.” Abang Tian menarik aku ke ranjang. Didudukkannya aku di sana. Kemudian dia tarik lepas kaosnya, dia turunkan celana kutungnya, sekalian dengan kolornya.

Aku melengos ketika dia tunjukkan kontolnya. Kamar yang benderang karena jendela terbuka lebar, menampakkan jelas batang kepunyaan Abang Tian mulai membesar dan memanjang. Dia ambil tanganku, lalu kurasakan tanganku mulai menggenggam batang daging yang hangat dan mulai berdenyut-denyut bangun itu. Ingin kutarik tanganku, tetapi Bang Tian menahannya.

“Tini,” panggilnya.

Aku mendongak, menatap wajahnya yang tinggi.

“Gede ‘kan burung Abang?” Oleh Bang Tian, tanganku dipaksa meremas-remas kontolnya.

Tidak aku jawab pertanyaannya karena seumur hidupku, belum pernah aku melihat kontol lain, selain yang ada didepanku ini. Lalu, oleh Bang Tian, aku didorong ke belakang. Rebah aku di ranjang dengan kaki masih menjuntai ke bawah.

“Tini sudah mandi, Bang,” ingatku ketika tangannya menyentuh selangkangan.

“Abang juga sudah mandi, tapi Abang pengen lagi,” jawabnya sambil menyentuh belahan memanjang yang tertutupi hutan jembut.

Menjengit aku ketika memekku ditimpa bibir Bang Tian. Diemutnya memekku dan aku menggelinjang geli. Dijilatinya memekku dan aku menjerit nikmat. Dipegangnya memekku dan dikuakkannya bibir-bibir memekku, lalu lidahnya masuk ke dalam untuk menjilati dinding-dindingnya. Kini aku menggelinjang lebih kuat.

“Bang, jendelanya tutup dulu,” kataku pelan setelah melihat jendela kamar kami masih membuka lebar.

Dengan terburu-buru, Bang Tian berdiri dan segera menuju jendela, tapi dia hanya menutupkan gordennya, tidak menutup jendela, lalu kembali menyerbu aku.

“Kenapa tidak ditutup?”

“Sengaja, biar ada yang mengintip,” guraunya sembari membawa tubuhku ke tengah ranjang. Diremasnya payudaraku, lalu dia menaiki tubuhku. Dengan posisi berlawanan, Bang Tian menghadapkan wajahnya ke memekku sementara kontolnya bergayut-gayut di atas wajahku.

Ah! Aku menggelinjang manakala memekku kembali dia sedot. Lidahnya menusuki lubang memekku yang dia telah kuakkan. Mencengkeram kuat jari-jari tanganku di seprai karena menahan geli. Belum berani aku untuk melingkarkan kedua tanganku ke tubuh yang berada di atasku ini.

Akhirnya Bang Tian meninggalkan memekku. Beringsut dia dari atas tubuhku dan beralih ke selangkangan. Ditariknya kedua pahaku untuk mendekatinya. Kontolnya menempel di memekku dan aku pejamkan mataku. Kugigit bibirku begitu kepala kontolnya mulai menyeruak masuk, tapi tidak ada rasa sakit. Bang Tian meneruskan untuk mendorong masuk dan tetap tidak ada rasa sakit. Batang kontol itu mulus tenggelam hingga menghilang. Penuh rasanya lubang memekku.

Melihat aku tidak merasakan sakit, Bang Tian menarik kontolnya untuk kemudian mendorongnya masuk kembali. Berulang-ulang kontol itu keluar masuk dan aku mulai menikmatinya. Kali ini, sembari terus menusuk-nusukkan kontolnya di lubang memekku, Bang Tian meremas-remas payudaraku. Enak.

Ketika Bang Tian mempercepat genjotannya, kubuka mataku. Wajah Bang Tian memerah. Napasnya menderu dan tangannya erat-erat mencengkeram pinggangku. Tak lama kemudian Bang Tian mendesah kuat, lalu genjotannya terhenti dengan posisi batang kontolnya tertancap dalam-dalam dalam lubang kenikmatanku. Kurasakan air hangat menciprati kedalaman lubang memek.

***​

Pernikahan aku dengan Bang Tian berjalan normal. Kami membesarkan kedua anak bersama. Pekerjaan Bang Tian pun makin berkembang. Alhamdulillahnya, Bang Tian tipe kepala rumah tangga yang bertanggung jawab. Dia tidak pernah neko-neko meski perekonomian kami menanjak. Akhirnya kami bisa punya mobil, meski masih tinggal di rumah orang tuaku. Anak-anakku bisa belajar di sekolah elit di kota kami.

Tapi, baru saja aku menikmati keberhasilan suamiku, pekerjaan suami diganggu orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Karena masalah politik, masalah pemilihan kepala daerah, proyek yang dipegang suamiku dilaporkan saingan politik gubernur yang berkuasa ke pihak kepolisian. Suamiku diusut dan akhirnya harus masuk ke penjara bersama kepala dinas beserta staf-stafnya.

Sejak suamiku masuk penjara, aku limbung, aku kehilangan sumber pendapatan. Untung saja, sebelum suamiku di penjara, oleh suamiku, aku dimasukkannya kerja di toko onderdil kendaraan kenalannya. Dari bekerja itulah, aku bisa mempunyai penghasilan untuk memenuhi kebutuhanku. Dari bekerja itulah, aku yang awalnya hanya seorang ibu rumah tangga beralih menjadi wanita pekerja. Dari bekerja itulah, aku yang selalu berada di rumah, kini bebas di jalanan. Dari bekerjalah, aku yang masih cantik, yang masih butuh kehangatan, digoda banyak lelaki dan aku terlena. Dari bekerjalah, akhirnya terjatuh aku dalam pelukan dan tindihan banyak pria, dan aku menikmatinya.

Dan dari sanalah, cerita ini berawal.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd