Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [REAL STORY] Maya, Bu Guru Alim yang Binal [Update 19 Agustus 2022]

Bimabet
Setelah sukses dengan cerita sebelumnya, ane menjadi lebih bersemangat bercerita mengenai kisah perngentotan yang nyata ane alami sendiri.
Sebisa mungkin ane tidak menambahkan bumbu, supaya agan bisa merasakan pengalaman nyata yang terjadi kepada ane.
Tidak berlama-lama, mari kita simak ceritanya.


Bersambung...

Update:
Menegangkan hu
 
Yuk kita lancrotkan...
Karena Satria sempat menolak untuk ditinggal oleh Bu Maya untuk pergi mandi, akhirnya kami tetap tinggal di teras rumah. Kami kembali mengobrol sejenak membahas beberapa hal. Bu Maya juga sempat membuatkan aku kopi. Aku memang perokok, tapi aku tidak merokok di rumah Bu Maya. Selain menjaga nafasku agar tetap segar, juga karena ada Satria yang masih kecil. Aku sempat memutarkan video kartun Larva dan aku perlihatkan kepada Satria, sehingga Satria luluh kepadaku, dan akhirnya mau untuk aku gendong, sedangkan Bu Maya pergi ke kamarnya untuk mengambil handuk lantas masuk ke kamar mandi. Di sebelah kamar mandi, terdapat pintu yang terbuka untuk menuju bagian belakang kamar mandi, di sana terdapat tempat untuk menjemur dan ada juga tempat teduh untuk menyimpan jemuran. Terdapat juga kandang kucing jenis ras Persia yang dimiliki oleh Bu Maya. Aku pun menggendong Satria untuk pergi ke bagian belakang rumah untuk melihat kucing, karena kebetulan aku menyukai kucing jenis ras Persia. Ketika melewati pintu kamar mandi, aku baru teringat kalau pintu di kamar mandi ini tidak ada gagang pintunya. Jadi terdapat celah lubang berdiameter beberapa centimeter, yang seharusnya untuk memasang gagang pintu.

Darahku berdesir disertai degub jantung yang semakin kencang, terlintas pikiran untuk mengintip Bu Maya pada saat mandi. Terjadi tarik ulur di pikiranku, karena cukup beresiko kalau sampai ketahuan. Resiko pertama, Bu Maya bisa berteriak dan mengundang perhatian warga. Resiko selanjutnya, hubunganku dan Bu Maya bisa berantakan, sedangkan aku masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, padahal aku tinggal menumpang di rumah dinas di mana Bu Maya bekerja. Logikaku masih bisa menghitung resiko, namun nafsuku mendorongku untuk mengambil kesempatan ini, "kapan lagi melihat tubuh indah Bu Maya, meskipun tidak menjamahnya?". Pikiranku betul-betul kacau pada saat itu. Bu Maya terdengar masih mencuci pakaian, karena ada suara sikat yang sedang digunakan untuk menggosok. Entah pakaian milik Satria, Bu Maya, atau bahkan keduanya. Masih ada kesempatan untuk memikirkan dan memutuskan, aku akan mengintip atau tidak.

Aku mencoba menenangkan pikiranku sejenak sambil menimang-nimang Satria. Setelah beberapa lama, Bu Maya terdengar mulai menyiramkan air pada tubuhnya. Namun di saat itu, justru aku memustuskan mengurungkan niatku untuk mengintip Bu Maya. Resikonya terlalu besar, ", pikirku. Aku akan memanfaatkan kesempatan ini kalau memang pekerjaanku telah selesai seluruhnya aku kerjakan. Aku menggendong Satria untuk menuju ruang tengah, kemudian aku membiarkan Satria bermain dengan mainannya. Sedangkan aku sendiri bermain dengan handphone-ku, sambil mencoba meredakan nafsuku.

Hal yang tidak terduga justru terjadi di sini. Ketika aku asyik bermain handphone, terdengar suara teriakan Bu Maya. Aku pun sigap menuju ke arah kamar mandi. Sekedar informasi, kamar mandi berada di area dapur. Sedangkan ruang tengah hanya dibatasi oleh tembok dapur. Aku kaget ketika pintu kamar mandi sudah dalam keadaan terbuka, dan Bu Maya yang masih telanjang bulan berlihat berusaha menggendong Satria. Setelah beberapa detik, Bu Maya nelihat ke arahku. Kami sama-sama terdiam, namun segera Bu Maya menutup pintu kamar mandi. Aku seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja aku lihat. Badan Bu Maya yang begitu seksi, terpampang jelas di hadapanku, meskipun bagian memek Bu Maya sedikit terhalang karene membungkuk dan berusaha menggendong Satria.

Aku kembali ke ruang tengah, sambil sedikit berpikir bagaimana sikapku setelah ini kepada Bu Maya. Aku yakin Bu Maya pun akan sedikit kikuk kepadaku. Tidak lama, suara pintu kamar mandi kembali terbuka, aku bergegas melihat dan menanyakan apa yang tadi terjadi. Bu Maya terlihat malu, dan menjelaskan bahwa Satria mendorong pintu kamar mandi pada saat Bu Maya tengah mandi (selain tidak terdapat gagang pintu, pintu kamar mandi tersebut juga tidak terdapat kunvi atau kancing). Beliau kaget dan spontan berteriak. Aku pun beralasan, tadi tengah mengangkat telpon dari temanku, dan Satria sedang bermain dengan mainannya. Bu Maya tidak terlihat kesal kepadaku, hanya saja jelas sekali ada perasaan malu.

Oh iya, Bu Maya saat itu hanya mengenakan handuk yang dikaitkan di badannya, dan itupun hanya sebatas dada. Posisi beliau masih menggendong Satria, dan hendak menitipkannya kembali kepadaku. Ketika ada gerakan dari Satria, handuk yang dikenakan Bu Maya terlihat akan terlepas, dan aku dengan spontan meraih handuk supaya tetap di tempatnya. Ya meskipun belum terlepas seluruhnya, namun tonjolan payudara Bu Maya sudah terlihat dari samping. Bu Maya juga dengan spontan melirik ke arahku, beberapa saat kami saling bertatapan. Entah bisikan dari mana, di saat itu juga aku langsung mengecup bibir Bu Maya dan melumatnya. Ketika awal aku melakukannya, Bu Maya terlihat langsung memejamkan mata. Hal ini meyakinkanku bahwa Bu Maya pasrah menerima perlakukanku. Di samping itu juga tidak ada gerakan apapun yang menunjukkan gestur penolakan. Hanya satu hal yang mengganjal pada saat itu, yaitu Satria.


Menurut penuturan Bu Maya, ketika aku melihat beliau telanjang bulat untuk pertama kali, memang tidak ada perasaan marah atau menyalahkanku karena tidak menjaga Satria dengan baik. Hanya saja, beliau merasa malu. Ketika handuk beliau terlepas dari tubuhnya, itu juga ada perasaan panik dan malu. Pada kesempatan itu, Bu Maya juga tidak ada niat sedikitpun untuk memancing atau menggodaku. Namun beliau mengaku, di malam kami membahas seputar seks, beliau sangat terangsang dan sempat terpikir bercinta denganku. Namun setelah kejadian itu, pikiran tersebut hilang. Meskipun pada akhirnya, kejadian handuk terlepas telah menjadi jalan untuk saling memuaskan hasrat yang selama ini terpendam.
Untuk agan-agan yang menanyakan apakah ane menggarap 2 rekan ane yang tinggal di rumah dinas? Jawabannya tidak. 1 orang cukup manis, berhijab lebar, suaranya pelan dan halus, attitude-nya bagus, sangat-sangat alim, jadi ane ngga sampai hati menggarapnya. 1 orang lagi ngga berhijab. Secara wajah, mohon maaf bukan selera ane. Jadi ane ngga ada niat untuk menggarap mereka. Hanya saja, ane sesekali menggoda mereka, kadang jg ngasih gombalan, cuma sekedar becanda.
Bersambung...

Suhu-suhu kece yang mungkin ada pertanyaan, silahkan disampaikan melalui komentar ya. Pada update selanjutnya, akan ane usahakan buat jawab.
 
Terakhir diubah:
Yuk kita lancrotkan...
Karena Satria sempat menolak untuk ditinggal oleh Bu Maya untuk pergi mandi, akhirnya kami tetap tinggal di teras rumah. Kami kembali mengobrol sejenak membahas beberapa hal. Bu Maya juga sempat membuatkan aku kopi. Aku memang perokok, tapi aku tidak merokok di rumah Bu Maya. Selain menjaga nafasku agar tetap segar, juga karena ada Satria yang masih kecil. Aku sempat memutarkan video kartun Larva dan aku perlihatkan kepada Satria, sehingga Satria luluh kepadaku, dan akhirnya mau untuk aku gendong, sedangkan Bu Maya pergi ke kamarnya untuk mengambil handuk lantas masuk ke kamar mandi. Di sebelah kamar mandi, terdapat pintu yang terbuka untuk menuju bagian belakang kamar mandi, di sana terdapat tempat untuk menjemur dan ada juga tempat teduh untuk menyimpan jemuran. Terdapat juga kandang kucing jenis ras Persia yang dimiliki oleh Bu Maya. Aku pun menggendong Satria untuk pergi ke bagian belakang rumah untuk melihat kucing, karena kebetulan aku menyukai kucing jenis ras Persia. Ketika melewati pintu kamar mandi, aku baru teringat kalau pintu di kamar mandi ini tidak ada gagang pintunya. Jadi terdapat celah lubang berdiameter beberapa centimeter, yang seharusnya untuk memasang gagang pintu.

Darahku berdesir disertai degub jantung yang semakin kencang, terlintas pikiran untuk mengintip Bu Maya pada saat mandi. Terjadi tarik ulur di pikiranku, karena cukup beresiko kalau sampai ketahuan. Resiko pertama, Bu Maya bisa berteriak dan mengundang perhatian warga. Resiko selanjutnya, hubunganku dan Bu Maya bisa berantakan, sedangkan aku masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, padahal aku tinggal menumpang di rumah dinas di mana Bu Maya bekerja. Logikaku masih bisa menghitung resiko, namun nafsuku mendorongku untuk mengambil kesempatan ini, "kapan lagi melihat tubuh indah Bu Maya, meskipun tidak menjamahnya?". Pikiranku betul-betul kacau pada saat itu. Bu Maya terdengar masih mencuci pakaian, karena ada suara sikat yang sedang digunakan untuk menggosok. Entah pakaian milik Satria, Bu Maya, atau bahkan keduanya. Masih ada kesempatan untuk memikirkan dan memutuskan, aku akan mengintip atau tidak.

Aku mencoba menenangkan pikiranku sejenak sambil menimang-nimang Satria. Setelah beberapa lama, Bu Maya terdengar mulai menyiramkan air pada tubuhnya. Namun di saat itu, justru aku memustuskan mengurungkan niatku untuk mengintip Bu Maya. Resikonya terlalu besar, ", pikirku. Aku akan memanfaatkan kesempatan ini kalau memang pekerjaanku telah selesai seluruhnya aku kerjakan. Aku menggendong Satria untuk menuju ruang tengah, kemudian aku membiarkan Satria bermain dengan mainannya. Sedangkan aku sendiri bermain dengan handphone-ku, sambil mencoba meredakan nafsuku.

Hal yang tidak terduga justru terjadi di sini. Ketika aku asyik bermain handphone, terdengar suara teriakan Bu Maya. Aku pun sigap menuju ke arah kamar mandi. Sekedar informasi, kamar mandi berada di area dapur. Sedangkan ruang tengah hanya dibatasi oleh tembok dapur. Aku kaget ketika pintu kamar mandi sudah dalam keadaan terbuka, dan Bu Maya yang masih telanjang bulan berlihat berusaha menggendong Satria. Setelah beberapa detik, Bu Maya nelihat ke arahku. Kami sama-sama terdiam, namun segera Bu Maya menutup pintu kamar mandi. Aku seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja aku lihat. Badan Bu Maya yang begitu seksi, terpampang jelas di hadapanku, meskipun bagian memek Bu Maya sedikit terhalang karene membungkuk dan berusaha menggendong Satria.

Aku kembali ke ruang tengah, sambil sedikit berpikir bagaimana sikapku setelah ini kepada Bu Maya. Aku yakin Bu Maya pun akan sedikit kikuk kepadaku. Tidak lama, suara pintu kamar mandi kembali terbuka, aku bergegas melihat dan menanyakan apa yang tadi terjadi. Bu Maya terlihat malu, dan menjelaskan bahwa Satria mendorong pintu kamar mandi pada saat Bu Maya tengah mandi (selain tidak terdapat gagang pintu, pintu kamar mandi tersebut juga tidak terdapat kunvi atau kancing). Beliau kaget dan spontan berteriak. Aku pun beralasan, tadi tengah mengangkat telpon dari temanku, dan Satria sedang bermain dengan mainannya. Bu Maya tidak terlihat kesal kepadaku, hanya saja jelas sekali ada perasaan malu.

Oh iya, Bu Maya saat itu hanya mengenakan handuk yang dikaitkan di badannya, dan itupun hanya sebatas dada. Posisi beliau masih menggendong Satria, dan hendak menitipkannya kembali kepadaku. Ketika ada gerakan dari Satria, handuk yang dikenakan Bu Maya terlihat akan terlepas, dan aku dengan spontan meraih handuk supaya tetap di tempatnya. Ya meskipun belum terlepas seluruhnya, namun tonjolan payudara Bu Maya sudah terlihat dari samping. Bu Maya juga dengan spontan melirik ke arahku, beberapa saat kami saling bertatapan. Entah bisikan dari mana, di saat itu juga aku langsung mengecup bibir Bu Maya dan melumatnya. Ketika awal aku melakukannya, Bu Maya terlihat langsung memejamkan mata. Hal ini meyakinkanku bahwa Bu Maya pasrah menerima perlakukanku. Di samping itu juga tidak ada gerakan apapun yang menunjukkan gestur penolakan. Hanya satu hal yang mengganjal pada saat itu, yaitu Satria.




Bersambung...

Suhu-suhu kece yang mungkin ada pertanyaan, silahkan disampaikan melalui komentar ya. Pada update selanjutnya, akan ane usahakan buat jawab.
Gagal pertamax😭
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd