Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
PENUTUP

Ragil memutuskan untuk tetap mengelola perusahaan. Dia juga tetap melanjutkan sekolahnya dengan mengulang satu tahun. Ragil mungkin siswa SMA paling sibuk, karena sepulang sekolah dia langsung dijemput dan dibawa ke kantor. Malam hari minimal jam 10 dia baru bisa pulang ke rumah. Tidak jarang Ragil harus bolos sekolah. Tapi anehnya nilai ujian dia tetap tinggi.

Kadang sebagai ibunya aku tidak tega melihat dia diforsir seperti itu. Tapi ini pilihan Ragil yang harus kuhormati. Setiap malam sepulang dari kantor aku selalu memijitnya meskipun Ragil kerap menolak. Tak lupa juga selalu kutawarkan apakah dia ingin mengentotku malam itu. Aku selalu siap sedia. Sejak kuputuskan memekku menjadi tempat peraduan kontol Ragil yang harus siap siaga setiap saat, aku mengikuti program KB.

Lulus SMA Ragil memutuskan untuk fokus terjun mengurus perusahaan selama 3 tahun. Banyak sekali hal yang dilakukan Ragil di perusahaan. Dia melakukan perombakan total untuk meminimalisir jejak kecurangan yang sebelumnya dibiarkan begitu saja, bahkan disokong, ketika era tua bangka berkuasa. Banyak anak perusahaan yang dibubarkan, atau dimerger, tapi ada juga anak perusahaan baru yang dia buat. Bukan tanpa halangan Ragil melakukan itu semua. Tentu saja banyak sekali orang yang tidak menyukai cara kerja Ragil yang adil dan jujur, tetapi tak sedikit juga orang-orang yang mendukung Ragil sepenuhnya.

Setelah dirasa kondisinya sudah lumayan lebih aman dan nyaman, Ragil pun mendaftar untuk kuliah di kampus terdekat. Lucunya, ketika hendak mendaftar, dia malah didatangi pihak rektorat dan dijamu langsung oleh sang rektor. Rektor itu bilang bahwa Ragil bisa langsung masuk kuliah di jurusan mana pun yang dia mau, tanpa tes dan printilan administrasi lainnya. Langsung masuk kelas aja.

“Mau masuk jurusan apa, Gus? Nanti langsung saya panggilkan dekannya ke sini.”

Ragil memilih jurusan Hubungan Internasional. Besoknya dia langsung berada di dalam kelas, mengikuti perkuliahan yang sudah berjalan hampir tiga bulan. Jadi Ragil ini dimasukkan ke angkatan sebelumnya, bukan angkatan yang tahun itu mendaftar.

Ragil lulus dengan cepat. Tanpa hambatan. Mungkin masalahnya cuma waktu, kenapa waktu harus ada dan bergulir begitu cepat. Itulah pertengkaran besar pertamaku dengan Ragil.

“Sayang, kamu ga mau cari pacar di kampus?” tanyaku untuk kesekian kalinya.

Ragil selalu tidak suka kalau aku membahas soal ini, tetapi aku tak punya pilihan. Aku semakin tua, sedangkan Ragil akan segera memasuki usia paling primanya.

“Atau mau Ibu kenalkan dengan anaknya teman-teman Ibu?”

Ragil masih tak menggubris.

“Jawab dong.”

Aku memang menyebalkan karena ngotot bertanya begitu. Ragil emosi dan menggebrak meja.

“BERAPA KALI AKU HARUS BILANG? AKU GAK BUTUH ORANG LAIN! AKU GAK BUTUH PACAR! APALAGI ISTRI! KALAU IBU MEMANG CAPEK NGURUSIN AKU…” matanya berkaca-kaca, dan aku sangat menyesal karena telah melukai hatinya, membuatnya salah paham, “… AKU BISA HIDUP SENDIRI!”

Aku langsung mengutuki diriku sendiri yang bodoh. Segera kupeluk Ragil dari belakang.

“Nggak, sayang, maksud Ibu bukan gitu. Maafin Ibu ya.”

Malah aku yang duluan menangis.

“Ibu cuma takut Ibu udah nggak cukup baik buat kamu. Ibu nggak mau kamu terkekang karena perasan gak enak sama Ibu. Kamu masih muda, kamu sempurna, kamu dambaan semua orang. Ibu takut ngehalangin jalan kamu, Nak.”

Ragil berbalik, lalu diusapnya air mata di pipiku.

“Maafin Ragil tadi ngebentak Ibu.” Nada bicaranya sudah kembali menjadi lembut.

Gantian Ragil yang memelukku, dielus-elusnya kepalaku.

“Ibu… Ragil ga butuh apa-apa di dunia ini selain Ibu. Bahkan kalau semua kekayaan ini hilang seketika, Ragil ga peduli selama masih ada Ibu. Ini persaaan sebenarnya yang Ragil punya.”

Aku masih sesenggukkan di dadanya—sekarang Ragil sudah lebih tinggi daripada aku.

“Eh… Maafin Ragil ya kalau selama ini Ragil terlalu sibuk dan jarang merhatiin Ibu.”

Aku seketika berhenti menangis. Kutatap Ragil dengan wajah cemberut dan pandangan sebal.

“Lama banget sih nyadarnya. Emang laki-laki itu begitu ya. Kalau sudah gila kerja pasti ga tau diri.”

Ragil tersenyum. Diangkatnya wajahku, lalu dicium lembut bibirku.

“Ibu sendiri kok ga terus terang. Padahal bilang aja sih kalau Ibu kurang ngentot.”

Setelahnya kami main beronde-ronde di ruang kerja. Sampai tengah malam. Beberapa staff rumah asik mengintip persetubuhan kami. Mereka bahkan bergantian. Setiap selesai satu ronde, penontonnya akan berganti.

Hidup memang seaneh itu.

TAMAT
Cerita nya mantap, tulisan nya lengkap lagi, yah cuman adegan esek esek yang di skip mulu hahaa tapi ttp mantap bro
 
Asli ini cerita keren banget..
Ndak pernah bosen baca cerita ini..
Semoga ada ragil jilid 2..
:jempol:
 
Sumpah yaa 😭😭😭 Cerita ini tuh, bikin perasaan amburadul, campur aduk, cendol dawet segerr... Keren dah Thor 🤩 Semangat berkarya...
 
Lupa juga... Mau nyampein, kebayang banget gantengnya Ragil... Emang campurannya Yuni sama Mario gak diragukan lagi wkwkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd