Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [REAL STORY] Maya, Bu Guru Alim yang Binal [Update 19 Agustus 2022]

Tipis-tipis...
Ane sudah mudik di rumah kakek-nenek. Sudah mulai sibuk dengan keluarga, suasana kurang mendukung untuk berlama-lama membuka laptop atau handphone. Apalagi sebelah rumah persis adalah masjid. Tiap habis Subuh, habis Ashar, dan habis Isya ada tadarus Al-Qur'an, kurang kondusif untuk menulis cerita. Tapi ane tetep usahakan untuk selalu update cerita, meskipun tipis-tipis. Ane juga masih menulis ulang materi betting online sepakbola, jadi agak sibuk.

Aku mulai mencium Bu Maya, tanpa penolakan dari beliau, dan justru sepertinya sudah pasrah. Aku masih memegang handuk Bu Maya yang tadinya hampir terlepas, dan satu tanganku mulai meraba leher Bu Maya. Lama kelamaan Bu Maya mulai membalas, dengan melumat bibirku. Kami berbalas ciuman dengan mesranya, sayangnya aku masih memikirkan Satria. Aku menghentikan sejenak cimanku, dan bertanya pada Bu Maya, "Satria gimana, Bu?". Bu Maya membetulkan posisi handuk dengan 1 tangan, kemudian berjalan ke ruang tengah sambil menggendong Satria. Bu Maya menurunkan Satria dari gendongannya, kemudian berbicara kepada Satria, "Satria main handphone dulu ya, nonton Upin-Ipin...". Bu Maya masuk ke kamarnya, dan mengambil handphone, kemudian membuka aplikasi Yout*be dan diberikan kepada Satria. Yang aku heran adalah, kenapa hampir semua anak pasti luluh dengan handphone atau kartun Upin-Ipin? Tapi aku tidak mau ambil pusing dengan hal tersebut.

Setelah memberikan handphone kepada Satria, Bu Maya berbicara kepadaku, "yuk...", sambil masuk ke dalam kamar. Aku pun mengikutinya dari belakang. Sampai di kamara Bu Maya, beliau lupa untuk menutup pintu depan, "minta tolong tutup dulu pintu depan, barangkali ada orang...". Aku pun mengiyakan dan bergegas menutup pintu depan dan menguncinya. Aku kembali ke kamar Bu Maya, dan terlihat Satria masih asyik bermain handphone sambil duduk di karpet yang ada di ruang tengah. Sekedar informasi, rumah Bu Maya tidak terlalu panjang, namun cukup besar. Kamar Bu Maya sendiri berada di ruang tengah.

Sampai di kamar, Bu Maya masih tengah berdiri di depan cermin yang menyatu dengan pintu lemari yang ada di kamarnya. Aku menutup pintu kamar, kemudian memeluk Bu Maya dari belakang. Terlihat dari cermin, Bu Maya tersenyum sambil menatapku. Tanganku berada di perut Bu Maya, kemudian aku berbisik, "Bu Maya cantik, seksi. Aku suka...". Setelah itu Bu Maya membalikkan badannya menghadap ke arahku. Sejenak kami bertatapan, kemudian dilanjutkan dengan ciuman. Oh iya, mulut dan nafas Bu Maya masih terasa segar, mungkin ketika mandi, beliau juga menggosok giginya. Badannya juga masih tercium aroma wangi sabun. Hal ini menambah gairahku untuk segera bercinta dengan Bu Maya.

Ketika berciuman dengan Bu Maya, tanganku sambil meremas-remas pantat Bu Maya. Sedangakan tangan Bu Maya melingkar di leherku. Oh iya, beliau masih mengenakan handuk yang sedari tadi dipakai. Ketika sudah suasana sudah mulai memanas, aku mulai mencium dan menjilat telinga Bu Maya. Seketika beliau langsung mendesah, menikmati apa yang aku lakukan padanya. Setelah itu aku beberapa kali mengecup leher bagian kiri dan kanan Bu Maya dengan lembut, kali ini juga disertai dengan desahan dari beliau. Cukup puas, aku kembali berciuman dengan Bu Maya.

Karena sudah mulai capek berdiri, aku menarik Bu Maya agar rebahan di kasur. Sebelumnya aku lepaskan handuk yang masih dikenakan Bu Maya, supaya kasurnya tidak basah atau lembab, dan tetap nyaman saat kami gunakan untuk becumbu. Ketika Bu Maya rebahan, aku cukup terpana dengan apa yang aku lihat di hadapanku. Wajah Bu Maya begitu cantik, body-nya begitu seksi, rambut di memeknya cukup tebal namun rapi. Aku memang cukup terobsesi bercinta dengan wanita yang berumur 27-38 tahun, di mana mereka masih dalam usia emas, menurutku. Di balik celana, kontolku sudah sangat tegang dan ingin segera bertempur untuk menyerang pertahanan Bu Maya.

Aku pun kembali menghampiri Bu Maya, berciuman dan meraba-raba tubuh indahnya lalu kemudian meremas dadanya. Ketika aku mulai menjilati leher Bu Maya, rasanya hambar. Ketika turun ke dada, juga rasanya hambar. Hal ini karena Bu Maya sehabis mandi, jadi keringat maupun kulit Bu Maya masih ternetralisir oleh sabun yang digunakan beliau ketika mandi. Aku sendiri lebih suka untuk mencium dan menjilati tubuh wanita sebelum mandi. Ada sensasi wangi yang bercampur keringat ketika dicium. Ketika dijilati juga ada sensasi asin, minimal tidak hambar rasanya. Tetapi aku tidak ambil pusing, tetap aku nikmati momen bercinta dengan Bu Maya ini. Satu lagi yang aku suka, yaitu desahan Bu Maya. Desahan beliau terdengar seksi, alami, dan tidak lebay. Sebuah tanda bahwa Bu Maya menikmati setiap detail treatment seksual yang aku berikan padanya.

Aku sendiri bukan sekali ini saja mendapatkan pengalaman 'hambar', karena sebelumnya juga pernah beberapa kali mendapatkan pengalaman yang sama. Tetapi untungnya, itu semua tidak mengurangi kenikmatan dalam bercinta. Karena setelah suasana semakin memanas, pada akhirnya akan berkeringat juga. Suhu-suhu ada yang pernah mengalami hal yang sama? Atau suhu-suhu sependapat kalau wanita yang sehabis mandi ketika dijilati rasanya kurang oke, karena hambar?

Bersambung...
Heee3m mntaaaaaaap
 
Bro lanjutin aja yg kayak gini. Kadang kita perlu relax sedikit gak musti buru buru dan ini salah satu cerita terbaik yg ada di forum ini buat kategori Cerita Bersambung menurut ane
 
Update spesial Idul Fitri, sekaligus sebagai ucapan permintaan maaf ane kalau banyak salah sama pembaca tulisan ane...

Aku sangat menikmati moment ini, di mana aku bisa melihat dan menggerayangi tubuh indah Bu Maya. Aku telah puas mencium bibir, mencium leher serta mencium dada Bu Maya. Tetapi aku sengaja tidak menyentuh puting Bu Maya terlebih dahulu, karena bagian ini adalah menu utama area atas. Aku hanya sesekali meremas disela aku mengusap bagian tubuh lainnya. Desahan Bu Maya yang terdengar seksi, mengiringi aksiku ini. Sampai pada akhirnya aku melumat puting Bu Maya, desahannya semakin keras namun ditahan. Belum lagi, aku cukup pandai ketika menghisap sambil memainkan lidah bagian puting Bu Maya. "Aaahh, masss...", terdengan suara dari mulut Bu Maya. Tangan Bu Maya sambil meremas kepala dan rambutku. Pinggul Bu Maya sesekali terangkat, mungkin sebuah reflek yang menandakan beliau semakin terangsang dan ingin segera disentuh bagian memeknya. Namun aku masih cukup sabar dan menikmati moment ini dengan memberikan treatment pada dada dan puting Bu Maya.

Aku berganti menghisap dan menjilati dari puting kiri ke puting kanan Bu Maya. Tanganku juga aktif meremas dada Bu Maya. Sesekali aku mencium bibir Bu Maya. Ketika Bu Maya mulai menikmati ciumanku, aku berpindah lagi ke bagian dada. Aku melakukannya beberapa kali untuk menggoda Bu Maya. Hal yang tidak aku duga adalah, Bu Maya mulai meraba memeknya sendiri. Seperti dugaanku sebelumnya, Bu Maya sudah sangat terangsang dan menginginkan treatment pada memeknya. Namun karena aku tidak kunjung turun ke bagian bawah, Bu Maya (mungkin) secara tidak sadar mulai meraba memeknya sendiri.
"Ketika menulis cerita ini, pun aku menjadi sangat terangsang karena mengingat kejadian waktu itu. Rasanya ingin kembali berada di saat itu, menggenjot Bu Maya sepuasnya, meskipun diselimuti rasa was-was. Was-was karena ada Satria dan was-was karena takut ketahuan warga..."
Sejenak aku menghentikan aktifitasku, memandang wajah Bu Maya dan mengatakan, "Bu Maya cantik...". Bu Maya hanya tersenyum, kemudian sedikit bangkit dan menarik kaosku untuk dilepas. Karena Bu Maya dalam posisi setengah berbaring, beliau agak kesulitan melepaskan kaosku. Aku pun berinisiatif melanjutkan melepaskan kaosku sendiri. Ketika aku mengangkat tangan untuk melepaskan kaos, Bu Maya mulai melepas kancing celana jeans dan membuka resleting celanaku. Setelah aku melepaskan kaos, aku berbaring dan membiarkan Bu Maya melepaskan celana jeans sekaligus celana dalam yang aku pakai. Setelah itu, Bu Maya mengecup kontolku yang sudah sangat tegang, dilanjutkan dengan menindihku dan kembali berciuman denganku. Cukup lama kami berciuman, Bu Maya lantas menggeser badannya ke samping dan mulai meraba dan mengocok kontolku. Sensasi yang luar biasa menurutku ketika Bu Maya menyentuh, mengelus, memegang dan mengocok kontolku.

Bu Maya juga memberikan treatment yang sama seperti apa yang aku lakukan pada beliau. Telingaku dikecup dan dijilat, begitupun leher dan dadaku, dengan tetap mengocok kontolku. Setelah itu, kontolku pun tidak luput dari sasaran Bu Maya. Sensasi geli dan basah aku alami ketika Bu Maya menjilati dan mengulum kontolku. Aku merasa kalau Bu Maya ini belum jago dalam memberikan service BJ. Biji kontolku juga tidak mendapatkan sentuhan, hanya berfokus pada batang kontolku. Mungkin karena aktifitas seksual bersama suaminya yang kurang, pengalaman dan skillnya pun masih terbatas. Meskipun begitu, aku tetap menikmatinya.

Bu Maya cukup aktif. Terbukti beliau juga memintaku untuk duduk di ujung ranjang, kemudian beliau duduk dilantai dan kembali mengulum kontolku. Sebetulnya dalam hal ini, akulah yang lebih pasif. Dalam artian tidak meminta Bu Maya untuk melakukan banyak hal, karena aku masih segan dan disamping itu masih ada perasaan was-was. Ada Satria yang tengah bermain sendirian, dan hari yang mulai sore. Di samping itu ada kejadian menarik ketika Bu Maya mengulum kontolku. Beliau tiba-tiba berhenti dan memandangku, kemudian mengatakan, "aku belum shalat Ashar...". Aku bingung mau menjawab apa, karena posisinya sedang melakukan hal seperti ini, dan beliau masih sempat-sempatnya mengingat shalat. Aku tidak menjawab apapun, namun setelah itu meminta Bu Maya berdiri sambil nungging dengan tangannya bersandar di ranjang. Aku mulai memainkan dan menggesek-gesek kontolku di memek Bu Maya dari posisi belakang. Terdengar suara desahan Bu Maya ketika aku melakukannya. Setelah itu, tidak menunggu lama, aku langsung menancapkan kontolku ke dalam memek Bu Maya. Setelah itu aku menggoyangnya dengan pelan namun pasti. Setiap tusukan kontolku ke dalam memek Bu Maya, aku usahakan supaya mentok, sehingga terdengar bunyi 'plok plok' ketika pinggulku bertabrakan dengan pantat empuk Bu Maya. Mulai dari ritme sedang, pelan, dan kencang. Aktifitas kami terlihat jelas di cermin lemari yang ada pada kamar tersebut, dan itu semakin menambah gairah kami.

Setelah cukup puas, aku meminta Bu Maya untuk berbaring, namun masih tetap pada posisi yang sama. Aku berdiri, kemudian mengangkat kaki Bu Maya ke atas bahuku. Aku kembali melakukan penetrasi, dan mencium bibir Bu Maya. Tangan Bu Maya memegang kedua pipiku, dan nafasnya nampak tidak beraturan. Dalam posisi ini, kontolku menancap lebih pasti ke dalam memek Bu Maya. Wajah Bu Maya semakin memerah ketika kami melakukan hubungan seks dalam posisi ini. Rasanya akupun sudah tidak tahan untuk segera mengakhiri permainan ini. Aku sempat bertanya kepada Bu Maya dengan tetap sambil menggenjot pelan, "keluarin di mana, Bu?". "Terserah kamu, Mas...", jawab Bu Maya. "Di dalam, boleh?", tanyaku kembali. Padahal aku tidak ada niat sedikitpun untuk mengeluarkan spermaku di dalam memek Bu Maya, terlalu beresiko. Bu Maya kembali mengiyakan pertanyaanku tanpa ragu. Aku menggenjot Bu Maya kembali dengan ritme tinggi, seperti mesin diesel yang baru saja dinyalakan, bergetar dan menyala dengan semakin kencang.

Pada akhirnya, aku tidak tahan lagi dan segera mengeluarkan spermaku di perut Bu Maya. Aku masih berpikir jernih untuk tidak mengeluarkan spermaku di dalam memek Bu Maya karena risikonya yang terlalu besar. Seperti rudal milik Rusia yang memiliki daya jangkau yang jauh, sepermaku jatuh bukan hanya di perut Bu Maya, melainkan sampai ke dada, leher, wajah, rambut dan bibir dari Bu Maya. Ketika spermaku keluar, aku sembari mengocok kontolku sendiri. Setelah tuntas, aku bergeser menaiki ranjang dan memainkan kontolku ke bibir Bu Maya. Aku juga menepuk-nepuk wajah Bu Maya menggunakan kontolku, tanpa ada penolakan sedikitpun dari Bu Maya. Bahkan Bu Maya juga sempat mengambil alih kontolku, dengan memegang, mengocok dan mengulumnya untuk membersihkan sisa sperma di kontolku.

Pada moment ini, sebetulnya masih ada lanjutannya. Di lain hari, aku juga masih sempat bercinta beberapa kali dengan Bu Maya. Kalau antusiasme suhu-suhu di sini masih tinggi, nanti cerita akan dilanjutkan setelah lebaran. Pada akhirnya, aku cukupkan dulu cerita di akhir bulan suci ramadhan ini. Terima kasih telah membersamai dan membaca kisahku bersama dengan Bu Maya.

Metamorfosis aka Dewa Betting mengucapkan:
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriyah. Mohon Maaf Lahir dan Batin.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd